Panduan Kompensasi Dokter dan Jasa Medik

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPENSASI DOKTER PELAYANAN PRIMER DALAM ERA JAMKESNAS *

Oleh : Dr. Didik K Wijayanto, MPH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pelayanannya dilakukan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya,

KONSEP REMUNERASI DOKTER PANDUAN IDI UNTUK REMUNERASI PROFESI DOKTER DI INDONESIA TIM MONEV JKN

ANTARA MUTU DAN BIAYA DALAM PELAYANAN KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

BAB I PENDAHULUAN. tajam dari waktu ke waktu. Berdasarkan Indonesian Policy Health yang

REMUNERASI BAGI DSPK DALAM ERA JKN. Nina Susana Dewi 12/09/2014. Tujuan Sistem Pembiayaan Pelayanan Kesehatan:

Prospektus Kerjasama Usaha Klinik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

(dalam) layanan primer

BAB 1 PENDAHULUAN. medical service yang berbentuk pelayanan individu, atau untuk saat ini dikenal

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

METODE MEMBAYAR DOKTER LAYANAN PRIMER DALAM ERA JKN

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang ditandai oleh dunia usaha yang semakin

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Kompensasi yang diberikan PT Asuransi Jasa Indonesia kepada. karyawan adalah Kompensasi langsung dan Kompensasi tidak

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pernafasan dan prematuritas, kemudian angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan

09/02/2012. Sistem kompensasi harus dihubungkan dengan tujuan tujuan strategis organisasi. Tujuan program kompensasi yang efektif:

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

jaminan kesehatan nasional. (Kemenkes, 2015).

PENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi setiap organisasi.

Pelayanan Antidiskriminasi

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

Divisi Bioetika, Humaniora, dan Medikolegal MEU FKUSU

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kesehatan adalah

Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI

PEMBAYARAN KAPITASI DOKTER PRIMER DALAM PROGRAM ASURANSI KESEHATAN. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

Pembiayaan Kesehatan (Health Financing) Universitas Esa Unggul Jakarta 6 Januari 2016 Sesi-13 Ekonomi Kesehatan Kelas 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

LATAR BELAKANG. Sistem balas jasa memberikan rasa aman fisik Indikator dari motivasi karyawan dalam. Performance Related Pay Penggajian yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

MANAGED CARE. (Sistem Pelayanan Kesehatan Terkendali) DIDIK SUNARYADI,SKM, MKes

Sistem Pembayaran Kapitasi. Didik Sunaryadi,BSc, SKM, MKes

SEJARAH FILOSOFI DAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA. Disiapkan oleh: dr. FX. Suharto, M. Kes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENYELENGGARAAN JPKM

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. kuliner skala UKM. Setelah dilakukan analisis pada bab empat, dapat diperoleh

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter. Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kesehatan fisik

Dewan Pertimbangan Medis Dalam BPJS. dr. Abla Ghanie, Sp.T.H.T.K.L (K), FICS

PELAYANAN DOKTER BERBASIS DOKTER KELUARGA DI INDONESIA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. tingginya pendidikan masyarakat, maka orientasi sistem nilai dalam masyarakat pun

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat,

Kompensasi Finansial Langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Kajian tentang Efektivitas Pemberian Insentif bagi Guru Daerah Terpencil di Kabupaten Banjar

BAB 1 PENDAHULUAN. program Jamsostek disamping program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kompensasi Finansial Langsung

PANDUAN PENGAJUAN ASURANSI KECELAKAAN KERJA BAGI PEKERJA ASING

HARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. didalam suatu organisasi maupun instansi yang bergerak dalam sektor pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Akbal Lizar (2011) dengan judul Pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

REGULASI MUTU PELAYANAN KESEHATAN- KEDOKTERAN DAN IMPLIKASINYA DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN. Dr. dr. Fachmi Idris, M.

