KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Halaman ini sengaja dikosongkan.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

Kajian Ekonomi Regional Banten

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Periode Februari 2018

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

ii Triwulan I 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

BERITA RESMI STATISTIK

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak Telp : 0561-734134 ext 8207, 8203, 8238 Faks : 0561 732033 Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-nya kami dapat menyusun Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2015. KEKR ini kami susun dengan tujuan untuk menyajikan informasi terkini kepada para pemangku kepentingan baik eksternal maupun internal seputar perkembangan ekonomi daerah, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan, dan prospek ekonomi ke depan. Selain itu, kami juga berharap KEKR ini dapat menjadi salah satu referensi yang dapat diandalkan bagi para pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan. Dalam penyusunan KEKR ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat telah mendapatkan banyak dukungan data dan informasi dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang telah bersedia memberikan data dan informasi yang kami perlukan dalam menyusun kajian ini. Sebagai penutup, kami menyadari bahwa dalam penyusunan KEKR ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kualitas kajian ini dapat terus ditingkatkan. Pontianak, 21 Mei 2015 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat, Dwi Suslamanto i

Halaman ini sengaja dikosongkan ii

Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Grafik... v Daftar Tabel... ix Ringkasan Umum... xi Tabel Indikator Terpilih... xv BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional... 1 1.1 Kondisi Umum... 2 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan... 3 1.2.1 Konsumsi... 4 1.2.2 Investasi... 7 1.2.3 Ekspor-Impor... 9 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral... 11 1.3.1 Sektor Pertanian... 12 1.3.2 Industri Pengolahan... 15 1.3.3 Sektor Konstruksi... 17 Hilirisasi Komoditas Karet Alam Di Kalimantan Barat... 19 BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah... 21 2.1 Gambaran Umum... 22 2.2 Inflasi Tahunan... 22 2.2.1 Kelompok Bahan Makanan... 23 2.2.2 Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan... 24 2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar... 26 2.3 Inflasi Triwulanan... 27 2.4 Disagregasi Inflasi... 29 2.4.1 Inflasi Volatile Foods... 29 2.4.2 Inflasi Administered Prices... 30 2.4.3 Inflasi Inti... 30 (Belum) Banyak Jalan Menuju Roma... 31 BAB 3 Perbankan, Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang... 35 3.1 Intermediasi Perbankan... 36 3.2 Ketahanan Korporasi... 39 3.3 Ketahanan Sektor Rumah Tangga... 41 3.4 Ketahanan Sektor UMKM... 42 iii

3.5 Perkembangan BPR... 43 3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai dan Non Tunai... 44 3.7 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Yang Diragukan Keasliannya... 45 3.8 Perkembangan PVA BB dan PTD... 46 Shadow Banking Dalam Geliat Ekonomi Daerah... 47 BAB 4 Perkembangan Keuangan Pemerintah Daerah... 51 4.1 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2015... 53 4.2 Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2015... 54 BAB 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan... 57 5.1 Ketenagakerjaan Kalimantan Barat... 58 5.2 Kesejahteraan... 62 5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)... 62 5.2.1.1 Pergerakan Nilai Tukar Petani... 64 5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan... 65 5.3 Inflasi Pedesaan... 66 Petani Dan Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Kalimantan Barat... 67 BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah... 71 6.1 Prospek Perekonomian Daerah... 72 6.1.1 Sisi Penggunaan... 73 6.1.2 Sisi Sektoral... 75 6.2 Perkiraan Inflasi Daerah... 77 Ketika Rupiah Belum Kembali Perkasa... 79 Daftar Istilah... 83 iv

Daftar Grafik Grafik 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Tahunan Nasional vs Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar 2010... 2 Grafik 1.2 Perbandingan Pertumbuhan Nasional vs Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar 20102 Grafik 1.3 Pemetaan Matris Komponen PDRB Sisi Penggunaan Triwulan I 2015... 4 Grafik 1.4 Perkembangan IKK, IEK, dan IEK... 4 Grafik 1.5 IKE, Konsumsi Barang Tahan Lama, dan Penghasilan Konsumen... 4 Grafik 1.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani... 6 Grafik 1.7 Perkembangan Penjualan Listrik... 6 Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi Kalimantan Barat... 6 Grafik 1.9 Perkembangan Rekening Pemerintah... 6 Grafik 1.10 Pemetaan Investasi PMDN Kalimantan Barat... 8 Grafik 1.11 Pemetaan Investasi PMA Kalimantan Barat... 8 Grafik 1.12 Komposisi Investasi PMDN... 8 Grafik 1.13 Komposisi Investasi PMA Kalimantan Barat... 8 Grafik 1.14 Hasil Likert Scale Komponen Investasi... 9 Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Investasi Kalimantan Barat... 9 Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Kalimantan Barat... 10 Grafik 1.17 Perkembangan Volue Impor Kalimantan Barat... 10 Grafik 1.18 Proporsi Ekspor Kalimantan Barat Triwulan I 2015... 10 Grafik 1.19 Proporsi Impor Kalimantan Barat Triwulan I 2015... 10 Grafik 1.20 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Sektoral Triwulan I 2015... 12 Grafik 1.21 Luas Tanam dan Panen Padi Wilayah Kalimantan Barat... 13 Grafik 1.22 Luas Lahan Puso Kalimantan Barat... 13 Grafik 1.23 Pemetaan Luas Panen Per Kabupaten Wilayah Kalimantan Barat... 13 Grafik 1.24 Pertumbuhan Luas Panen Per Kabupaten Wilayah Kalimantan Barat... 13 Grafik 1.25 Perkembangan Produksi TBS Kalimantan Barat... 14 Grafik 1.26 Perkembangan Harga TBS... 14 Grafik 1.27 Perkembangan Produksi Karet Kalimantan Barat... 14 Grafik 1.28 Perkembangan Harga Karet Slab dan Internasional... 14 Grafik 1.29 Data Curah Hujan di Kalimantan Barat (mm)... 15 Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian... 15 Grafik 1.31 Nilai Ekspor Alumina (CGA)... 15 Grafik 1.32 Perkembangan Produksi CPO... 16 Grafik 1.33 Rata-rata Harga CPO Kalimantan Barat... 16 v

Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Konstruksi... 18 Grafik 1.35 Perkembangan Pengadaan Semen Kalimantan Barat... 18 Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional... 22 Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional... 22 Grafik 2.3 Inflasi dan Andil Tahunan... 22 Grafik 2.4 Inflasi dan Andil Tahunan Kelompok Bahan Makanan... 23 Grafik 2.5 Harga Karet dan Indeks Pengeluaran Bahan Makanan... 23 Grafik 2.6 Luas Panen Padi... 23 Grafik 2.7 Inflasi dan Andil TahunanKelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 24 Grafik 2.8 Indeks Pengeluaran Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan... 25 Grafik 2.9 Survei Pemantauan Harga Tiket Angkutan Udara... 25 Grafik 2.10 Inflasi dan Andil Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar... 26 Grafik 2.11 Inflasi dan Andil Triwulanan Kalimantan Barat... 27 Grafik 2.12 Inflasi dan Andil Triwulanan... 27 Grafik 2.13 Inflasi dan Andil Triwulanan... 27 Grafik 2.14 Inflasi dan Andil Triwulanan Kelompok Perumahan, Listrik, Air, dan Bahan Bakar 28 Grafik 2.15 Harga Karet dan Indeks Penghasilan Konsumen... 30 Grafik 3.1 Perkembangan DPK di Kalimantan... 36 Grafik 3.2 DPK Kalbar berdasarkan Kegiatan Bank... 36 Grafik 3.3 DPK Kalbar... 37 Grafik 3.4 Perkembangan SBT DPK... 37 Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Kalimantan... 37 Grafik 3.6 Perkembangan Kredit, DPK dan LDR Kalbar... 37 Grafik 3.7 Kredit Perbankan Kalbar... 38 Grafik 3.8 Kredit Perbankan Kalbar... 38 Grafik 3.9 Persebaran Kredit di Kota/Kabupaten di Kalimatan Barat (Rp miliar)... 39 Grafik 3.10 Persebaran Pertumbuhan Kredit di Kalimantan Barat (%, yoy)... 39 Grafik 3.11 Kredit Sektor Korporasi... 41 Grafik 3.12 NPL Kredit Sektor Korporasi... 41 Grafik 3.13 Kredit Rumah Tangga... 42 Grafik 3.14 NPL Kredit Rumah Tangga... 42 Grafik 3.15 Perkembangan Kredit UMKM Sektor Ekonomi Utama... 43 Grafik 3.16 Perkembangan NPL Kredit UMKM... 43 Grafik 3.17 Perkembangan BPR... 44 Grafik 3.18 LDR dan NPL BPR di Kalbar... 44 Grafik 3.19 Perkembangan Inflow-Outflow... 45 vi

Grafik 3.20 Perkembangan RTGS... 45 Grafik 3.21 Perkembangan Transaksi PVA BB di Kalimantan Barat... 46 Grafik 3.22 Perkembangan Transaksi PTD di Kalimantan Barat... 46 Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan... 52 Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah... 53 Grafik 4.3 Realisasi Dana Perimbangan Triwulan I 2015... 53 Grafik 4.4 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Triwulan I 2015... 54 Grafik 4.5 Realisasi Belanja Daerah... 54 Grafik 4.6 Realisasi Belanja Tidak Langsung Triwulan I 2015... 55 Grafik 4.7 Realisasi Belanja Langsung... 55 Grafik 5.1 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan... 59 Grafik 5.2 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat.. 59 Grafik 5.3 Hasil Likert Scale Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja... 60 Grafik 5.4 Saldo Bersih Tertimbang Indikator Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja... 62 Grafik 5.5 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Penghasilan Konsumen Kalimantan Barat 62 Grafik 5.6 Pergerakan Nilai Tukar Petani Kalimantan Barat... 63 Grafik 5.7 Pergerakan NTP Provinsi Kalimantan... 65 Grafik 5.8 Perbandingan Inflasi Pedesaan Kalimantan Barat dan Nasional (mtm)... 66 Grafik 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat dan Proyeksi Pertumbuhan... 72 Grafik 6.2 Perkembangan Ekspektasi Konsumen Kota Pontianak... 72 Grafik 6.3 Indeks Perubahan Harga 3 Bulan Mendatang... 77 Grafik 6.4 Indeks Penghasilan Konsumen dan Hasil Olah Data Skala Likert Komponen Harga Jual... 77 Grafik 6.5 Kuadran Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan, April 2011-2014... 78 Grafik 6.6 Kuadran Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan, Mei 2011-2014... 78 Grafik 6.7 Kuadran Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan, Juni 2011-2014... 78 vii

Halaman ini sengaja dikosongkan viii

Daftar Tabel Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar 2010 3 Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat... 7 Tabel 1.3 Pertubuhan PDRB Kalimantan Barat (%, yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010... 11 Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Triwulanan (%-qtq)... 29 Tabel 2.2 Disagregasi Inflasi Triwulanan (%-yoy)... 29 Tabel 4.1 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013-2015.. 52 Tabel 5.5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa)... 58 Tabel 5.2 Persentase Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha... 60 Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Status Utama Pekerja (Ribu Jiwa)... 61 Tabel 5.4 Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Barat... 63 Tabel 5.5 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan dan Nasional... 65 Tabel 5.6 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kalimantan Barat Maret 2015... 66 Tabel 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Kalimantan Barat ADHK 2010 menurut Penggunaan dan Proyeksi Triwulan II 2015 (%)... 72 Tabel 6.2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Kalimantan Barat menurut Sisi Sektoral dan Proyeksi Triwulan II 2015 (%)... 75 ix

