BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan ortodonti. Gigi berjejal merupakan suatu keluhan pasien terutama pada aspek estetik sehingga pasien datang ke dokter gigi atau spesialis ortodonti untuk meratakan susunan gigi sehingga gigi menjadi rapi dan mendapatkan oklusi yang normal. Walaupun biasanya pasien datang untuk alasan estetik, perawatan gigi berjejal bukan saja untuk merapikan gigi tetapi juga untuk memperbaiki masalah fungsional. 5,6,20,21 2.1 Definisi Gigi Berjejal Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi di luar susunan gigi yang normal dimana terjadi ketidaksesuaian antara ukuran gigi dan dimensi lengkung. Nance menyatakan bahwa gigi berjejal terjadi akibat adanya perbedaan antara ruang yang diperlukan didalam lengkung gigi dengan ruang yang tersedia di dalam lengkung gigi. 5-8 Istilah yang sering digunakan di bidang ortodonti untuk menjelaskan gigi berjejal adalah diskrepansi ukuran lengkung gigi. Diskrepansi ukuran lengkung gigi adalah perbedaan antara panjang lengkung rahang dan ukuran gigi, dimana prediksi ruang yang tersedia bisa positif ataupun negatif. Apabila hasilnya negatif maka akan menyebabkan gigi berjejal sedangkan jika hasilnya positif akan menyebabkan terdapat ruangan diantara gigi. 11 Gigi berjejal dikategorikan menjadi dua yaitu gigi berjejal simpel dan gigi berjejal kompleks. Gigi berjejal simpel artinya ketidakharmonisan antara ukuran gigi dengan ruangan yang tersedia di alveolar dengan tidak disertai gangguan pada skeletal, muskular, atau fungsional oklusi. Gigi berjejal simpel sering ditemukan pada maloklusi Klas I, walaupun dapat dijumpai pula pada maloklusi Klas II dengan protrusi gigi
maksila dan skeletal yang normal. Sedangkan gigi berjejal kompleks artinya gigi berjejal yang disebabkan oleh ketidakseimbangan skeletal, fungsi bibir dan lidah, dan disfungsional oklusi yang menyebabkan ketidakharmonisan antara ukuran gigi dengan ruangan yang tersedia. 2,22 2.2 Derajat Keparahan Gigi Berjejal Banyak kategori yang digunakan dalam menentukan derajat keparahan gigi berjejal. Menurut Proffit, derajat keparahan gigi berjejal dikategorikan sebagai berikut: 23 a. Ideal, yaitu kekurangan ruangan sebesar 0-1 mm. b. Gigi berjejal ringan (mild crowded), yaitu kekurangan ruangan sebesar 2-3 mm. c. Gigi berjejal sedang (moderate crowded), yaitu kekurangan ruangan sebesar 4-6 mm. d. Gigi berjejal berat (severe crowded), yaitu kekurangan ruangan sebesar 7-10 mm. e. Gigi berjejal ekstrim (extreme crowded), yaitu kekurangan ruangan di atas 10 mm. McDonald juga mengklasifikasikan derajat keparahan gigi berjejal dan dikategorikan sebagai berikut : 22 a. Gigi berjejal ringan ( mild crowded ), yaitu kekurangan ruangan 1-2 mm perkuadran. b. Gigi berjejal ringan (moderate crowded), yaitu kekurangan ruangan 4 mm perkuadran. c. Gigi berjejal berat (severe crowded), yaitu kekurangan ruangan lebih dari 4 mm perkuadran. Menurut analisis panjang lengkung Carey s, derajat keparahan gigi berjejal dikategorikan sebagai berikut : 24 a. Ideal (no crowded), yaitu tidak terdapat kekurangan ruangan. b. Gigi berjejal ringan (mild crowded), yaitu terdapat kekurangan ruangan sebesar 0.0 2.5 mm. c. Gigi berjejal sedang (moderate crowded), yaitu terdapat kekurangan ruangan sebesar 2.5-5.0 mm. d. Gigi berjejal berat (severe crowded), yaitu terdapat kekurangan ruangan diatas 5 mm.
