Monitoring Keragaan Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Monitoring Oil Palm Seedling Performance in Main Nursery

dokumen-dokumen yang mirip
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

PRODUKSI BENIH PERKEBUNAN BAB I. BENIH SEBAGAI BAHAN TANAM

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DENGAN PUPUK HAYATI PADA PERBEDAAN VOLUME MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH :

III. METODE PENELITIAN

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, Mei 2011

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT AREN ( Arenga pinnata Merr.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR SKRIPSI OLEH : MANAHAN BDP Pemuliaan Tanaman

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 60/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KELAPA SAWIT VARIETAS AA-DP TOPAZ 4 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY AKIBAT PEMBERIAN PUPUK MELALUI DAUN

DOSIS PUPUK CAIR ANORGANIK DAN JARAK TANAM BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. var. TUK TUK ) ASAL BIJI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat

PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.)

III. MATERI DAN METODE. Soebrantas KM 15,5 Pekenbaru. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mai

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. Helmi Dkk

Givo Alzeri 1, Sampurno 2, Murniati 2 Departement of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Riau

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat

SKRIPSI. Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

Refni Zuida Staf Pengajar Kopertis Wilayah I dpk FP-UNPAB, Medan

Gusniwati 1), Helmi Salim 1), Juwita Mandasari 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Mandalo Darat, Jambi

RESPON PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG TERHADAP FREKUENSI PEMUPUKAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN APLIKASI PUPUK DASAR NPK SKRIPSI

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PEMBIBITAN EDI HANDOKO

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 59/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN KELAPA SAWIT VARIETAS AA- DP TOPAZ 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

RESPON PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS TIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

III. BAHAN DAN METODE

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 247/Kpts/SR.120/6/2005 TENTANG. PELEPASAN VARIETAS KELAPA SAWIT Dx P TS 3 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Peluang pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat besar. dikarenakan faktor lingkungan yang sesuai dengan pertanaman sekaligus merupakan

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

METODE OPTIMUM PENGOPERASIAN UNTUK PENINGKATAN KERJA ALAT PENYEMAI BENIH PADI PADA SISTEM DAPOG SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

III.Fisiologi Benih Sawit

Vol 3 No 1. Januari Maret 2014 ISSN :

MATERI DAN METODE. Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 M 1 M 1 P 0 M 1 P 1 M 1 P 2 M 1 P 3 M 2 M 2 P 0 M 2 P 1 M 2 P 2 M 2 P 3

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

PENGARUH FREKUENSI PENYEMPROTAN PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Aquilaria malaccensis Lamk.

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI PAKHCOY (Brassica rapa. L) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING SKRIPSI OLEH:

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH:

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki cadangan. lahan sangat luas berupa hutan konversi yang dapat dimanfaatkan sebagi

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI

PENGARUH PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MUCUNA (Mucuna bracteata D.C) SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan wilayah di berbagai daerah melalui. melalui program revitalisasi perkebunan mendorong para pengusaha/ pekebun untuk

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

RESPON PEMBERIAN PUPUK ZA DAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN PEMBIBITAN KAKAO (Theobroma cacao L.) KLON RCL DALAM POLYBAG

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PRE NURSERY DENGAN PEMUPUKAN SERUM DARAH KAMBING DAN PUPUK CAMPURAN (NPK DAN UREA) DI TANAH LATOSOL

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA PADA BERBAGAI CAMPURAN PUPUK KANDANG SAPI DAN NPKMg SKRIPSI OLEH YOZIE DHARMAWAN

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) Di Kebun Bangun Bandar, Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Tujuan Pembibitan Pemuliaan dan Capaian Pembibitan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA

PEMBERIAN SLUDGE KELAPA SAWIT DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DUA VARIETAS KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN MINERAL ZEOLIT DAN NITROGEN SKRIPSI

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP BEBERAPA KOMPOSISI KOMPOS KULIT BUAH KAKAO DENGAN SUBSOIL ULTISOL DAN PUPUK DAUN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URIN DOMBA

EVALUASI KARAKTER TANAMAN KEDELAI HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 2

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

Transkripsi:

Akta Agrosia Vol. 13 No.1 hlm 29-34 Jan - Jun 2010 ISSN 1410-3354 Monitoring Keragaan Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Monitoring Oil Palm Seedling Performance in Main Nursery Tatik Raisawati Fakultas Pertanian Universitas Ratu Samban Jl. Jend. Sudirman No. 87 Arga Makmur, Telp (0737) 522613 traisawati@yahoo.com ABSTRACT Palm oil seedlings have specific characteristic. Hybridization of Dura and Pizipera resulted in comersial hybrids which called Tenera which has a uniform seedling performance and combined characteristic of Dura and Pizipera. There is an urgent need to monitor to prove the uniformity of oil palm seedling growth from legal oil palm seed producer. Monitoring of seedling performance using vegetative growth indices is a simple method to edintify seed quality. The homogeneity of vegetative growth when seeds are planted in the same growth block indicate whether they are hybrid or not. A study was conducted in CV. Meili oil plantation. The results showed that there was different seedling growth between the fields and standard from PPKS; however, seedling growths were relatively uniform in term of stem diameter, leaf number, plant height and lower coefisient variant of all observed parameter in each growth block at 6, 8, 10, 12 month. Key words: monitoring, uniform, performance, seedling, oil palm ABSTRAK Kelapa sawit memiliki karakteristik bibit yang khas. Persilangan antara Dura dan Pisipera akan menghasilkan tanaman hibrida komersil Tenera yang seragam dan memiliki kombinasi sifat-sifat Dura dan Pisipera. Untuk membuktikan keseragaman pertumbuhan bibit yang berasal dari sumber benih resmi perlu dilakukan monitoring pertumbuhan bibit. Monitoring keragaan bibit menggunakan pengukuran vegetatif merupakan cara sederhana untuk mengetahui kualitas bibit. Indikator benih tersebut merupakan benih unggul atau bukan dari pertumbuhan vegetatifnya adalah keseragaman pertumbuhan dalam satu kelompok apabila diperlakukan dengan teknis pembibitan yang sama.monitoring keragaan bibit di pembibitan utama kelapa sawit dilakukan di perkebunan milik CV. Meili di Desa Serangai, Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara. Hasil penelitian bahwa ada terdapat adanya perbedaan antara pertumbuhan vegetatif bibit di lapang dengan standar pertumbuhan dari PPKS namun pertumbuhan bibit relatif seragam yang ditunjukkan dengan relatif samanya pertumbuhan diameter batang, jumlah daun, tinggi tanaman dan rendahnya nilai koefisien keragaman pada semua parameter pengamatan pada masing-masing kelompok pertumbuhan pada umur 6, 8, 10 dan 12 bulan. Kata kunci: monitoring, keseragaman, keragaan, bibit, kelapa sawit

