ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, DAN UNDERWRITING RATIO

PENGARUH FINANCIAL EARLY WARNING SIGNAL TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN COMMON SIZE DAN RASIO- RASIO KEUANGAN PADA PT SAPTA PRIMA ADIKARYA PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan perhitungan Early Warning System (EWS). Menurut Satria

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu konsep penting dalam akuntansi konvensional adalah going

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

2015 PENGARUH LIKUIDITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh profit atau keuntungan yang maksimal dan kontinue. Untuk. dihadapkan pada berbagai masalah yang sangat komplek.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304)

BAB II URAIAN TEORITIS. Kurniawan (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Rasio

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan dibandingkan adalah kondisi dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pengaruh Rasio Klaim Dan Underwriting Terhadap Profitabilitas Perusahaan Asuransi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

ANALISIS TINGKAT LIKUIDITAS PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO) PALEMBANG

Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Early Warning System

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

(Dalam jutaan Rp.) Januari Tahun Desember Tahun 2016

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kegiatan menggunakan dana (fungsi investasi) dan kegiatan mencari sumber

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Bank menurut Global Association of Risk Professionals

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan

(Dalam jutaan Rp.) Februari Tahun Februari Tahun 2016

MELATI DAN BUDI HERMANA ABSTRAK

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2013/ Triwulan IV Tahun 2013 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2014/ Triwulan I Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 Juni 2014/ Triwulan II Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

BAB I PENDAHULUAN. berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortage

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (ASYKI) Asyki Business Center, Jl. RE. Martadinata No. 2D Air Mancur Bogor

DIGIET ARY SETYAWAN B

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 September 2014/ Triwulan III Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74 /PMK.010/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTANGGUNGAN ASURANSI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kinerja perusahaan merupakan kata yang umum untuk menggambarkan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 124 /PMK.010/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN LINI USAHA ASURANSI KREDIT DAN SURETYSHIP

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2015/ Triwulan I Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2015/ Triwulan IV Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin membaik,lembaga keuangan seperti Bank, Pasar Modal dan Asuransi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan. menggunakan metode accrual basis dimana sumber utama dari

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2014

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

Modul Tujuh: ASPEK KEUANGAN

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laporan keuangan sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui

bentuk pertangungjawaban manajemen atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan selama suatu periode tertentu kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi ancaman yang sama (Alfred Manes, 1930). sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bulan Januari 2013 seluruh industri keuangan di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak didukung oleh peran perbankan dalam membangun negaranya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB I PENDAHULUAN. bisnis jasa keuangan yang dikelola oleh Desa Pekraman atau Desa Adat. Badan usaha

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TAHUNAN 2013

BAB II LANDASAN TEORITIS. saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG PALEMBANG Maria Indah Agustina Jurusan Akuntansi POLTEK PalComTech Palembang Abstrak Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi. Asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan/financial loss, yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya/fortuitious event. Untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, kita dapat mengetahuinya melalui laporan keuangan yang terdiri dari neraca (balance sheet) dan laporan rugi-laba (income statement), khususnya pada perusahaan asuransi dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang dibuat oleh The National Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau yang dikenal dengan analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS). Rasio Early Warning System pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pada perusahaan asuransi dengan menggunakan rasio keuangan yang terkandung di dalamnya berupa rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio underwriting. Perhitungan Early Warning System digunakan banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini (early warning) terhadap kondisi keuangan sehingga dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi. Di samping itu, sistem ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasional perusahaan asuransi di masa yang akan datang. Kata Kunci : Analisis, Kinerja Keuangan, Early Warning System. PENDAHULUAN Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi. Asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan/financial loss, yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya/fortuitious event. Perusahaan asuransi menghimpun dana yang cukup besar dimana dana tersebut merupakan pengelolaan keuangan yang mendasar dalam sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan dari dana inilah digunakan untuk seluruh kegiatan operasional perusahaan asuransi seperti pendapatan premi, beban klaim, maupun penawaran surat berharga perusahaan di pasar modal dilakukan. Selain untuk kegiatan operasional, pengelolaan keuangan juga merupakan salah satu faktor utama dalam penilaian performa 1

