E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

Faktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

Nena Hilmia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

Penyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah

Dugaan Produksi Susu 305 Hari pada Sapi Perah FH.Herman

PEMULIABIAKAN PADA SAPI PERAH

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG

PENDUGAAN NILAI RIPITABILITAS DAN DAYA PRODUKSI SUSU 305 HARI SAPI PERAH FRIES HOLLAND DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS)

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

EVALUASI KEUNGGULAN GENETIK SAPI PERAH BETINA UNTUK PROGRAM SELEKSI [Evaluation of Dairy Cow Genetic Superiority for Selection Program]

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

ESTIMASI NILAI KEUNGGULAN PRODUKSI SUSU DAN SIFAT REPRODUKSI SAPI PERAH BETINA DI PT NAKSATRA KEJORA ROWOSENENG TEMANGGUNG SKRIPSI.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

Model Kurva Produksi dan korelasinya...kurniawan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

EFEKTIVITAS CATATAN TEST DAY UNTUK EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU PADA SAPI PERAH

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

PENDUGAAN NILAI PEJANTAN SAPI PERAH DI BBTU SAPI PERAH BATURRADEN ( THE PREDICTION OF STUD DIARY CATTLE AT BBTU DAIRY CATTLE BATURRADEN )

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

Ripitabilitas dan MPPA Sapi Perah FH di BBPTU HPT Baturraden...Deriany Novienara

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

PENGARUH MASA LAKTASI, MASA KERING, MASA KOSONG DAN SELANG BERANAK PADA PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT SP CIKOLE, LEMBANG

EVALUASI PEJANTAN FRIES HOLLAND DENGAN METODE CONTEMPORARY COMPARISON DAN BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION

PEMANFAATAN CATATAN TEST DAY (HARI UJI) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI PT. TAURUS DAIRY FARM. Universitas Padjadjaran

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

Kata Kunci : sapi perah, bobot lahir, BCS (Body Condition Score) periode kering, produksi susu

ESTIMATED MILK PRODUCTION OF 305 DAYS USING TEST DAY RECORDS AT BBPTU-SP BATURRADEN. Heni Indrijani Fakultas Peternakan UNPAD ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

POLA DAN PENDUGAAN SIFAT PERTUMBUHAN SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA BERDASARKAN UKURAN TUBUH DI KPSBU LEMBANG SKRIPSI RIVA TAZKIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

FIXED REGRESSION TEST DAY MODEL SEBAGAI SOLUSI PADA PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN SAPI PERAH. HENI INDRIJANI dan ASEP ANANG

ESTIMASI POTENSI GENETIK SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

Fixed Regression Test Day Model Sebagai Solusi pada Pendugaan Nilai Pemuliaan Sapi Perah

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

b?> EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAP1 FRIES HOLLAND PERIODE LAKTASI KE-3 DAN KE-4 DI PT. TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

POTENSI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BETINA DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN, PURWOKERTO SKRIPSI ERNI SITI WAHYUNI

TINJAUAN PUSTAKA. dan dikenal sebagai Holstein di Amerika dan di Eropa terkenal dengan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

PEWARISAN SIFAT PRODUKSI SUSU PEJANTAN FH IMPOR PADA ANAK BETINANYA DI BBPTU BATURRADEN

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

AKURASI ESTIMASI PRODUKSI SUSU TEST INTERVAL METHOD SEBAGAI ALTERNATIF SELEKSI SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI AREA TROPIKA BASAH

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2015, VOL. 15, NO. 1

o dapat dijadikan sebagai bahan informasi dasar untuk merencanakan usaha selanjutnya

PERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Korelasi Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3, dengan Gabungannya

HUBUNGAN BOBOT HIDUP INDUK SAAT MELAHIRKAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET SAPI PO DI FOUNDATION STOCK

PENGEMBANGAN MODEL PITA UKUR DAN RUMUS PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA PADA TERNAK SAPI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

AKURASI ESTIMASI PRODUKSI SUSU TEST INTERVAL METHOD SEBAGAI ALTERNATIF SELEKSI SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI AREA TROPIKA BASAH ABSTRACT

PENAMPILAN PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BALAI PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK SAPI PERAH CIKOLE, LEMBANG

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu 305 hari dari

PENDUGAAN KEMAMPUAN PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN (KASUS DI PT TAURUS DAIRY FARM) Ine Riswanti*, Sri Bandiati Komar P.

