BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan ekonomi secara langsung berhubungan dengan pemerataan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sejak big bang decentralization yang menandai era baru pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

I. PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Lahirnya Undang-undang No.22

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

Jurnal Budget. Vol. 2, No. 1, Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan kedalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Unit-unit

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada tahun 2000, Banten merupakan wilayah pemekaran dari Jawa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB I PENDAHULUAN. era baru dengan dijalankannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa,

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otomoni daerah yang berlaku di Indonesia berdasarkan UU No.22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. menumbangkan kekuasaan rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan. arti yang sebenarnya didukung dan dipasung sekian lama mulai

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I. Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang dikukuhkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. sesungguhnya. Seperti dikemukakan oleh Menteri Keuangan Boediono (Sidik et

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara langsung berhubungan dengan pemerataan dan stabilitas. Indikator ini penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah, karena dapat memberikan gambaran makro atas kebijakan yang telah dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan yang dibentuk oleh berbagai variabel ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang telah dicapai oleh variabel ekonomi tersebut pada suatu waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas pengeluaran pemerintah adalah suatu proses penggunaan variabel-variabel belanja untuk menghasilkan output, maka pada prosesnya akan menghasilkan suatu jasa untuk pembangunan. Pertumbuhan ekonomi mutlak harus ada, sehingga pendapatan masyarakat akan bertambah dengan demikian tingkat kesejahteraan masyarakat diharapkan akan meningkat. Agar pertumbuhan ekonomi terus meningkat dan dapat dipertahankan dalam jangka panjang maka perlu diketahui variabel-variabel pengeluaran pemerintah apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan variabel-variabel apa saja yang perlu dihindari agar pertumbuhan ekonomi tidak berjalan ditempat atau 1

2 mengalami kemunduran. Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah merupakan salah satu pelaku ekonomi yang memegang peranan penting dalam sebuah perekonomian modren. Pemerintah memiliki kekuatan untuk mengatur dan mengawasi perekonomian, di samping itu juga mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya. Bagi daerah yang sedang berkembang, campur tangan pemerintah sangat besar sehingga peranan pemerintah dalam perekonomian daerah sangat diperlukan. Pengeluaran pemerintah praktis dapat mempengaruhi aktifitas ekonomi pada umumnya, bukan saja karena pengeluaran ini dapat menciptakan berbagai prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, tetapi juga merupakan salah satu komponen dari permintaan agregat yang kenaikannya akan mendorong Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sepanjang perekonomian belum mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Seiring dengan kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun, ternyata kegiatan pemerintah di Provinsi Sumatera Utara semakin meningkat. Besar kecilnya peranan pemerintah dalam sebuah perekonomian dapat dilihat dari besar kecilnya proporsi pengeluaran pemerintah terhadap total kegiatan perekonomian atau pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, meskipun pengaruh pengeluaran pemerintah di Sumatera Utara belum menunjukkan hasil yang maksimal namun tetap memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Sebagai sarana utama dalam menjalankan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab yaitu adanya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan suatu rencana

3 kerja keuangan yang dibuat untuk suatu jangka waktu tertentu di mana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek dalam satu tahun anggaran tertentu. Sumber: BPS Sumatera Utara Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Gambar 1.1 menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara selama kurun waktu 5 Tahun terakhir mengalami perubahan pertumbuhan ekomomi yang fluktuatif jika dilihat perbandingannya dengan pertumbuhan ekonomi Nasional. Secara makro rata-rata pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara periode 2008-2012 mencapai kisaran 6,15 %, masih diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Nasional mencapai besaran 5,93 %. Keterlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama Tahun 2012 terakhir di Provinsi Sumatera utara disebabkan pengaruh dari keterlambatan ekonomi Dunia, untuk itu perlu disikapi dengan kerja keras dan dukungan semua pelaku pembangunan di Sumatera utara.

4 Berdasarkan UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan dimulainya penerapan sistem penganggaran terpadu yang meleburkan anggaran rutin dan pembangunan dalam satu format anggaran. Penggabungan Belanja Rutin (meliputi gaji, pemeliharaan, perjalanan dinas, dan belanja barang) dengan Belanja Pembangunan diharapkan mengurangi tumpangtindih alokasi. Hal ini seiring dengan yang dikehendaki oleh Peraturan Pemerintah No 105 Tahun 2000 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Pasal 8 disebutkan bahwa "APBD disusun dengan Pendekatan Anggaran Kinerja" dan anggaran kinerja tersebut merupakan suatu sistem penganggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau hasil dari perencanaan alokasi biaya (pengeluaran) atau input yang ditetapkan. Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja di sektor publik perlu dilakukan perubahan klasifikasi yang digunakan secara Internasional. Perubahan dalam pengelompokkan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah dan menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektor publik serta memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah. Anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja tidak langsung dan anggaran belanja langsung. Namun dalam pelaksanaannya telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi dan penumpukan serta penyimpangan anggaran. Sementara itu, penuangan-penuangan rencana pembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional lima tahunan yang ditetapkan dengan Undang-undang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi.

5 Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem penyusunan anggaran tahunan yang dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) sebagaimana banyak dilakukan negara maju. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu objek penelitian yang banyak menarik minat dari para peneliti. Hal ini tercermin dari banyaknya teori-teori yang membahas dan mengkaji tentang pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalahnya adalah dampak pemekaran yang terjadi dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dengan bertambahnya kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara menyebabkan banyak terjadi penyimpangan alokasi anggaran yang tumpang tindih. 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah. 1. Bagaimana pengaruh Belanja Tidak Langsung (BTL) Pemerintah Daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara? 2. Bagaimana pengaruh Belanja Langsung (BL) terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara? 3. Bagaimana pengaruh Tenaga Kerja (TK) terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara?