perusahaan. Baik atau tidaknya pengelolaan keuangan perusahaan menjadi indikasi penilaian terhadap perusahaan tersebut. Berdasarkan hal diatas maka dirasakan sangat perlu untuk memperhatikan kinerja keuangan suatu perusahaan. Untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, kita dapat mengetahuinya melalui laporan keuangan yang terdiri dari neraca (balance sheet) dan laporan rugi-laba (income statement). Selain itu juga laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi bagi pemakainya untuk pengambilan keputusan. Kinerja keuangan dari suatu perusahaan merupakan gambaran dari laporan keuangan sebuah perusahaan, karena di dalam laporan keuangan ini terdapat perkiraan-perkiraan seperti aktiva, kewajiban, modal dan profit dari perusahaan. Perbandingan antara satu perkiraan dengan perkiraan yang lain harus saling berhubungan sehingga hasilnya dapat diinterpretasikan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, khususnya perusahaan asuransi dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang dibuat oleh The National Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau yang dikenal dengan analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS). Rasio pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pada perusahaan asuransi, dimana dengan perhitungan rasio ini kita dapat mengetahui bagaimana kinerja keuangan (financial performance) suatu perusahaan asuransi. LANDASAN TEORI Pengertian Asuransi Menurut Darmawi (2006:3), asuransi adalah transaksi pertanggungan yang melibatkan dua pihak tertanggung dan penanggung, dimana penanggung menjamin pihak kepada tertanggung bahwa ia akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung, sedangkan tertanggung membayar secara periodik kepada penanggung. Jadi, tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil. Menurut Purba (2006:40), asuransi ditinjau dari sudut pandang ekonomi merupakan suatu lembaga keuangan sebab melalui asuransi dapat dihimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, karena sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas kerugian keuangan (financial loss) yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak terduga sebelumnya. Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2007:81), kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen keuangan. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis keuangan, yang selanjutnya dikatakan bahwa analisis kinerja perusahaan didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan pada laporan keuangan yang dibuat sesuai prinsip akuntansi. Menurut Husnan (2007:68), kinerja keuangan adalah alat untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan, dimana seorang analisis keuangan memerlukan ukuran tertentu. Ukuran yang seringkali digunakan adalah rasio atau indeks yang menunjukkan hubungan antara dua/lebih data keuangan. Analisis dan penafsiran berbagai rasio akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada analisis yang hanya mengemukakan data laporan keuangan saja. 2

Pengertian Analisis Kinerja Keuangan Menurut Husnan (2007:70), diantara alat-alat analisis kinerja keuangan yang selalu digunakan untuk mengukur kelemahan atau kekuatan yang yang dihadapi oleh perusahaan dibidang keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio pada dasarnya merupakan kejadian masa lalu, oleh karena itu faktor-faktor yang mungkin ada pada periode yang akan datang, akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha di masa yang akan datang. Untuk itu seorang analis dituntut agar dapat memberikan hasil analisis dan interprestasi yang baik dan cermat, sebab hasil analisis akan bermanfaat dalam menentukan kebijakan manajemen keuangan untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Menurut Munawir (2007:81), mengemukakan bahwa menganalisis kinerja keuangan memerlukan rasio keuangan yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara satu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Kinerja keuangan yang menggunakan alat analisis berupa rasio keuangan, akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada analis tentang kondisi perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut mengalami perubahan setiap tahun. Pengertian Web Menurut Rianto (2007:2), web adalah fasilitas hypertext yang mampu menampilkan data berupa teks, gambar, suara, animasi dan multimedia lainnya, dimana diantara data-data tersebut saling terkait dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk memudahkan dalam membaca data tersebut dibutuhkan sebuah browser seperti internet eksplorer, netscape, opera ataupun mozila firefox. Pengertian Early Warning System Menurut Satria (2006:12), Early Warning System adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dan mengolahnya menjadi suatu informasi yang berguna untuk dijadikan suatu sistem pengawasan bagi kinerja keuangan perusahaan asuransi yang bersangkutan. Menurut Munawir (2007:82), Early Warning System merupakan suatu sistem yang menghasilkan rasio-rasio keuangan dari perusahaan asuransi yang dibuat berdasarkan informasi dari laporan keuangan perusahaan dan bertujuan untuk untuk memudahkan melakukan identifikasi terhadap hal-hal penting yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. ANALISIS 1. Analisis Masalah Penelitian ini dilakukan pada. PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang adalah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa asuransi dengan menyediakan berbagai jenis produk asuransi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang berdasarkan Early Warning System ditinjau dari rasio keuangan berupa rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio underwriting. Pada bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun 2008, 2009, dan 2010. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan maka diperlukan analisis terhadap laporan keuangan. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System bertujuan agar dapat mengelola keuangan 3

