BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

Pengolahan awal metode magnetik

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik, dengan tujuan

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

BAB III METODE PENELITIAN

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

Sistem Koordinat Global/Dunia (Global/World Coordinat system) Sistem koordinat global menganut pembagian wilayah dunia menjadi 4 bidang

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KELURUSAN ANOMALI MAGNET BENDA X DI DAERAH Y DARI HASIL REDUKSI KE KUTUB

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA

BAB V DESAIN SURVEY DAN PENGOLAHAN DATA

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

Koreksi-Koreksi pada Pengolahan Data Geofisika (Part II :Metode Magnetik)

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2012

Nur Meita Indah Mufidah

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

2014 PROGRAM PEMBUATAN KONTUR ANOMALI GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE MESH POLYGON

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

Identifikasi Jalur Sesar Opak Berdasarkan Analisis Data Anomali Medan Magnet dan Geologi Regional Yogyakarta

By. Y. Morsa Said RAMBE

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

BAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Modul 13. Proyeksi Peta MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN. Modul Pengertian Proyeksi Peta

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

BAB III METODE PENELITIAN

MEMBACA DAN MENGGUNAKAN PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI)

Gambar 3.1. Daerah Penelitian (Sumber : Google Earth)

ALHAZEN Journal of Physics ISSN Volume 2, Nomor 1, Issue 1, Juli 2015

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia.

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK MEMETAKAN SITUS ARKEOLOGI CANDI BADUT MALANG JAWA TIMUR

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan desain penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif analitis. Penelitian geomagnet ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan daerah kelurusan anomali magnetik sebagai gambaran lokasi adanya sesar dan perluasan daerah semburan gas di Kabupaten Serang, Banten. Eksplorasi menggunakan metode magnetik ini pada dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu akuisisi data lapangan, processing dan interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Semua kegiatan akusisi data dilakukan oleh tim survei PVMBG. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal) dan koreksi IGRF. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Surfer 8.0 dan Microsoft Office Excel sehingga diperoleh peta anomali magnetik residual. Agar memperoleh bentuk anomali yang lebih tajam dan jelas, serta agar diperoleh sebaran jalur sesar di sekitar kawah semburan gas di daerah penelitian digunakan metode Tilt Angle Derivative yang diolah dengan bantuan MatLab. Untuk lebih jelasnya, tahapan penelitian yang dilakukan dalam pencapaian tujuan digambarkan dalam diagram alur sebagai berikut: 33

34 Pengolahan data Koreksi Variasi Harian Koreksi IGRF Data Anomali Magnetik Konversi lattitude dan longitude daerah penelitian ke dalam meter menggunakan Software Coordtrans Peta anomali magnetik residual menggunakan Surfer Pengolahan data ASCII dengan menggunakan algoritma Tilt Angle Konversi Data Peta Anomali Ke Dalam ASCII Tilt Angle dari data Tilt Angle Derivative Konversi hasil pengolahan algoritma Tilt Angle Derivative ke Surfer Peta anomali magnetik hasil pengolahan metode Tilt Angle Derivative Kelurusan anomali magnetik hasil metode Tilt Angle Derivative sebagai indikator adanya struktur sesar di bawah permukaan daerah survey Hasil penelitian dikomparasikan dengan struktur geologi daerah survey Gambar 3.1 Diagram alur pengolahan data

35 3.2 Akuisisi Data Lapangan a. Lokasi Penelitian Lokasi survey berada di wilayah Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Secara geografis lokasi penelitian terletak pada posisi 106,18 0 BT 106,34 0 BT dan 6,00 0 LS 06,23 0 LS. Pengambilan data lapangan dilakukan oleh tim survey Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada tanggal 12-17 Juni 2010 dan 6-10 Agustus 2010 sebanyak 450 titik pengukuran. U Daerah survey BS Keterangan: : Kelurusan interpretasi foto udara (sesar). : Sumbu antiklin : Sumbu sinklin + : Titik-titik pengamatan : Base Station : Sungai Gambar 3.2 Peta lokasi daerah survey (sumber: Hendarmawan, 2009, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)

