KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI KLINIK VCT RUMAH SAKIT UMUM HKBP BALIGE TAHUN ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS YANG BEROBAT JALAN DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2015 SKRIPSI OLEH : RENTA PURBA NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA AGUSTUS 2006 MEI 2010 SKRIPSI. Oleh: PURNAMA SIDEBANG NIM

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA INDRAMAYU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INSIDENSI HEPATITIS B PADA PASIEN HIV- AIDS DI KLINIK VCT PUSYANSUS RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI TAHUN DESEMBER TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA KONSEP. Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

STUDI PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PENDERITA HIV/AIDS DI KLINIK VCT RUMAH SAKIT KOTA MANADO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

1 Universitas Kristen Maranatha

KARAKTERISTIK ANAK BUAH KAPAL (ABK) YANG MENGIKUTI SKRINING HIV DI KLINIK VCT KANTOR KESEHATAN PELABUHAN BELAWAN MEDAN TAHUN

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

GAMBARAN PENDERITA HIV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAHURIPAN KECAMATAN TAWANG KOTA TASIKMALAYA. Nur Lina 1, Kusno Prayitno 2

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci : Human Immunodeficiency Virus (HIV), Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), Karakteristik penderita, RSU Negara

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

ISSN: E-JURNAL MEDIKA,VOL 6 NO 3,MARET 2017

Transkripsi:

KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI KLINIK VCT RUMAH SAKIT UMUM HKBP BALIGE TAHUN 2008 2012 Desima M Hutapea 1, Sori Muda Sarumpaet 2, Rasmaliah 2 1 Mahasiswa Peminatan Epidemiologi FKM USU 2 Staf Pengajar Epidemiologi FKM USU ABSTRACT Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) is a collection of symptoms caused by a drop in immunity due to infection with Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV/AIDS is a disease of Sexually Tansmitted Infections (STIs) with increasing cases every year. The aim of the study is to determine the characteristics of the patients with HIV/AIDS utilized VCT s clinic of HKBP Balige General Hospital in 2008 2012. The type of the study is descriptive study with case series design. The population is all the data of people with HIV/ADS totaling 145 data and used as sample. Univariate data were analyzed descriptively while bivariate data were analyzed using Chi-Square test with 95% CI. The results of the study indicated that the trend of patient with HIV/AIDS frequency is increasing according to the linear equation y = 4,3 + 11,1x. The distribution of frequency based on sociodemographic, the highest population is in the age group of 30-39 years old (58,6%), male (75,2%), senior high school (66,9%), job self-employed (36,6%), married (77,2%), in the area of Toba Samosir regency (62,8%). Highest transmission is heterosexual transmission of promiscuity (66,9%), length suffered of AIDS since diagnosed <1 year (74,1%), the highest opportunistic infection type is oral candidiasis (33,8%), death (54,6%). There is a significant differentiation of proportion between sex based on the transmission infection (p=0,000), married based on the transmissions infection (p=0,000), length of life based on last condition (p=0,000). There is no significant differentiation of proportion between married based on sex (p=0,584), age based on the transmissions infection (p=0,216) and work based on the transmissions infection (p=0,810). Expected to groups at high risk of HIV/AIDS to not promiscuity in order to prevent the heterosexual transmission, VCT s clinic of HKBP Balige General Hospital expected to introduce VCT s services and promote early inspection, increase patient assistance program, and complete the record data of job self-employed in job variable. Key Words : HIV/AIDS, Characteristic of Patients, VCT s Clinic of HKBP Balige General Hospital Pendahuluan Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan masih sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian penderitanya. 1 Salah satu fokus perhatian pemerintah di bidang kesehatan masyarakat yang cukup menonjol saat ini adalah upaya untuk memutus rantai penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan AIDS. AIDS adalah sindroma berkurangnya daya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. AIDS merupakan salah satu penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang sangat ditakuti karena pertambahan kasusnya sangat cepat dan dapat dipastikan akan membawa kematian bagi penderitanya sebab sampai sekarang belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkannya. Penyebaran HIV tidak mengenal umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan daerah tempat tinggal penderitanya, karena

