BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi,

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam kampung atau biasa disebut ayam buras adalah salah satu ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat tertentu dalam waktu relatif singkat (Rasyaf, 1994). Broiler umumnya

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2016,

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ilmu Pengetahuan Alam

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Onggok Terfermentasi Bacillus mycoides terhadap

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kapang Rhizopus oryzae

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

I. PENDAHULUAN.. Kulit pisangmerupakan limbah dari industri pengolahan pisang yang belum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. besar pasang gen yang masing-masing dapat berperan secara aditif, dominan dan

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. plasma dan sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit), yang masing -masing

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam kedu termasuk ragam ayam kampung dari spesies Gallus gallus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber daging (Kartasudjana, 2005). Ayam broiler memiliki daging yang empuk, ukuran badan yang besar, tingkat efisiensi pakan yang tinggi dan pertambahan bobot badan sangat cepat (Sari et al., 2014). Pertambahan bobot badan ayam broiler dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dari pakan (ransum yang diberikan) dan suhu lingkungan. Keadaan suhu lingkungan merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi produktivitas ayam broiler (Sugito, 2009). Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi pakan, temperatur lingkungan serta pemeliharaan. Pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, nutrisi ransum, kontrol penyakit, kandang dan manajemen produksi (Budiansyah et al., 2010). Ayam pedaging (broiler) merupakan ayam ras unggulan dari hasil persilangan bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging yang mampu tumbuh cepat dan dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat yaitu 5 minggu (Ardana, 2009). Strain Lohmann dari PT Multibreeder Adirama Indonesia memiliki 3 kriteria standar grade day old chick (DOC) yaitu grade platinum (bobot DOC > 37 g),

5 grade gold (bobot DOC 34 - < 37 g), dan silver (bobot DOC 30 - < 34 g) Bobot badan pada umur 35 hari mencapai 1764 g (Lohmann, 1999). Pemeliharaan ayam broiler dibagi menjadi 2 fase yaitu fase starter dan finisher. Pemeliharaan pada fase starter dimulai sejak hari pertama hingga akhir minggu ke-3, sedangkan fase finisher dimulai sejak awal minggu ke-4 sampai ayam siap dijual (Abidin, 2003). 2.2. Onggok Onggok merupakan produk sampingan berupa padatan yang di hasilkan dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Komponen terbesar onggok yaitu kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, namun protein kasar dan lemak kasar rendah (Kurniadi, 2010). Kadar karbohidrat utama yang ada di dalam onggok adalah selulosa dan hemiselulosa (Phowan dan Danvirutai, 2014). Tingginya kadar karbohidrat pada onggok dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif untuk bahan pakan unggas. Faktor utama yang membatasi penggunaan onggok sebagai bahan pakan unggas yaitu rendahnya kandungan protein dan defisiensi asam amino esensial (Khempaka et al., 2009). Menurut Ali- Mursyid et al. (2010), onggok memiliki beberapa kelemahan diantarannya onggok memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, protein kasar rendah, sehingga dapat berpengaruh terhadap rendahnya daya cerna pada ayam jika onggok digunakan sebagai bahan pakan. Onggok dapat dimasukkan dalam ransum ayam broiler hingga 80 g/kg, pemberian onggok dengan level lebih tinggi dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan kecernaan nutrisi (Khempaka et al., 2009). Kandungan nutrisi onggok tertera pada Tabel 1 berikut:

6 Tabel 1. Komposisi Nutrisi Onggok Jenis nutrisi Kandungan nutrisi Bahan kering (%)* 93,22 Pati (%)* 53,55 Abu (%)* 2,83 Protein kasar (%)* 1,98 Serat kasar (%)* 13,59 Ekstrak eter (%)* 0,13 Phosphor (P) (%)* 0,05 Kalsium (Ca) (%)* 0,1 Energi Metabolis (Kkal/kg)** 3000 3500 Sumber : * Khempaka et al. (2009) ** Yohanista et al. (2014) Onggok merupakan limbah padat agroindustri pada pembuatan tepung tapioka yang dapat dijadikan sebagai media fermentasi dan sekaligus sebagai pakan ternak. Proses fermentasi dengan mikroorganisme dapat membantu meningkatkan kandungan nutrisi terutama kandungan protein pada onggok yang berguna dalam penyusunan ransum ayam broiler (Khempaka et al., 2014) 2.3. Rhizopus oryzae Rhizopus merupakan salah satu jenis fungi filamentus yang banyak digunakan dalam proses pembuatan fermentasi pakan. Salah satu spesies dari Rhizopus yang sering digunakan dalam proses pembuatan fermentasi adalah Rhizopus oryzae (Rosita, 2008). Menurut Yudiarti et al. (2012), Rhizopus oryzae merupakan salah satu jenis fungi filamentus yang memiliki potensi sebagai probiotik. Fungi Rhizopus oryzae yang diisolasi dari gathot memiliki potensi

