IHWAL KLAUSA RELATIF DALAM BAHASA JEPANG. Oleh Ahmad Dahidi

dokumen-dokumen yang mirip
IHWAL KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG. Oleh Ahmad Dahidi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. (KBBI:1998:445) dengan adanya penggunaan joshi atau kata bantu dalam kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kalimat merupakan rangkaian kata-kata yang memiliki makna, meskipun suatu

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan informasi serta kebutuhan komunikasi dengan negara Jepang, bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. bantu, atau postposisi termasuk dalam kelompok fuzokugo. Menurut Sudjianto

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL (JOSHI) BAHASA JEPANG. joshi dapat dilihat dari penulisannya. Istilah joshi ditulis dengan dua buah

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan berkomunikasi. Mengenai komunikasi ini, Kamus Besar

ABSTRAK. atau gagasan-gagasan dalam perasaan. Bahasa juga berfungsi sebagai alat

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

BAB II JOSHI. berarti klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristiknya secara. dalam dua kelompok besar, yakni jiritsugo dan fuzokugo.

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

ANALISIS MAKNA ADVERBIA TABI TABI, SHIBA SHIBA DAN YOKU DALAM BAHASA JEPANG 日本語の副詞 たびたび しばしば よく の意味と用法 ABSTRACT

BAB III PENGGUNAAN VERBA BANTU KEINGINAN DALAM BAHASA JEPANG. pertama dan orang kedua. Yang mana pola kalimat hoshii adalah:

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB I PENDAHULUAN. Aspek atau aspect adalah kategori gramatikal verba yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

SOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran,

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki nuansa makna yang berbeda pada setiap struktur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

Bab 2. Landasan Teori. kata memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukan suatu kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang terbagi dalam 10 jenis kelas kata. Partikel merupakan salah

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI. memiliki relevansi pada penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

Bab 5. Ringkasan. Saat ini banyak orang yang mempelajari bahasa Jepang dan mulai tertarik dengan

BAB I PENDAHULUAN. bergantung dan berkelompok dengan anggota masyarakat lainnya. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. pikiran, maupun ide kepada lawan bicara.

BAB II GAMBARAN UMUM SHUUJOSHI

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, membantu manusia menyampaikan atau mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan salah satu unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau

Bab 1. Pendahuluan. semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli yang sudah mengemukakan definisi bahasa dengan caranya masingmasing.

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Menurut Kridalaksana (2001:21), bahasa adalah sistem lambang

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

Berapa Harganya? いくらですか

BAB I PENDAHULUAN. setiap bahasa memiliki ciri-ciri yang sama. Misalnya, dalam tataran ilmu bahasa

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kehidupannya tentu saja memerlukan suatu alat untuk

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Joshi adalah kelas kata yang

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR. 2.1 Aspek Dalam Bahasa Jepang Berdasarkan Konsep Ken Machida

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

ANALISIS KEISHIKIMEISHI TOKORO, KOTO DAN MONO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG ABSTRACT

Transkripsi:

IHWAL KLAUSA RELATIF DALAM BAHASA JEPANG Oleh Ahmad Dahidi PENGANTAR Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkontruksi predikatif. Artinya dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek dan sebagai keterangan (Chaer: 2003). Dalam tataran sintaksis,klausa berada di atas tataran frasa dan di bawah tataran kalimat. Tempat jikalau dalam sintaksis adalah berfungsi sebagai pengisi kalimat, dan tempatnya adalah didalam kalimat juga berpotensi membentuk kalimat. Yang wajib pada klausa adalah berfungsi subjek dan predikat,sedangkan yang lain tidak wajib. Demikian pula dalam bahasa Jepang, Koizumi (1995) menyatakan bahwa hitotsu ijoo no tanbun o fukumu bun o fukubun to yobu ga, fukubun de wa, bun to bun to no aida no setsuzoku ga mondai to naru. Nao, fukubun no koosei suru bun o setsu to iu. Artinya, kalimat yang terdiri lebih dari satu kalimat tunggal disebut kalimat majemuk, dalam kalimat majemuk tersebut dibentuk oleh klausa. Seperti dikemukakan terdahulu, yang wajib ada dalam sebuah klausa adalah subjek dan predikat, maka jenis klausa dalam bahasa Indonesia misalnya, dibagi menurut jenis predikatnya. Antara lain, ada yang disebut klausa verbal yang tentunya predikatnya berupa verba, klausa nomina yang predikatnya berupa nomina atau frase nomina, lalu klausa adjektival, klausa adverbial, klausa preposisional, dan klausa numeral. Berikut ini adalah jenis klausa dalam bahasa Jepang A. JENIS KLAUSA DALAM BAHASA JEPANG 1. Ju isetsu Klausa Subordinatif Menurut Koizumi (1995) dalam bahasa Jepang dibagi terdiri atas: a. Meishisetsu klausa nomina, yaitu klausa yang menunjukkan pelaku,tindakan, tujuan pelaku dan lain-lain.klausa nomina ini bisanya dibentuk dengan menambahkan koto atau no setelah verba atau adjektiva. Misalnya contoh (1) dan (2) berikut.