dengan jumlah yang cukup dan potensi HIV, virus ini dapat menginfeksi orang lain. 2,3 Asia merupakan wilayah dengan penduduk terinfeksi HIV terbesar kedua di dunia setelah Sub-Sahara Afrika. Berdasarkan data UNAIDS (2008), di Asia terdapat 4,7 juta orang terinfeksi HIV, dengan CFR 7,02%. kasus baru 350.000 orang (7,44%) dengan 21.000 orang (6%) diantaranya adalah anak-anak. 4 Data Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan RI tahun 2010, menunjukkan bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi tertinggi pertama dengan kasus HIV/AIDS sebanyak 3.740, sedangkan posisi tertinggi ke-2 adalah Provinsi Jawa Barat dengan jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 3.710, kemudian diikuti Provinsi Jawa Timur sebanyak 3.540 kasus. Pada posisi ke-4 adalah Papua dengan jumlah kasus HIV- AIDS 2.858 dan di posisi ke-10 adalah Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah kasus sebanyak 477. 5 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gifani Anastasya di Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus) Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006 2007, dilaporkan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 522 orang (429 HIV dan 93 AIDS). 12 Penelitian Nurviana di Klinik VCT Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2005 sampai dengan Oktober 2007, melaporkan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 152 orang (127 kasus HIV dan 25 kasus AIDS). 6 Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Rumah Sakit Umum HKBP Balige, diperoleh jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun 2008 2012 yaitu 145 kasus (37 kasus HIV dan 108 kasus AIDS), 9 kasus tahun 2008, 23 kasus tahun 2009, 19 kasus tahun 2010, 36 kasus tahun 2011, dan 58 kasus tahun 2012. kasus ini diperoleh dari data pengunjung Klinik VCT dan melakukan tes HIV. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012. Tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Mengetahui kecenderungan (trend) distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan waktu dirinci menurut data tahun 2008 2012 b. Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, dan daerah tempat tinggal) c. Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan transmisi penularan d. Mengetahui distribusi proporsi penderita AIDS berdasarkan lama menderita sejak didiagnosa e. Mengetahui distribusi proporsi penderita AIDS berdasarkan jenis IO f. Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan keadaan terakhir penderita g. Mengetahui distribusi proporsi status pernikahan penderita HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin h. Mengetahui distribusi proporsi umur penderita HIV/AIDS berdasarkan transmisi penularan i. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita HIV/AIDS berdasarkan transmisi penularan j. Mengetahui distribusi proporsi status pekerjaan penderita HIV/AIDS berdasarkan transmisi penularan k. Mengetahui distribusi proporsi status pernikahan penderita HIV/AIDS berdasarkan transmisi penularan

l. Mengetahui distribusi proporsi lama menderita berdasarkan keadaan terakhir penderita AIDS Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a. Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita HIV/AIDS di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berguna dalam pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya mengenai HIV/AIDS c. Sebagai sarana meningkatkan wawasan penulis mengenai HIV/AIDS dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan menggunakan desain case series. Penelitian ini dilaksanakan di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige dilaksanakan pada bulan Februari September 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh data penderita HIV/AIDS di Klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012 yang berjumlah 145 data penderita dan dijadikan sebagai sampel (total sampling). Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan bulanan Klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012. Cara pengumpulan data adalah dengan mencatat semua variabel yang diteliti kemudian dilakukan tabulasi data menggunakan komputer melalui program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Data univariat dijelaskan secara deskriptif dan data bivariat dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square, serta disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram garis, diagram bar, dan diagram pie. Hasil dan Pembahasan Deskriptif Distribusi proporsi penderita HIV dan AIDS berdasarkan waktu dirinci menurut data tahun 2008 2012 di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Distribusi Proporsi Penderita HIV dan AIDS yang Dirinci Menurut Tahun 2008 2012 Penderita HIV dan AIDS Tahun HIV AIDS 2008 2009 2010 2011 2012 6 9 2 6 14 4,1 6,2 1,4 4,1 9,7 3 14 17 30 44 2,1 9,7 11,7 20,7 30,3 9 23 19 36 58 6,2 15,9 13,1 24,8 40,0 37 25,5 108 74,5 145 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 145 penderita HIV/AIDS di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige pada tahun 2008 2012, 37 orang (25,5%) diantaranya adalah penderita HIV dan 108 orang (74,5%) lainnya adalah penderita AIDS. Penderita HIV/AIDS berdasarkan waktu antara lain, terendah pada tahun 2008 sebanyak 9 orang (6,2%), tahun 2009 sebanyak 23 orang (15,9%), tahun 2010 sebanyak 19 orang (13,1%), tahun 2011 sebanyak 36 orang (24,8%) dan tertinggi pada tahun 2012 sebanyak 58 orang (40,0%). Kecenderungan distribusi frekuensi penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012 menunjukkan peningkatan dengan persamaan garis y = 4,3+11,1x yang diperoleh berdasarkan metode kuadrat kecil (least square), frekuensi penderita HIV/AIDS meningkat 49 kasus, simple rasio peningkatan 6,4 kali, dan proporsi peningkatan sebesar 84,48%. Penderita HIV/AIDS tertinggi pada tahun 2012 yaitu 58 orang dan terendah tahun 2008 sebanyak 9 orang. Peningkatan penderita HIV/AIDS mempunyai keterkaitan dengan jumlah penderita HIV/AIDS yang datang berkunjung ke klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige mengalami peningkatan selama tahun 2008 2012.

Distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan sosiodemografi di Klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012 dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 berikut ini: Tabel 2. Umur (tahun) < 20 20-29 30-39 40-49 50 Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita HIV/AIDS Jenis Kelamin Laki laki Perempuan 1 0,7 3 2,1 4 2,8 27 18,6 13 9,0 40 27,6 67 46,2 18 12,4 85 58,6 11 7,6 1 0,7 12 8,3 3 2,1 1 0,7 4 2,8 109 75,2 36 24,8 145 Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa pada penderita laki-laki, proporsi tertinggi berada pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu sebanyak 46,2% dan terendah pada kelompok umur <20 tahun sebanyak 0,7%. Sementara itu pada penderita perempuan, proporsi tertinggi juga berada pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu sebanyak 12,4% dan terendah pada umur 40-49 tahun dan 50 tahun masing-masing 0,7%. Infeksi HIV/AIDS sebagian besar atau 58,6% terjadi pada kelompok umur 30-39 tahun, dimana kelompok ini termasuk usia produktif (15-49 tahun). 7 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita yang didiagnosis AIDS pada umur 30-39 tahun sudah terpapar virus HIV pada saat remaja akhir dan dewasa awal karena AIDS membutuhkan waktu 5-10 tahun untuk memperlihatkan gejala klinisnya sejak pertama kali terinfeksi. Meskipun risiko terinfeksi HIV lebih tinggi pada perempuan dari pasangan lakilakinya yang menderita HIV/AIDS dibandingkan pada laki-laki dari pasangan perempuannya yang menderita HIV/AIDS, namun frekuensi laki-laki untuk terinfeksi lebih tinggi diakibatkan oleh karena perilaku berisiko yang lebih sering dilakukannya dibandingkan perempuan, seperti melakukan hubungan seksual tidak terlindung menggunakan jasa PSK dan menggunakan jarum suntik bergantian bagi pecandu narkoba suntikan. Perempuan yang terinfeksi terutama karena mendapatkannya dari suami mereka, sebanyak 80,6% perempuan berstatus menikah. Dalam hal ini, laki-laki bertindak sebagai jembatan infeksi HIV yang diperoleh dari PSK ke pasangannya. Dapat dilihat dari proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan transmisi penularan yang diperoleh tertinggi adalah heteroseksual sebesar 66,9%. Tabel 3. Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Status Pernikahan, dan Daerah Tempat Tinggal 1. Tingkat Pendidikan f % Tidak/Belum Sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Akademi/Sarjana 4 1 7 97 36 2,8 0,7 4,8 66,9 24,8 145 2. Pekerjaan f % PNS Pegawai swasta Wiraswasta Sopir Petani Ibu rumah tangga Pekerja seks komersial Tidak bekerja 6 7 53 15 21 13 3 27 4,1 4,8 36,6 10,3 14,5 9,0 2,1 18,6 145 3. Status Pernikahan f % Menikah Belum menikah 112 33 77,2 22,8 145 4. Daerah Tempat f % Tinggal Wilayah Kabupaten Toba Samosir Luar Wilayah Kabupaten Toba Samosir 91 54 62,8 37,2 145 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi adalah tamat SLTA sebanyak 97 orang (66,9%), diikuti tamat Akademi/Sarjana 36 orang (24,8%), tamat SLTP 7 orang