7 sebagai probiotik dan memiliki antioksidan yang tinggi (Sugiharto et al., 2015). Probiotik merupakan pakan aditif dalam bentuk mikroba hidup, baik yang diberikan tunggal maupun campuran dari berbagai spesies. Pemberian probiotik dalam tambahan pakan dapat berfungsi untuk menyeimbangkan mikroflora usus, meningkatkan ketersediaan nutrien ternak, meningkatkan imun tubuh dan dapat memperbaiki profil darah merah (jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit) (Ali et al., 2013). Fungi Rhizopus oryzae merupakan spesies kapang yang mempunyai sifat proteolitik dan amilolitik yang dapat menghasilkan enzim protease dan enzim amilase yang sangat aktif sehingga dapat meningkatkan kandungan protein substrat (Abun et al., 2001). Pemberian fungi Rhizopus sp mampu meningkatkan kecernaan karena dapat mensekresi enzim yang berguna seperti protease, lipase dan amilase (Harti et al., 2013). 2.4. Darah Darah terdiri dari sel-sel yang terendam di dalam cairan yang disebut plasma (Frandson, 1993). Fungsi darah antara lain yaitu absorbs dan transportasi nutrien dari saluran pencernaan ke jaringan, transport oksigen ke dalam sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida (CO 2 ) dari sel tubuh, mengangkut kembali produk sisa metabolisme sel ke organ yang di sekresikannya, transportasi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan pengaturan kandungan air pada jaringan tubuh serta darah juga berperan penting dalam menjaga temperatur tubuh (Wijiastuti et al., 2013). Fungsi transportasi dan kekebalan dapat dilihat dari

8 variabel darah yang berupa eritrosit dan leukosit serta diferensial leukosit darah (Setyaningrum, 2010). Menurut Frandson (1993) bahwa darah dapat berfungsi sebagai berikut membawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh, membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan, membawa karbon dioksida dari jaringan ke paru, membawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju ginjal untuk diekskresikan, berperan penting dalam penegendalian suhu dengan cara mengangkut panas dari struktur yang lebih dalam menuju ke permukaan tubuh, sistem bufer, memepertahankan ph yang konstan pada jaringan serta memiliki faktor penting dalam mempertahankan tubuh terhadap penyakit. 2.5. Eritrosit Eritrosit merupakan sel darah merah yang berperan membawa hemoglobin di dalam sirkulasi. Proses pembentukan eritrosit atau eritropoiesis terjadi didalam sumsum tulang merah yang antara lain terdapat dalam berbagai tulang panjang. Eritropoiesis membutuhkan bahan dasar protein, glukosa, dan berbagai aktivator. Beberapa aktivator proses eritropoiesis meliputi mikromineral Cu, Fe dan Zn (Rosmalawati, 2008). Eritrosit berkorelasi positif terhadap kadar hemoglobin dan hematokrit. Selain itu, eritrosit dipengaruhi juga oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, nutrisi, produksi telur, bangsa, panjang hari, suhu lingkungan dan faktor iklim (Etim et al., 2014). Eritrosit pada unggas intinya terletak ditengah dan berbentuk oval. Sel darah merah atau eritrosit pada unggas berbentuk bikonkaf dan berukuran 7 μm

9 tebal 1-3 μm dan eritrosit ini ada sebanyak 45% dari volume total darah. Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut hemoglobin yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan (Guyton dan Hall, 1997). Jumlah eritrosit menunjukkan kemampuan ayam mennggangkut oksigen untuk melakukan metabolisme nutrien (Isroli et al., 2009). Kisaran normal jumlah eritrosit pada ayam pedaging umur 5-6 minggu berkisar antara 2,26 3,32 x 10 6 sel/cc (Satyaningtijas et al., 2010). 2.6. Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen eritrosit yang terbentuk dalam 2 komponen, yaitu heme dan globin. Heme merupakan atom besi, sedangkan globulin berupa sel. Heme adalah suatu senyawa metalik yang mengandung satu atom besi (Setyaningrum, 2010). Hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan kembali membawa karbondioksida ke paru-paru (Hoffbrand et al., 2005). Menurut Lehningger (1998), hemoglobin berperan tidak hanya membawa oksigen dari paru-paru kejaringan perifer, tetapi juga mengatur pengikatan oksigen diparu-paru dan pelepasan oksigen didalam jaringan sebagai respon terhadap beberapa keadaan, terutama ph dan konsentrasi CO 2. Kadar hemoglobin normal pada ayam broiler umur 4 5 minggu berkisar antara 8,73 11,26 g/dl dengan rata-rata 9,0 g/dl (Qamar et al., 2015). Hemoglobin pada sel darah merah didalam daerah pembuluh darah arteri yang mengalir dari paru-paru ke jaringan perifer kira-kira 96 persen jenuh dengan