(1) かれが来たには 午後 10 時ごろだった Kare ga kita no wa, gogo 10 ji goro datta. (2) いつも挨拶することは いいことだ Itsumo aisastu suru koto wa, ii koto da. Pada kalimat (1) yang menjadi inti adalah klausa kare ga kita yang merupakan klausa verba, ketika ditambah partikel no maka klausa tersebut berubah menjadi klausa nomina. Sedangkan pada kalimat (2), proses nominalisasi terjadi pada klausa belakang dengan penambahan koto pada adjektiva ii. Pembentukan seperti ini juga sering terlihat pada bentuk formal seperti pada contoh berikut. Selain itu, dapat juga digunakan pada kalimat perintah dan klausa pertanyaan seperti contoh (3) dan (4) berikut. (3) 明日送れないこと Asu okurenai koto. (meireibun) (4) a. 健二は花子に ( 映画を見に行くか ) 聞いた Ken ji wa Hanako ni (eiga o mi ni iku ka) kiita. b. 健二は花子に映画を見に行くかを聞いた Ken ji wa hanako ni eiga o mi ni iku no ka o kiita. Benuk kalimat (3) sering digunakn dalam bentuk formal,.terutama dalam penulisan peraturan di lembaga-lembaga resmi. Kalimat (4.b) merupakan penggabungan dua klausa dengan penambahan partikel no pada klausa verbanya, sehingga menjadi satu kalimat yang lengkap. Pada waktu kita mengutip kalimat pun,dapat digunakan pembentukan ini, tetapi biasanya ditambahkan partikel to. Misalnya contoh (5) berikut. (5) 日本語は難しいと言われた Nihongo wa muzukashii to iwareta. Bentuk pengutipan seperti kalimat (34), sering digunakan pula pada klasua lisan seharihari. b. Keiyooshisetsu klausa adjektiva, yaitu klausa yang pada struktur modifikator membentuk kalimat modifikasi bila bagian utama/yang diterangkan itu merupakan

nomina., Klausa adjektiva ini juga sering disebut dengan rentaisetsu, klausa relatif karena klausa memiliki hubungan memodofikasi nomina. Misalnya contoh (6) berikut. (6) a. 花子は赤い靴を買った Hanako wa akai kustu o katta. b. 花子が買った靴は赤いだ Hanako ga katta kutsu wa akai da. Pada kalimat diatas terjadi nominalisasi dari frasa kustu o katta menjadi katta kutsu, Lalu terjadi perpindahan adjektiva akai. Klausa adjektiva dalam bahasa Jepang tidak ada kankei daimeishi pronomina relatif karenanya adjektiva ditempatkan langsung didepan bagian yang dimodofikasi yaitu katta kutsu. Dalam hubungan urutan kata, karena kata yang mengandung klausa adjektiva ini akan mengikuti dibelakang, maka cocok bila disebut gokooshi postcedent. c. Fukushisetsu klausa adverbial. Klausa jenis ini yaitu klausa yang pada struktur modifikator menunjukkan pemasangan bentuk formal pada modifikator bila berisi kalimat pada bagian utamanya. Secara teori, cara memodifikasi berhubungan dengan klausa tempat, klausa waktu, klausa syarat, klausa konsensi, klausa hasil, klausa alasan, dan klausa tujuan. Pada hal lain akan bersambung pula dengan klausa keadaaan dan klausa perbandingan. Misalnya contoh klausa tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. (7) 家から学校まで自転車に乗っている Ie kara gakko made jitensha ni notte iru. (8) 勉強する前に ラジオを聞く Benkyo suru mae ni, rajio o kiku. (9) この道まっすぐに行くと 大きなデパートがある Kono michi massugu iku to, ookina depaato ga aru. (10) 頭が痛いから 今日は行かない Atama ga itai kara, kyo wa ikanai. (11) 試験ができるように 今晩頑張って勉強する Shiken ga dekiru youni, konban ganbatte benkyou suru.