dengan baik dan mengendalikan jalannya kegiatan operasional perusahaan asuransi secara lebih efektif. Dengan menganalisis laporan keuangan akan didapat seberapa besar kinerja keuangan yang dihasilkan telah memenuhi standar tingkat batas yang ditetapkan, sehingga hasil yang dicapai dapat menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi tersebut. Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan dalam Bab I sebagai pedoman dalam analisis terhadap permasalahan pada laporan tugas akhir ini, penulis akan mencoba untuk mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut. Berdasarkan masalah pokok yang dihadapi perusahaan adalah laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan cenderung tidak stabil. Perkembangan keuangan perusahaan yang mengalami penurunan secara signifikan ditambah dengan belum diterapkannya pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System, maka PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang hendaknya memerlukan perencanaan dan pengawasan terhadap permasalahan ini dan mengetahui sehat atau tidaknya perusahaan asuransi di setiap tahunnya. Permasalahan yang akan dibahas sesuai batasan masalah adalah membatasi analisis pada kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio keuangan yang terkandung didalamnya sesuai data yang disajikan pada laporan keuangan perusahaan asuransi. Dalam melakukan analisa terhadap kinerja keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan, maka penulis menggunakan laporan keuangan periode tiga tahun untuk menghitung nilai rasio keuangan, yang kesimpulannya akan menunjukkan perolehan tingkat batas sebagai perbandingan standar kesehatan perusahaan tersebut. 2. Analisis Rasio Keuangan Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan seberapa besar jumlah kewajiban yang mampu dipenuhi oleh perusahaan dari penggunaan seluruh kekayaan yang diperkenankan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.11/PMK.010/2011 mengenai kekayaan yang diperkenankan (admitted assets), maka untuk menghitung jenis kekayaan tersebut sebelum dilakukan pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio likuiditas dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1 Nilai Jenis Kekayaan Yang Diperkenankan 2008 2010 (dalam Rupiah) Jenis Investasi Keterangan Deposito 97.889.626.551 87.179.058.000 76.974.675.992 Sertifikat BI 8.862.000.000 9.075.775.996 14.000.000.000 Penyertaan langsung 380.000.000 380.000.000 380.000.000 Kas dan bank 2.647.484.383 3.436.610.150 2.666.893.643 Non Piutang premi 25.355.706.289 20.865.296.820 13.200.505.943 Investasi Piutang reasuransi 101.157.449 276.176.893 498.792.880 Aktiva tetap 2.323.770.985 2.932.341.369 2.636.717.128 Jumlah 137.559.745.657 124.145.259.198 110.357.585.586 Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang 4