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kelangsungan usaha atau bisnisnya agar selalu tetap maju. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Akuntansi dan Keuangan PT Kimia Farrna (Persero) Tbk. Cabang

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

FRAUD DALAM SISTEM MIKRO PELAYANAN KESEHATAN. Hanevi Djasri, dr, MARS Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK-UGM

Deljao Sistem Penggajian Payroll System

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

HASIL KAJIAN INSENTIF TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DAN SELF ASSESSMENT TIM NUSANTARA SEHAT BATCH 1 DAN 2

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

Dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TENTANG PEMANFAATAN DANA NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA PUSKESMAS KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini

Transkripsi:

Panduan Kompensasi Dokter dan Jasa Medik Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia November 2008

Pendahuluan Muktamar IDI XXVI di Semarang tahun 2006 telah menetapkan untuk membangun Sistem Pelayanan Kedokteran Terpadu Berbasis Pelayanan Kedokteran Keluarga (SPKT) yang ditopang tiga pilar utama yang disebut sebagai Tigo Tungku Sajarangan, yaitu subsistem pelayanan kedokteran, subsistem pendidikan dan pembinaan dokter dan subsistem pembiayaan kedokteran. Untuk mewujudkan SPKT perlu dilakukan peninjauan dan penataan kembali pada ketiga subsistem tersebut. Pembiayaan kesehatan/kedokteran (healthcare financing system) dalam arti luas merupakan upaya yang mengatur pengumpulan dana (collecting), menyatukan dana (pooling), dan menyalurkan atau mengalokasikan dana (allocation). Dalam SPKT pembiayaan kesehatan dalam arti sempit hanya menyoroti satu aspek yaitu pengalokasian dana dan lebih khusus lagi pada cara menghargai atau memberi kompensasi kepada dokter. Pelayanan kesehatan merupakan suatu transaksi antara dua pihak dimana pasien yang menerima jasa wajib membayar imbalan dan dokter yang memberikan jasa berhak menerima imbalan. Pengaturan transaksi ini dalam undang-undang Praktik Kedokteran hanya sebatas hak dan kewajiban. Dalam undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional, besarnya tarif pelayanan merupakan kesepakatan antara badan pengelola dan asosiasi fasilitas kesehatan. IDI sebagai organisasi profesi yang menaungi dokter termasuk dalam pengertian tersebut. Dengan adanya kedua undang-undang ini maka pelayanan kesehatan akan dinaungi oleh pembiayaan kesehatan dengan mekanisme asuransi kesehatan sosial. Banyak cara membayar dokter, antara lain: fee for service, kapitasi, gaji, resource based relative value scale, pay for performance serta kombinasi dan variannya. Semua cara pembayaran tersebut merupakan bagian dari suatu sistem kompensasi dokter. Penyusunan panduan ini merupakan bagian dari upaya IDI untuk membangun sistem kompensasi dokter yang sejalan dan dapat mendukung SPKT. Page 2 of 10

Latar belakang permasalahan Berbagai masalah dan kecenderungan pelayanan kesehatan yang terjadi saat ini dipengaruhi berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu dari faktor tersebut adalah cara memberikan penghargaan (kompensasi) kepada dokter. Beberapa masalah dan kecenderungan mendasar yang perlu ditinjau dan dicarikan jalan keluar karena berkaitan dengan kompensasi dokter, antara lain adalah: 1) Secara nasional pembayaran masih didominasi (sekitar 71%) oleh pembayaran out of pocket untuk setiap layanan yang diberikan kepada pasien, yang dikenal sebagai fee for service(ffs). Kondisi ini mendorong pemberian layanan yang berlebihan dan kadangkala tidak diperlukan, menyebabkan pemborosan sumber daya dan menimbulkan ketidak pastian biaya bagi pasien dan ketidakpastian pendapatan/kompensasi bagi dokter. 2) Pelayanan kesehatan telah menjadi komoditas yang mahal, harganya meningkat dari tahun ke tahun sehingga membebani masyarakat, terutama masyarakat miskin dan masyarakat yang tidak mempunyai asuransi kesehatan. Biaya berobat menjadi penghalang (financial barrier) akses ke layanan kesehatan. WHO melaporkan 152 juta orang setahun yang bangkrut dan ekonomi keluarganya morat-marit karena mahalnya biaya kesehatan (financial catastrophy). 3) Adanya kebijakan dokter murah atau menghargai dokter di bawah standar (underpaid) yang telah berlangsung lama yang tidak disadari oleh sebagian besar dokter. Batasan underpaid adalah kompensasi (pendapatan) dari kerja utama (40 jam/minggu) tidak mencukupi untuk hidup layak. Kondisi ini menyebabkan dokter harus kerja rangkap di luar jam kerja utama (kerja utama + kerja tambahan). Penelitian IDI menunjukkan kompensasi dari kerja tambahan 3-12 kali kompensasi kerja utama. 4) Kesenjangan pendapatan yang sangat lebar diantara dokter, terutama antara dokter praktik umum (DPU) dan dokter spesialis (Dsp). Penelitian IDI menunjukkan pendapatan Dsp 8-244 kali pendapatan DPU. Di negara Uni Eropa dan Amerika kisarannya hanya 1,5-3,8 kali. Page 3 of 10