Tatik Raisawati : Monitoring keragaan bibit di pembibitan utama kelasa sawit 30 PENDAHULUAN Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian produksi. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003). Bibit bermutu diperoleh bila kecambah kelapa sawit yang digunakan berasal dari produsen yang diakui oleh pemerintah. Produsen benih resmi yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian, yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. London Sumatera (PT. Lonsum), PT. Socfin Indonesia (PT. Socfindo), PT. Dami Mas Sejahtera, PT. Tunggal Yunus Estate dan PT. Bina Sawit Makmur (Raisawati, 2006). Tahun 2007 bertambah lagi produsen resmi kelapa sawit yaitu PT. Tania Selatan Group (Asmono, 2007), dan tahun 2008 ditetapkan satu lagi sumber benih baru yaitu PT. Bakti Tani Nusantara (SK Ditjenbun Nomor : 86/ Kpts/HK.330/5/2008). Kelapa sawit memiliki karakteristik tertentu sesuai dangan orijinnya. Persilangan antara Dura (D) dan Pisifera (P) menghasilkan bahan tanaman komersial jenis Tenera (T atau DP). Karakteristik Tenera merupakan rekombinasi antara sifat-sifat Dura dan Pisifera. Tetua Dura yang digunakan sebagai materi dasar persilangan sebagian besar berasal dari Dura Deli sedangkan tetua Pisifera berasal dari berbagai orijin. PPKS memiliki 10 varietas yang didasarkan kepada orijin Pisifera yang digunakan. Setiap varietas menggunakan tetua Pisifera yang berbeda, yang ditandai oleh Kode Pisifera. Masing-masing orijin memiliki karakter yang berbeda, salah satunya adalah karakter laju pertumbuhan meninggi per tahun. Berdasarkan hasil pengujian keturunan yang dilaksanakan oleh PPKS telah didapatkan 4 kelompok laju pertumbuhan meninggi, yaitu kelompok A, B, C dan D. Kriteria kelompok A adalah laju pertumbuhan meninggi > 80 cm tahun -1, kelompok B adalah laju pertumbuhan meninggi 70-80 cm tahun -1, kelompok C adalah laju pertumbuhan meninggi 60-70 cm tahun -1 dan kelompok D adalah laju pertumbuhan meninggi < 60 cm tahun -1. Kelompok pertumbuhan ini disertakan dalam dokumen pengiriman kecambah. Dalam rangka mencapai potensi produksi tanaman, PPKS menganjurkan untuk melaksanakan sistem pengelompokan penanaman di lapangan. Pengelompokan ini dimaksudkan untuk menjamin keseragaman pertumbuhan tanaman. Dengan perlakuan pembibitan umum seperti aplikasi pupuk, penyiraman dan pengendalian gulma yang seragam dalam satu kelompok maka dapat meminimumkan variasi pertumbuhan apabila benih tersebut benih unggul. Pertumbuhan tanaman yang seragam akan meningkatkan produktivitas TBS dan memudahkan pelaksanaan kultur teknis (PPKS, 2008). Penggunaan bahan tanaman yang tidak jelas sumbernya dapat menyebabkan timbulnya kerugian bagi pemilik kebun. Selain itu faktor yang harus diperhatikan adalah penanganan bibit dari pembibitan awal hingga ke pembibitan utama (Akiyat, 2005). Pada saat ini banyak beredar benih palsu. Pengedar memalsukan peti, label dan dokumen yang menyerupai salah satu sumber benih resmi yaitu PPKS (Sugiarto, 2008). Bibit palsu akan menunjukkan variasi pertumbuhan vegetatif yang besar pada tahap pembibitan karena adanya variasi genetik antar benih. Bibit palsu biasanya merupakan bibit yang diambil dari brondolan buah dari tanaman dewasa. Pemilihan bahan tanam yang tidak tepat berpengaruh terhadap kinerja produksi dan menyebabkan kerugian baik secara materi maupun waktu, karena kemurnian bibit sulit dideteksi secara dini dan baru diketahui setelah tanaman menghasilkan yakni ± 30 bulan setelah tanam (PPKS, 2005). Menurut Purba et al. (2009), diperkirakan sekitar 30% dari pertanaman kelapa sawit yang ada menggunakan bahan tanam ilegitim (palsu). Untuk membuktikan keseragaman pertumbuhan bibit yang berasal dari sumber benih resmi perlu dilakukan monitoring pertumbuhan bibit. Monitoring keragaan bibit menggunakan pengukuran vegetatif merupakan cara sederhana untuk mengetahui kualitas bibit yang dibeli. Indikator benih tersebut merupakan benih unggul atau bukan dari pertumbuhan vegetatifnya adalah keseragaman pertumbuhan dalam satu kelompok apabila diperlakukan dengan teknis pembibitan yang sama.

Akta Agrosia Vol. 13 No.1 hlm 29-34 Jan - Jun 2010 31 Tabel 1. Daftar pengelompokan pertumbuhan bahan tanam varietas kelapa sawit di Pusat Pengkajian Kelapa Sawit Keterangan : ** Produksi dalam jumlah terbatas; * Tidak produksi lagi; Sumber : PPKS, 2003 Tabel 2. Perbandingan pertumbuhan vegetatif hasil pengamatan dengan standar pertumbuhan bibit kelapa sawit berdasarkan kelompok pertumbuhan meninggi Parameter Kel. Pertumbuhan Umur Pengamatan (bulan) Standar Pertumbuhan (bulan) 6 8 10 12 6 8 10 12 Jumlah daun A 8,10 11,00 14,40 16,87 8,5 11,5 15,5 8,5 (helai) B 8,03 10,97 14,10 16,77 C 8,03 10,93 14,07 16,77 D 7,97 10,90 14,03 16,63 Diameter batang A 1,81 3,14 5,14 5,70 1,8 3,6 5,5 6,0 (cm) B 1,80 3,11 5,15 5,69 C 1,79 3,11 5,12 5,60 D 1,80 3,09 5,11 5,55 Tinggi tanaman A 42,86 70,52 104,23 130,29 40 64 102 126 (cm) B 41,91 69,96 103,69 129,89 C 41,95 69,90 103,53 129,80 D 41,56 69,67 103,03 128,53 Keterangan : A = > 80 cm tahun -1, B = 70-80 cm tahun -1, C = 60-70 cm tahun -1, D = < 60 cm tahun -1 Penelitian ini bertujuan : (1) Mengkaji pertumbuhan bibit di lapang dibandingkan dengan acuan rerata pertumbuhan normal bibit kelapa sawit dari PPKS, (2) Mengkaji pelaksanaan kultur teknis di pembibitan utama. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman kultur teknis pada pembibitan utama khususnya bagi CV. Meili guna mendapatkan bibit yang berkualitas. METODE PENELITIAN Studi ini dilaksanakan di perkebunan CV. Meili di Desa Serangai, Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, mulai bulan September 2008 April 2009. Pelaksanaan pembibitan di lapangan menggunakan metode double stage (dua tahap). Terdapat 4 kelompok