Menurut analisis Merrifield kekurangan ruangan dilihat dari panjang lengkung anterior yang tersedia dikurangi dengan jumlah total mesiodistal gigi anterior. Sehingga derajat keparahan gigi berjejal dikategorikan sebagai berikut : 24 a. Ideal (no crowded), yaitu tidak terdapat kekurangan ruangan pada regio anterior. b. Gigi berjejal ringan (mild crowded), yaitu terdapat kekurangan ruangan sebesar 0 2 mm pada regio anterior. c. Gigi berjejal sedang (moderate crowded), yaitu terdapat kekurangan ruangan sebesar 2-4 mm pada regio anterior. d. Gigi berjejal berat severe crowded), yaitu terdapat kekurangan ruangan 4 6 mm pada regio anterior. 2.3 Etiologi Gigi Berjejal Hingga abad 21 sudah banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui etiologi gigi berjejal, ada banyak teori yang dikemukakan namun hingga saat ini etiologi gigi berjejal masih belum diketahui secara pasti. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa etiologi gigi berjejal merupakan faktor genetik dan faktor lingkungan tetapi bukan hanya faktor genetik atau faktor lingkungan saja yang dikatakan sebagai etiologi dari gigi berjejal. Etiologi dari gigi berjejal biasanya multifaktorial. 1,2,7,21,25,26 Adapun etiologi dari gigi berjejal : a. Faktor Genetik - Terjadinya evolusi, dimana terjadi pengurangan ukuran rahang namun tidak diikuti oleh pengurangan ukuran gigi. 1,7 - Sindroma genetik, kehadiran DNA Y tunggal atau polimorfisme nukleotida tunggal dan mtdna haplotype serta variasi 1-4 alel dari lokus autosomik dapat menyebabkan gigi berjejal, dimana Polimorfisme nukleotida tunggal rs372024 secara bermakna dikaitkan dengan terjadinya gigi berjejal. Selain itu gen homeobox juga terbukti mempunyai pengaruh terhadap perkembangan gigi. Gen homeobox spesifik yaitu MSX1 dan MSX2 terlibat dalam interaksi epitel mesenkim dan berpengaruh pada
perkembangan kraniofasial. MSX-1 dan MSX-2 berpengaruh pada tahap perkembangan benih gigi yaitu pada tahap bud. 26 - Adanya cacat ketika perkembangan embriologi, kadangkala perkembangan gigi disertai dengan cacat bawaan. Misalnya hilangnya gigi secara kongenital seperti gangguan yang terjadi pada tahap awal pembentukan gigi (inisiasi dan proliferasi). 21 b. Faktor Lingkungan - Adanya tekanan yang terus terjadi lebih dari 4 6 jam/ hari pada saat pertumbuhan gigi, misalnya tekanan dari jaringan lunak disekitarnya dimana tekanan dari jaringan lunak akan memberi pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanannya kecil akan tetap memberikan dampak. Kebiasaan buruk seperti menghisap ibu jari apabila dilakukan dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan gigi berjejal. 25 - Trauma, Jika terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen bergeser sehingga akan mengakibatkan kelainan pertumbuhan dan nantinya erupsi gigi permanen berada di luar lengkung gigi. 1 - Gigi yang transposisi 12 - Gigi desidui yang tidak mengalami resorpsi 12 - Gigi desidui yang mengalami premature loss yang menyebabkan pengurangan panjang lengkung yang dihubungkan dengan miringnya (drifting) gigi permanen 12 - Pengurangan panjang lengkung yang dihubungkan dengan karies interproksimal pada gigi desidui 12 - Gigi desidui yang persisten 12 Hooton menyatakan bahwa gigi berjejal mungkin merupakan hasil evolusi dari manusia modern dengan terjadinya pengurangan ukuran skeletal wajah tanpa pengurangan ukuran gigi. 27 Lundstrom menyatakan bahwa ukuran gigi merupakan faktor yang mempengaruhi gigi berjejal, Apabila ukuran gigi lebih besar maka resiko terjadinya gigi berjejal juga akan meningkat serta apabila ukuran dimensi lengkung lebih kecil maka resiko terjadinya gigi berjejal juga semakin meningkat. Namun Edward F. Harris menyimpulkan bahwa ukuran lengkung, bentuk lengkung mempunyai pengaruh yang lebih besar. 27