Secara umum dapat dikatakan bahwa berbagai masalah dalam pembiayaan kesehatan tersebut berkaitan dengan masalah bagaimana menghargai profesi dokter secara layak dan berkeadilan, termasuk berkeadilan bagi pasien, dan masalah ini berkaitan langsung dengan tingkat kesejahteraan profesi dokter. Maksud dan tujuan Maksud dan tujuan penyusunan panduan kompensasi dokter ini adalah mengurangi sejauh mungkin berbagai masalah tersebut di atas. Dengan demikian adanya panduan kompensasi dokter ini diharapkan dapat: Menjadi acuan bagi dokter, pemerintah, pihak asuransi, dan pihak lain dalam mendayagunakan/merekrut dokter atau menentukan pendapatan dokter. Mengurangi kesenjangan kesejahteraan diantara dokter Mendorong persebaran dan pemerataan dokter ke seluruh wilayah Indonesia. Melindungi pasien, penanggung biaya dan pihak asuransi dari klaim imbalan jasa yang berlebihan oleh dokter. Membantu mewajarkan biaya kesehatan. Dasar Hukum 1. Undang Undang Praktik Kedokteran pasal 50: dokter mempunyai hak menerima imbalan jasa dan pasal 53: pasien mempunyai kewajiban untuk memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima, serta pasal 49: pembinaan dan pengawasan kendali mutu dan kendali biaya dilaksanakan oleh organisasi profesi. 2. UU SJSN pasal 32: tarif ditentukan bersama oleh badan pengelola dan asosiasi fasilitas kesehatan. 3. Ketetapan Muktamar IDI XXVI tahun 2006 di Semarang tentang Sistem Pelayanan Kedokteran Terpadu. Page 4 of 10

Prinsip Dasar Untuk menjamin suatu sistem kompensasi dokter dan jasa medik memenuhi azaz keadilan dan azaz transparansi serta sejalan dengan SPKT, maka sistem tersebut harus dilandasi 6 prinsip dasar berikut ini: 1) Produktivitas dokter dan jasa medik merupakan bagian integral dari suatu sistem kompensasi dokter. 2) Kompensasi dokter seyogianya setara dengan kerja dokter, yaitu sumber daya yang dicurahkan dokter untuk menangani pasiennya. 3) Ada keseimbangan kompensasi antar dokter dan antar spesialisasi untuk menjamin meratanya persebaran dokter yang bekerja di strata pertama, kedua dan ketiga. 4) Ada keseimbangan kompensasi dokter antar wilayah (urban, rural, daerah terpencil dan pulau terluar NKRI) yang dapat mendukung pemerataan distribusi dokter di Indonesia. 5) Kompensasi dokter mapun jasa medik seyogianya dinyatakan dalam nilai relatif dan dalam rentang (range) bukan satu nilai (fix), agar dapat disesuaikan dengan kondisi setempat. Rentang kompensasi ini seyogianya mencerminkan kompensasi mayoritas dokter (70-80%). 6) Metode untuk menentukan kompensasi dokter seyogianya tidak rumit, mudah diterapkan dan transparan, serta nilai nominalnya seyogianya wajar, masuk akal dan berkeadilan bagi pasien maupun dokter. Batasan Jasa medik (medical fee): Adalah imbalan atau penghargaan untuk setiap layanan medis yang diberikan kepada seorang pasien (pada cara pembayaran fee for service). Kompensasi: Adalah penghargaan berbentuk finansial (uang) dan nonfinansial (bukan uang) yang langsung dan tidak langsung diberikan kepada seseorang sebagai imbalan untuk suatu pekerjaan, dengan mempertimbangkan nilai dari pekerjaaan tersebut serta kontribusi dan kinerja personal dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Page 5 of 10