36 b. Peralatan Lapangan Peralatan yang digunakan dalam survey magnetik di sekitar semburan gas di daerah Serang adalah sebagai berikut : Magnetometer Proton dari jenis SCINTREX-MP-3 (2 buah). Handy GPS tipe GPSmap 60 CS - Garmin (1 buah) Kompas Geologi (1 buah) Kamera Digital (1 buah) Peta topografi Handy Talky c. Persiapan Pada tahap akuisisi data di lapangan, terlebih dahulu mempersiapkan beberapa hal yaitu: Menentukan koodinat tiap titik ukur magnetik yang dilakukan dengan menggunakan Handy GPS tipe GPSmap 60 CS Garmin. Menentukan arah utara magnet bumi dengan menggunakan kompas geologi Lokasi pengukuran medan magnet harus jauh dari gangguan benda-benda magnetik. Membuat lintasan geomagnet. d. Pelaksanaan Survey magnetik yang dilakukan merupakan survey magnetik rinci. Jarak antar titik ukur serapat mungkin untuk menghindari terlalu banyaknya

37 interpolasi pada peta geomagnetik yang dihasilkan. Letak dan penyebaran titik pengamatan disesuaikan dengan sasaran yang akan dicapai. Yang sering diukur dalam penyelidikan ini ialah komponen vertikal medan magnet bumi. Magnetometer yang digunakan berjumlah dua buah. Satu alat dioperasikan pada satu titik amat tertentu yang tetap (Base Station) untuk mengamati perubahan medan magnet total selama satu hari pengukuran (variasi harian) dan satu lagi dioperasikan di lapangan. Menentukan tempat atau lokasi untuk menjadi Base Stasion (BS) harus dicari suatu tempat yang mempunyai harga pembacaan stabil, artinya bila dilakukan beberapa kali pengukuran harganya harus relatif stabil. Titik Base Stasion harus agak jauh dari gangguan bendabenda yang mengandung sifat magnet, seperti rumah-rumah beratap seng, pagar besi, lalu lintas kendaraan dan jaringan listrik. Untuk itu maka ditetapkan titik Base Station magnetik pada posisi 106,18 0 BT dan 06,12 0 LS. Pengukuran variasi harian dilakukan setiap hari tiap 10 menit. Koreksi harian merupakan koreksi sebagai akibat dari perubahan temperatur sepanjang hari selama pengukuran berlangsung yang akan mempengaruhi intensitas magnet total. Data variasi harian digunakan untuk melakukan koreksi terhadap titik ukur magnetik di lapangan. Dalam pengambilan data di lapangan, Penentuan titik ukur dilakukan secara acak dengan melihat kondisi medan yang memungkinkan untuk dapat dijangkau. Dengan demikian distribusi titik ukur cenderung mengikuti pola jalan maupun perkebunan dan hutan yang dapat dilalui dengan jalan kaki dan biasa dilalui oleh penduduk setempat. Titik-titik amat yang diambil diusahakan

38 tersebar merata dan adanya pengkonsentrasian di sekitar kawah pada daerah survey. Pengukuran magnetik pada tiap titik ukur dilakukan sebanyak lima kali, hal ini dilakukan agar data magnetik yang dihasilkan mempunyai tingkat akurasi yang baik. 3.3 Pengolahan Data Geomagnet Secara umum data intensitas magnetik yang diperoleh di lapangan merupakan data mentah yang masih harus diolah untuk memperoleh gambaran anomali magnetik residual. Pengolahan data untuk penyelidikan geomagnet yaitu dengan melakukan koreksi variasi harian dan koreksi IGRF terhadap data hasil pengamatan intensitas medan magnet di lapangan untuk mendapatkan data anomali magnetik daerah survei. Berikut ini adalah contoh data hasil pengamatan di lapangan setelah dikoreksi variasi harian. Tabel 3.1 Contoh Data Hasil Pengamatan Intensitas Medan Magnet Di Lapangan Setelah Dikoreksi Variasi Harian Time Longitude Latitude Data Titik Jam Menit Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik Magnetik (nt) 8 0.00 BS 106 10 31.4 6 7 17.0 44367 9 20.00 1 106 16 53.6 6 8 18.6 44703.5 10 0.00 2 106 16 42.5 6 8 6.2 44555.4 10 8.00 3 106 16 28.1 6 7 57.6 45142.3 10 22.00 4 106 16 32.8 6 7 44.5 45360.7 (sumber: PVMBG)