Tatik Raisawati : Monitoring keragaan bibit di pembibitan utama kelasa sawit 32 pertumbuhan yaitu kelompok pertumbuhan A, B, C dan D (Tabel 1). Sebagai subyek penelitian ini adalah bibit kelapa sawit yang berada pada pembibitan utama yang berumur 6 bulan. Pemupukan yang dilakukan oleh CV. Meili adalah menggunakan pupuk N-P- K dengan dosis 7,5 g untuk bibit umur 3-5 bulan, 10 g untuk bibit umur 6-8 bulan, 15 g untuk bibit umur 9-12, pemupukan dilakukan satu bulan sekali. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang, frekwensi penyiraman tidak ditentukan tetapi dengan melihat kondisi media tanam. Pengendalian gulma pada polibag dilakukan secara manual, sedangkan pada galangan disemprot dengan menggunakan herbisida. Sepuluh bibit normal dipilih secara acak pada masing-masing kelompok pertumbuhan dan diulang 3 kali, kemudian diberi cat merah untuk memonitor pertumbuhan vegetatifnya. Dengan demikian terdapat 30 bibit yang digunakan sebagai sampel pengamatan pada masing-masing kelompok pertumbuhan. Total tanaman sampel adalah 120 bibit. Bibit-bibit tersebut digunakan untuk pengukuran pada umur 6, 8, 10 dan 12 bulan setelah kecambah ditanam. Variabel yang diamati meliputi : (1) Tinggi tanaman, diukur dari dasar bonggol sampai ujung daun yang terpanjang, yaitu dengan cara memegang pada posisi vertikal 5 pelepah di tengah, pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran, (2) Diameter batang, diukur pada bagian yang terlebar dari bonggol dengan menggunakan jangka sorong, (3) Jumlah daun, dihitung jumlah daun yang berwarna hijau dan telah membuka sempurna. Data yang terkumpul dari seluruh parameter pengamatan ditabulasi dan dibanding kan dengan standar pertumbuhan tanaman berdasarkan umur tanaman yang diterbitkan oleh PPKS dan dilakukan perhitungan koefisien keragaman (KK) untuk melihat keseragaman pertumbuhan dengan kriteria KK : 0-25,9%: rendah, 26-50,9% : agak rendah, 51-75,9% : agak tinggi dan 76-100% : tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan awal pada saat pembibitan di pembibitan awal (pre nursery) didapatkan data berdasarkan kelompok pertumbuhan yaitu kelompok pertumbuhan A dan B sebesar 28%, kelompok pertumbuhan C sebesar 40% dan kelompok pertumbuhan D sebesar 4%. Jumlah kecambah yang ditanam CV. Meili sebanyak 250.000 butir. Pengamatan yang dilaksanakan pada umur 6, 8, 10 dan 12 bulan setelah kecambah ditanam diperoleh keragaan pertumbuhan bibit kelapa sawit. Secara umum pertumbuhan diameter batang, jumlah daun dan tinggi tanaman bibit kelapa sawit berdasarkan umur pengamatan 6, 8, 10 dan 12 bulan menunjukkan keseragaman diantara masingmasing kelompok pertumbuhan (Tabel 2). Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan diameter batang, jumlah daun dan tinggi tanaman yang relatif sama. Tabel 3. Hasil perhitungan koefisien keragaman pertumbuhan kelapa sawit berdasarkkan kelompok pertumbuhan meninggi Parameter Kelompok Koefisien keragaman (%) pertumbuhan 6 bulan 8 bulan 10 bulan 12 bulan meninggi (cm/tahun) Jumlah daun > 80 8,32 6,40 6,90 8,47 (helai) B 7,45 7,12 7,96 8,04 C 6,93 6,34 7,99 6,79 D 7,67 6,18 8,36 6,73 Diameter batang A 4,78 6,56 5,69 5,45 (cm) B 4,88 7,75 3,80 3,55 C 4,42 6,21 3,03 2,73 D 3,55 5,94 5,15 4,61 Tinggi tanaman A 6,21 7,04 6,94 5,02 (cm) B 4,93 4,45 6,13 4,58 C 4,19 4,17 6,86 4,81 D 4,57 3,73 5,83 4,68 Keterangan : A = > 80 cm tahun -1, B = 70-80 cm tahun -1, C = 60-70 cm tahun -1, D = < 60 cm tahun -1