(12) このかばんはそのかばんより値段が高い Kono kaban wa sono kaban yori nedan ga takai. Klausa nomor (7) s.d. (11) tersebut masing-masing merupakan klausa tempat yang ditunjukan dengan partikel kara dan made, lalu nomor (8) merupakan klausa waktu yang ditunjukan dengan kata mae ni, nomor (9) adalah klausa persyaratan yang ditandai dengan partikel to, nomor (10) merupakan klausa sebab akibat dengan bercirikan partikel kara, nomor (11) merupakan klausa keadaan dengan digunakannya yooni, dan nomor (12) merupakan klausa perbandingan dengan ciri digunakan partikel yori. B. IHWAL KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG Para pakar umumnya berpendapat bahwa yang disebut dengan klausa relatif (selanjutnya disingkat KR) adalah klausa terikat yang diawali oleh pronomina relatif yang. Misalnya, yang sedang belajar dalam kalimat Yang sedang belajar di perpustakaan itu adalah mahasiswa jurusan bahasa Jepang. Dengan demikian, tampak bahwa klausa terikat yang sedang belajar pada contoh kalimat tersebut merupakan klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat lengkap, tetapi dapat menjadi kalimat minor dengan intonasi final. Keterikatan klausa tersebut dengan klausa lainnya tampak pada kalimat majemuk (Kridalaksana: 2001). Berdasarkan linearitas yang dimilikinya, pembentukan KR bahasa Indonesia memiliki pola urutan: Klausa Relatif klausa Inti. Selain itu, melalui teknik perluasan (ekspansi), contoh kalimat (13) dapat diperluas dengan pronomina persona III laki-laki seperti pada contoh (14) berikut. (13) (yang sedang belajar di perpustakaan) itu adalah mahasiswa Jurusan Bahasa Jepang. (14) Laki-laki (yang sedang belajar di perpustakaan) itu adalah mahasiswa Jurusan Bahasa Jepang. Pembentukan KR bahasa Jepang sama halnya dengan pembentukan KR bahasa Indonesia, yaitu KR mendahului klausa inti. Secara semantis, makna yang terkandung dalam KR tersebut dapat mengungkapkan makna yang berlainan.misalnya, (15) 田中さんは食べたステーキは高かったです Tanaka san ga tabeta sute-ki wa takakatta desu.