6 1.4 Keaslian Penelitian Adapun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sehingga dapat dijadikan rujukan yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan referensi, antara lain: salah satu aspek penting dari pelaksanaan otonomi daerah saat ini adalah terkait dengan pemekaran wilayah yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antara pemerintah daerah dan masyarakat lokal dalam rangka pertumbuhan ekonomi. Dengan interaksi yang lebih intesif antara masyarakat dan pemerintah daerah baru, maka masyarakat sipil akan memperoleh hak-hak dan kewajibannya secara lebih baik sebagai warga negara (Effendy, 2008: 1). Pembentukan daerah baru melalui pemekaran didasari atas kebutuhan untuk mengatasi jauhnya rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat serta memberi kesempatan kepada daerah untuk melakukan percepatan dan pemerataan pembangunan, karena mayoritas daerah yang dimekarkan adalah daerah-daerah yang terbelakang. Menganalisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan PDRB per kapita antara kabupaten/kota pada Provinsi Maluku Utara selama periode 2000-2006 dan menyimpulkan bahwa terjadi kecenderungan penurunan ketimpangan secara sementara yang diakibatkan oleh pemekaran wilayah kabupaten/kota (Zumarlan, 2008: 48). Periode hiperinflasi 1989 hingga 1993 dan upaya stabilisasi rencana rill 1994 menggunakan hipotesis Kuznets dan koefisien gini. Pertama, distribusi pendapatan di Brazil yang tidak merata. Dengan menggunakan koefisien gini sebagai ukuran ketidakmerataan pendapatan. Kedua, tingkat ketidakmerataan Brazil lebih sejalan dengan negara-negara Afrika Sub Sahara seperti Botswana, Lesotho, Afrika Selatan dan Zimbabwe. Ketiga, studi ini juga melaporkan bahwa perpindahan publik regresif.

7 Semisal pensiun untuk pegawai pemerintah, distribusi yang tidak merata dan tingginya perbedaan upah yang dibedakan oleh tingkatan ketrampilan. Keempat, penerapan hipotesis U terbalik pada kasus Brazil menggunakan data time series menunjukkan bahwa ketidakmerataan di Brazil tidak cocok dengan Kurva U terbalik (Matins-Bekat, Kulkarni and Kishore, 2009: 129) Menyoroti perkembangan pemekaran daerah dengan meneliti secara deskriptif dan mengevaluasi pemekaran wilayah yang terjadi berdasarkan aspek ekonomi daerah, pelayanan publik dan pembangunan demokrasi politik. Penelitiannya memberikan hasil bahwa pemekaran daerah belum memberikan perubahan yang baik, terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan dan kualitas pelayanan kepada masyarakat di daerah (Siahaan, 2009: 38). Menganalisis jumlah pekerja dengan pekerja tambahan dan tingkat pendidikan terakhir SD, jumlah puskesmas dan angka kematian karena penyakit peneumonia yang pengaruhnya positif dan signifikan terhadap AHH dan pertumbuhan ekonomi di Jepang (Sugiura, Yosua, Ju, Yasuoka dan Jimba, 2010: 178). Pengeluaran pembangunan pemerintah, tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah 2003-2008 di mana yang paling besar pengaruhnya adalah teknologi (Amalia, 2010: 98). Pada Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2001-2009 tentang DBH, DAU, DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan investasi swasta (Taaha, Nursini dan Agussalim, 2010: 135). Total pengeluaran modal pemerintah, total pengeluaran rutin dan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pengeluaran pemerintah pada transportasi, komunikasi dan kesehatan

8 berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi (Nurudeen dan Abu Usman Abdullahi, 2010: 215). Kapital dan pengeluaran rutin pemerintah mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Belanja pemerintah di bidang transfer memiliki dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi (Nworji, Okwu, Obiwaru and Odiche, 2012: 65) Perbedakan penelitan sebelumnya dengan penelitian saat ini adalah tempat yang berbeda karena membutuhkan data kabupaten/kota dari Provinsi Sumatera Utara selama kurun waktu 5 tahun terakhir mulai tahun 2008 sampai tahun 2012. Berdasarkan penelitian saat ini adanya variabel yang dimasukkan dengan menggunakan variabel belanja tidak langsung, belanja langsung dan tenaga kerja dari tahun 2008 sampai tahun 2012. Penelitian saat ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada pengaruh pengeluaran pemerintah yang didalamnya terdapat variabel belanja tidak langsung, belanja langsung dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2008 sampai tahun 2012. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. untuk menganalisis pengaruh Belanja Tidak Langsung (BTL) Pemerintah Daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara; 2. untuk menganalisis pengaruh Belanja Langsung (BL) terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara; 3. untuk menganalisis pengaruh Tenaga Kerja (TK) terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara.

9 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain: 1. menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi; 2. sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam memberikan kebijakan untuk meningkatkan kualitas mutu pembangunan daerah khususnya kabupaten/kota agar dapat mengoptimalkan seberapa besar belanja yang harus dikeluarkan setiap tahunnya; 3. sebagai bahan acuan untuk penelitian, terutama yang berminat untuk meneliti mengenai pengeluaran pemerintah dan hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan adalah sebagai berikut, Bab I Pengantar memuat tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka menguraikan tentang tinjauan pustaka, landasan teori, pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengaruh pengeluaran pemerintah. Bab III Analisis Data menguraikan tentang cara penelitian dan hubungan fenomenafenomena yang diamati, interpertasi hasil pemilihan model yang terbaik. Bab IV Kesimpulan dan Saran memuat kesimpulan dan saran yang merupakan kesimpulan dari analisis data serta saran-saran atau rekomendasi.