Akta Agrosia Vol. 13 No.1 hlm 29-34 Jan - Jun 2010 33 Pertumbuhan diameter, jumlah daun dan tinggi tanaman tertinggi ditunjukkan oleh kelompok pertumbuhan A, meskipun pengamatan dilaksanakan hanya sampai umur 12 bulan kelompok A sudah menunjukkan dominasi pada laju pertumbuhan meninggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan PPKS 2008, yang menyatakan untuk pertumbuhan tanaman menghasilkan bahwa laju pertumbuhan meninggi kelompok A adalah > 80 cm tahun -1. Berdasarkan hasil perbandingan antara kondisi pertumbuhan vegetatif antara tanaman di pembibitan CV. Meili dengan standar pertumbuhan bibit terdapat adanya sedikit perbedaan (Tabel 2). Hasil pengamatan terhadap parameter jumlah daun, diameter batang dan tinggi tanaman pada semua kelompok pertumbuhan pada umur 6 bulan berturut-turut adalah 7,97 8,10 helai, 1,79-1,81 cm dan 41,56-42,86 cm, standar pertumbuhan bibit pada umur 6 bulan adalah 8,5 helai, 1,8 cm dan 40 cm. Hasil pengamatan pada umur 8 bulan adalah 10,90 11,00 helai, 3,09 3,14 cm dan 69,67-70,52 cm, standar pertumbuhan adalah 11,5 helai, 3,6 cm dan 64 cm. Hasil pengamatan pada umur 10 bulan adalah 14,03 14,40 helai, 5,11 5,15 cm dan 103,03 104,23 cm, standar pertumbuhan adalah 15,5 helai, 5,5 cm dan 102 cm. Hasil pengamatan pada umur 12 bulan adalah 16,63 16,87 helai, 5,50 5,70 cm dan 128,53 130,29 cm, standar pertumbuhan adalah 18,5 helai, 6,0 cm dan 126 cm. Perbedaan tersebut diduga karena volume penyiraman dan frekuensi penyiraman tidak ditentukan. Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi media, apabila media sudah nampak kering maka dilakukan penyiraman dengan menggunakan selang. Namun perbedaan tersebut masih bisa ditoleransi karena berdasarkan perhitungan koefisien keragaman (KK) pada masing-masing kelompok pertumbuhan menunjukkan KK variabel jumlah daun, diameter batang dan tinggi tanaman termasuk dalam kategori keragaman rendah (Tabel 3). KK jumlah daun umur 6 bulan pada semua kelompok pertumbuhan sebesar 6,93% - 8,32%, umur 8 bulan sebesar 6,34% - 7,12%, umur 10 bulan sebesar 6,90% - 8,36% dan umur 12 bulan sebesar 6,73% - 8,47%. KK diameter batang umur 6 bulan sebesar 3,55% - 4.88%, umur 8 bulan sebesar 5,94% - 7,75%, umur 10 bulan sebesar 3,03% - 5,69% dan umur 12 bulan sebesar 2,73% - 5,45%. KK tinggi tanaman umur 6 bulan sebesar 4,19% -6,21%, umur 8 bulan sebesar 3,73% - 7,04%, umur 10 bulan sebesar 5,83% - 6,94% dan umur 12 bulan sebesar 4,58% - 5,02%. Dari hasil perhitungan KK tersebut dapat dikatakan bahwa pertumbuhan bibit di lapangan adalah seragam (homogen) dengan KK < 10%. Dari keseragaman pertumbuhan bibit kelapa sawit di lapangan, dapat dikatakan bahwa bibit tersebut adalah benih unggul. Sesuai dengan pendapat PPKS, 2005, bahwa bibit palsu akan menunjukkan variasi pertumbuhan vegetatif yang besar pada tahap pembibitan karena adanya variasi genetik antar benih. Pertumbuhan tanaman yang seragam akan meningkatkan produktivitas TBS dan memudahkan pelaksanaan kultur teknis. Dengan perlakuan pembibitan umum seperti aplikasi pupuk, penyiraman dan pengendalian gulma yang seragam dalam satu kelompok maka dapat meminimumkan variasi pertumbuhan apabila benih tersebut benih unggul (PPKS, 2008). Dengan keseragaman pertumbuhan bibit di lapang dapat disimpulkan bahwa CV. Meili sudah melaksanakan pemeliharaan pembibitan atau kultur teknis pembibitan yang benar khususnya pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit, sedangkan untuk pelaksanaan penyiraman perlu diperbaiki. Menurut Darmosarkoro et al. (2008), kebutuhan air pada pembibitan utama (main nursery) adalah sesuai dengan umur bibit yaitu 0,6 L bibit -1 hari -1 untuk umur bibit 0-2 bulan, 0,7 L bibit -1 hari -1 untuk umur bibit 2-4 bulan, 1,0 L bibit -1 hari -1 untuk umur bibit 4-6 bulan, dan 1,5 L bibit -1 hari -1 untuk umur bibit > 6 bulan. Penyiraman yang cukup dan efisien sangat penting untuk mendapatkan tanaman yang jagur, sehat dan homogen. KESIMPULAN Terdapat adanya perbedaan antara pertumbuhan vegetatif bibit di lapang dengan standar pertumbuhan, pertumbuhan bibit relatif seragam yang ditunjukkan dengan relatif samanya pertumbuhan diameter batang, jumlah daun, tinggi tanaman dan rendahnya nilai koefisien keragaman (< 10%) pada semua variabel pengamatan pada masing-masing