Steak yang dimakan (lkala ampau) oleh Tanaka harganya mahal. (16) ステーキがおいしいレストランを知りませんか Sute-ki ga oishii resutoran o shirimasenka. Apakah Anda tahu restoran yang menjual steak enak? Berdasarkan contoh-contoh yang telah dikemukakan dinyatakan bahwa sesuai dengan kaidah bahasa Jepang, verba (V) dan Adjektiva (Adj), mengalami konjugasi yang disesuaikan dengan kebutuhan makna kalimat. Misalnya, Adj takai mahal seperti pada contoh (15) melalui teknik lesap dan substitusi menghasilkan Adj takakatta mahal / kala lampau). Tata cara pembentukan KR bahasa Jepang mengalami beberapa tahapan yang bersifat kesinambungan. Misalnya, (17) a. ジョンはステーキを食べました Jhon wa sute-ki o tabemashita. Jhon makan steak. Pada contoh (17.a) tersebut, tampak bahwa Jhon berfungsi sebagai topik kalimat dengan pemarkah topik wa. Sute-ki steak berfungsi sebagai objek dengan pemarkah o. Melalui pemanfaatan teknik lesap dan substitusi, partikel o yang muncul setelah objek kalimat dapat disubstitusikan oleh partikel wa sehingga menghasilkan contoh kalimat (17.b) berikut. (17). b そのステーキはおいしかったです Sono steak wa oishikatta desu. Steak itu (rasanya) enak. Melalui teknik lesap dan teknik substitusi, partikel wa dapat dilesapkan kemudian disubstitusi oleh partikel o yang hadir setelah pronomina Jhon menghasilkan kalimat seperti pada (18) berikut. Selain itu, melalui teknik permutasi (perpindahan posisi), partikel o yang hadir setelah objek steak seperti pada (17.a) dapat hadir setelah pronomina Jhon, dan nomina steak dapat dibubuhi partikel wa sehingga membentuk KR seperti pada contoh berikut. (18) ジョンを食べたステーキはおいしかったです Jhon o tabeta suteki wa oishikatta desu. Steak yang telah dimakan Jhon (rasanya) enak.

Contoh (19) menunjukan bahwa melalui teknik permutasi dapat menghasilkan kalimat berikut. (19) ジョンが食べたステーキはおいしかったです Jhon ga tabeta sute-ki wa oishikatta desu. Steak yang dimakan Jhon (rasanya) enak. Melalui teknik perluasan, yaitu dengan menambahkan adverbia temporal kinou kemarin dan lokasional resutoran de di restoran, contoh (49) tersebut dapat menghasilkan kalimat (20) berikut. (20) きのうこのレストランでジョンを食べたステーキはおいしかったです Kinou kono resutoran de Jhon o tabeta sute-ki wa oishikatta desu. Steak yang kemarin dimakan Jhon di restoran itu (rasanya) enak. Contoh berikut menunjukan bahwa pengungkapan KR bahasa Jepang dapat dibentuk melalui teknik lesap, teknik substitusi, dan teknik perluasan (+ iru), V oshieru mengajar seperti pada contoh (21.a) berikut sehingga membentuk satuan predikat oshiete iru mengajar (progresif). Akan tetapi, melaui teknik perluasan ke kiri watashi saya dan perluasan ke kanan, yaitu dengan menambahkan adverbia yoku benkyou suru belajar dengan baik, seperti pada contoh (21.b) dapat mengakibatkan ambiguitas dalam pemaham makna kalimat. (21) a. 日本語を教えている先生は小林先生です Nihongo o oshiete iru (Kala kini) sensei wa Kobayashi sensei desu. Guru yang mengajar bahasa Jepang itu adalah guru Kobayashi. (21) b. 私が日本語を教えてあげた小林先生はよく勉強する Watashi ga Nihongo o oshieta Kobayashi sensei yoku benkyou suru. Kobayashi sensei yang mengajari bahasa Jepang kepada saya, belajar dengan baik. Sepengetahuan saya, Kobayashi sensei yang mengajar bahasa Jepang, belajar dengan baik. Selain itu, perlu dikemukakan bahwa pembentukan KR dapat dilakukan melalui konjugasi dengan verba sehingga dapat mengungkapkan sistem kala dalam bahasa Jepang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh-contoh berikut. (22) ジョンは本を読む Jhon wa hon o yomu.

Jhon sedang membaca buku. (23) ジョンは読む本を続ける Jhon wa yomu hon o tsuzuketa. Jhon sudah melanjutkan membaca buku (yang dibacanya). (24) ジョンは読んだ本を続ける Jhon wa yonda hon o tsuzuketa. Jhon sudah melanjutkan membaca buku (yang sudah dibacanya). (25) ジョンは読んでいる本を続ける Jhon wa yonde iru hon o tsuzuketa. Jhon sudah melanjutkan membaca buku (yang sedang dibacanya). (26) ジョンは読んでいた本を続ける Jhon wa yonde ita hon o tsuzuketa. Jhon sedang melanjutkan membaca buku (yang sedang pada saat itu dibacanya). PENUTUP Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa seperti halnya dalam bahasa-bahasa yang lain, dalam tataran gramatika bahasa Jepangpun terjadi perbedaan sudut pandang yang cukup beragam sehingga memunculkan peristilahan yang beragam pula. Dalam hal klausa bahasa Jepang, khususnya klausa relatif sangat produktif sehingga sangat kompleks untuk dibahas dengan rinci pada makalah ini, terutama yang belum terbahas dengan tuntas adalah bentuk-bentuk modifikator apabila modifikatornya itu adalah kelompok yoogen. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, C. Yahya, S. 1991. KULIAH Teori Linguistik. Bandung: Tunas Putra. Chaer, A. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Dahidi, A. 2001. Perbedaan Intonasi dan Aksen dalam Bahasa Jepang. Bandung: Pasca Sarjana UPI.