Halaman ini sengaja dikosongkan x

Ringkasan Umum Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan I 2015 Provinsi Kalimantan Barat Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat mengalami peningkatan dengan tumbuh 4,75% (yoy). Penguatan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh komponen investasi dan konsumsi rumah tangga. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi penopang utama perekonomian Kalimantan Barat adalah sektor konstruksi, informasi dan komunikasi serta sektor pertanian. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 mengalami peningkatan. Ditengah melesunya pertumbuhan ekonomi nasional, ekonomi Kalimantan Barat dapat tumbuh 4,75% (yoy) relatif lebih baik dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tumbuh terbatas 3,90% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat yang membaik pada triwulan ini dari sisi penggunaan didorong oleh membaiknya kinerja ekspor meskipun masih mengalami kontraksi serta konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil pada level yang cukup tinggi. Di sisi lain, komponen investasi mengalami perlambatan meskipun masih tumbuh pada level yang tinggi. Berdasarkan perkembangan ekonomi sisi sektoral, membaiknya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sepanjang triwulan I 2015 terutama bersumber dari perbaikan kinerja pada sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan, serta sektor perdagangan. Berdasarkan komponen pembentuknya, PDRB Kalimantan Barat dari sisi penggunaan ditopang oleh komponen konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, serta investasi. Pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan pada triwulan ini masih didorong oleh laju pertumbuhan positif pada komponen investasi dan konsumsi rumah tangga. Sementara itu, walaupun masih mengalami kontraksi, namun kinerja net ekspor Kalimantan Barat telah menunjukkan perbaikan. Berdasarkan perkembangan ekonomi sisi sektoral, perbaikan pada perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 terutama ditopang oleh perbaikan yang terjadi pada sektor pertambangan, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan, sektor perdagangan, dll. Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 terutama bersumber dari sektor konstruksi, informasi dan komunikasi dan sektor pertanian dimana ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan masing-masing sebesar 0,91%, 0,69%, dan 0,55% dari total angka pertumbuhan Kalimantan Barat pada triwulan I 2015. Selain itu, perbaikan kinerja juga terjadi pada beberapa sektor utama, diantaranya sektor pertambangan xi

dan industri pengolahan setelah sebelumnya mengalami kontraksi di triwulan IV 2014. Sektor pertambangan dan penggalian dapat tumbuh positif 9,62% (yoy), sementara industri pengolahan tumbuh 2,36% (yoy). Inflasi triwulan I 2015 sebesar 8,94% (yoy) lebih rendah daripada triwulan IV 2014 sebesar 9,43% (yoy) Kredit tumbuh melambat walaupun masih dalam level cukup tinggi, sedangkan DPK mengalami akelerasi pertumbuhan. Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I tahun 2015 menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Menurunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan terutama dipicu oleh terjaganya ekspektasi masyarakat terutama di saat perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Kendati demikian, realisasi sejumlah kebijakan penyesuaian harga energi oleh Pemerintah di sepanjang triwulan I 2015 disertai dengan terbatasnya pasokan beras menahan turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan. Berdasarkan kelompok komoditasnya, sumber utama inflasi triwulan I 2015 adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar dengan andil sebesar 2,68%. Secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat mencapai 1,71% (qtq) lebih rendah daripada triwulan sebelumnya sebesar 3,67% (qtq). Di saat kredit mengalami sedikit perlambatan pertumbuhan pada triwulan berjalan menjadi 13,79% (yoy), namun masih berada pada level yang tinggi, DPK mengalami akselerasi pertumbuhan menjadi 9,22% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh masing-masing 14,34% (yoy) dan 8,93% (yoy). Tercatat pada triwulan I 2015, posisi DPK dari perbankan di Kalimantan barat adalah sebesar Rp39,83 triliun, sedangkan kredit di Kalimantan Barat adalah sebesar Rp47,78 triliun. Lain halnya dengan BPR, dimana baik DPK maupun kredit mengalami akselerasi pertumbuhan masing-masing sebesar 12,55% (yoy) dan 5,81% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masing-masing tumbuh sebesar 8,5% (yoy) dan 4,63% (yoy). Tercatat posisi DPK dan dan kredit BPR di Kalimantan Barat pada triwulan berjalan masing-masing sebesar Rp783,52 miliar dan Rp552,64 miliar. Dari sisi sistem pembayaran, KPw. BI Prov. Kalimantan Barat mengalami inflow sebesar Rp2,03 triliun dan outflow sebesar Rp825,02 miliar dimana masing-masing tumbuh 8,97% (yoy) dan 30,99% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masingmasing tumbuh 86,73% (yoy) dan -17,34% (yoy). Sedangkan total perputaran kliring dan RTGS masing-masing mencapai Rp9,41 triliun dan Rp75,21 triliun. Transaksi kliring mengalami kontraksi sebesar -7,85% (yoy) lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar -4,28% (yoy). Sedangkan RTGS tumbuh melambat sebesar 15,64% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 25,73% (yoy). Hingga triwulan I 2015, realisasi belanja pemerintah provinsi telah mencapai 9,57% dari target belanja APBD 2015, tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Di sisi lain, realisasi pendapatan hingga triwulan I 2015 telah mencapai 22,3% dari target pendapatan APBD 2015, terendah dalam 3 tahun terakhir. Secara nominal realisasi penyerapan belanja mencapai Rp437,75 miliar sementara realisasi pendapatan mencapai Rp1,01 triliun. xii

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, hal ini tercermin dari meningkatnya angka partisipasi angkatan kerta serta peningkatan signifikan pada angka pengangguran. Di sisi lain, kondisi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat yang direfleksikan melalui indeks Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan. Pada triwulan II 2015 mendatang perekonomian Kalimantan Barat diprakirakan dapat tumbuh positif bias kebawah pada level proyeksi 5,17% (yoy). Tingkat inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan berada pada level 9,47%±1% (yoy) Menurunnya kondisi ketenagakerjaan di provinsi Kalim Menurunnya kondisi ketenagakerjaan di provinsi Kalimantan Barat terjadi seiring dengan meningkatnya angka pengangguran yang sangat signifikan serta menurunnya angka partisipasi angkatan kerja dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Februari 2014). Ditinjau dari sisi sektoral, penyerapan tenaga kerja utama di provinsi Kalimantan Barat didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertanian, perdagangan, dan jasa-jasa. Tingginya angka pengangguran pada periode laporan terjadi sejalan dengan melemahnya penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian dan jasa-jasa. Sementara itu, Tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat pada triwulan I-2015 menunjukkan tren perbaikan. Berdasarkan pemantauan harga yang dilakukan hingga triwulan I-2015, NTP Gabungan Kalimantan Barat memperlihatkan tren perbaikan dengan meningkat cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai Tukar Petani Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 97,50, atau mengalami peningkatan sebesar 1,14% (yoy) dibandingkan NTP periode Maret 2014 yang tercatat sebesar 96,40 Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan II 2015 diprediksikan akan tumbuh terbatas pada level proyeksi 5,17% (yoy), tertahan oleh melesunya industri pengolahan dan sektor perdagangan. Walaupun relatif mengalami peningkatan dari triwulan I 2015 dengan realisasi pertumbuhan sebesar 4,75% (yoy), walaupun demikian pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diprediksikan belum sepenuhnya membaik. Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan II 2015 diperkirakan berada pada level yang cukup tinggi walaupun masih terkendali pada single digit. Faktor risiko inflasi yang patut dicermati antara lain (i) perkembangan harga minyak dunia yang cenderung meningkat sehingga berpotensi mempengaruhi harga energi dalam negeri, (ii) datangnya musim liburan sekolah pada akhir triwulan sehingga berpotensi memicu kenaikan tekanan inflasi pada subkelompok transportasi, dan (iii) potensi terjadinya fenomena El Nino yang dapat menimbulkan risiko produksi. Memperhatikan hal-hal tersebut, maka laju inflasi akhir tahun Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran 4,85% - 5,85%. xiii

Halaman ini sengaja dikosongkan xiv

Tabel Indikator Terpilih Indikator 2012 2013 2014 2015 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 6.12 5.26 4.93 3.90 4.75 Berdasarkan Sektor (yoy) : - Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.4 0.3-0.5 4.2 2.03 - Pertambangan dan Penggalian -2.3 7.5 7.7-3.4 9.62 - Industri Pengolahan 13.8 4.4 3.2-3.0 2.36 - Pengadaan Listrik dan Gas 0.7 11.1 16.1 34.4 22.16 - Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2.8 3.1 6.6 4.6 3.01 - Konstruksi 6.6 13.0 8.4 12.8 8.60 - Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.2 5.2 6.4 1.1 3.48 - Transportasi dan Pergudangan 4.0 5.8 7.4 7.7 5.00 - Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.0 6.0 7.1 5.1 4.46 - Informasi dan Komunikasi 11.5 12.6 16.6 7.7 18.21 - Jasa Keuangan dan Asuransi 6.9 11.5 3.6 8.3 6.10 - Real Estate 3.0 9.0 7.3 5.1 5.70 - Jasa Perusahaan 3.7 8.5 5.0 5.8 8.45 - Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9.4 0.9 6.4 5.5 6.32 - Jasa Pendidikan -2.8 3.0 7.8 10.7 8.41 - Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.8 5.0 2.8 3.3 3.26 - Jasa lainnya 5.4 4.1 8.1 4.1 0.99 Berdasarkan Penggunaan (yoy) : - Konsumsi Rumah Tangga 4.02 3.94 4.17 3.95 3.89 - Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 14.83 8.66 6.09 7.17 (3.74) - Konsumsi Pemerintah 5.64 8.89 7.98 5.54 2.82 - PMTB 8.94 3.40 12.31 13.30 8.57 - Perubahan Stok (31.13) (30.33) (26.79) (5.64) 8.41 - Ekspor (30.87) (52.09) (58.57) (40.81) (9.96) - Impor (35.46) (46.76) (49.93) (18.26) (4.65) Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 211 151 148 148 132 - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 107 94 90 85 82 Impor 74 65 50 65 119 - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 142 118 148 130 122 - Volume Impor Non Migas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen - Provinsi Kalimantan Barat 113.35 114.95 117.11 121.40 123.48 - Kota Pontianak 97.54 98.96 101.32 101.84 103.98 105.99 110.48 111.74 113.94 115.88 117.72 122.22 124.43 - Kota Singkawang 99.13 100.11 100.30 100.67 103.26 103.92 106.46 107.31 110.67 110.69 114.32 117.67 119.16 Laju Inflasi Tahunan (%,yoy) - Provinsi Kalimantan Barat 5.82 7.00 5.48 6.19 6.12 6.40 8.21 8.91 8.99 8.69 6.67 9.43 8.94 - Kota Pontianak 5.72 6.83 5.82 6.75 6.61 7.10 9.05 9.71 9.58 9.33 6.55 9.38 9.21 - Kota Singkawang 6.34 7.77 3.90 4.21 4.17 3.81 6.14 6.59 7.17 6.52 3.47 5.31 7.67 xv

Perbankan Indikator 2012 2013 2014 2015 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,852 30,356 31,085 32,063 32,427 33,558 34,761 36,323 36,468 38,700 39,696 39,566 39,830 - Tabungan 5,663 6,346 6,209 4,635 5,974 6,783 6,690 4,875 6,371 8,123 8,064 5,062 6,982 - Giro 15,704 16,665 17,492 19,860 18,687 18,477 19,448 22,028 20,233 19,739 20,383 22,213 19,949 - Deposito 7,485 7,345 7,383 7,567 7,766 8,298 8,623 9,420 9,864 10,838 11,249 12,291 12,899 Kredit (Rp Miliar) 27,668 29,840 31,517 34,654 35,525 37,831 39,711 42,174 41,986 43,554 45,447 48,223 47,775 - Modal Kerja 9,016 9,848 10,016 11,108 10,865 11,471 12,133 13,028 12,951 13,619 14,340 15,465 14,599 - Investasi 8,355 9,025 9,943 11,609 12,511 13,682 14,266 15,500 15,185 15,657 16,386 17,347 17,576 - Konsumsi 10,296 10,966 11,557 11,937 12,149 12,678 13,312 13,647 13,851 14,278 14,721 15,410 15,601 Kredit Sektor Korporasi (Rp Miliar) 17,372 18,873 19,959 22,717 23,377 25,153 26,399 28,527 28,136 29,276 30,723 32,810 32,172 - Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 6,537 7,281 7,857 9,575 9,797 10,083 10,568 11,755 11,570 11,683 12,011 12,930 12,393 - Pertambangan dan Penggalian 716 724 747 711 627 545 612 516 407 408 605 518 605 - Industri Pengolahan 1,270 1,262 1,432 1,471 1,746 2,065 2,520 2,496 2,584 3,042 3,547 3,782 3,765 - Listrik, Gas dan Air Bersih 207 67 79 102 115 105 71 92 82 79 70 85 81 - Bangunan 681 702 782 731 674 820 955 1,093 1,057 1,052 1,092 887 849 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,790 5,509 5,941 6,597 6,735 7,992 8,217 8,669 8,460 8,920 9,145 9,622 9,627 - Pengangkutan dan Komunikasi 758 903 950 1,027 1,182 1,279 1,256 1,395 1,340 1,607 1,603 1,668 1,678 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1,378 1,370 1,427 1,622 1,751 1,848 1,811 1,938 2,094 1,764 1,814 2,112 2,043 - Jasa-Jasa 334 328 342 459 357 413 385 571 540 482 563 619 620 - Lainnya 700 727 403 422 393 2 4 2 3 239 274 587 511 Kredit Sektor Rumah Tangga (Rp Miliar) 8,636 9,472 10,802 11,034 11,309 11,576 11,970 12,220 12,336 12,967 13,249 15,142 15,360 - Perumahan 1,938 2,253 2,040 2,080 2,273 2,593 2,790 2,923 2,980 2,790 2,825 2,923 3,017 - Ruko/Rukan 358 421 463 499 546 632 678 726 732 872 756 803 833 - Kendaraan 1,645 1,728 1,642 1,543 1,399 1,436 1,561 1,564 1,581 1,725 1,755 1,883 1,907 - Peralatan 16 18 16 15 15 13 14 12 12 14 15 14 11 - Multiguna 4,612 4,967 6,554 6,837 7,017 6,836 6,846 6,925 6,958 7,266 7,782 9,406 9,482 - Lainnya 68 84 88 60 58 66 81 70 74 300 116 114 109 Kredit UMKM (Rp Miliar) 7,188 7,731 8,077 8,588 8,803 9,833 10,134 11,003 11,470 12,722 12,640 13,450 13,697 - Mikro 924 1,033 1,034 1,080 1,150 1,287 1,388 1,489 1,528 2,097 1,741 2,139 2,837 - Kecil 2,148 3,093 3,430 3,728 3,850 4,325 4,467 4,958 5,196 5,296 5,888 6,072 4,748 - Menengah 4,115 3,604 3,613 3,780 3,802 4,221 4,278 4,556 4,746 5,329 5,010 5,240 6,111 Loan to Deposit Ratio (%) 95.89 98.30 101.39 108.08 109.56 112.73 114.24 116.11 115.13 112.54 114.49 121.88 119.95 NPL Total (%) 0.85 0.82 0.93 0.81 1.26 1.25 1.25 0.96 1.06 1.04 1.08 1.14 1.37 NPL Sektor Korporasi (%) 0.91 0.83 1.00 0.81 1.47 1.46 1.47 1.06 1.15 1.08 1.13 1.27 1.55 NPL Sektor Rumah Tangga (%) 0.69 0.74 0.84 0.85 0.88 0.86 0.85 0.81 0.92 1.04 1.03 0.86 0.99 NPL Sektor UMKM (%) 1.60 1.52 1.44 1.22 1.60 1.69 1.93 1.75 1.90 2.30 2.58 2.26 2.57 BPR - Aset 865 924 974 979 935 989 957 938 924 955 1,024 1,020 1,031 - DPK 700 737 780 783 724 768 730 710 696 721 761 770 784 - Kredit 544 572 570 578 558 524 524 513 522 521 527 537 553 - LDR 77.79 77.58 73.10 73.89 77.11 68.28 71.75 72.36 75.02 72.17 69.25 69.78 70.53 - NPL 3.55 3.83 4.82 4.68 6.17 6.00 5.87 4.25 4.15 5.04 5.12 5.08 5.53 Sistem Pembayaran Tunai (Rp Miliar) - Inflow 1,208 652 1,081 444 1,397 850 1,340 445 1,862 1,196 2,070 831 2,029 - Outflow 844 1,328 1,461 2,064 524 965 2,053 2,474 630 1,499 2,471 2,045 825 - Net Outflow 364-676 -380-1,620 873-115 -713-2,029 1,232-303 -401-1,214 1,204 Transaksi RTGS - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 897 1,142 1,160 1,399 1,093 1,175 1,167 1,197 1,084 1,462 1,531 1,434 1,213 790 918 987 1,180 965 972 886 938 825 890 878 902 375 122 141 188 157 139 142 160 183 170 174 197 167 152 3,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,018 4,412 3,944 4,334 4,067 3,940 3,813 xvi

BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat mengalami peningkatan dengan tumbuh 4,75% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat yang membaik pada triwulan ini dari sisi penggunaan didorong oleh membaiknya kinerja ekspor meskipun masih mengalami kontraksi serta konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil pada level yang cukup tinggi. Perbaikan pada perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 terutama ditopang oleh perbaikan yang terjadi pada sektor pertambangan, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan serta sektor perdagangan. 1

1.1 Kondisi Umum Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 mengalami peningkatan. Ditengah melesunya pertumbuhan ekonomi nasional, ekonomi Kalimantan Barat dapat tumbuh 4,75% (yoy) relatif lebih baik dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tumbuh terbatas 3,90% (yoy). Realisasi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan berada di atas realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 4,70% (yoy). Secara triwulan, ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 juga mengalami perbaikan, dari -3,5% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi -2,7%(qtq) pada triwulan laporan. % (yoy) Nasional Kalimantan Barat 7.00 6.17 6.03 5.91 6.04 6.00 5.50 5.58 5.02 5.02 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 2011 2012 2013 2014 % (yoy) 7.00 6.12 6.00 5.26 5.00 4.93 5.01 4.75 5.14 4.00 5.03 4.92 4.70 3.90 3.00 2.00 Pertubuhan Tahunan Nasional 1.00 Pertumbuhan Tahunan Kalimantan Barat 0.00 TW I TW II TW III TW IV TW I 2014 2015 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 1.1 Perbandingan Pertumbuhan Tahunan Nasional vs Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar 2010 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 1.2 Perbandingan Pertumbuhan Nasional vs Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar 2010 Pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan pada triwulan ini masih didorong oleh laju pertumbuhan positif pada komponen investasi dan konsumsi rumah tangga. Walaupun cenderung sedikit melambat, pertumbuhan komponen investasi di Kalimantan Barat pada triwulan I-2015 masih terjaga pada tingkat pertumbuhan yang cukup kuat. Sementara itu, walaupun masih mengalami kontraksi, kinerja net ekspor Kalimantan Barat telah menunjukkan perbaikan. Besarnya kontraksi pada komponen net ekspor pada triwulan ini semakin termoderasi seiring dengan peningkatan ekspor hasil pengolahan mineral bauksit paska beroperasinya pabrik smelter alumina secara komersial di wilayah Tayan Kalimantan Barat. Berdasarkan perkembangan ekonomi sisi sektoral, membaiknya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sepanjang triwulan I 2015 terutama terutama ditopang oleh perbaikan yang terjadi pada sektor pertambangan, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan serta sektor perdagangan. Walaupun sedikit mengalami perlambatan namun sektor konstruksi pada triwulan I 2015 masih menjadi sektor ekonomi dengan andil pertumbuhan terbesar terhadap total pertubuhan Kalimantan Barat, sebesar 0,91% terhadap total pertumbuhan ekonomi. Selain itu, perbaikan kinerja juga terjadi pada beberapa sektor utama, diantaranya sektor pertambangan dan industri pengolahan setelah 2

sebelumnya mengalami kontraksi di triwulan IV 2014. Sektor pertambangan dan penggalian dapat tumbuh positif 9,62% (yoy), sementara industri pengolahan tumbuh 2,36% (yoy). 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat ADHK Tahun Dasar 2010 (%-YOY) KOMPONEN PENGELUARAN 2011 2012 2013 2014 2014 2015 Triwulan I-2015 TW I TW II TW III TW IV TW I Pangsa % SOG 1. Konsumsi Rumah Tangga 4.87 5.10 4.81 4.02 4.02 3.94 4.17 3.95 3.89 53.82 2.11 2. Konsumsi LNPRT 5.20 5.91 5.56 9.15 14.83 8.66 6.09 7.17-3.74 1.04-0.04 3. Konsumsi Pemerintah 5.30 5.04 6.04 6.97 5.64 8.89 7.98 7.17 2.82 9.71 0.28 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 12.33 7.80 2.18 9.44 8.94 3.40 12.31 13.30 8.57 34.00 2.81 5. Perubahan Inventori 48.42-54.65 67.18-25.56-31.13-30.33-26.79-5.64 8.41 1.98 0.16 6. Ekspor Luar Negeri 73.38-19.59 14.92-46.81-30.87-52.09-58.57-40.81-9.96 9.27-1.07 7. Impor Luar Negeri 80.53-20.89 6.96-38.76-35.46-46.76-49.93-18.26-4.65 9.81-0.50 P D R B 5.50 5.91 6.04 5.02 6.12 5.26 4.93 3.90 4.75 Sumber:BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Berdasarkan komponen pembentuknya, PDRB Kalimantan Barat dari sisi penggunaan ditopang oleh komponen konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, serta investasi. Komponen konsumsi rumah tangga dan pemerintah masing-masing memiliki pangsa sebesar 53,82% dan 9,71%, sementara komponen investasi yang tercermin dari nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto dengan pangsa sebesar 34,0% terhadap total PDRB Kalimantan Barat triwulan I 2015. Pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan pada triwulan ini masih didorong oleh laju pertumbuhan positif pada komponen investasi dan konsumsi rumah tangga dengan andil pertumbuhan masing-masing sebesar 2,81% dan 2,11%. Sementara itu, walaupun masih mengalami kontraksi, namun kinerja net ekspor Kalimantan Barat telah menunjukkan perbaikan. Besarnya kontraksi pada komponen net ekspor pada triwulan ini semakin termoderasi seiring dengan peningkatan ekspor hasil pengolahan mineral bauksit paska beroperasinya pabrik smelter alumina secara komersial di wilayah Tayan Kalimantan Barat. Tercatat semenjak Januari hingga Maret 2015 peningkatan ekspor CGA yang tercatat pada klasifikasi komoditas aluminium ores and concentrates adalah sebesar 275,63 ribu USD. Berdasarkan analisis pemetaan matriks komponen sisi penggunaan PDRB triwulan I 2015, dapat diketahui bahwa hanya komponen investasi yang berada pada pemetaan kuadran potensial atau kuadran dengan tingkat pertumbuhan sektoral yang lebih tingi dari realisasi pertumbuhan daerah dan memiliki pangsa/share yang cukup besar. Sementara itu, walaupun tercatat memiliki pangsa komponen yang cukup besar, namun konsumsi RT pada triwulan I 2015 belum tumbuh secara optimal begitupun komponen pengeluaran pemerintah. 3

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar 10.00 % Growth PMTB 5.00 Konsumsi Pemerintah % Share PDRB Konsumsi RT 0.00 Konsumsi LNPRT -5.00 Impor -10.00 Ekspor -15.00 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.3 Pemetaan Matris Komponen PDRB Sisi Penggunaan Triwulan I 2015 1.2.1 Konsumsi Konsumsi RT menunjukan perkembangan yang stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 3.95% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 3.89% (yoy) pada triwulan I 2015. Stabilnya pertumbuhan konsumsi RT terjadi sejalan dengan perkembangan beberapa faktor pendukung diantaranya penetapan kenaikan UMP 2015 sebesar 13% dari Rp1.380.000,- menjadi Rp1.560.000,- serta berlangsungnya rangkaian perayaan Tahun Baru Cina (Imlek). Kedua faktor tersebut ditengarai sebagai faktor pendorong kinerja konsumsi rumah tangga sepanjang periode triwulan I 2015. Konsumsi rumah tangga terindikasi mengalami peningkatan signifikan terutama pada akhir triwulan berjalan. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari pergerakan beberapa prompt indikator terpilih, diantaranya perkembangan penjualan konsumsi listrik segmen Rumah Tangga serta perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai indikator kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor pertanian. 160 Indeks 180 Indeks 160 150 140 140 120 100 130 80 60 120 40 110 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 20 0 100 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar 2013 2014 2015 2013 2014 2015 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Konsumen Ketersediaan Lapangan Kerja Kegiatan Usaha Grafik 1.4 Perkembangan IKK, IEK, dan IEK Grafik 1.5 IKE, Konsumsi Barang Tahan Lama, dan Penghasilan Konsumen 4

Optimisme konsumen dalam konsumsi pada triwulan laporan terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Barat, yaitu diketahui bahwa tingkat keyakinan konsumen yang direpresentasikan melalui Indeks Keyakinan Konsumen menunjukkan tren peningkatan yang cukup signifikan terutama pada Maret 2015, setelah sebelumnya mengalami penurunan yang cukup dalam di akhir tahun 2014. Tren peningkatan tendensi konsumen tersebut terefleksi dari peningkatan Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan optimisme masyarakat dalam berkonsumsi melalui Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Peningkatan IKE pada periode laporan terutama didorong oleh peningkatan yang cukup tajam pada ketiga indikator pembentuknya, yaitu Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan, serta Indeks Kegiatan Usaha. Namun di sisi lain, pertumbuhan konsumsi RT tertahan oleh melesunya subsektor industri perkebunan sebagai salah satu sektor ekonomi penyerap tenaga kerja utama. Tren penurunan harga komoditas internasional yang terus berlangsung telah mempengaruhi tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat Kalimantan Barat. Berlangsungnya penurunan harga komoditas internasional terutama komoditas karet semenjak awal tahun 2014 silam telah menyebabkan penurunan harga acuan perusahaan pengolah karet dalam melakukan pembelian getah karet kepada petani penoreh sehingga berakibat pada penurunan pendapatan petani karet dibawah standar Kebutuhan Kehidupan Layak (KHL). Meningkatnya harga bahan pangan strategis, terutama beras serta berbagai kebijakan penyesuaian harga Elpiji dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) juga berperan dalam menahan kinerja pertumbuhan komponen konsumsi RT. Selain itu tertahannya konsumsi rumah tangga sepanjang triwulan I-2015 sejalan dengan hasil liaison KPw BI Provinsi Kalimantan Barat kepada pelaku usaha di sektor ekonomi utama. Para pelaku usaha di sektor perdagangan mengkonfirmasi penurunan daya beli masyarakat yang terjadi terutama penurunan terhadap konsumsi barang-barang tahan lama, seperti kendaraan dan barang-barang elektronik. Melesunya kinerja konsumsi RT terkonfirmasi pula dari peningkatan yang terjadi pada jumlah pengangguran di wilayah Kalimantan Barat yang mengalami peningkatan tajam hingga 88,33% (yoy). 5

10296 10966 11557 11937 12149 12678 13312 13647 13851 14278 14721 15410 15601 3252.6 3472.2 3396.7 883.7 3218.2 3817.8 3645.2 998.2 3287.3 4560.4 4616.5 1081.3 4061.3 232 245 260 271 254 285 290 287 288 310 316 298 304 100.27 99.01 98.47 98.05 96.78 95.76 95.19 96.26 96.40 97.05 96.77 96.01 97.50 Indeks 104.00 102.00 100.00 98.00 96.00 94.00 92.00 90.00 88.00 86.00 84.00 NTP NTP Petani Perkebunan Rakyat NTP Padi Palawija surplus defisit Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar 2012 2013 2014 2015 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 1.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani Miliar Rp 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Nominal Kredit Konsumsi Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2012 2013 2014 2015 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah % - YOY Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi Kalimantan Barat 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 Juta KWH % - YOY 350 Penjualan Listrik Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) 25.0 300 20.0 250 200 15.0 150 10.0 100 5.0 50 0 0.0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2012 2013 2014 2015 Sumber: PLN Prov Kalbar, diolah Grafik 1.7 Perkembangan Penjualan Listrik Rp Miliar Nominal Perkembangan Giro Pemda % 5000.0 Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) 40.00 4500.0 30.00 4000.0 20.00 3500.0 3000.0 10.00 2500.0 0.00 2000.0-10.00 1500.0-20.00 1000.0 500.0-30.00 0.0-40.00 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2012 2013 2014 2015 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1.9 Perkembangan Rekening Pemerintah Sementara itu, konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami kontraksi pada triwulan I 2015, paska berlangsungnya rangkaian pemilihan umum. Pertumbuhan konsumsi LNPRT mengalami perlambatan dari 7,17% (yoy) menjadi -3,74% (yoy). Menurunnya konsumsi LNPRT terutama disebabkan oleh telah berlangsungnya kegiatan pemilihan umum dan daerah di tahun 2014. Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2015 menunjukkan perlambatan sesuai dengan pola siklus musimannya. Konsumsi pemerintah tumbuh terbatas 2,82% (yoy) pada triwulan I 2015, relatif melambat dibandingkan triwulan IV-2014 yang tercatat dapat tumbuh sebesar 7,17% ( yoy), maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (5,64%, yoy). Melambatnya kinerja komponen konsumsi pemerintah pada triwulan I 2015 diantaranya terjadi sejalan dengan terhambatnya realisasi belanja pemerintah daerah. Relatif terhambatnya penyerapan realisasi APBD pada triwulan I 2015 tercermin dari posisi saldo simpanan milik pemda yang mengalami peningkatan 23,55% (yoy). Posisi saldo giro pemerintah daerah pada triwulan I 2015 merupakan posisi saldo tertinggi setidaknya dalam dua tahun terakhir (Grafik 1.6). Hingga triwulan I 2015 belanja barang dan jasa serta belanja modal hanya terserap masing-masing 2,95% dan 0,3%, sementara pada periode yang sama tahun lalu kedua pos belanja tersebut telah terserap 5,22% dan 1,27%. 6

