BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah. penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN jiwa dengan kenaikan 1,49% per tahun. 1 Upaya pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender (BKKBN,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana permasalahan keluarga adalah permasalahan sosial yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

SURAT PERNYATAAN. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat :

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi yang bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007). Peserta KB baru secara nasional sampai dengan bulan Oktober 2013 sebanyak 7.059.953 peserta, persentasinya adalah sebagai berikut: Intra Uterine Device (IUD) 348.134 peserta (7,85%), Metode Operatif Wanita (MOW)108.980 peserta (1,54%), implan 656.047 peserta (9,29%), Metode Operatif Pria (MOP) 9.375 peserta (0,26%), suntik 3.444.153 peserta (48,78%), pil 1.859.733 peserta (26,34%) dan kondom 423.457 peserta (6,00%). Pencapaian peserta KB Baru terhadap Perkiraan Permintaan Masyarakat Peserta KB Baru (PPM-PB) pada bulan Oktober 2013 secara nasional telah tercapai sebesar 9,64%. Sedangkan untuk peserta KB baru Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) telah tercapai sebanyak 11,47% dari PPM-PB MKJP dan untuk peserta KB baru pria telah tercapai sebanyak 12,98% dari PPM-PB pria (BKKBN, 2013). Sampai dengan bulan Desember 2013, perolehan peserta KB baru di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 1.015.041 pasangan atau 108,82% dari PPM-PB.Jumlah peserta KB baru pria telah mencapai 47.913 peserta atau 93,27% dari PPM-PB pria sebesar 51.372.

2 Kontribusi MKJP terhadap peserta KB baru total adalah IUD 9,67%, implan 13,02%, MOW 2,25% dan MOP 0,12%. Metode kontrasepsi MOP merupakan metode yang pencapaiannya di bawah sasaran yang mencapai 28,81% (BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2013). Pencapaian peserta KB baru sampai dengan bulan Desember 2013 di Kota Semarang sebesar 35.122 (111,10%) dari PPM-PB sebesar 31.614. Apabila dilihat dari kontribusinya adalah sebagai berikut: IUD sebanyak 5.136 peserta (14,62%), MOW 2.246 peserta (6,39%), MOP 108 peserta (0,30%), implan 2.686 peserta (7,64%), suntik 18.464 peserta (52,57%), pil 3.779 peserta (10,75%) dan kondom sebanyak 2.703 peserta (7,69%) (Bapermas Perempuan dan KB Kota Semarang, 2013). Pencapaian peserta KB baru pria di Kota Semarang sampai dengan bulan Desember 2013 sebanyak 2.811 peserta dari PPM-PB sebesar 2900. Kontribusinya yaitu MOP sebanyak 108 peserta (3,84%) dari PPM-PB sebesar 101 dan kondom sebanyak 2.703 peserta (96,16%) dari PPM-PB sebesar 2.799 (Bapermas Perempuan dan KB Kota Semarang, 2013). Selama tahun 2013, peserta KB aktif pria hasil pembinaan di Kota Semarang sebanyak 1.721 peserta MOP dan 14.490 peserta kondom. Gunungpati menempati urutan paling rendah untuk peserta MOP, yaitu sebanyak 47 peserta dari 11.527 total peserta KB aktif (0,40%) bila dibandingkan tahun 2012, terjadi peningkatan sebesar 0,04% (Bapermas Perempuan dan KB Kota Semarang, 2013).

3 Berdasarkan data yang diperoleh dari Bapermas Gunungpati, cakupan MOP dari bulan Januari-Desember 2013 yaitu sebanyak 23 peserta KB baru. Namun selama tahun 2013 tidak ada peserta KB baru MOP. Sampai dengan bulan Februari 2014 di Gunungpati tercatat 47 peserta KB aktif MOP dari 11.566 total peserta KB aktif. Kelurahan Mangunsari menempati urutan paling rendah prosentasenya dari 16 kelurahan yang berada di wilayah Gunungpati, karena di Kelurahan Mangunsari tidak ada akseptor MOP dari 756 total peserta KB aktif (0%). Jumlah akseptor KB terbesar yaitu di RW 4 Kelurahan Mangunsari sebanyak 201 peserta KB aktif, namun hanya 37 peserta yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (18,40%) (Bapermas Gunungpati 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RW 4 Kelurahan Mangunsari Gunungpati Kota Semarang, dari 4 responden semuanya hanya mengetahui pengertian MOP atau mereka menyebutnya dengan istilah steril pria, tetapi tidak mengetahui secara mendalam dan tidak berminat untuk memilih kontrasepsi MOP. Hal ini terlihat dari program Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Gunungpati pada tanggal 9 Maret 2014 untuk mengadakan program KB MOP gratis, dari Kelurahan Mangunsari tidak ada yang bersedia untuk mengikuti program tersebut. Sosialisasi mengenai kontrasepsi MOP juga telah dilakukan oleh PLKB dan Sub Klinik Desa (SKD) pada keluarga yang tidak ingin anak lagi, tetapi suami tidak berminat untuk menjadi