(4,8%), tidak/belum sekolah 4 orang (2,8%), dan terendah adalah tamat SD 1 orang (0,7%). Distribusi proporsi penderita berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah wiraswasta sebanyak 53 orang (36,6%) dan terendah adalah pekerja seks komersial sebanyak 3 orang (2,1%).Distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan status pernikahan lebih tinggi dengan status menikah yaitu 112 orang (77,2%) daripada belum menikah yaitu 33 orang (22,8%). Distribusi proporsi berdasarkan daerah tempat tinggal lebih tinggi adalah penderita yang berasal dari dalam wilayah Kabupaten Toba Samosir yaitu 91 orang (62,8%) daripada penderita dari luar wilayah Kabupaten Toba Samosir 54 orang (37,2%). Distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan transmisi penularan penderita HIV/AIDS dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 4. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Transmisi Penularan Penderita HIV/AIDS Transmisi Penularan Penasun Heteroseksual Homoseksual Perinatal Jenis Kelamin Lk Pr 43 29,7 0 0,0 43 29,6 64 44,1 33 22,8 97 66,9 1 0,7 0 0,0 1 0,7 1 0,7 3 2,1 4 2,8 109 75,2 36 24,8 145 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa distribusi proporsi penderita berdasarkan transmisi penularan tertinggi adalah melalui hubungan heteroseksual yaitu 97 orang (66,9%), selanjutnya Penasun 43 orang (29,6%), perinatal 4 orang (2,8%), homoseksual 1 orang (0,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Anastasya di Pusyansus klinik VCT RSUP Haji Adam Malik Medan (data tahun 2006-2007) yang menemukan penderita HIV/AIDS dengan transmisi penularan tertinggi adalah heteroseksual sebanyak 57,1% kemudian diikuti Penasun sebanyak 35,8%. 8 Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2009 jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS berdasarkan transmisi penularan, heteroseksual menempati urutan pertama (44,5%), sedangkan Penasun berada pada urutan kedua (40,4%). 9 Tingginya penderita dengan transmisi penularan heteroseksual berganti-ganti pasangan menunjukkan perilaku yang buruk baik pada laki-laki maupun perempuan. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa penularan HIV/AIDS heteroseksual juga terjadi pada perempuan sebanyak 22,8%. Dengan demikian untuk mencegah penularan HIV/AIDS secara seksual dapat dihindari dengan setia terhadap satu pasangan dan apabila hal tersebut tidak memungkinkan juga maka penggunaan kondom secara konsisten menjadi pilihan berikutnya yang tidak hanya berlaku pada laki-laki tetapi juga pada perempuan. Distribusi proporsi penderita aids berdasarkan lama menderita sejak didiagnosa AIDS dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 5. Distribusi Proporsi Penderita AIDS Berdasarkan Lama Menderita Sejak Didiagnosa AIDS Lama Menderita f % Sejak Didiagnosa <1 tahun 1 2 tahun 3 4 tahun 80 21 7 74,1 19,4 6,5 108 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa distribusi proporsi penderita AIDS berdasarkan lama menderita sejak didiagnosa tertinggi adalah <1 tahun yaitu 80 orang (74,1%), kemudian 1 2 tahun sebanyak 21 orang (19,4%), dan terendah 3 4 tahun sebanyak 7 orang (6,5%). Pengkategorian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh pemberian ARV terhadap lamanya seorang penderita HIV/AIDS untuk bertahan hidup, dimana diketahui bahwa dengan pelaksaan terapi ARV secara patuh akan memberikan pengaruh terhadap perbaikan kualitas hidup ODHA termasuk menjaga agar sistem imun ODHA tidak memburuk sehingga rentang progresivitas penyakit dari HIV menjadi AIDS dapat dicegah ataupun berjalan lambat. Lamanya menderita AIDS ini juga akan