Inoue Wako. 1976. Henkei bunpo to Nihongo (Jo. Ge) Tatabahasa Transformasi dan Bahasa Jepang (Edisi 1 & Edisi 2) Taishukan Shoten. Isao, I. (2001). Atarashii Nihongogaku Nyuumon. Tokyo: Three A Network. Kageyama Taro. 1980. Nichie Hikaku Goi no Koozoo. Studi Konstrastif Kosakata Bahasa Jepang Bahasa Inggris. Tokyo : Matsuhakusha. Kindaichi Haruhiko. 1957. Nihongo. Bahasa Jepang. Tokyo : Iwanami Shoten. Koizumi, Tamotsu. 1993. Nihongo Kyooshi no Tame no Gengogaku Nyuumon. Linguistik Bagi Para Calon Guru Bahasa Jepang Tokyo: Taishukan Shoten., 1990. Gengogaku Nyuumon. Linguistik. Tokyo: Taishukan Shoten. Kuno Susumu. 1973. Nihon Bunpoo Kenkyuu ; Studi Gramatika Bahasa Jepang. Tokyo : Taishukan. Lyons, John. 1968. Introduction to Theoretical Linguistics. New York : Cambridge Press. ( Edisi Bahasa Indonesia terjemahan I. Soetikno. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.). Lyons, J. (1995). Teori Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM Press. Miaji,. et al. (1994). Ronbun Repouto no Kakikata. Tokyo: Meijishoin. Murcia, Marjanne Gelce & Diane Larsen-Freeman. 1999. The Grammar Book. An ESL/EFL Teacher s Course (Second Edition). Nishida, Tatsuo. et. al. 1986. Gengogaku o Manabu Hito no Tame ni Bagi Orang-orang yang Belajar Linguistik. Tokyo : Sekai Shisooka. Okutsu, Keiichiro. 1996. Seisei Nihongo Bunporon Gramatika Bahasa Jepang - kajian Transformasi Generatif, Tokyo : Taishukan Shoten. Samsuri. 1987. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga. Shibatani, Yukio. 1993. Nihongo no Bunseki Seisei bunpo no Houhou. Taihukan Shoten. Shibatani Yukio. 1997. Nihongo no Bunseki Analisis Bahasa Jepang. Taishukan Shoten. Shibatani, Masayoshi. 1983. Gengo no Koozoo. Stuktur Bahasa. Tokyo: Kuroshio Shuppan. Teramura, Hideo. 1995. Teramura Hideo Ronbunshu Nihongo Bunpohen, Kuroshio Shuppan. Teramura, Hideo. 1988. Nihongo no Shintakusu to Imi II, Kuroshio Shuppan. Teramura, Hideo. 1982. Nihongo no Sintakusu I Sintaksis Bahasa Jepang I Tokyo : Kuroshio Shuppan.

, 1984. Nihongo no Sintakusu II Sintaksis Bahasa Jepang II Tokyo Kuroshio Shuppan., 1986. Nihongo no Sintakusu III Sintaksis Bahasa Jepang III Tokyo Kuroshio Shuppan. Tanaka, Harumi. et.al. 1978. Gengogaku no Susume Perkembangan Linguistik. Tokyo: Taishukan Shoten. Tsujimura, Natsuko. 1997. Japanese Linguistics. Hong Kong: Blackwell Publishers Verhaar, J.W.M. 1999. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.