Selanjutnya setelah diketahui nilai dari jenis kekayaan yang diperkenankan untuk digunakan sebagai pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio likuiditas, maka akan disajikan perhitungan pada Tabel 3.2 sebagai berikut : Tabel 2. Nilai Rasio Likuiditas 2008 2010 (dalam Rupiah) Keterangan Jumlah Kewajiban 72.398.589.023 59.642.462.973 55.753.756.546 Total Kekayaan Yang Diperkenankan 137.559.745.657 124.145.259.198 110.357.585.586 Rasio Likuiditas 52% 48% 50% Kelompok Sehat Sehat Sehat Sumber : Hasil Pengolahan dari PT. ACA Cabang Palembang Dari perhitungan pada tabel 2 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah kewajiban dan total kekayaan yang diperkenankan setiap tahun terjadi penurunan. Hasil perolehan terbesar jumlah kewajiban diraih pada tahun 2008 sebesar Rp. 72.398.589.023,00 sedangkan total kekayaan yang diperkenankan diraih juga pada tahun 2008 sebesar Rp. 137.559.745.657,-. Adapun posisi yang menunjukkan nilai rasio likuiditas pada tahun 2008 adalah 52%, pada tahun 2009 adalah 48%, dan pada tahun 2010 adalah 50% dengan perolehan secara keseluruhan per tahun dibawah 120%, maka dapat termasuk dalam kelompok sehat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemenuhan kewajiban perusahaan termasuk piutang premi dan piutang reasuransi tidak perlu dikhwatirkan lagi, karena besarnya aset yang dimiliki oleh PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang. Seiring bertambahnya tahun mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan pada tahun 2009-2010 menjadi kurang baik. Meskipun masih terdapat penurunan jumlah kewajiban, hal ini juga memicu keputusan perusahaan untuk mengurangi dana ke jumlah investasi. Jumlah investasi yang kurang memuaskan pada tahun 2009 sebesar Rp. 96.634.833.966,00 menjadi sebesar Rp. 91.354.675.992,00 pada tahun 2010 mengakibatkan kerugian dari tingkat keuntungan perusahaan. Untuk perbandingan kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio likuiditas dapat dilihat melalui Gambar 1 : 5

Rasio Likuiditas Tingkat Batas 53% 52% 51% 50% 49% 48% 47% 46% 52% 50% 48% Gambar 1. Grafik Rasio Likuiditas Berdasarkan gambar 1 diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang selama periode tahun 2008 2010 dinyatakan sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada dibawah 120%. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian yang cukup serius atas hak penagihan atau piutang kepada tertanggung, agen dan reasuradur dapat teratasi/dimanage dengan cara seefisien mungkin. Misalnya dalam hal perusahaan memberikan diskon premi kepada tertanggung atau agen, maka diskon tersebut langsung dikurangkan dari piutang preminya. Demikian juga dalam hal terdapat uang muka pembayaran klaim dari/ke pihak reasuradur (cash loss), maka jumlah tersebut langsung dikurangkan dalam piutang reasuransinya. Di samping itu, investasi pada yang merupakan sumber dana atas penghasilan dana-dana yang belum digunakan/idle cash dapat digunakan untuk pengeluaran yang tidak terduga, sehingga dengan demikian mengurangi risiko krisis likuiditas. Bilamana perusahaan menyadari bahwa jumlah investasi yang dimilikinya sudah besar maka akan diambil sebagian untuk ditanamkan dalam jenis investasi yang dapat memberikan penghasilan kepada perusahaan asuransi dalam bentuk bunga. Berkaitan dengan bunga, hal tersebut juga dapat terlihat dari janji untuk membayar di kemudian hari, yang dalam arti bahwa janji itu terkandung suatu kesanggupan untuk mengembangkan dana (premi) yang diterima dari masyarakat. Misalnya dalam menetapkan tingkat premi telah diperhitungkannya unsur bunga yang akan dibayarkan kepada tertanggung atau pemegang polis pada saat terjadi klaim. Dengan demikian, sudah teroptimalnya taksiran pada hutang klaim yang dihasilkan oleh perusahaan. Adapun pada hutang reasuransi yang mengalami penurunan setiap tahun disebabkan karena adanya pembayaran hutang reasuransi tersebut. Sejalan dengan karakteristik usaha asuransi, PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang telah mengikuti ketentuan perundangan yang berlaku saat ini bahwa perusahaan asuransi bukan hanya didorong untuk melakukan invested assets yang aman dan menguntungkan melainkan juga agar dalam melakukan investasi terdapat diversifikasi. Untuk itu pengaturan diversifikasi dibagi menjadi jenis investasi yang termasuk dalam jenis kekayaan yang diperkenankan. Berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang menghindari pengelolaan keuangan seperti hutang 6