dihubungkan dengan keadaan terakhir penderita untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna antara lama menderita AIDS dengan penderita yang hidup dan meninggal. Distribusi proporsi jenis infeksi oportunistik pada penderita AIDS dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 6. Distribusi Proporsi Jenis Infeksi Oportunistik Pada Penderita AIDS Jenis Infeksi Oportunistik (n=108) Oral candidiasis Diare kronis TB paru Toksoplasma encephalitis Herpes zoster Keadaan Terakhir Hidup Meninggal 46 42,6 51 47,2 97 89,8 44 40,7 49 45,4 93 86,1 41 38,0 51 47,2 92 85,2 1 0,9 3 2,8 4 3,7 1 0,9 0 0,0 1 0,9 Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 108 penderita AIDS, jenis IO oral candidiasis adalah yang paling banyak dilaporkan yaitu 97 kasus (89,8%), kemudian diare kronis 93 kasus (86,1%), TB paru 92 kasus (85,2%), toksoplasma encephalitis 4 kasus (3,7%), dan yang paling sedikit adalah herpes zoster 1 kasus (0,9%). Tingginya proporsi oral candidiasis diakibatkan oleh karena infeksi ini merupakan manifestasi paling umum dan dini sebagai tanda permulaan dari infeksi HIV. Distribusi proporsi penderita AIDS berdasarkan keadaan terakhir penderita di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012 dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 7. Distribusi Proporsi Penderita AIDS Berdasarkan Keadaan Terakhir Penderita di Klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige Tahun 2008 2012 Keadaan Terakhir Penderita AIDS Tahun Hidup Meninggal 2008 2009 2010 2011 2012 0 6 5 14 24 0,0 5,6 4,6 13,0 22,2 3 8 12 16 20 2,8 7,4 11,1 14,8 18,5 3 14 17 30 44 2,8 13,0 15,7 27,8 40,7 49 45,4 59 54,6 108 Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa distribusi proporsi penderita AIDS berdasarkan keadaan terakhir adalah hidup 49 orang (45,4%) dan meninggal sebanyak 59 orang (54,6%). Angka kematian (Case Fatality Rate) penderita AIDS di Rumah Sakit Umum HKBP Balige berubah-ubah, hal ini sesuai dengan jumlah penderita AIDS yang datang berkunjung meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 CFR penderita AIDS sebesar 100%, tahun 2009 sebesar 57,1 %, tahun 2010 sebesar 70,6%, tahun 2011sebesar 53,3 %, tahun 2012 sebesar 45,5%. Dengan demikian Cumulative Case Fatality Rate (CCFR) penderita AIDS pada tahun 2008 2012 di Rumah Sakit Umum HKBP Balige adalah sebesar 54,6%. Analisis Bivariat Distribusi Proporsi status pernikahan penderita HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8. Distribusi Proporsi Status Pernikahan Berdasarkan Jenis Kelamin Status Pernikahan Jenis Kela Belum Menikah min Menikah Lk Pr 83 29 76,1 80,6 26 7 23,9 19,4 109 36 X 2 =0,299 df=1 p=0,584 Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa dari 109 penderita HIV/AIDS berjenis kelamin laki-laki, 83 orang (76,1%) dengan status menikah dan 26 orang (23,9%) dengan status belum menikah. Dari 36 orang penderita HIV/AIDS berjenis kelamin perempuan, 29 orang (80,6%) dengan status menikah dan 7 orang (19,4%) dengan status belum menikah.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara status pernikahan berdasarkan jenis kelamin. Perempuan dengan status menikah mayoritas adalah ibu rumah tangga sebanyak 12 orang, kemudian wiraswasta 10 orang, PNS 3 orang, pegawai swasta, petani, PSK serta tidak bekerja masing-masing 1 orang dengan umur termuda 25 tahun. Sementara itu, perempuan dengan status belum menikah 3 orang diantaranya adalah balita dengan faktor risiko perinatal, 2 orang PSK dan masing-masing 1 orang wiraswasta dan tidak bekerja. Dari gambaran di atas, dapat dilihat bahwa pada perempuan dengan status menikah tidak tertutup kemungkinan akan menjadi berisiko, karena mereka dapat terinfeksi dari pasangannya sendiri dan bisa menularkan kepada bayinya apabila terjadi kehamilan. Distribusi proporsi umur berdasarkan transmisi penularan dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Transmisi Penularan Transmisi Penularan Seksual Non Seksual Umur (tahun) 0-39 >39 F % f % f % 85 86,7 13 13,3 98 44 93,6 3 6,4 47 X 2 =1,533 df=1 p=0,216 Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa dari 98 penderita dengan transmisi penularan melalui hubungan seksual, 85 orang (86,7%) adalah kelompok umur 0-39 tahun dan 13 orang (13,3%) adalah kelompok umur >39 tahun. Selanjutnya, dari 47 penderita dengan transmisi penularan non seksual, 44 orang (93,6%) adalah kelompok umur 0-39 tahun dan 3 orang (6,4%) adalah kelompok >39 tahun. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan transmisi penularan. Kelompok umur 0-39 tahun merupakan kelompok umur yang aktif dalam melakukan aktivitas seksual, demikian juga hal nya untuk penggunaan narkoba suntikan didominasi oleh kaum muda. Hal ini sesuai dengan laporan Departemen Kesehatan RI bahwa proporsi transmisi penularan AIDS kumulatif yang dilaporkan tertinggi adalah melalui heteroseksual (50,3%) dan Penasun (40,2%). 10 Sementara itu, tingginya proporsi penderita pada kelompok umur >39 tahun melalui transmisi penularan hubungan seksual diasumsikan oleh karena mereka mendapatkan HIV pada usia dewasa akhir dimana secara ekonomi sudah bisa memenuhi kebutuhan sendiri dan memungkinkan untuk menggunakan jasa PSK. Distribusi proporsi jenis kelamin penderita HIV/AIDS berdasarkan transmisi penularan di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 10. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Transmisi Penularan Trans. Penulara n Seksual Non Seksual 65 44 Jenis Kelamin Lk Pr 66,3 33 33,7 98 93,6 3 6,4 47 X 2 =12,676 df=1 p=0,000 Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan transmisi penularan. Seperti diketahui bahwa transmisi penularan non seksual lebih tinggi pada lakilaki dibanding perempuan, hal ini sesuai dengan laporan Departemen Kesehatan RI bahwa presentase kumulatif pengguna narkoba suntikan tertinggi adalah laki-laki (91,8%). 10 Distribusi proporsi status pekerjaan penderita HIV/AIDS berdasarkan transmisi penularan di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 11. Distribusi Proporsi Status Pekerjaan Berdasarkan Transmisi Penularan Trans. Penularan Seksual Non Seksual Status Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 69 34 70,4 72,3 29 13 29,6 27,7 98 47 X 2 =0,058 df=1 p=0,810 Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,810. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara status pekerjaan berdasarkan transmisi penularan. Banyaknya penderita HIV/AIDS dengan transmisi penularan seksual dan non seksual pada kategori bekerja, berkaitan dengan jenis pekerjaan dan perilaku seksual penderita. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa jenis pekerjaan tertinggi adalah wiraswasta (36,6%) namun tidak dijelaskan jenis wiraswasta yang dimaksud sehingga tidak dapat dipastikan bahwa pekerjaan tersebut lebih berisiko untuk tertular HIV/AIDS. Selain itu, banyaknya penderita HIV/AIDS yang berstatus bekerja dikarenakan kelompok umur penderita 30-39 tahun merupakan kelompok usia produktif. Distribusi proporsi status pernikahan penderita HIV/AIDS berdasarkan transmisi penularan di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 12. Distribusi Proporsi Status Pernikahan berdasarkan Transmisi Penularan Trans Penularan Seksual Non Seksual Status Pernikahan Menikah Belum Menikah 86 26 87,8 55,3 12 21 12,2 44,7 98 47 X 2 =19,011 df=1 p=0,000 Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan ada perbedaan proporsi yang bermakna antara status pernikahan berdasarkan transmisi penularan. Tingginya proporsi hubungan seksual pada kelompok menikah dapat dijelaskan melalui jenis kelamin. Laki-laki yang sudah menikah dan menderita HIV/AIDS diakibatkan oleh perilaku berisiko mereka. Sedangkan perempuan yang sudah menikah dan menderita HIV/AIDS diasumsikan karena mendapatkannya dari suami mereka. Hal ini terlihat dari 36 perempuan, 29 orang (80,6%) sudah menikah. Distribusi proporsi lama menderita berdasarkan keadaan terakhir penderita AIDS di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 13. Distribusi Proporsi Lama Menderita Berdasarkan Keadaan Terakhir Keadaan Terakhir Hidup Meninggal Lama Menderita < 1 tahun 1 tahun 23 57 46,9 26 53,1 49 96,6 2 3,4 59 X 2 =36,390 df=1 p=0,000 Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lama menderita berdasarkan keadaan terakhir. Sebanyak 96,6% penderita AIDS meninggal dengan lama menderita <1 tahun, yang berarti bahwa penderita tersebut terlambat memeriksakan diri ke klinik VCT sehingga pengobatan dan perawatan yang dilakukan tidak memberikan hasil yang optimal. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gejala HIV/AIDS juga menjadi salah satu penyebab keterlambatan memeriksakan diri, dengan masa inkubasi HIV yang tergolong lama dan penurunan sistem kekebalan tubuh yang berangsur perlahan tidak menimbulkan kecemasan secara langsung terhadap penderita HIV/AIDS. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a Kecenderungan (trend) frekuensi penderita HIV/AIDS di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun

2008 2012 menunjukkan peningkatan dengan persamaan garis y = 4,3+11,1x b. Berdasarkan karakteristik sosiodemografi, diperoleh bahwa proporsi penderita HIV/AIDS di Klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008 2012 tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun (58,6%), jenis kelamin laki-laki (75,2%), tingkat pendidikan tamat SLTA (66,9%), pekerjaan wiraswasta (36,6%), status menikah (77,2%), serta bertempat tinggal di wilayah kabupaten Toba Samosir (62,8%) c. Proporsi transmisi penularan tertinggi adalah melalui hubungan heteroseksual yaitu 66,9% d. Proporsi lama menderita sejak didiagnosa AIDS yang lebih banyak adalah <1 tahun yaitu 74,1% e. Proporsi jenis infeksi oportunistik tertinggi tertinggi adalah oral candidiasis yaitu 89,8% f. Proporsi keadaan terakhir penderita AIDS lebih banyak adalah meninggal yaitu 54,6% g. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara status pernikahan berdasarkan jenis kelamin (p=0,584) h. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan transmisi penularan (p=0,216) i. Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan transmisi penularan (p=0,000) j. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara status pekerjaan berdasarkan transmisi penularan (p=0,810) k. Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara status pernikahan berdasarkan transmisi penularan (p=0,000) l. Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lama menderita berdasarkan keadaan terakhir (p=0,000) 2. Saran a. Kepada kelompok berisiko tinggi HIV/AIDS diharapkan untuk tidak berganti-ganti pasangan (be faithful) demi mencegah transmisi penularan heteroseksual dan apabila tidak memungkinkan juga maka pilihan berikutnya adalah penggunaan kondom secara konsisten b. Kepada petugas klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige diharapkan untuk melaksanakan upaya promotif untuk memperkenalkan VCT sehingga kelompok berisiko tinggi HIV/AIDS dapat memeriksakan diri ke pelayanan VCT sedini mungkin c. Kepada petugas klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige diharapkan agar semakin meningkatkan pelaksanaan program pendampingan ODHA dan memantau kepatuhan mengonsumsi ARV pasien serta mencatat informasi lebih rinci mengenai jenis wiraswasta yang dimaksudkan pada variabel pekerjaan Daftar Pustaka 1. Ditjen PP & PL DepKes R.I., 2005. Program Prioritas Nasional Pemberantasan Penyakit Menular Jangka Menengah 2005-2009, Jakarta 2. Tengadi, A, 1996. Petunjuk Penting AIDS, Edisi Ketiga. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 3. Bodiharto, Martuti, dkk., 1997. AIDS Penyebaran dan Prospek Pengobatannya. Jurnal Epidemiologi Indonesia Vol. I. Edisi 3. Hal.25 4. UNAIDS, 2009. Global Summary of the AIDS Epidemic December 2008. http://ata.unaids.org/pub/epireport/2008 /JC1700-EpiUpdate-2009en.pdf. Diakses 10 Maret 2013 5. Ditjen PP & PL DepKes RI, 2010. Laporan Ttriwulan Situasi Perkembangan HIV&AIDS di Indonesia sd 30 Juni 2010, Jakarta 6. Nurviana, 2008. Karakteristik Penderita HIV/AIDS di Klinik VCT Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2007, Skripsi FKM USU, Medan 7. Dirjen PP&PL Depkes RI., 2012. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia Triwulan III tahun 2012, Jakarta 8. Anastasya, 2008. Karakteristik Penderita HIV/AIDS di Pusat

Pelayanan Khusus (Pusyansus) Klinik Voluntary and Counseling Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007, Skripsi FKM USU, Medan 9. Dinkes Sumut, 2009. Gambaran Kasus AIDS di Sumatera Utara s/d April 2009, Medan 10. Ditjen PP & PL DepKes RI, 2010. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia s/d 31 Desember 2009, Jakarta