1.2.2 Investasi Pertumbuhan komponen investasi di Kalimantan Barat pada triwulan I-2015 masih terjaga pada tingkat pertumbuhan yang cukup kuat dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi dari sisi penggunaan. Walaupun terindikasi mengalami perlambatan, namun pertumbuhan investasi pada triwulan ini masih dapat tumbuh sebesar 8,57% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh 13,30% (yoy). Realisasi investasi yang tercermin melalui nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat dari sisi penggunaan, dengan kontribusi pertumbuhan mencapai 2,81%. Perlambatan yang terjadi pada komponen investasi tercermin pula dalam perkembangan likert scale hasil liaison yang telah dilakukan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa walaupun masih cenderung positif, namun para pelaku usaha cenderung tidak melakukan investasi tambahan seoptimis sebelumnya. Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat 2012 2013 2014 2015 Keterangan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 PMDN (Miliar Rp) 903.4 754.4 564.0 589.2 202.7 172.3 177.2 1,970.0 1,570.4 386.9 1,419.1 944.4 2,468.8 PMA (US$ Juta) 120.7 92.1 78.7 106.0 116.8 134.7 131.1 267.7 237.3 274.1 142.0 312.7 427.2 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah Berdasarkan sumber pembiayaannya, investasi PMA mendominasi aliran investasi di Kalimantan Barat. Investasi PMA juga mengalami peningkatan dari 312,7 juta USD pada triwulan IV-2014 menjadi 427,2 juta USD di triwulan IV-2014, atau mengalami peningkatan sebesar 80,03% (yoy). Nilai investasi ini merupakan nilai investasi terbesar setidaknya semenjak tiga tahun terakhir. Sejalan dengan peningkatan pada investasi PMA yang terjadi,, peningkatan juga terjadi pada komponen investasi PMDN. Realisasi investasi PMDN pada triwulan I-2015 mencapai Rp2.468,8 Miliar meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun 2014 yang masing-masing sebesar Rp944,4 Miliar dan Rp1.570,4, atau mengalami peningkatan sebesar 57,21% (yoy). Maraknya pembangunan berbagai proyek strategis di wilayah Kalimantan Barat mendorong tingginya nilai realisasi investasi, baik berupa PMDN maupun PMA. Dibandingkan dengan provinsi lainnya di wilayah Kalimantan pada triwulan I 2015, tercatat jumlah aliran investasi PMDN tertinggi terdapat di wilayah Kalimantan Barat. Secara sektoral, realisasi investasi PMDN dan PMA terbesar terdapat pada sektor primer, terutama pada subsektor perkebunan. Namun demikian, tercatat realisasi investasi yang cukup besar pada triwulan I 2015 juga terdapat pada sektor sekunder terutama pada subsektor industri logam dasar dan kimia. Besarnya komposisi aliran investasi pada kedua subsektor tersebut terjadi sejalan dengan maraknya pembangunan pabrik pengolahan smelter alumina di 7

wilayah Kalimantan Barat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) wilayah Kalimantan Barat diketahui bahwa saat ini telah terdapat sebelas perusahaan yang mengajukan izin pendirian pabrik pengolahan mineral bauksit, namun hingga saat ini hanya terdapat tiga perusahaan yang telah terealisasi pembangunannya. Sumber: BPTSP Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1.10 Pemetaan Investasi PMDN Kalimantan Barat Sumber: BPTSP Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1.11 Pemetaan Investasi PMA Kalimantan Barat 12.7% 3.1% 34.6% 0.8% 84.2% 55.0% SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER SEKTOR PRIMER SEKTOR SEKUNDER SEKTOR TERSIER Sumber: BPPTSP Kalbar, diolah Grafik 1.12 Komposisi Investasi PMDN Sumber: BPPTSP Kalbar, diolah Grafik 1.13 Komposisi Investasi PMA Kalimantan Barat Berdasarkan daerah tujuannya, daerah tujuan utama investasi PMDN di Kalimantan Barat pada triwulan I-2015 terdapat di wilayah Kabupaten Bengkayang, Sintang dan Sekadau. Sementara daerah tujua n utama investasi PMA pada triwulan laporan terdapat di wilayah Kabupaten Ketapang, Bengkayang, dan Sanggau. Besarnya peningkatan investasi di Kabupaten Ketapang dan Sanggau didorong oleh proyek pembangunan pabrik pengolahan smelter alumina yang tengah dibangun di kedua wilayah tersebut. Besarnya peningkatan investasi yang terjadi di wilayah Kalimantan Barat sepanjang triwulan I-2015 diprediksikan berasal dari pembangunan proyek-proyek baru swasta, sementara untuk peningkatan investasi dari pelaku usaha yang telah beroperasi pada sektor ekonomi utama relatif tidak mengalami peningkatan. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari informasi yang diperoleh melalui liaison, yaitu tingkat utilitas kapasitas produksi perusahaan terutama pada industri pengolahan mengalami penurunan dengan kapasitas rata-rata produksi sebesar 40% 8

8355 9025 9943 11609 12511 13682 14266 15500 15185 15657 16386 17347 17576 dari kapasitas optimal. Sehingga terkait dengan kondisi saat ini, pelaku usaha tidak akan melakukan investasi tambahan terutama karena dianggap belum perlu untuk menambah kapasitas produksi. Berdasarkan hasil likert scale diketahui bahwa investasi yang dilakukan oleh perusahaan mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan informasi dari contact liaison dapat diketahui bahwa pelaku usaha menunda untuk melakukan peningkatkan investasi yang ditujukan dalam peningkatan kapasitas produksi. 2.5 2 Likert Scale Investasi 2 Miliar Rp 20000 18000 16000 Nominal Kredit Investasi Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) % 60.00 50.00 1.5 14000 12000 40.00 1 0.5 0 0.86 0.67 0.25 0 0 0 TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2013 2014 2015 10000 8000 6000 4000 2000 0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2012 2013 2014 2015 30.00 20.00 10.00 0.00 Grafik 1.14 Hasil Likert Scale Komponen Investasi 1.2.3 Ekspor-Impor Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Investasi Kalimantan Barat Walaupun masih mengalami kontraksi seperti pada triwulan sebelumnya, namun ekspor Kalimantan Barat memperlihatkan perkembangan yang semakin membaik. Ekspor Kalimantan Barat mengalami peningkatan dari -40,81% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi -9,96% (yoy) pada triwulan I 2015. Berdasarkan negara tujuannya, peningkatan hasil ekspor utama terjadi dengan tujuan negara Malaysia, yaitu mengalami peningkatan 10,52% (yoy). Sementara penurunan hasil ekspor Kalimantan Barat terjadi hampir di semua negara tujuan utama ekspor, dengan penurunan ekspor tertinggi terjadi untuk negara Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Ekspor Kalimantan Barat ke negara Tiongkok tercatat mengalami kontraksi pada di triwulan I 2015 sebesar -86,21% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu. Berdasarkan komoditasnya, relatif terhadap triwulan sebelumnya peningkatan hasil ekspor Kalimantan Barat terutama terjadi pada komoditas kayu dan olahan kayu (HS 44), lemak dan minyak dari hewan nabati (HS 15), biji-bijian berminyak (HS 12) serta inorganic chemical (HS28) sebagai hasil olahan mineral bauksit dengan peningkatan masing-masing sebesar 4,2% (yoy), 6,3% (yoy), 317% (yoy). Selain masih dipengaruhi oleh penyesuaian proses bisnis jangka pendek subsektor pertambangan pasca penerapan UU Minerba, masih berlangsungnya tren pelemahan harga komoditas internasional menjadi alasan utama belum optimalnya ekspor hingga triwulan I 2015. Perbaikan pada komponen ekspor Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 terutama 9

135,503 135,971 118,781 162,247 157,316 160,828 153,739 178,783 131,598 127,756 122,386 126,044 120,510 didorong oleh telah beroperasinya pabrik pengolahan smelter alumina secara komersial dengan orientasi pasar ekspor. Walaupun masih dalam kapasitas terbatas, namun tercatat perusahaan pengolahan tersebut telah beroperasi dan melakukan ekspor chemical grade alumina (CGA) dengan nilai ekspor mencapai 275 ribu USD hingga Maret 2015. Sementara itu, kinerja ekspor utama Kalimantan Barat lainnya masih memperlihatkan tren perlambatan terutama pada komoditas karet. Sejalan dengan perbaikan yang terjadi pada komponen ekspor, perkembangan yang semakin membaik juga terindikasi pada komponen impor. Termoderasinya kontraksi impor Kalimantan Barat merupakan sinyal positif bagi perenomian Kalimantan Barat, kondisi tersebut disebabkan oleh karena komponen impor Kalimantan Barat secara umum didominasi oleh komponen penunjang produksi, yaitu barang modal (40,95%) dan bahan baku (58,41%). Impor Kalimantan Barat mengalami kontraksi sebesar -4,65% (yoy), relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam sebesar -18,26% (yoy). Termoderasinya kontraksi impor Kalimantan Barat terutama didorong oleh peningkatan pada klasifikasi komponen bahan baku dan barang modal yang mengalami peningkatan masingmasing 7,05% (yoy) dan 18,23% (yoy). Sementara untuk klasifikasi impor barang konsumsi mengalami penurunan sebesar -7,70% (yoy). Juta Ton 200,000 % - YOY 40 30,000 Juta Ton 20 180,000 160,000 140,000 120,000 100,000 30 20 10 0 25,000 20,000 15,000 15 10 5 80,000 60,000 40,000 20,000 - TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2012 2013 2014 2015 Volume Ekspor Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) -10-20 -30-40 10,000 5,000 - TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2,012 2,013 2,014 2,015 Total Impor Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) - (5) (10) Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Kalimantan Barat Grafik 1.17 Perkembangan Volue Impor Kalimantan Barat Kayu dan Barang dari Kayu (HS44), 25.70% Lemak& Minyak dari Hewan/Nabati (HS15), 6.36% Mutiara, Batu Permata, Logam Mineral&Perhiasan (HS71), 0.58% Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23), 2.40% Bahan Baku, 94.03% Karet dan Barang dari Karet (HS40), 55.71% Lainnya, 5.99% Ikan dan Udang (HS03), 1.50% Ships,boats&floating structures (HS89), 1.52% Barang Konsumsi, 3.15% Barang Modal, 2.82% Grafik 1.18 Proporsi Ekspor Kalimantan Barat Triwulan I 2015 Grafik 1.19 Proporsi Impor Kalimantan Barat Triwulan I 2015 10