jangka panjang yang dikaitkan dengan tingginya risiko tingkat bunga. Apabila tingkat bunga pada masa mendatang diperkirakan akan meningkat, maka pihak kreditur akan mengenakan beban bunga yang tinggi. Hal ini mendasari untuk berasumsi bahwa semakin lama jangka waktu hutang tersebut, maka akan semakin besar ketidakpastian untuk dapat melunaskannya. Hutang jangka panjang yang dimaksud seperti hutang obligasi, kredit investasi dan hutang hipotik. 3. Analisis Rasio Keuangan Solvabilitas Rasio solvabilitas menekankan pada jumlah modal yang dapat melindungi kelebihan penerimaan premi dari pengaruh yang tidak menguntungkan. Rasio ini sangat penting bagi pemilik perusahaan. Sebelum dilakukan pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio solvabilitas, terlebih dahulu akan dilakukan perhitungan untuk premi neto sebagai bagian dari nilai rasio solvabilitas. Pengertian premi neto menurut penjelasan pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 81 2008 adalah premi yang dihasilkan setelah dikurangi dengan premi bruto dan premi reasuransi. Berikut ini tabel nilai premi neto pada : Tabel 3. Nilai Premi Neto 2008 2010 (dalam Rupiah) Keterangan Premi bruto 144.419.143.366 106.780.371.000 115.470.831.799 Premi reasuransi (45.243.469.097) (27.585.819.941) (37.459.151.828) Jumlah 99.175.674.269 79.194.551.059 78.011.679.971 Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang Setelah nilai dari premi neto selesai ditentukan dan dihitung, berikutnya sebagai pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio solvabilitas, maka akan disajikan perhitungan pada Tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4. Nilai Rasio Solvabilitas 2008 2010 (dalam Rupiah) Keterangan Jumlah Modal 66.613.239.718 60.350.271.134 55.800.337.367 Premi Neto 99.175.674.269 79.194.551.059 78.011.679.971 Rasio Solvabilitas 67% 76% 71% Kelompok Tidak sehat Tidak sehat Tidak sehat Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang Dari perhitungan pada tabel 3.4 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah modal dan premi neto setiap tahun terjadi penurunan. Perkembangan keuangan PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang yang mendapat hasil perolehan terbesar dari segi jumlah modal diraih pada tahun 2008 sebesar Rp. 66.613.239.718,00 sedangkan hasil dari perhitungan premi neto 7