Kompensasi langsung biasanya berbentuk pendapatan per periodik (pendapatan basik plus insentif yang terkait dengan produktivitas), sedang kompensasi tidak langsung berbentuk manfaat/imbalan tambahan yang punya nilai ekonomi (fringe benefits), misalnya: tunjangan kesehatan, jamsostek, THR, bonus tahunan, mobil perusahaan, program kepemilikan rumah, tunjangan telepon seluler, dan lain-lain. Indeks Geografi Praktik (IGP) Adalah suatu angka yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kesulitan menjalankan praktik kedokteran di suatu wilayah geografi. Kesulitan yang dimaksud antara lain: keterpencilan fisik, kolegial dan sosial, keterbatasan infrastruktur transportasi, komunikasi dan sarana penunjang lain serta sarana kehidupan yang mempengaruhi kinerja dan kenyamanan menjalankan profesi kedokteran. Metodologi Menggunakan kompensasi dokter setahun sebagai indikator untuk mewakili tingkat kesejahteraan dokter. Mengkaitkan indikator tersebut dengan pendapatan per kapita nasional untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan profesi dokter dibandingkan dengan rata-rata penduduk. Melakukan survei kompensasi dokter secara nasional secara berkala. Formula 1. Dokter Praktik Umum (DPU) Formula kompensasi setahun: DPU = 10-14 X pendapatan/kapita nasional X Kurs 1USD X IGP Page 6 of 10

Formula kompensasi sebulan: DPU = 10-14 X pendapatan/kapita nasional X Kurs 1USD X IGP 12 bulan 2. Dokter spesialis (Dsp): Formula kompensasi setahun: DSp = 30-44 X pendapatan/kapita nasional X Kurs 1USD X IGP Formula kompensasi sebulan: DSp = 30-44 X pendapatan/kapita nasional X Kurs 1USD X IGP 12 bulan 3. Kompensasi ini adalah kompensasi dari kerja utama dengan waktu kerja 40 jam/minggu, 220 hari kerja efektif setahun. 4. Indeks Geografi Praktik (IGP) untuk sementara ditetapkan: Daerah urban = 1 Daerah rural = 1,25 Daerah terpencil = 1,5 Untuk melengkapi panduan ini, sedang disusun IGP di setiap kabupaten/ kota. Page 7 of 10

Penerapan formula 1. Nilai kompensasi DPU: Kompensasi DPU setahun Rp. 141.362.500 208.004.000 Kompensasi DPU sebulan (dibulatkan) Rp. 11.780.208 17.333.667 Rp. 12.000.000 17.000.000 (Nilai kompensasi setahun pada saat kurs 1USD= Rp.9.205 dan IGP =1) 2. Nilai kompensasi Dsp: Kompensasi DSp setahun Rp. 441.627.992 650.000.000 Kompensasi Dsp sebulan (dibulatkan) Rp. 36.802.333 54.166.667 Rp.37.000.000 54.000.000 (Nilai kompensasi setahun pada saat kurs 1USD= Rp.9.205 dan IGP =1) 3. Jasa medik konsultasi DPU dan Dsp Waktu tatap muka antara dokter dengan pasien bervariasi sesuai kondisi dan kebutuhan pasien. Waktu yang moderat berada pada kisaran 8-15 menit atau sekitar 4 pasien dalam satu jam. Nilai jasa medik konsultasi diperoleh dengan cara membagi nilai kompensasi setahun dengan hari kerja setahun (220 hari) dengan jam kerja sehari (8 jam) dengan pasien yang diperiksa dalam satu jam (4 pasien). Diperoleh kisaran nilai jsa medik konsultasi sebagai berikut: Page 8 of 10

Jasa medik konsultasi DPU (dibulatkan) Rp. 20.080 29.546 Rp.20.000 30.000 Jasa medik konsultasi DSp (dibulatkan) Rp. 62.731 92.330 Rp.60.000 90.000 4. Dengan mengacu kepada rentang nilai kompensasi dan jasa medik konsultasi di atas, selanjutnya perlu dilakukan negosiasi untuk menentukan satu nilai kompensasi atau jasa medik yang disepakati dan memenuhi kondisi lapangan. Pertimbangkan kondisi setempat, seperti: kompensasi tidak langsung, Indek Geografi Praktik (IGP), kondisi dasar, daya beli masyarakat (ability to pay) dan kemauan membayar masyarakat (willingness to pay). Page 9 of 10

Catatan 1. Survei kompensasi dokter perlu dilakukan secara berkala dengan melibatkan seluruh perhimpunan. 2. Metodologi survey harus terus diperbaiki dan diperkaya dengan variable baru yang terkait dengan produktivitas dan kesejahteraan dokter. 3. Untuk melengkapi panduan ini, perlu ditetapkan jasa medik untuk jenis layanan yang sehari-hari ditemui di tempat praktik. Penentuan jasa medik ini memakai metodologi yang berlandaskan prinsip dasar di atas. - ogso - Page 10 of 10