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Berdasarkan perkembangan ekonomi sisi sektoral, perbaikan pada perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 terutama ditopang oleh terutama ditopang oleh perbaikan yang terjadi pada sektor pertambangan, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan serta sektor perdagangan. Berdasarkan perkembangan ekonomi sisi sektoral, membaiknya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sepanjang triwulan I 2015 terutama terutama ditopang oleh perbaikan yang terjadi pada sektor pertambangan, industri pengolahan, serta sektor tersier yang meliputi: sektor informasi dan keuangan serta sektor perdagangan. Walaupun sedikit mengalami perlambatan namun sektor konstruksi pada triwulan I 2015 masih menjadi sektor ekonomi dengan andil pertumbuhan terbesar terhadap total pertubuhan Kalimantan Barat, sebesar 0,91% terhadap total pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pertumbuhan pada sektor informasi dan komunikasi serta pertanian turut pula memiliki andil yang cukup besar terhadap total pertumbuhan Kalimantan Barat dengan masing-masing andil pertumbuhan sebesar 0,69% dan 0,55%. Di sisi lain, perbaikan kinerja juga terjadi pada beberapa sektor utama, diantaranya sektor pertambangan dan industri pengolahan setelah sebelumnya mengalami kontraksi di triwulan IV 2014. Sektor pertambangan dan penggalian dapat tumbuh positif 9,62% (yoy), sementara industri pengolahan tumbuh 2,36% (yoy). Tabel 1.3 Pertubuhan PDRB Kalimantan Barat (%, yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013 2014 2014 2015 Triwulan I-2015 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Pangsa % SOG Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.76 4.08 5.51 1.93 3.41 0.34-0.51 4.21 2.03 26.34 0.55 Pertambangan dan Pengolahan 10.90 4.06-2.50 2.41-2.29 7.54 7.68-3.37 9.62 3.95 0.36 Industri Pengolahan 5.64 4.42 6.43 4.24 13.79 4.42 3.24-2.96 2.36 16.79 0.41 Pengadaan Listrik dan Gas 5.68 8.08 4.57 15.56 0.67 11.07 16.15 34.44 22.16 0.09 0.02 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2.35 1.76 0.88 4.26 2.80 3.08 6.60 4.56 3.01 0.14 0.00 Konstruksi 7.37 12.55 9.65 10.24 6.62 13.00 8.44 12.75 8.60 11.01 0.91 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.90 4.02 7.13 4.66 6.16 5.23 6.41 1.06 3.48 14.30 0.50 Transportasi dan Pergudangan 8.20 4.70 6.33 6.32 4.01 5.84 7.40 7.68 5.00 3.89 0.19 Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 6.23 6.46 4.97 5.81 4.99 5.99 7.12 5.13 4.46 2.27 0.10 Informasi dan Komunikasi 10.80 13.49 10.32 12.03 11.48 12.57 16.63 7.75 18.21 4.25 0.69 Jasa Keuangan dan Asuransi 3.04 13.00 13.01 7.53 6.86 11.51 3.55 8.28 6.10 3.56 0.21 Real Estate 7.19 7.28 5.14 6.13 2.99 8.99 7.31 5.12 5.70 2.84 0.16 Jasa Perusahaan 7.17 8.07 7.47 5.81 3.72 8.47 5.04 5.81 8.45 0.47 0.04 Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib -6.69 7.22 0.32 5.36 9.40 0.85 6.39 5.46 6.32 4.14 0.26 Jasa Pendidikan 7.79 4.87 5.88 5.39-2.80 3.02 7.78 10.67 8.41 3.44 0.28 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Lainnya 3.83 5.52 1.80 4.43 6.84 5.05 2.84 3.27 3.26 1.45 0.05 Jasa Lainnya 1.79 1.76 1.57 5.44 5.41 4.09 8.12 4.13 0.99 1.05 0.01 Produk Domestik Regional Bruto 5.50 5.91 6.04 5.02 6.12 5.26 4.93 3.90 4.75 100.00 4.75 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Berdasarkan analisis pemetaan matriks komponen sisi sektoral PDRB triwulan I 2015, dapat diketahui bahwa hanya sektor konstruksi dan sektor informasi dan komunikasi yang berada pada pemetaan kuadran potensial atau kuadran dengan tingkat pertumbuhan sektoral yang lebih tingi dari realisasi pertumbuhan daerah dan memiliki pangsa/share yang cukup besar 11

(Grafik 1.3). Sementara itu, walaupun tercatat memiliki pangsa komponen yang cukup besar, namun ketiga sektor utama Kalimantan Barat yaitu sektor pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan belum sepenuhnya tumbuh optimal. 25.00 % Growth Pengadaan Listrik dan Gas 20.00 Informasi dan Komunikasi 15.00 Jasa Perusahaan 10.00 Pertambangan dan Pengolahan Jasa Pendidikan Konstruksi Jasa Keuangan dan Asuransi Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Lainnya Jasa Lainnya Pengadaan Air, 0.00 Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1.3.1 Sektor Pertanian 5.00 Administrasi Pemerintah Transportasi dan Pergudangan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Industri Pengolahan % Share PDRB 0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0% 25.0% 30.0% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.20 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Sektoral Triwulan I 2015 Kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor pertanian melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 4,21% (yoy) menjadi 2,03% (yoy) pada triwulan I 2015. Penahan perlambatan pada sektor pertanian terutama didorong oleh menurunnya kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan perkebunan. Penurunan kinerja tabama terjadi terkait dengan gagal panen yang terjadi akibat curah hujan yang tinggi pada masa tanam sebelumnya. Sementara itu pada subsektor perkebunan, baik komoditas karet maupun sawit belum mengalami perbaikan. Perkembangan subsektor tabama diindikasikan melalui luas lahan panen dan tanam padi, dimana kedua indikator tersebut dapat digunakan sebagai indikasi peningkatan potensi hasil pertanian. Luas lahan panen padi mengalami penurunan yang signifikan sebesar 40.207 hektar atau menurun -15,1% (yoy), dimana luas lahan panen di Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 hanya mencapai 225,50 ribu hektar, sementara pada triwulan IV 2014 luas lahan panen padi menjadi 265,70 ribu hektar. Penurunan luas lahan panen padi pada terbesar pada triwulan I 2015 terjadi di beberapa kabupaten sentra produksi beras diantaranya, Kabupaten Sintang, Kapuas Hulu, Kubu Raya, dan Ketapang. Meningkatnya luas lahan pertanian yang mengalami gagal panen terjadi tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi pada periode tanam, 12

12,027 243,182 62,717 32,218 171,989 57,335 180,483 49,164 22,466 176,180 83,519 52,375 96,715 69,530 196,063 53,246 10,861 265,706 82,656 30,728 169,726 68,162 203,809 83,673 8,617 225,499 2,183 203 1,686 422 213 91 385 729 6,611 575 8,900 607 1,783 namun serangan hama keong mas dan penyakit blash telah menyebabkan penurunan hasil produksi hingga mencapai 50%. Selain disebabkan oleh curah hujan basah serta serangan hama padi, isu alih fungsi lahan pertanian turut pula menyebabkan penurunan produktivitas hasil pertanian, terutama di wilayah Kabupaten Sambas dan Sintang. 300,000 Hektar Luas Tanam Luas Panen 10,000 9,000 Hektar Luas Lahan Puso Puso 250,000 8,000 200,000 7,000 6,000 150,000 5,000 4,000 100,000 3,000 50,000 2,000 1,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I - I II III IV I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015 Sumber: Dinas Pertanian Kalbar, diolah Grafik 1.21 Luas Tanam dan Panen Padi Wilayah Kalimantan Barat Sumber: Dinas Pertanian Kalbar, diolah Grafik 1.22 Luas Lahan Puso Kalimantan Barat Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kayong Utara Kubu Raya Kota Pontianak Kota Singkawang -7.8-8.0-9.4-11.8-19.6-36.9-29.3-19.4 8.0 9.3 0.4 7.2 17.6 32.6-50.0-40.0-30.0-20.0-10.0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan, diolah Grafik 1.23 Pemetaan Luas Panen Per Kabupaten Wilayah Kalimantan Barat Grafik 1.24 Pertumbuhan Luas Panen Per Kabupaten Wilayah Kalimantan Barat Sementara itu, subsektor perkebunan pada triwulan I 2015 masih cenderung melesu. Perlambatan subsektor perkebunan terjadi baik pada karet maupun sawit. Dimana produksi TBS sepanjang triwulan I 2015 masih menunjukkan penurunan. Sementara itu sejalan dengan komoditas sawit, produksi karet pun masih mengalami perlambatan sejalan dengan rendahnya aktivitas menoreh karet akibat harga karet yang belum berangsur membaik. 13

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar 48,892 64,418 45,064 50,924 53,275 50,061 53,537 65,313 59,900 45,889 44,370 48,195 44,451 914 926 1,062 1,168 810 823 885 1,035 962 1,329 1,229 1,420 1,161. 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 - Ribu Ton % -YOY Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 2015 Produksi TBS Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) Sumber: Dinas Perkebunan Kalbar, diolah Grafik 1.25 Perkembangan Produksi TBS Kalimantan Barat 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 - Rp/Kg Rata-rata Harga TBS Tren Harga TBS Kalimantan Barat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2013 2014 2015 Sumber: Dinas Perkebunan Kalbar, diolah Grafik 1.26 Perkembangan Harga TBS Volume (Ton) 70,000 Produksi Karet Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) % (yoy) 50.00 30,000 Rp USD Cent/Kg 400 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00-40.00 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Harga Karet Slab Rata-rata Harga Karet Internasional Tren Harga Karet Slab Tren Harga Internasional Karet 350 300 250 200 150 100 50 - TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I -50.00-0 2012 2013 2014 2015 2013 2014 2015 Sumber: Dinas Perkebunan Kalbar, diolah Grafik 1.27 Perkembangan Produksi Karet Kalimantan Barat Sumber: Dinas Perkebunan Kalbar, diolah Grafik 1.28 Perkembangan Harga Karet Slab dan Internasional Produksi Tandan Buah Segar (TBS) sepanjang triwulan I 2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana tercatatat 1,16 juta ton TBS dihasilkan selama periode laporan, sementara pada triwulan IV 2014 produksi TBS mencapai 1,42 juta ton TBS atau setara dengan penurunan sebesar -18,24% (qtq). Walaupun demikian apabila diperbandingkan dengan periode yang sama produksi TBS pada triwulan I 2014 mengalami peningkatan 20,68% (yoy). Rata-rata harga TBS yang memperlihatkan tendensi peningkatan paska melemah sejak awal tahun 2014 menjadi salah satu faktor pendorong utama meningkatnya hasil produksi TBS pada triwulan laporan. Sejalan dengan perlambatan sawit, produksi tanaman karet masih terus mengalami penurunan dan belum berangsur pulih. Berdasarkan informasi dari pelaku usaha yang diperoleh melalui liaison diketahui bahwa selain disebabkan oleh pelemahan harga internasional karet yang masih berlangsung, tingginya tingkat curah hujan selama tahun 2014 merupakan penyebab utama rendahnya produktivitas petani karet sepanjang periode terakhir. Hingga saat ini, harga komoditas karet di tingkat internasional hingga akhir Maret 2015 berada di level 187,00 USD cent/kg, sebelumnya harga internasional komoditas karet sempat berada di level 246.57 USD cent/kg pada awal tahun 2014, namun terus mengalami pelemahan hinga level 14

94 278 109 228 230 205 225 336 254 114 290 92 305 430 276 6.5 7.2 7.8 9.5 9.7 10.0 10.5 11.7 11.5 11.6 11.9 12.8 12.3 saat ini. Koreksi harga karet yang cukup tajam terefleksi pula dari harga karet slab di wilayah Kalimantan Barat yang dalam kondisi normal dapat mencapai Rp. 22.000/Kg namun saat ini harga karet slab di bulan Maret 2015 berada pada level Rp. 15.704/Kg, atau melemah 40,09%. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan diketahui bahwa seiring dengan pelemahan harga komoditas internasional yang belum berangsur membaik, terdapat setidaknya 90% petani karet yang telah melakukan alih profesi menjadi TKI, pedagang, nelayan, maupun pekerja pabrik. 500 mm 14.0 Triliun Rp % - YOY 60.00 450 2014 2015 12.0 50.00 400 350 300 250 200 10.0 8.0 6.0 4.0 40.00 30.00 20.00 150 2.0 10.00 100 50 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des 0.0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 2012 2013 2014 2015 Kredit Sektor Pertanian Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) 0.00 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Grafik 1.29 Data Curah Hujan di Kalimantan Barat (mm) Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian 1.3.2 Industri Pengolahan Pada triwulan I 2015 sektor industri pengolahan mengalami lonjakan tajam. Jika sebelumnya sektor industri pengolahan mengalami kontraksi -2,96% (yoy) maka pada triwulan ini industri pengolahan dapat tumbuh positif 2,36% (yoy). Lonjakan tajam yang terjadi pada sektor Grafik 1.31 Nilai Ekspor Alumina (CGA) industri pengolahan ditengarai terjadi seiring dengan telah beroperasinya pabrik pengolahan mineral bauksit, sementara pada subsektor pengolahan utama lainnya yaitu karet dan CPO masih melesu. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui hasil liaison diketahui bahwa produksi pengolahan mineral bauksit menjadi CGA telah dilakukan semenjak awal tahun 2015. Pabrik pengolahan tersebut dibangun dengan kapasitas mencapai 500.000 ton CGA, namun saat ini hasil produksi pengolahan mineral bauksit tersebut hanya mencapai kurang lebih 100.000 ton CGA hingga akhir tahun 2015. Perbaikan yang terjadi pada industri pengolahan mineral terjadi sejalan dengan peningkatan tajam yang juga terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini disebabkan oleh 15

karena untuk menghasilkan 1 ton CGA dibutuhkan 3 ton bauksit sehingga nilai eksplorasi pertambangan juga mengalami peningkatan tajam pada triwulan I 2015 ini. Tercatat semenjak Januari hingga Maret 2015 peningkatan ekspor CGA yang tercatat pada klasifikasi komoditas aluminium ores and concentrates adalah sebesar 275,63 ribu USD. Walaupun demikian, kinerja sektor industri pengolahan masih belum dapat optimal dan tertahan sejalan dengan belum pulihnya kinerja subsektor industri pengolahan utama Kalimantan Barat, yaitu industri pengolahan karet dan minyak kelapa sawit (CPO). Walaupun diperkirakan sebelumnya bahwa produksi CPO Kalimantan Barat akan kembali mengalami peningkatan di awal tahun 2015, namun berdasarkan data yang diperoleh melalui Dinas Perkebunan diketahui bahwa produksi CPO Kalimantan Barat masih berada dalam tren melemah. Tercatat sepanjang triwulan I 2015, produksi CPO Kalimantan Barat hanya mencapai 251,03 juta ton, atau melemah 16,27% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh mencapai 37,31%(yoy) dengan nilai produksi setara dengan 315,62 juta ton. 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 Produksi CPO Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Rp/Kg Rata-rata Harga CPO Tren Harga TBS Kalimantan Barat - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1-30% - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2012 2013 2014 2015 2013 2014 2015 Sumber: Dinas Perkebunan, diolah Grafik 1.32 Perkembangan Produksi CPO Sumber: Dinas Perkebunan, diolah Grafik 1.33 Rata-rata Harga CPO Kalimantan Barat Sejalan dengan pelemahan industri pengolahan CPO, kinerja sektor industri karet masih cenderung melesu dan belum menunjukan tren perbaikan. Sejalan dengan hal tersebut, dari sisi penjualan, kinerja subsektor perkebunan karet juga masih belum menunjukkan kondisi yang membaik. Hal tersebut antara lain diindikasikan oleh volume ekspor antar pulau Kalimantan Barat yang tercatat sebesar 44.451 ton karet pada triwulan I 2015 atau mengalami penurunan tajam sebesar -25,79% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 59.500 ton. Kondisi tersebut selain disebabkan oleh rendahnya permintaan dua negara importir karet terbesar di dunia, yaitu Tiongkok dan Jepang. Penjualan karet yang saat ini masih tertekan terjadi juga terjadi sejalan dengan kondisi oversupply yang dihadapi akibat pasokan harga karet turun pada titik terendah sepanjang sejarah tata niaga karet. Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa, berlebihnya pasokan karet di pasar internasional terjadi salah satunya disebabkan oleh kegiatan replanting pohon karet secara besar-besaran yang dilakukan 16