pada laporan laba rugi diraih juga pada tahun 2008 sebesar Rp. 99.175.674.269,00. Adapun posisi yang menunjukkan nilai rasio solvabilitas pada tahun 2008 adalah 67%, pada tahun 2009 adalah 76%, dan pada tahun 2010 adalah 71% dengan perolehan secara keseluruhan per tahun masih belum cukup diatas 120%, maka dapat termasuk dalam kelompok tidak sehat. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah modal yang dihasilkan oleh perusahaan meliputi dana pemegang saham semakin berkurang dan menandakan berkurangnya kemampuan keuangan perusahaan dalam menunjang kewajiban yang mungkin timbul dari penutupan risiko. Seiring bertambahnya tahun mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan pada tahun 2009-2010 menjadi kurang baik. Premi yang merupakan pendapatan murni dari usaha asuransi menjadi bagian dalam perkembangan keuangan perusahaan asuransi yang tercermin dari pendapatan premi. Meskipun masih terdapat penurunan premi neto, hal ini mengindikasikan terbatasnya kesiapan perusahaan ketika menghadapi pertumbuhan premi yang tinggi. Untuk perbandingan kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio solvabilitas dapat dilihat jelas melalui Gambar 3.2 berikut : Gambar 2. Grafik Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas Tingkat Batas 78% 76% 74% 72% 70% 68% 66% 64% 62% 76% 71% 67% Berdasarkan dari gambar 2, dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang selama periode tahun 2008 2010 dinyatakan tidak sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut belum berada diatas 120%. Ketidakstabilan rasio solvabilitas ini disebabkan karena belum terampil didalam mengontrol jumlah modal pemegang saham (stockholder) yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin baik dalam meningkatkan dana kekayaan kedudukan pemegang saham. Namun pada kenyataannya jumlah modal lebih kecil daripada premi neto yang berasal dari tertanggung, agen atau reasuradur. Setiap perusahaan asuransi memiliki prospek pertumbuhan keuangan yang berbeda, karenanya meskipun nilai modal yang dihasilkan rendah tidak selalu berarti bahwa perusahaan tersebut undervalued. Nilai modal yang rendah dapat disebabkan karena laba perusahaan asuransi yang bersangkutan tidak mengalami pertumbuhan keuangan, mengalami perlambatan pertumbuhan keuangan atau bahkan mengalami kesulitan finansial. Dalam hal ini berarti kekurangan pada adalah mengalami perlambatan pertumbuhan keuangan yang disebabkan kondisi keuangan setiap tahun 8

menunjukkan penurunan, menjadikan nilai modal yang telah dikumpulkan masih belum cukup mengimbangi lajunya premi neto yang dihasilkan. Hubungan antara modal dengan premi neto adalah tingkat pendapatan/income usaha asuransi yang dananya berasal dari perbedaan kepemilikan tetapi bersama-sama memiliki kepentingan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Kerugian dari pengaruh premi yang tidak menguntungkan mengakibatkan beberapa hal seperti penerapan tingkat premi yang sedemikian rendah menyebabkan tidak sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi, penerapan tingkat premi yang berlebihan menyebabkan rusaknya kompetisi underwriting yang sehat antar perusahaan asuransi, dan penerapan tingkat premi mempunyai nilai bersifat diskriminatif apabila tertanggung dengan luas penutupan asuransi serta tingkat risiko yang sama dikenakan tingkat premi yang berbeda. Pemberlakuan pada disini adalah penerapan tingkat premi yang rendah dibandingkan dengan perusahaan asuransi lain, yang mengakibatkan gejolak tidak stabilnya premi neto yang diterima. Seyogyanya PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang hendaknya mengubah pemberlakuan tingkat premi tersebut dengan cara premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi berdasarkan ketentuan didalam polis asuransi agar premi yang dikenakan dapat dirasakan manfaatnya sehingga dapat dijadikan acuan untuk memberikan asumsi terbaik bagi pemegang polis maupun perusahaan asuransi sendiri. Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi dalam rasio solvabilitas yaitu : 1. Komitmen dari manajemen keuangan untuk mencapai target kinerja keuangan yang baik dengan melihat pertumbuhan keuangan dari hasil laba yang diperoleh dan pengembangan asset-aset yang dimilikinya. 2. Fokus penempatan modal pada perusahaan karena biasanya pemegang saham (stockholder) ingin mengetahui return (tingkat pengembalian) yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan. 3. Pemanfaatan pengaruh peranan nasabah yang masih tetap mempercayakan dananya disimpan di perusahaan asuransi yang bersangkutan. 4. Kemandirian perusahaan dalam mengurangi peranan reasuransi sebagai pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi. a. Analisis Rasio Keuangan Underwriting Rasio underwriting merupakan penentu pokok dari posisi laba usaha perusahaan asuransi. Peningkatan keuntungan usaha asuransi tersebut sebagai usaha utama perusahaan. Untuk menghitung seberapa besar hasil underwriting diatas pendapatan premi, maka pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio underwriting akan disajikan perhitungan data nilai rasio pada Tabel 3.5 sebagai berikut : 9