Profitt mengatakan bahwa gigi berjejal disebabkan karena terdapatnya perbedaan proporsi antara ukuran gigi dan dimensi lengkung. Gigi berjejal ringan dan gigi berjejal sedang bisa juga disebabkan oleh kebiasaan atau faktor lingkungan. Kasus gigi berjejal berat ataupun gigi berjejal ekstrim biasanya lebih dipengaruhi oleh faktor genetik daripada faktor lingkungan. Hal itu didukung oleh John Mew yang mengatakan bahwa gigi berjejal terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan. 27 Brash menyatakan bahwa faktor penyebab gigi berjejal adalah faktor herediter dan diturunkan dari satu keturunan ke keturunan berikutnya selain itu Brash juga berpendapat bahwa gigi berjejal dipengaruhi oleh faktor ras. 27 Barber berpendapat bahwa gigi berjejal merupakan hasil dari tekanan otot yang abnormal dan arah erupsi gigi yang abnormal, tekanan oklusal yang berlebih sehingga mengakibatkan migrasi gigi serta pengurangan panjang lengkung yang dihubungkan dengan karies interproksimal. 27 Egil P. Harvold mengatakan adanya penyimpangan fungsional dari metabolisme atau neuromuskular merupakan penyebab dari terjadinya gigi berjejal. 27 2.4 Ukuran Gigi dan Dimensi Lengkung Pada kasus gigi berjejal, ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung merupakan hal yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa, rencana perawatan dan prognosa perawatan ortodonti. Ukuran lebar mesiodistal dan lengkung gigi akan terlihat berbeda pada ras yang berbeda pula. 28 2.4.1 Ukuran Gigi (Lebar Mesiodistal gigi) Ukuran gigi merupakan faktor penting di dalam pertimbangan perawatan dan diagnosis ortodonti. Ukuran gigi adalah lebar mesio-distal gigi geligi pada maksila dan mandibula. Hubungan dimensi mesio-distal yang harmonis merupakan faktor besar yang mempengaruhi koordinasi tonjol gigi geligi posterior, overbite dan overjet pada oklusi sentrik. Ukuran gigi juga harus harmonis dengan ukuran lengkung untuk menciptakan susunan yang sesuai. Menurut Bolton, kebanyakan maloklusi yang terjadi akibat diskrepansi ukuran gigi. Jika ketidaksesuaian tersebut tidak terdeteksi secara dini maka bisa menyebabkan maloklusi. Oleh karena itu, pengukuran dan analisis lebar
mesio-distal gigi perlu diperhatikan sebelum perawatan dimulai agar penempatan gigi tepat di dalam lengkungnya. 29,30 Ukuran lebar mesiodistal gigi geligi ditentukan dengan mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial dan distal gigi pada permukaan interproksimalnya ataupun diukur pada titik kontak gigi yang bersinggungan dengan titik kontak gigi tetangganya dengan menggunakan kaliper digital dengan ujung yang tajam dan mempunyai ketelitian dua angka di belakang koma. 31,32 2.4.2 Dimensi Lengkung a. Lebar Lengkung Gigi (Dental Arch Width) Ada dua ukuran yang digunakan untuk menghitung lebar lengkung yaitu jarak maksimum diantara permukaan distal gigi insisivus lateralis dan rata-rata lebar intermolar yang dihitung dari nilai lebar bukal dan lingual intermolar. Baik bagian bukal dan lingual diukur dari titik perpotongan gingiva yang berbatasan dengan gingiva dibagian bukal serta fisur di bagian lingual pada gigi molar pertama permanen. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper digital dengan ketepatan 0.01 mm. 7 Lebar intermolar pada daerah bukal adalah jarak yang diukur 5 mm dari apikal menuju pertengahan mesiodistal dari margin gingiva gigi molar pertama disatu sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan. Pada daerah palatal / lingual, lebar intermolar adalah jarak yang diukur pada titik tengah daerah servikal gigi molar pertama disatu sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan. 7,20,27 Gambar 1. Titik referensi dalam pengukuran lebar intermolar pada daerah bukal dan lingual. 7,20
b. Panjang Lengkung (Arch Length) Dalam pengukuran panjang lengkung, panjang lengkung merupakan suatu garis tegak lurus dari titik kontak antara gigi insisivus sentral permanen ke garis yang menghubungkan permukaan distal dari gigi molar pertama permanen. 7,20 Gambar 2. Titik referensi dalam pengukuran panjang lengkung (arch length). 7,20 c. Perimeter Lengkung (Arch Perimeter) Perimeter lengkung diukur dengan modifikasi formula yang disarankan oleh Mills dan Hamilton yaitu : Perimeter lengkung = 2 y² + 4x² Dimana diketahui x adalah panjang lengkung dan y adalah rata-rata lebar intermolar dibagi dua. 7,35 Metode yang digunakan untuk mengukur perimeter lengkung ini tidak berbeda dengan penghitungan yang langsung dilakukan di model studi dan diketahui bahwa penghitungan dengan cara ini lebih dapat dipercaya dan menggunakan waktu yang lebih sedikit daripada penghitungan dengan cara langsung. 7 3