di wilayah Kamboja pada delapan tahun silam sehingga saat ini produksi karet di wilayah Kamboja mengalami peningkatan signifikan dan kondisi ini akan tetap bertahan hingga akhir tahun 2015. Oleh karenanya, pelemahan harga komoditas karet yang berlangsung terus-menerus membutuhkan regulasi pendukung dari pemerintah serta peran serta pemerintah daerah dalam rangka peningkatan daya saing komoditas karet hasil produksi Kalimantan Barat. Salah satu regulasi pendukung yang diharapkan dalam kondisi saat ini adalah peningkatan penyerapan hasil karet di dalam negeri serta upaya pengembangan hilirisasi produk olahan karet sehingga dapat menjaga kestabilan harga pembelian karet kedepannya. Sementara dukungan pemerintah daerah turut pula dibutuhkan terutama terkait dengan realisasi pembangunan infrastruktur penunjang seperti kualitas jalan yang lebih baik serta pembangunan pelabuhan untuk meningkatkan efisiensi biaya transportasi dan distribusi barang ekspor. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui liaison, diketahui bahwa saat ini hasil produksi karet dari wilayah Kalimantan Barat tidak sepenuhnya langsung di ekspor ke negara tujuan ekspor, namun sebagian besar harus melakukan transship di Tanjung Priok dan Singapura. 1.3.3 Sektor Konstruksi Meskipun mengalami perlambatan namun sektor konstruksi pada triwulan I 2015 tetap dapat tumbuh positif dan menjadi sektor ekonomi dengan andil pertumbuhan terbesar bagi Kalimantan Barat. Tercatat sektor konstruksi tumbuh melambat sebesar 8,60% (yoy) dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang dapat tumbuh mencapai 12,75% (yoy). Relatif melambatnya pertumbuhan pada sektor konstruksi terkonfirmasi melalui jumlah pengadaan semen serta nominal alokasi kredit konstruksi oleh bank umum yang mengalami perlambatan relatif terhadap triwulan sebelumnya. Hingga triwulan I 2015 tercatat jumlah pengadaan semen di wilayah Kalimantan Barat mencapai 301,62 ribu ton, atau cenderung lebih rendah dibandingkan dengan jumlah total pengadaan semen di wilayah Kalimantan Barat yang mencapai 320,19 ribu ton pada triwulan IV 2014. Dimana sebelumnya pada triwulan IV 2014, secara total jumlah pengadaan semen di wilayah Kalimantan Barat dapat tumbuh 19,93% (yoy) sementara pada triwulan I 2015 sedikit melambat dan hanya tumbuh 18,31% (yoy). Perlambatan pada sektor konstruksi juga terkonfirmasi melalui data perkembangan kredit konstruksi oleh bank umum. Tercatat pada triwulan I 2015 jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum berjumlah Rp849 miliar, sementara pada triwulan IV 2014 jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp887 miliar. Perlambatan penyaluran kredit oleh perbankan di sektor konstruksi ditengarai sebagai langkah antisipatif perbankan seiring dengan relatif meningkatnya risiko gagal bayar (NPL) pada sektor ini. 17

681 702 782 731 674 820 955 1093 1057 1052 1092 887 849 270 239 223 262 256 239 213 267 255 286 246 320 302 Di sisi lain, perlambatan yang lebih dalam pada pertumbuhan sektor konstruksi ditahan oleh proyek infrastruktur pemerintah serta pembangunan properti komersial oleh pihak swasta berupa perumahan, hotel, pusat perbelanjaan, perkantoran. Dari sisi pembiayaan, data kredit konstruksi bank umum penyaluran kredit pada sektor ini telah mengalami perlambatan sejak akhir tahun 2014 hingga saat ini. Miliar Rp 1200 Kredit Sektor Konstruksi 1000 800 600 400 200 %, yoy Pertumbuhan Tahunan - Skala Kanan 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00 350 300 250 200 150 100 50 Ribu Ton Jumlah Pengadaan Semen Pertumbuhan Tahunan (skala kanan) % - YOY 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0 TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I -30.00 0 TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I -10.00 2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Konstruksi Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik 1.35 Perkembangan Pengadaan Semen Kalimantan Barat 18

Hilirisasi Komoditas Karet Alam Di Kalimantan Barat BOKS-1 Pada tahun 2014 lalu, ekspor Kalimantan Barat mengalami penurunan drastis sebesar - 51,65% (yoy) dengan nilai ekspor sebesar USD 657 juta. Melihat perkembangan selama triwulan pertama 2015, diperkirakan ekspor pada tahun ini juga tak akan terpaut jauh dari tahun 2014. Selama triwulan I 2015, total ekspor Kalimantan Barat baru mencapai USD 131 juta. Kondisi ini dipengaruhi oleh turunnya nilai ekspor karet alam dan bauksit yang merupakan komoditas ekspor utama Kalimantan Barat. Dalam lima tahun terakhir, hampir separuh atau sekitar 47,50% dari nilai ekspor provinsi ini memang disumbang oleh komoditas karet alam, kemudian disusul oleh bauksit dengan sumbangan sebesar 24,91%. Sejak awal 2014, nilai ekspor bauksit terbilang nihil akibat dampak penerapan UU Minerba yang melarang eskpor mentah hasil tambang. Sedangkan, penurunan nilai ekspor karet alam dipengaruhi oleh tren penurunan harga karet dunia sejak tahun 2012. Tren penurunan harga juga dialami komoditas CPO. Oleh sebab itu, meskipun sejak awal 2014 produksi CPO di Kalimantan Barat telah meningkat signifikan, namun belum mampu mendongkrak ekspor provinsi ini. Dengan kondisi seperti ini, satu-satunya komoditas ekspor Kalimantan Barat yang masih bisa diandalkan hanyalah komoditas kayu olahan. Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1. Perkembangan Ekspor Kalimantan Barat Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 2. Perkembangan Komoditas Ekspor Utama Tren penurunan harga karet dan CPO memang banyak dipengaruhi oleh turunnya harga minyak dunia akibat peningkatan persediaan minyak mentah Amerika Serikat seiring diaplikasikannya teknologi Shale-Oil pada kilang-kilang minyak di negara itu. Dari asesmen selama lima tahun terakhir, pergerakan harga minyak dunia memiliki korelasi kuat dengan pergerakan harga karet dan CPO. Pergerakan harga kedua komoditas tersebut secara bersamaan memiliki tingkat korelasi sebesar 0,87 dengan komoditas minyak dunia. Namun kabar baiknya, sejak awal tahun 2015 harga minyak dunia mengalami rebound sehingga harga karet dan CPO juga mulai merangkak naik meski belum signfikan. Saat ini harga karet di Kalimantan Barat pada tingkat pengepul adalah sebesar Rp 7.500,- per kilogram, naik sedikit dibandingkan harga pada akhir tahun 2014 lalu yang berada di kisaran Rp 6.500,- per kilogram. Namun demikian, tingkat harga ini masih amat rendah dibandingkan beberapa tahun lalu. Pada puncak booming harga komoditas di tahun 2011, harga karet bisa mencapai lebih dari Rp 20.000,- per kilogram atau tiga kali lipat dari harga saat ini. 19

Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 3. Pergerakan Harga Minyak, Karet & CPO Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 4. Korelasi Harga Minyak dan Komoditas Belajar dari pengalaman ini, agar perekonomian Kalimantan Barat tidak rentan terhadap gejolak perekonomian global, maka provinsi ini harus keluar dari ketergantungan terhadap ekspor komoditas mentah, terutama karet alam. Bukan hanya di Kalimantan Barat saja, namun secara nasional lebih dari 80% karet alam memang masih diekspor mentah sehingga nilai tambahnya masih terbilang rendah. Selama ini industri dalam negeri baru mampu menyerap 18% karet lokal karena belum didukung industri hilir. Di dalam negeri, selama ini industri yang paling banyak menyerap karet alam nasional adalah industri ban. Untuk menjadi produk jadi seperti ban, karet alam membutuhkan industri pendukung agar bisa menjadi carbon block, synthetic rubber, rubber chemical, dll. Namun, kebanyakan industri pendukung ini masih berada dalam skala yang kecil, meskipun Indonesia merupakan produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Solusi untuk mendorong serapan karet di dalam negeri dapat diupayakan dengan hilirisasi industri karet di Kalimantan Barat. Keberadaan industri pendukung dari hulu sampai ke hilir diharapkan dapat menekan biaya produksi menjadi lebih efisien sehingga produk ban dalam negeri bisa bertahan menghadapi gempuran produk ban impor yang murah dari Cina dan India. Keberadaan industri hilir ini juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru serta meningkatkan penerimaan pajak bagi negara sehingga dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkesinambungan. Hilirisasi dimaksud, antara lain melalui pemanfaatan karet dalam negeri untuk: 1. Industri ban otomotif: Indonesia merupakan pangsa pasar otomotif (mobil dan motor) yang cukup besar dengan potensi jumlah penduduk yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, serapan karet dapat ditujukan kepada industri ban otomotif dalam negeri. 2. Industri footwear (sandal dan sepatu): Dengan jumlah penduduk yang besar, lebih besar dibandingkan dengan pangsa pasar otomotif (mengingat tidak adanya batasan umur dalam kebutuhan footwear), maka serapan karet dalam negeri dapat ditujukan kepada industri footwear dalam bentuk produksi alas kaki (sendal dan sepatu). 3. Fasilitas pelabuhan: Sebagai negara maritim yang banyak memiliki pelabuhan, baik pelabuhan barang mau pun pelabuhan penumpang, maka serapan karet dalam negeri dapat ditujukan ke industri pelabuhan untuk fasilitas pelengkap seperti dock fender dan goods lifter. 4. Pembangunan jalan dan rel kereta api: Sebagai negara yang sedang melangsungkan pembangunan infrastruktur dalam jumlah yang cukup banyak, terutama jalan raya dan rel kereta api, maka serapan karet dalam negeri dapat ditujukan untuk campuran jalan aspal dan rubber pads untuk kereta api. Dengan upaya hilirisasi ini diharapkan dapat meningkatkan penyerapan karet alam untuk produksi dalam negeri sebesar 40% dalam lima tahun mendatang, dari yang sampai dengan saat ini masih terbilang rendah, yakni 18% dari total produksi. (Dikutip dari Berbagai Sumber) 20

BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi triwulan I 2015 sebesar 8,94% (yoy) lebih rendah daripada triwulan IV 2014 sebesar 9,43% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan terutama dipicu oleh terjaganya ekspektasi masyarakat terutama di saat perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Kendati demikian, realisasi sejumlah kebijakan penyesuaian harga energi oleh Pemerintah di sepanjang triwulan I 2015 disertai dengan terbatasnya pasokan beras menahan turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan. 21