39 a. Koreksi variasi harian Koreksi harian merupakan koreksi sebagai akibat dari perubahan temperatur sepanjang hari selama pengukuran berlangsung yang akan mempengaruhi intensitas magnet total. Data variasi harian digunakan untuk melakukan koreksi terhadap titik ukur magnetik di lapangan. Data hasil pengamatan di lapangan kemudian dikurangi atau ditambahkan dengan data hasil pengamatan di Base Station yang dilakukan tiap selang waktu 10 menit. b. Koreksi IGRF Berdasarkan data dari International Geomagnetic Reference Field (IGRF), dengan menggunakan software geomag60, dengan titik acuan pada titik base station. Harga medan magnetik regional (T IGRF / F) di daerah survey berada pada harga 44864.4 nt. Nilai Deklinasi (D) pada daerah tersebut adalah 0 0 40 dan nilai Inklinasinya (I): -31 0 18. Gambar 3.3 Hasil Pengolahan Nilai Magnetik Regional Daerah Survey, dengan Software Geomag60 (sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)

40 Untuk mendapatkan data anomali magnet di daerah survei dilakukan dengan melakukan koreksi IGRF terhadap data intensitas magnetik yang telah dikoreksi harian. Tabel 3.2 Contoh Data Intensitas Magnetik Hasil Koreksi Harian dan IGRF Jam Time Menit Data Magnetik (nt) T IGRF (nt) T (nt) 8 0.00 44367 44864.4 139.1 9 20.00 44703.5 44864.4-188.9 10 0.00 44555.4 44864.4-474.2 10 8.00 45142.3 44864.4-267.8 10 22.00 45360.7 44864.4-289.2 c. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) Sebelum data intensitas magnetik diolah dalam surfer 8.0, koordinat daerah penelitian terlebih dahulu diproyeksikan ke UTM menggunakan software Coordtrans. Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940- an. Sejak saat itu, proyeksi ini menjadi standar untuk pemetaan topografi. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian standar. Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6 sehingga bola bumi dibagi menjadi 60 zone. Setiap zone UTM memiliki system koordinat sendiri dengan titik nol pada perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Untuk menghindari koordinat negative, meridian tengah diberi nilai awal absis (x) 500.000 meter. Untuk zone yang terletak dibagian selatan ekuator (LS), juga untuk

41 menghindari koordinat negative ekuator diberi nilai awal ordinat (y) 10.000.000 meter. Sedangkan untuk zone yang terletak dibagian utara ekuator, ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter. Untuk wilayah Indonesia terbagi atas sembilan zone UTM, dimulai dari meridian 90 BT sampai dengan 144 BT dengan batas pararel (lintang) 11 LS hingga 6 LU. Dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 (meridian sentral 93 BT) hingga zone 54 (meridian sentral 141 BT). Gambar 3.4 Zona UTM Indonesia Daerah survey berada pada zona UTM 48S (WGS84). Hasil dari konversi ini diperlihatkan pada tabel berikut: Tabel 3.3 Contoh konversi koordinat titik-titik pengamatan kedalam UTM Titik Longitude Latitude Easting Southing Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik (m) (m) 1 106 15 19.9 6 8 46.2 638922.03 9320474.82 2 106 15 50 6 7 50 639851.39 9322198.75 3 106 15 46 6 8 0 639727.7 9321891.91 4 106 15 42 6 8 10 639604.01 9321585.06 5 106 15 36 6 8 20 639418.84 9321278.36

42 d. Pengolahan Data Menggunakan Program Surfer 8.0 Dalam penelitian ini program surfer 8.0 digunakan untuk keperluan pembuatan peta kontur anomali magnetik. Setelah data dikonversi ke dalam UTM, data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan software Surfer. Data yang di-input dalam program ini berupa: Tabel 3.4 Contoh Data Input Pada Program Surfer Easting (m) Southing (m) T (nt) Titik Amat 638922.03 9320474.82 139.1 1 639851.39 9322198.75-188.9 2 639727.7 9321891.91-474.2 3 639604.01 9321585.06-267.8 4 639418.84 9321278.36-289.2 5 Tampilan yang dihasilkan dari proses pengolahan data yang menggunakan software Surfer 8.0 adalah sebagai berikut: Gambar 3.5 Peta Kontur Anomali Magnet Menggunakan Software Surfer 8.0