Tabel 5. Nilai Rasio Underwriting 2008 2010 (dalam Rupiah) Keterangan Hasil Underwriting 26.119.742.359 22.871.420.606 25.430.484.668 Pendapatan Premi 94.964.058.774 77.572.808.861 74.275.664.106 Rasio Underwriting 27% 29% 34% Kelompok Tidak sehat Tidak sehat Tidak sehat Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang Pendapatan premi adalah sejumlah uang yang dihimpun dari nasabah yang memiliki/membeli polis asuransi dari perusahaan asuransi. Dari perhitungan pada tabel 3.5 diatas, dapat diketahui bahwa pendapatan premi setiap tahun terjadi penurunan. Hasil perolehan terbesar dari segi hasil underwriting diraih pada tahun 2008 sebesar Rp. 26.119.742.359,00 sedangkan dari segi pendapatan premi diraih juga pada tahun 2008 sebesar Rp. 94.964.058.774,00. Adapun posisi yang menunjukkan nilai rasio likuiditas pada tahun 2008 adalah 27%, pada tahun 2009 adalah 29%, dan pada tahun 2010 adalah 34% dengan perolehan secara keseluruhan per tahun masih belum cukup diatas 40%, maka dapat termasuk dalam kelompok tidak sehat. Hal ini menunjukkan bahwa hasil underwriting yang dihasilkan oleh perusahaan kurang mampu dalam mengalami proses underwriting sehingga jumlah beban yang dimiliki cukup besar dapat mengurangi laba perusahaan. Seiring bertambahnya tahun mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan pada pendapatan premi untuk tahun 2009-2010 menjadi kurang baik. Padahal dari pendapatan premi inilah suatu perusahaan asuransi memperoleh keuntungan. Keuntungan inilah yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Untuk perbandingan kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio underwriting dapat dilihat jelas melalui Gambar 3.3 berikut : Gambar 3. Grafik Rasio Underwriting Rasio Underwriting Tingkat Batas 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 27% 29% 34% Berdasarkan dari gambar 3 diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang selama periode tahun 2008 2010 dinyatakan tidak 10

sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada dibawah 40%. Meskipun nilai rasio underwriting menunjukkan tingkat batas yang tidak sehat tetapi setidaknya PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang mulai menunjukkan kemampuannya dalam misi menciptakan perusahaan asuransi yang sehat, dimana peranan perusahaan untuk meningkatkan pelayanan underwriting harus selalu diupayakan. Dokumen dasar dalam melakukan suatu pertanggungan adalah surat permohonan tertulis atau aplikasi yang diajukan tertanggung kepada perusahaan asuransi disebut dengan formulir pengajuan asuransi. Di dalam formulir tersebut memuat ketentuan informasi lengkap antara lain mengenai jenis produk asuransi, tarif premi yang dikenakan, jumlah premi yang akan dibayar, dan informasi lainnya mengenai timbulnya kerugian. Ketentuan informasi inilah bagi perusahaan asuransi digunakan untuk tujuan underwriting dan indentifikasi klaim. Faktor penyebab belum tercapainya tingkat batas yang diharapkan sesuai dengan tingkat kesehatan perusahaan asuransi, jika dilihat dari kekurangan PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang adalah ketidakmampuan dalam memaksimalkan laba melalui penentuan seleksi risiko yang diperkirakan akan mendatangkan laba bersih bagi perusahaan. Tanpa underwriting yang cermat, perusahaan asuransi tidak mampu bersaing karena dalam prakteknya untuk menarik nasabah harus ada ketelitian mengenai risiko yang baik dan risiko yang kurang menguntungkan dalam obyek yang diasuransikan, sesuai dengan informasi data yang diperoleh. Di samping itu, masih bertumpunya fungsi pemasaran dalam penjualan polis asuransi yang menekan biaya komisi. Upaya yang dilakukan oleh dalam menstabilkan tingkat keuntungan dari usaha asuransi adalah menghindari pertanggungan yang melebihi batas kemampuan (own retention) asuransi tersebut, baik dari harga pertanggungan maupun tingkat/kualitas risikonya (degree quality of risk). Hal ini perlu dilakukan karena mengingat adanya pengelolaan keuangan perusahaan asuransi yang merupakan pengelolaan dana hasil underwriting akan menentukan seberapa besar tingkat pertumbuhan dan pencapaian laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan. Namun keberhasilan ini kurang memiliki arti apabila tingkat hasil underwriting yang dapat diperoleh tidak dikelola secara optimal. Lebih lanjut dikatakan bahwa hasil underwriting sebagai hasil yang didapat atas kegiatan operasional perusahaan asuransi meliputi komponen berupa pendapatan underwriting (premi) dan beban underwriting (beban klaim dan beban komisi). Dengan kata lain, diharapkan agar lebih bisa mengoptimalkan kegiatan operasionalnya melalui perkiraan seleksi risiko yang tepat dilakukan oleh bagian underwriting, untuk kegiatan pemasaran produk asuransi tidak bergantung kepada agen/broker sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. b. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Early Warning System Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengukuran kinerja keuangan perusahaan asuransi sesuai data yang diperoleh dalam laporan keuangan baik neraca maupun laporan laba rugi selama periode tahun 2008 2010 dalam mengelola keuangannya dan mengendalikan jalannya kegiatan operasional perusahaan asuransi secara lebih efektif dengan menggunakan tiga indikator rasio keuangan, meliputi rasio likuiditas, solvabilitas dan underwriting. Berdasarkan data yang diperoleh untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan maka pada Tabel 3.6 dapat dilihat kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System pada dengan menggunakan tiga rasio keuangan. 11