2.1 Gambaran Umum Pada triwulan pertama tahun 2015, Kalimantan Barat mencatat inflasi tahunan sebesar 8,94% (yoy) atau menurun dibandingkan dengan triwulan keempat di tahun 2014 sebesar 9,43% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tersebut dipicu oleh menurunnya tekanan inflasi pada kelompok volatile foods (VF) dan administered prices (AP) seiring dengan terjaganya pasokan bahan pangan dan penurunan harga BBM pada bulan Januari dan Februari 2015. Penurunan tekanan inflasi di awal tahun 2015 ini sejalan dengan menurunnya tekanan inflasi Nasional yang mencapai 6,38% (yoy) dari 8,36% (yoy) pada triwulan IV 2014. Secara triwulanan, laju inflasi Kalimantan Barat mencapai 1,71% (qtq) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang mencapai 2,17% (qtq). Namun demikian, realisasi kebijakan penyesuaian harga LPG dan tarif tenaga listrik (TTL) oleh Pemerintah di sepanjang triwulan I 2015 disertai dengan terbatasnya pasokan beras menahan turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan secara umum. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 % yoy Kalbar Nasional 9.43 8.94 8.36 6.38 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 5 4 3 2 1 0-1 % qtq Kalbar Nasional 4.49 3.67 2.18 1.71 1.41-0.44 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional 2.2 Inflasi Tahunan Inflasi tahunan Kalimantan Barat pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 8,94% (yoy). Dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014, 4 dari 7 kelompok komoditas mengalami penurunan tekanan inflasi yaitu kelompok bahan makanan, sandang, pendidikan, dan transportasi. Sementara 3 kelompok komoditas lainnya yaitu makanan jadi dan rokok; perumahan, listrik, air, dan bahan bakar; dan kesehatan mengalami Transportasi Pendidikan Kesehatan 10.73 9.58 kenaikan tekanan inflasi. Berdasarkan andil dalam membentuk inflasi tahunan Kalimantan Barat Sandang Rumah, Listrik, BB Makanan Jadi & Rokok Bhn Makanan 0.23 0.49 0.20 1.46 1.91 1.94 2.68 3.65 4.19 3.25 4.96 7.90 7.80 8.17 9.16 9.80 10.27 10.41 Andil Tw 1 2015 Tw 1 2015 Tw 4 2014 12.12 % yoy 0 2 4 6 8 10 12 14 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.3 Inflasi dan Andil Tahunan Kalimantan Barat 22

pada triwulan I 2015, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar memberikan andil terbesar yaitu 2,68%, disusul oleh kelompok bahan makanan; makanan jadi dan rokok; dan transportasi dengan andil masing-masing sebesar 1,94%, 1,91%, dan 1,46%. 2.2.1 Kelompok Bahan Makanan Pada triwulan I 2015 tekanan inflasi kelompok bahan makanan tercatat mengalami penurunan dari 10,41% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 8,17% (yoy) pada triwulan I 2015. Sebagaimana diketahui, inflasi terjadi seiring dengan berlangsungnya rangkaian perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Namun demikian, pada triwulan I 2015 ini tekanan inflasi kelompok bahan makanan tercatat mengalamai penurunan Bahan Makanan Lain Lemak dan Minyak dari 10,41% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 8,17% (yoy) pada triwulan I 2015. Berdasarkan subkelompoknya, penurunan tekanan inflasi terutama disebabkan oleh berkurangnya tekanan kenaikan harga pada 7 subkelompok komoditas yaitu ikan segar, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, aneka bumbu, lemak dan minyak, serta bahan makanan lainnya. Kendati demikian, masih terdapat 4 subkelompok komoditas lain yang mengalami kenaikan tekanan inflasi yaitu padi-padian, daging, ikan diawetkan, dan buah sehingga Bumbu menahan penurunan tekanan inflasi kelompok bahan makanan secara umum. Buah Kacang Sayuran Telur, Susu dan Hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasilnya Padi-padian 2.69 5.98 6.14-1.83 7.00 14.53 13.11 13.60 4.99 7.94 12.67 7.46 2.62 7.67 4.48 2.33 12.65 7.98 19.74 20.34 20.78 31.51 Andil Tw 1 2015 Tw 1 2015 Tw 4 2014 % yoy -10 0 10 20 30 40 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.4 Inflasi dan Andil Tahunan Kelompok Bahan Makanan 26,000 24,000 22,000 20,000 18,000 Rp/kg 190.1 Indeks 155.8 200 190 180 170 160 150 300,000 250,000 200,000 150,000 Hektar 265,706 225,499 16,000 14,000 12,000 10,000 Harga Karet di Kalbar Indeks Pengeluaran Bhn Makanan - Aksis Kanan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar 140 130 120 110 100 100,000 50,000-83,673 49,058 Luas Panen Padi Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 2014 2015 Sumber: Disbun Prov Kalbar, diolah Grafik 2.5 Harga Karet dan Indeks Pengeluaran Bahan Makanan 2013 2014 2015 Sumber: Distan TPH Prov Kalbar, diolah Grafik 2.6 Luas Panen Padi Menurunnya tekanan inflasi bahan makanan pada triwulan I 2015 tidak terlepas dari perubahan pola konsumsi masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, terlihat bahwa indeks perkiraan pengeluaran konsumen untuk kelompok komoditas bahan 23

makanan mengalami perlambatan. Indeks perkiraan pengeluaran konsumen pada bulan akhir triwulan IV 2014 berada pada level 190,1 sedangkan indeks perkiraan pengeluaran konsumen pada akhir triwulan I 2015 berada pada level 155,8. Penurunan indeks perkiraan pengeluaran konsumen tersebut sejalan dengan menurunnya harga komoditas karet di Kalimantan Barat. Pelemahan harga karet tersebut mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga pada akhirnya berdampak pada pengeluaran konsumen. Di sisi lain, masih terdapat subkelompok yang mengalami kenaikan tekanan inflasi, salah satunya dengan andil terbesar adalah subkelompok padi-padian. Berdasarkan komoditasnya, beras menjadi penyumbang inflasi tertinggi dengan andil 0,55%. Bekurangnya produksi beras di Kalimantan Barat yang tercermin dari berkurangnya luas panen padi pada triwulan I 2015 mengakibatkan terjadinya kenaikan harga pada komoditas beras. Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014, luas panen padi pada triwulan I 2015 terkontraksi -15,13% atau dari 265.706 hektar menjadi 225.499 hektar. Kondisi ini tidak terjadi pada triwulan IV 2014 yang mana luas panen padi mencapai 83.673 hektar atau meningkat 70,55% dari triwulan IV 2013 seluas 49,058 hektar. Terlebih lagi, terjadinya banjir di beberapa daerah sentra produksi di Jawa pada pertengahan triwulan I 2015 mengakibatkan berkurangnya pasokan beras menuju Kalimantan Barat. 2.2.2 Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Pada triwulan I 2015, inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan tercatat sebesar 7,90% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun 2014 yang mencapai 10,27% (yoy). Penurunan laju inflasi kelompok ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. Dalam survei tersebut, indeks perkiraan pengeluaran konsumen untuk kelompok Jasa Keuangan Sarana Penunjang Transpor Komunikasi -0.37 Transpor 3.53 4.88 10.89 11.02 transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada bulan Januari-Maret tahun 2015 berada pada level 121,3, 125, dan 157,3 atau melambat dibandingkan indeks perkiraan pengeluaran konsumen pada bulan Oktober-Desember tahun 2014 yang berada pada level 147,2, 152,9, dan 183,2. Turunnya indeks perkiraan pengeluaran tersebut mencerminkan bahwa permintaan konsumen terhadap barang-barang dalam kelompok komoditas transportasi, komunikasi, dan 0.05 0.05-0.01-0.11 1.30 11.94 Andil Tw 1 2015 Tw 1 2015 Tw 4 2014 19.34-5 0 5 10 15 20 25 % yoy Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.7 Inflasi dan Andil TahunanKelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 24

Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 jasa keuangan mengalami penurunan sehingga mengakibatkan tekanan kenaikan harga pada kelompok ini juga berkurang. Penurunan laju inflasi kelompok ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. Dalam survei tersebut, indeks perkiraan pengeluaran konsumen untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada bulan Januari-Maret tahun 2015 berada pada level 121,3, 125, dan 157,3 atau melambat dibandingkan indeks perkiraan pengeluaran konsumen pada bulan Oktober-Desember tahun 2014 yang berada pada level 147,2, 152,9, dan 183,2. Turunnya indeks perkiraan pengeluaran tersebut mencerminkan bahwa permintaan konsumen terhadap barang-barang dalam kelompok komoditas transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan sehingga mengakibatkan tekanan kenaikan harga pada kelompok ini juga berkurang. Penurunan tekanan inflasi ini didorong oleh menurunnya tekanan inflasi pada subkelompok transportasi. Berdasarkan komoditasnya, penurunan tekanan inflasi tiket angkutan udara dari 17,75% (mtm) pada bulan Desember 2014 menjadi 6,43% (mtm) pada Februari 2015 merupakan salah satu pemicu meredanya tekanan inflasi subkelompok tranportasi. Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perhubungan No. 91 Tahun 2014 pada akhir tahun 2014 lalu terkait penetapan tarif batas bawah angkutan udara maksimum sebesar 40% dari tarif tertinggi yang ditetapkan Pemerintah, fluktuasi harga tiket angkutan udara menjadi lebih terkendali. Hal ini diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia. Dalam SPH terlihat bahwa harga rata-rata 3 maskapai sampel mengalami penurunan dari Rp846.143 pada triwulan IV 2014 menjadi Rp823.721 pada triwulan laporan. 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 Indeks 147.2 183.2 152.9 121.3 Indeks Pengeluaran Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 157.3 125.0 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Grafik 2.8 Indeks Pengeluaran Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 - Rp Maskapai 1 Maskapai 2 Maskapai 3 Rata-rata 3 Maskapai Grafik 2.9 Survei Pemantauan Harga Tiket Angkutan Udara Namun demikian, walaupun terjadi penurunan tekanan inflasi pada tiket angkutan udara, kenaikan harga BBM pada akhir triwulan I 2015 menahan berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan secara keseluruhan. Tercatat inflasi pada komoditas bensin dan solar masing-masing sebesar 4,83% (yoy) dan 17,54% (yoy) dengan andil dalam membentuk inflasi tahunan pada triwulan laporan mencapai 0,2% dan 0,02%. 25

2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Penyelenggaraan Rumah Tangga Perlengkapan Rumah Tangga Bahan Bakar, Penerangan, dan Air Biaya Tempat Tinggal 0.13 0.09 1.24 1.23 5.60 5.43 4.73 7.69 6.97 9.95 Andil Tw 1 2015 Tw 1 2015 Tw 4 2014 22.34 19.40 % yoy 0 5 10 15 20 25 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.10 Inflasi dan Andil Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Kenaikan tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar menahan laju penurunan tekanan inflasi secara umum. Pada triwulan laporan inflasi kelompok ini mencapai 12,12% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2014 yang mencapai 9,80% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan ini terutama bersumber dari meningkatnya tekanan inflasi pada subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air yang mencapai 22,34% (yoy) dari triwulan IV 2014 sebesar 19,40% (yoy). Lebih lanjut berdasarkan komoditasnya, tekanan inflasi pada subkelompok ini dipengaruhi oleh tingginya inflasi pada komoditas bahan bakar rumah tangga dan tarif tenaga listrik (TTL) yang masing-masing mencapai 31,41% (yoy) dan 24,43% (yoy) dengan andil dalam membentuk inflasi Kalimantan Barat masing-masing sebesar 0,45% dan 0,76%. Sejak diberlakukannya reformasi kebijakan energi oleh pemerintahan baru, evaluasi harga LPG dan TTL lebih sering dilakukan dengan mengacu pada kondisi harga minyak dunia dan kurs Rupiah. Pada triwulan I 2015 telah terjadi kenaikan harga LPG 12 kg sebanyak 2 kali yaitu pada awal Januari dan Maret 2015. Selain berdampak langsung terhadap harga LPG 12 kg, kebijakan ini juga berdampak pada beralihnya sebagian konsumen LPG varian ini terutama segmen rumah makan ke LPG varian 3 kg sehingga juga menekan harga LPG 3 kg. Kondisi tersebut relatif berbeda dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, TTL mengalami kenaikan dan penurunan selama triwulan I 2015. Pada Januari 2015, TTL rumah tangga sebesar Rp1.496,05/kwh, meningkat dari Rp1.352/kwh pada Desember 2014. Pada Februari dan Maret 2015, TTL menurun menjadi Rp 1.468,25/kwh dan 1.426,58/kwh. Walaupun TTL mengalami penurunan selama triwulan I 2015 tetapi besarnya TTL pada akhir triwulan I 2015 dibandingkan dengan TTL pada akhir triwulan I 2014 masih lebih tinggi dibandingkan besarnya TTL pada akhir triwulan IV 2014 dibandingkan dengan TTL pada akhir triwulan IV 2013. Hal inilah yang membuat inflasi TTL secara tahunan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. 26