10 oksigen. Di dalam darah vena yang kembali ke jantung, hemoglobin hanya kirakira 64 persen jenuh. Sehingga setiap 100 ml darah yang mengalir melalui jaringan melepaskan kira-kira sepertiga oksigen yang dibawanya, sama dengan kira-kira 6,5 ml gas oksigen pada tekanan atsmosfir dan suhu tubuh (Lehningger, 1982). Adanya hemoglobin di dalam eritrosit memungkinkan timbulnya kemampuan untuk mengangkut oksigen serta yang menyebabkan timbulnya warna merah pada darah (Frandson, 1993). 2.7. Hematokrit Nilai hematokrit atau Packed Cell Volume (PCV) adalah suatu istilah yang artinya persentase (berdasar volume) dari darah yang terdiri dari sel-sel darah merah. Perhitungan nilai hematokrit darah dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah yang diberi anti koagulan, kemudian dilakukan sentrifusi sampai sel-sel mengumpul dibagian dasar. Nilai hematokrit berfungsi untuk menghitung sel darah merah total (Frandson, 1993). Packed Cell Volume (PCV) merupakan persentase seluler bahan padat darah yang berupa komponen seluler darah (Isroli et al., 2009). Nilai hematokrit dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran sel darah merah. Volume sel mungkin mengalami perubahan akibat peningkatan air plasma (hemodilution) atau penurunan air plasma (hemoconcentration) (Wardiny et al., 2012). Hematokrit menunjukan besarnya volume sel darah merah darah (Hoffbrand and Pettit, 1996). Perbedaan nilai hematokrit darah dimungkinkan karena perbedaan umur, tingkat produksi, sistem pemeliharaan dan musim. Hal ini

11 sesuai dengan pernyataan bahwa kadar hematokrit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur, jenis kelamin, status nutrisi, keadaan hipoksia, jumlah eritrosit dan ukuran eritrosit (Ali et al., 2013). Menurut Setyaningtijas et al (2010) bahwa nilai normal hematokrit ayam antara 22-35% dengan rata-rata 30%. 2.8. Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) merupakan salah satu indikator dalam penentuan indeks eritrosit yang berfungsi untuk mengklarifikasikan anemia berdasarkan morfologinya (makrositik, normositik dan mikrositik) dan untuk mengetahui respon eritropoitik (Arfah, 2015). Etim et al. (2014) menjelaskan bahwa perhitungan nilai indeks eritrosit berperan penting dalam menetapkan kelainan anemia. Perhitungan nilai indeks eritrosit dapat diperoleh dari perhitungan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin maupun hematokrit. Mean Corpuscular Volume (MCV) berfungsi untuk mengukur besar ratarata sel darah merah atau nilai eritrosit rata-rata yang memberi keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin per eritrosit. Satuan untuk mengukur volume rata-rata sebuah eritrosit atau MCV yaitu femtoliter (Siswani, 2006). MCV membagi eritrosit berdasarkan ukuran berguna untuk diferensial diagnosa anemia. Berdasarkan ukuran eritrosit yang terbesar disebut makrositik, eritrosit yang mempunyai ukuran normal disebut normositik dan eritrosit yang mempunyai ukuran terkecil disebut mikrositik (Murray et al., 1999). MCV pada ayam broiler berkisar antara 90-140 fl (Santoso et al. 2015).

12 Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) merupakan jumlah hemoglobin sebagai peresentasi volume satuan sel darah merah. MCHC atau nilai rata-rata hemoglobin berfungsi untuk mengukur jumlah dan kepekatan hemoglobin serta untuk mengukur konsentrasi rata-rata hemoglobin yaitu dengan cara membagi hemoglobin dengan hematokrit (Murray et al., 1999). Arfah (2015) menjelaskan bahwa nilai MCHC merupakan indikator paling penting untuk mengamati terapi anemia, hal ini disebabkan perhitungan MCHC diperoleh dua penentu paling akurat pada hematologi yaitu hemoglobin dan hematokrit. Berdasarkan kadar hemoglobin pada sel darah merah mengkategorikan jika konsentrasi hemoglobin pada sel darah merah normal disebut normokrimik, konsentrasi hemoglobin pada sel darah merah rendah disebut hipokrimik dan konsentrasi hemoglobin pada sel darah merah tinggi disebut hiperkrimik (Murray et al., 1999). Nilai MCHC normal pada ayam broiler berkisar antara 26-35% (Santoso et al., 2015).