43 e. Program Matlab Matlab (Matrix Laboratory) adalah sebuah program untuk analisis dan komputasi numerik dan merupakan suatu bahasa pemrograman matematika lanjutan yang dibentuk dengan dasar pemikiran menggunakan sifat dan bentuk matriks. Matlab telah berkembang menjadi sebuah environment pemrograman yang canggih yang berisi fungsi-fungsi built-in untuk melakukan tugas pengolahan sinyal, aljabar linier dan kalkulasi matematis lainnya. Juga berisi toolbox yang berisi fungsi-fungsi tambahan untuk aplikasi khusus. Matlab sering digunakan untuk keperluan teknik komputasi numerik, yang digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang melibatkan operasi matematika elemen, matrik optimasi, aproksimasi dan lain-lain. Sehingga Matlab banyak digunakan pada: Matematika dan komputasi Pengembangan dan algoritma Pemrograman modellin dan simulasi Analisa data visualisasi dan eksplorasi Dalam penelitian ini program matlab digunakan untuk mengolah data IGRF agar sesuai dengan posisi titik amat di lokasi penelitian. 3.4 Deteksi Tepi Anomali Menggunkan Metode Tilt Angle Derivative Filter Tilt Angle Derivative digunakan untuk mendeteksi tepi anomali secara tepat dari sumber-sumber anomali magnetik dengan menuliskan kode MatLab. Pada dasarnya metode ini menggunakan persamaan umum Tilt Angle

44 yang kemudian akan diaplikasikan dengan filter Total Horizontal Derivative (THDR). Tilt Angle ini didefinisikan oleh Miler dan Singh (1994) sebagai berikut = h = (3.1) dimana h= 2 + 2 dan f, mengacu pada data magnetik. Gradient tilt angle memiliki sifat-sifat yang menarik. Tilt angle bernilai positif ketika melewati sumber, bernilai nol ketika melalui atau mendekati tepi sumber dimana vertical derivative bernilai nol dan horizontal derivative bernilai maksimum. Sebaliknya, Tilt Angle akan bernilai negatif jika melalui daerah di luar daerah sumber. Tilt Angle memiliki range dari -90 o sampai 90 o dan lebih mudah diinterpretasikan. Ilustrasi dari Tilt Angle ini dapat ditunjukkan secara geometris seperti gambar berikut: Gambar 3.6 Geometri yang digunakan dalam mendefinisikan Tilt Angle. (sumber: Potential field tilt a new concept for location of potential field sources, by Hugh G. Miller, and Vijay Singh) Dari gambar di atas, menunjukkan turunan bidang dalam arah x, menunjukkan turunan dalam arah y, merupakan turunan dalam arah

45 z, h adalah gradient bidang horizontal. Tilt Angle, θ, diukur relatif terhadap bidang horizontal. Veruzco et al. (dalam G.R.J. Cooper dan D.R. Cowan, 2006) menyarankan menggunakan Total Horizontal Derivative (THDR) dari Tilt Angle sebagai detektor tepi. = + (3.2) Pilkington dan Keating (dalam G.R.J. Cooper dan D.R. Cowan, 2006) mendemonstrasikan Total Horizontal Derivative (THDR) untuk menentukan tepi detektor dan memperlihatkan bahwa metode ini memiliki sifat yang diinginkan untuk dapat diandalkan dalam pemetaan. Metode ini menunjukkan reabilitas dan stabilitas dari metode deteksi tepi anomali magnetik. Gambar 3.7 (a) respon gravitasi dari model sederhana, (b) THDR dari data gravitasi (a), (c) Tilt Angle berdasarkan data, (d) THDR dari data Tilt Angle (Tilt Angle Derivative). (sumber: Enhancing potential field data using filters based on the local phase, by G.R.J.Cooper and D.R. Cowan)

46 Gambar di atas menunjukkan hasil dari pengujian sebuah model sederhana dengan mengaplikasikan THDR dari data anomali gravitasi yang kemudian dibandingkan dengan hasil Tilt Angle dan THDR dari data Tilt Angle (Tilt Angle Derivative). Tilt Angle bernilai positif terhadap model, tetapi respon yang dihasilkan masih kabur dikarenakan kedalaman model sedangkan Tilt Angle Derivative menempatkan beberapa tepi model dengan lebih baik dan sangat peka terhadap noise, menjadi sebuah turunan dari suatu fungsi berbasis turunan.