2.3 Inflasi Triwulanan Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Rumah, Listrik, BB Makanan Jadi & Rokok Bhn Makanan % qtq -0.08-5.98-3.91 0.37 0.89 2.83 1.55 Laju inflasi triwulanan Kalimantan Barat tercatat sebesar 1,71% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2014 yang mencapai 2,17% (qtq). Berkurangnya tekanan inflasi tersebut didorong oleh menurunnya tekanan inflasi pada 2 kelompok komoditas yaitu bahan makanan dan pendidikan serta terkoreksinya harga pada 2 kelompok komoditas yaitu sandang dan transportasi. Di sisi lain, meningkatnya tekanan inflasi pada 3 komoditas yakni makanan dan rokok; perumahan, listrik, air, dan bahan bakar; dan kesehatan menahan laju penurunan tekanan inflasi triwulanan. Dari 7 kelompok komoditas tersebut, 3 di antaranya memiliki andil terbesar dalam pembentukan inflasi triwulanan Kalimantan Barat yaitu kelompok bahan makanan (1,20%), perumahan, air, listrik dan bahan bakar (0,83%), dan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (-1,13%). 1.57 1.55 3.69 3.63 2.56 5.19 Andil Tw 1 2015 Tw 1 2015 Tw 1 2014 7.37-6 -4-2 0 2 4 6 8 10 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.11 Inflasi dan Andil Triwulanan Kalimantan Barat Bahan Makanan Lain Lemak dan Minyak Bumbu Buah Kacang Sayuran Telur, Susu dan Hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasilnya Padi-padian 8.47 9.01 0.15 3.35 5.83-2.82 2.63-2.11 3.10 5.99 1.60 3.41 1.28 1.50 5.91 6.60 5.88 7.77 14.19 13.39 15.08 31.27 % qtq -5 0 5 10 15 20 25 30 35 Andil Tw 1 2015 Tw 1 2015 Tw 1 2014 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.12 Inflasi dan Andil Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Jasa Keuangan Sarana Penunjang Transpor Komunikasi Transpor -9.06-3.04-0.26 0.00 0.13 0.21 1.51 0.00-10 -8-6 -4-2 0 2 4 Andil Tw 1 2015 Tw 1 2015 Tw 1 2014 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.13 Inflasi dan Andil Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Turunnya tekanan inflasi triwulanan Kalimantan Barat dipicu oleh meredanya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan dari 7,37% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi 5,19% (qtq). Kondisi tersebut terjadi seiring dengan terjaganya jumlah pasokan bahan pangan terutama menjelang rangkaian perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Berdasarkan subkelompoknya, penurunan tekan inflasi bahan makanan disebabkan oleh turunnya tekanan inflasi pada subkelompok ikan segar, telur dan susu, sayuran, kacang, aneka bumbu, lemak dan minyak, serta bahan makanan lainnya. Kendati demikian, masih terdapat subkelompok yang mengalami kenaikan tekanan inflasi seperti padi-padian. Naiknya tekanan inflasi subkelompok padi-padian disebabkan oleh berkurangnya pasokan beras dari Jawa akibat banjir yang melanda 27

beberapa daerah sentra produksi pada pertengahan triwulan I 2015 sehingga mengurangi jumlah produksi. Sementara itu, deflasi pada subkelompok transportasi turut membuat tekanan inflasi triwulanan Kalimantan Barat menurun. Deflasi pada subkelompok ini tercatat mencapai -9,06% (qtq) dari inflasi 14,50% (qtq) pada triwulan sebelumnya dengan andil sebesar -1,13%. Salah satu penyebab terkoreksinya harga pada subkelompok ini adalah kebijakan penurunan harga BBM selama triwulan I 2015. Walaupun harga BBM sempat meningkat pada bulan Maret 2015 tetapi kenaikannya masih lebih rendah dibandingkan kenaikan pada bulan November 2014. Selain disebabkan oleh penyesuaian harga BBM, deflasi pada subkelompok ini juga disumbang oleh koreksi harga tiket angkutan udara. Penyelenggaraan Rumah Tangga Perlengkapan Rumah Tangga Bahan Bakar, Penerangan, dan Air Biaya Tempat Tinggal 0.73 0.57 0.70 1.32 3.44 3.51 4.18 Di sisi lain, kenaikan tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar dari 1,55% (qtq) menjadi 3,69% (qtq) menahan turunnya tekanan inflasi triwulanan. Berdasarkan subkelompoknya, meningkatnya tekanan inflasi kelompok ini bersumber dari kenaikan tekanan inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal; bahan bakar, penerangan, dan air; dan penyelenggaraan rumah tangga. Lebih lanjut, berdasarkan komoditasnya, tekanan inflasi bersumber dari komoditas bahan bakar rumah tangga dan TTL. Pada triwulan I 2015 inflasi bahan bakar rumah tangga dan TTL tercatat masing-masing sebesar 15,23% (qtq) dan 3,68% (qtq). Realisasi kenaikan harga LPG 12 kg dan imbauan kenaikan Harga Eceran Tertinggi LPG 3 kg yang mulai efektif pada awal triwulan I 2015 membuat penurunan tekanan inflasi triwulanan tertahan. Selain itu, walaupun sempat mengalami penurunan tarif pada bulan Februari dan Maret 2015 tetapi besarnya TTL pada triwulan I 2015 dibandingkan dengan TTL pada triwulan IV 2014 masih lebih tinggi dibandingkan besarnya TTL pada triwulan I 2014 dibandingkan dengan TTL pada triwulan IV 2013. 5.99 0 2 4 6 8 Andil Tw 1 2015 Tw 1 2015 Tw 1 2014 % qtq Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Grafik 2.14 Inflasi dan Andil Triwulanan Kelompok Perumahan, Listrik, Air, dan Bahan Bakar 28

Int 2.4 Disagregasi Inflasi 1 Berdasarkan disagregasinya, penurunan tekanan inflasi Kalimantan Barat didorong oleh menurunnya tekanan inflasi pada kelompok volatile foods (VF) dan administered prices (AP) seiring dengan terjaganya pasokan bahan pangan dan penurunan harga BBM yang dilakukan pada triwulan I 2015. Namun demikian, realisasi kebijakan kenaikan harga energi strategis lainnya pada triwulan I 2015 membuat penurunan tekanan inflasi pada kelompok AP tertahan. Selain itu, penyesuaian harga energi strategis tersebut juga berdampak pada inflasi kelompok inti tetapi masih pada level yang relatif terkendali. Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Triwulanan (%-qtq) Kelompok 2014 2015 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Inti 1,25 1,23 1,18 2,64 2,21 Volatile Foods 7,40-0,02 2,71-0,16 5,33 Administered Prices 0,01 3,51 3,08 9,98-2,53 IHK 2,17 1,41 1,88 3,67 1,71 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Tabel 2.2 Disagregasi Inflasi Triwulanan (%-yoy) Kelompok 2014 2015 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Inti 6,95 7,20 5,21 6,44 7,45 Volatile Foods 9,03 10,18 8,14 10,10 7,99 Administered Prices 15,33 11,77 10,68 17,35 14,37 IHK 8,98 8,69 6,67 9,43 8,94 Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah 2.4.1 Inflasi Volatile Foods Pada triwulan I 2015 kelompok volatile foods (VF) tercatat mengalami penurunan tekanan inflasi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi 10,10% (yoy), kelompok VF pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 7,99% (yoy). Penurunan tekanan inflasi ini terjadi seiring dengan kondisi pasokan sejumlah bahan pangan yang relatif terjaga terutama pada saat berlangsungnya rangkaian perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Di sisi lain, masih adanya komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan tekanan inflasi membuat penurunan tekanan inflasi VF tertahan. Berdasarkan komoditasnya, beras merupakan penyumbang utama inflasi pada kelompok ini dengan 0,26%Kenaikan harga beras disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari beberapa daerah sentra produksi di Jawa 1 Perhitungan disagregasi inflasi (%-mtm, %-qtq, dan %-yoy) menggunakan pendekatan subkelompok. 29

akibat banjir yang melanda pada pertengahan triwulan laporan sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah pasokan yang menuju Kalimantan Barat. 2.4.2 Inflasi Administered Prices Pada periode laporan, kelompok administered prices (AP) tercatat mengalami deflasi yang mencapai -2,53% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi 9,98% (qtq). Berdasarkan komoditasnya, penyumbang utama deflasi pada kelompok ini adalah bensin dan tiket angkutan udara masing-masing mencapai -0,96% dan -0,21%. Kendati Pemerintah sempat menaikkan harga bensin pada akhir triwulan I 2015 tetapi apabila dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada triwulan IV 2014, realisasi kenaikan harga pada triwulan laporan relatif lebih rendah. Selain disebabkan oleh koreksi harga bensin, deflasi pada kelompok AP juga disumbang oleh koreksi harga tiket angkutan udara. Berdasarkan hasil SPH Bank Indonesia terhadap 3 maskapai dengan rute penerbangan terbanyak di Kalimantan Barat, terlihat bahwa harga rata-rata tiket ketiga maskapai mengalami penurunan dari Rp846.143 pada triwulan IV 2014 menjadi Rp823.721 pada triwulan I 2015. 2.4.3 Inflasi Inti 26,000 24,000 22,000 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 Rp Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Harga Karet di Kalbar Sumber: Disbun Prov Kalbar, diolah Grafik 2.15 Harga Karet dan Indeks Penghasilan Konsumen harga makanan jadi. Inflasi inti pada triwulan I 2015 tercatat mengalami kenaikan menjadi 7,45% (yoy) dari 6,95% (yoy) pada triwulanan sebelumnya. Berdasarkan komoditasnya, penyumbang utama kenaikan inflasi inti adalah nasi dengan lauk dengan andil mencapai 0,48%. Inflasi pada komoditas ini terutama disebabkan oleh terganggunya pasokan beras di Kalimantan Barat sehingga berdampak pada kenaikan Namun demikian, kenaikan tekanan inflasi inti tertahan oleh melesunya permintaan masyarakat seiring dengan masih melemahnya harga komoditas karet di Kalimantan Barat dan meningkatnya tingkat pengangguran terbuka pada triwulan I 2015 sebesar 0,74% dari periode sebelumnya. Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh indeks penghasilan konsumen dalam Survei Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa indeks penghasilan konsumen mengalami penurunan dari 148, 147,5, dan 135 pada triwulan IV 2014 menjadi 133,5, 138, dan 133,5 pada triwulan laporan. Indeks 2014 2015 Indeks Penghasilan Konsumen - Aksis Kanan 180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 30

BOKS-2 (Belum) Banyak Jalan Menuju Roma (Sekilas Mengenai Kondisi Infrastruktur Jalan Raya di Kalimantan Barat) Inflasi seringkali dihubungkan dengan kelancaran distribusi. Sementara itu, kelancaran distribusi itu sendiri terkait cukup erat dengan kondisi Infrastruktur yang ada di suatu daerah. Salah satu bentuk infrastruktur yang cukup berperan penting dalam meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah adalah keberadaan jalan raya. Dengan jalan raya, barang atau komoditas yang dibutuhkan oleh pelaku ekonomi dapat mengalir lancar dari satu tempat ke tempat lain, dan diharapkan secara tidak langsung akan dapat membawa pengaruh positif untuk meredam inflasi atas barang atau komoditas tersebut. Sementara itu di Provinsi Kalimantan Barat, masih banyak jalan yang telah dibangun oleh dinas PU namun belum dapat menghubungkan antara satu desa dengan desa yang lain. Sebagai contoh, jalan dari ibu kota kabupaten Sambas menuju ke Aruk, sekitar 30 km jauhnya, masih belum terhubung, meskipun jalan tersebut merupakan jalan yang berstatus internasional dengan adanya rencana pembukaan pintu gerbang perbatasan Aruk dan Malaysia Timur dalam waktu dekat. Tengok pula jalan negara, misalnya dari Pontianak ke Entikong, dan juga jalan antar Kabupaten lainnya seperti di Sanggau, banyak yang masih hancur dan berlubang. Kerusakan ini umumnya terjadi karena lintasan truk-truk bermuatan besar yang kapasitasnya melebihi kemampuan kapasitas jalan (7-8 ton). Bahkan, sekitar 70km jalan penghubung antara Kalbar dan Kalteng masih berupa tanah. Bandingkan dengan jalan penghubung antara Kaltim dan Kalteng yang seluruhnya sudah mulus dan beraspal. Berdasarkan data terakhir dari BPS Provinsi Kalimantan Barat per akhir tahun 2013 diperoleh informasi bahwa sebagian besar jalan yang ada di Kalimantan Barat masih memiliki bentuk permukaan berupa tanah (47,40%) dan baru sekitar 35,19% yang telah diaspal. Sementara itu 55,19% dari panjang jalan yang ada di Kalimantan Barat telah dapat dikategorikan dalam kondisi mantap dan 44,18% sisanya berada dalam kategori tidak mantap. Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1. Persentase Permukaan Jalan Provinsi Kalimantan Barat (2013) Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 2. Persentase Kondisi Jalan Provinsi Kalimantan Barat (2013) Melihat lebih jauh lagi secara terpisah di setiap kota/kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, diperoleh informasi bahwa masih terdapat 9 kabupaten yang memiliki permukaan jalan dalam bentuk tanah (belum diaspal) lebih besar dibandingkan dengan jalan dalam bentuk aspal mau pun kerikil, dengan rata-rata persentase berkisar antara 40%-80% dari total jalan masing-masing 31

kabupaten. 9 Kabupaten tersebut adalah Bengkayang (42,47%), Landak (45,65%), Ketapang (76,10%), Sintang (58,57%), Kapuas Hulu (44,86%), Sekadau (62,79%), Melawi (77,38%), Kayong Utara (55,75%), dan Kubu Raya (40,05%). Sumber: BPS Provinsi Kalbar, diolah Grafik 3. Kondisi Permukaan Jalan Provinsi Kalimantan Barat (berdasarkan panjang jalan dalam km) Menurut informasi yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kalbar, sulitnya untuk mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur jalan tersebut terutama sekali disebabkan oleh dua kendala, yakni tidak memadainya APBD dan banyak calon lahan jalan yang masuk kawasan hutan lindung. Namun demikian, sudah terdapat rencana dari Dinas Pekerjaan Umum Kalbar untuk mulai melakukan perbaikan jalan di awal tahun 2015 ini dengan anggaran Rp1,1 triliun, yakni Sajingan-Aruk 11,6km (Kab. Sambas), Balai Karangan-Entikong 19,2km (Kab. Sanggau), dan Nanga Badau batas Serawak 3,8km (Kab. Kapuas Hulu). Sumber: Beritapost.co.id Gambar 1 Peta Jalan Antar Kabupaten Provinsi Kalimantan Barat Sumber: Dinas PU Provinsi Kalbar, Diolah Gambar 2 Kondisi Jalan Setiap Kabupaten Provinsi Kalimantan Barat Rencana pembangunan jalan ini juga akan dilanjutkan dengan pembangunan jalan paralel perbatasan Temajuk-Aruk-Entikong 252,83km, Entikong-Nanga Badau 242,8km, dan Nanga Badau batas Kalimantan Timur 275,76km. Namun, mengingat panjangnya jalan dimaksud, maka proyek akan dipecah per tahun (selama tiga tahun), yang terbagi ke dalam beberapa tahap mulai pelandaian tanah, pengerasan tanah dan kemudian diakhiri dengan pengaspalan. Untuk melengkapi pembangunan jalan tersebut juga akan dilakukan pengembangan lingkungan di Pos Lintas Batas 32