4 akseptor KB MOP dan menyerahkan sepenuhnya kepada istri untuk ber- KB. Menurut penelitian Loecy El Sera pada tahun 2013, Hubungan dengan Kesediaan Menggunakan Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) Pada Pria Usia Reproduktif, sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 50,0%, kurang 35,9% dan baik 14,1%. Kesediaan menggunakan kontrasepsi MOP sebagian besar tidak bersedia yaitu sebanyak 69,2% dan yang bersedia hanya 30,8%. Ada hubungan pengetahuan dengan kesediaan menggunakan kontrasepsi MOP. Rendahnya partisipasi pria/ suami dalam ber-kb disebabkan karena alat kontrasepsi yang tersedia lebih banyak untuk istri. Selain itu, kurangnya pengetahuan dan informasi tentang KB juga sangat berpengaruh terhadap kesertaan pria dalam ber-kb. Kesetaraan, keadilan gender dan hak reproduksi merupakan bagian integral dari hak azasi manusia yang secara bertahap harus diperbaiki dan ditingkatkan (BKKBN, 2010). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Gambaran Suami dan Dukungan Istri tentang Pemilihan Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) di RW 4 Kelurahan Mangunsari, Gunungpati, Kota Semarang?

5 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui Gambaran Suami dan Dukungan Istri tentang Pemilihan Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) di RW 4 Kelurahan Mangunsari, Gunungpati, Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, lama nikah, jumlah anak dan jenis metode kontrasepsi yang digunakan. b. Menggambarkan pengetahuan suami tentang kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP). c. Menggambarkan dukungan istri tentang pemilihan kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP). D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mendapat gambaran mengenai pengetahuan suami dan dukungan istri tentang pemilihan kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) di RW 4 Kelurahan Mangunsari, Gunungpati, Kota Semarang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Praktik Kebidanan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu kajian pengetahuan tentang kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP).

6 b. Bagi Pendidikan DIII Kebidanan Sebagai informasi bagi pendidikan kebidanan khususnya pada pengetahuan dan dukungan tentang pemilihan kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP). c. Bagi Penelitian Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber data atau informasi bagi pengembangan penelitian kebidanan berikutnya terutama yang berhubungan dengan pengetahuan dan dukungan tentang pemilihan kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP).

7 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian penelitian tentang kontrasepsi MOP No Judul, Nama, Tahun 1. Gambaran Karakteristik dan Tingkat Suami Usia Reproduktif Tentang Alat Kontrasepsi Mantap Pria (MOP) di Desa Wonolopo RW VI Mijen Semarang, Wulan Maulida, 2011 Sasaran Variabel Metode Hasil 65 suami usia reproduktif yang bertempat tinggal di Desa Wonolopo RW VI Mijen Semarang, Karekteristik umur, pendidikan dan pengetahuan Cross Sectional Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 37 orang (56,9%), baik sebanyak 18 orang (27,7%) dan kurang hanya 10 orang (15,4%). Dari 65 suami sebagian besar memiliki pengetahuan cukup berumur 31-45 tahun sebanyak 17 orang (54,8%) dan yang memiliki pengetahuan cukup sebagian besar berpendidikan tamat SMA sebanyak 15 orang (65,2%) 2. Hubungan dengan Kesediaan Menggunakan Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) Pada Pria Usia Reproduktif di Dusun Dawung Desa Sumberejo Kabupaten Demak, Loecy El Sera, 2013 78 pria usia reproduktif (20-45) tahun yang bertempat tinggal di Dusun Dawung Desa Sumberejo Kabupaten Demak, Hubungan pengetahuan dengan kesediaan menggunakan kontrasepsi MOP Cross Sectional Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 50,0%, kurang 35,9% dan baik 14,1%. Kesediaan menggunakan kontrasepsi MOP sebagian besar tidak bersedia yaitu sebanyak 69,2% dan yang bersedia hanya 30,8%. Ada hubungan pengetahuan dengan kesediaan menggunakan kontrasepsi MOP.

8 No 3. Judul, Nama, Tahun Gambaran Ibu Tentang Vasektomi di RT 4 Desa Kabupaten Demak, Dewi Mushoffa 2013 Sasaran Variabel Metode Hasil 45 ibu yang sudah menikah, mengikuti program KB, bisa baca tulis, bersedia ikut penelitian dan bertempat tinggal di RT 4 Desa Kabupaten Demak. Gambaran Ibu Tentang Vasektomi Cross Sectional Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 29 responden (64,4%). Sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMP/SMA) sebanyak 33 responden (73,3%) dan sebagian besar responden bekerja sebanyak 35 responden (77,8%). Sebagaian responden berpengetahuan kurang tentang vasektomi yaitu sebanyak 31 responden (68,9%) 4. Gambaran Suami dan Dukungan Istri tentang Pemilihan Kontrasepsi MOP di RW 04 Kelurahan Mangunsari Gunungpati Kota Semarang, Hesti Pertiwi 2014 37 pasangan akseptor MKJP, bersedia menjadi responden dan tinggal di RW 04 Kelurahan Mangunsari Gunungpati Kota Semarang. Gambaran Suami dan Dukungan Istri Tentang MOP Cross Sectional Mayoritas pengetahuan suami tentang MOP adalah kurang yaitu 25 orang (67,6%) dan sebagian besar istri tidak mendukung jika suami menjadi akseptor MOP sebanyak 21 orang (56,8%). Penelitian terdahulu hanya menggambarkan pengetahuan responden tentang kontrasepsi MOP, sedangkan pada penelitian ini menggambarkan pengetahuan suami dan dukungan istri tentang pemilihan kontrasepsi MOP. Sasarannya adalah pasangan MKJP yang tinggal di RW 4 Kelurahan Mangunsari, Gunungpati, Kota Semarang.