Tatik Raisawati : Monitoring keragaan bibit di pembibitan utama kelasa sawit 34 kelompok pertumbuhan pada umur 6, 8, 10 dan 12 bulan. SANWACANA Terima kasih diucapkan kepada pimpinan CV. Meili dan pengawas pembibitan atas ijin dan bantuannya pada penelitian ini dan UNRAS atas bantuan dananya. DAFTAR PUSTAKA Akiyat. 2005. Buku Pedoman Pembibitan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Asmono, D. 2007. Perkembangan dan pemuliaan kelapa sawit. Media Perkebunan. 60: 18-19. Darmosarkoro, W., Akiyat, Sugiyono dan E.S. Sutarta. 2008. Pembibitan kelapa sawit. Medan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Purba, A. R., E. Suprianto, N. Supena dan M. Arif. 2009. Peningkatan produktivitas kelapa sawit dengan menggunakan bahan tanaman unggul. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2009. Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Menuju Sustainable Palm Oil. Jakarta Convention Center, 28-30 Mei 2009. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Bab 3: Pembibitan. PPKS, Medan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2005. Sistem pengadaan dan peredaran benih kelapa sawit. Makalah pada Pertemuan Teknis Pengawasan Mutu Benih Perkebunan. Bogor. 5-7 Desember 2005. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2008. Informasi mengenai pembibitan kelapa sawit. www.iopri.org.index.php. Di download 3 Juli 2008. Raisawati, T. 2006. Permasalahan perbenihan kelapa sawit. Media Infotama. 1(3): 40-46. SK Diretorat Jenderal Perkebunan Nomor 86/ Kpts/HK.330/5/2008. Tentang penunjukan kebun induk milik PT. Bakti Tani Nusantara sebagai sumber benih unggul kelapa sawit. Sugiarto, E. 2008. Bagaimana pelaksanaan sertifikasi benih kelapa sawit di Bengkulu. SEEDS. J. Pengawas Benih Tanaman Perkebunan. 2(4): 14-15.