Tabel 6. Nilai Early Warning System Rasio Keuangan Likuiditas Solvabilitas Underwriting 2008 52% 67% 27% 2009 48% 76% 29% 2010 50% 71% 34% Kelompok Sehat Tidak sehat Tidak sehat Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang PENUTUP Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Early Warning System pada untuk tahun 2008 2010, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Perhitungan rasio likuiditas selama tiga tahun secara keseluruhan menunjukkan kelompok yang termasuk sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada dibawah 120%. Hal ini disebabkan karena pengendalian efisiensi baik hutang-piutang yang dapat dikelola dengan baik oleh perusahaan. Selain itu, pemanfaatan dari jumlah investasi yang dimiliki terealisasi sebagian sebagai simpanan yang nantinya dapat digunakan sebagai pengalihan apabila perusahaan mengalami krisis likuiditas. Demikian juga, dalam tindakan prinsip kehati-hatian seperti hutang jangka panjang tidak diperlukan bagi perusahaan dikarenakan risiko tingkat bunga yang tinggi. 2. Perhitungan rasio solvabilitas selama tiga tahun secara keseluruhan menunjukkan kelompok yang termasuk tidak sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut belum berada diatas 120%. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengalaman sumber daya manusia mengenai pemanfaatan modal perusahaan ditambah juga penerapan pada tingkat premi yang rendah menyebabkan dampak yang berpengaruh besar karena pendapatan premi yang dihasilkan tidak dirasakan manfaatnya bagi perusahaan. 3. Perhitungan rasio underwriting selama tiga tahun secara keseluruhan menunjukkan kelompok yang termasuk tidak sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada dibawah 40%. Hal ini disebabkan karena kurangnya kemampuan bagian underwriting dalam menentukan seleksi risiko dan ditambah dengan ketergantungan perusahaan untuk menjual polis asuransinya kepada agen/broker. 12

DAFTAR PUSTAKA Darmawi, Herman. 2006. Manajemen Asuransi. Bumi Aksara. Jakarta. Husnan, Suad. 2007. Manajemen Keuangan Asuransi, Teori dan Terapan. Jilid Pertama, Rineka Cipta. Jakarta. Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi. Cetakan Kedua, Liberty. Yogyakarta. Purba, Radiks. 2006. Memahami Asuransi di Indonesia. Edisi Baru, Aditya Media. Yogyakarta. Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-dasar Keuangan Perusahaan Asuransi. Cetakan Ketujuh, BPFE. Yogyakarta. 13