KETERANDALAN PITA DALTON UNTUK MENDUGA BOBOT HIDUP KERBAU LUMPUR, SAPI BALI DAN BABI PERSILANGAN LANDRACE

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG

PERFORMA REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA DI PETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI OKTARIA DWI PRIHATIN

Hubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

IMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

PARAMETER GENETIK BOBOT BADAN DAN LINGKAR DADA PADA SAPI PERAH

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. laktasi 2 sebanyak 100 ekor, laktasi 3 sebanyak 50 ekor, dan laktasi 4 sebanyak 40

ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE. Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI SILANGAN SIMPO dan LIMPO YANG DIPELIHARA DI KONDISI LAHAN KERING

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

The Influence of Body Condition Score in Late Pregnancy on Protein Colostrum Total and Content of Friesian Holstein Cows

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

Transkripsi:

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI (Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle Based on Monthly Record) E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Suatu penelitian telah dilakukan untuk menduga produksi susu satu masa laktasi pada sapi perah dengan menggunakan dua metode pendugaan berdasarkan catatan sebulan sekali. Catatan produksi susu yang digunakan berasal dari sapi betina yang berproduksi dengan lama laktasi antara 270-335 hari, diperoleh dari PT Naksatra Kejora Rowoseneng, Temanggung, mulai tahun 1992 sampai dengan 2002. Catatan sapi-sapi dikelompokkan menjadi dua berdasarkan umur sapi pada saat beranak, yaitu Kelompok umur I (KU I) adalah sapi yang beranak pada umur kurang dari 36 bulan sebanyak 33 ekor dengan 33 catatan laktasi I, dan kelompok umur II (KU II) adalah sapi yang beranak pada umur lebih dari 36 bulan, yaitu sebanyak 44 ekor sapi dengan 106 catatan laktasi II sampai dengan IX. Pendugaan produksi susu dilakukan dengan menggunakan test interval method (TIM) dan centering date method (CDM). Keeratan hubungan produksi susu dugaan dengan produksi susu nyata dari masing-masing metode, dianalisis dengan rumus korelasi linier. Untuk membandingkan ketelitian pendugaan produksi susu antara metode TIM dengan CDM, maka penyimpangan produksi susu dugaan dari produksi susu nyata, diuji dengan t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara produksi susu dugaan dengan produksi susu nyata pada metode CDM lebih besar dibandingkan metode TIM baik pada KU I maupun KU II (0,974 ~ 0,980 vs 0,964 ~ 0,976). Penyimpangan antara produksi susu dugaan dengan produksi susu nyata pada metode CDM lebih kecil (P<0.05) dibandingkan metode TIM baik pada KU I maupun KU II. Kata kunci: sapi perah, pendugaan produksi susu, metoda uji interval, centering date method ABSTRACT A study was conducted to compare two methods for estimating milk yield in dairy cattle based on monthly milk yield records. Milk yield data were obtained from PT Naksatra Kejora Rowoseneng, Temanggung, started from 1992 to 2002. Data used were originated from dairy cows whose record with 270 335 days lactation, and were grouped into two groups according to the age-at-calving, namely group I for cow calving at less than 36 months old, while group II for cow calving at more than 36 months old. The milk records 33 first lactations and on 106 of second to ninth lactations of 44 cows were used for group I and group II, respectively. Milk yield estimation was performed using test interval method (TIM) and centering date method (CDM). Linear correlation was used to analyze relationship between estimated milk yield of each method and the actual milk yield. The t-test was applied to analyze deviation of estimation between two methods to the actual yield. The result showed that estimated milk yield of CDM was closer that TIM to the actual yield both in group I and group II, as indicated by higher coefficient of correlation (0.974 ~ 0.980 vs 0.964 ~ 0.976). Deviation of estimation of CDM was smaller (P<0.05) compared to TIM both in group I and group II. Keywords: dairy cattle, milk yield estimation, test interval method, centering date method 208 J.Indon.Trop.Anim.Agric.29(4) Dec 2004

PENDAHULUAN Pemuliaan ternak merupakan salah satu program yang sangat penting dalam usaha peternakan sapi perah. Di Indonesia, program pencatatan yang menjadi bagian penting dalam program pemuliaan ternak masih sebatas dilakukan oleh perusahaan peternakan, itupun masih sangat sederhana. Hal ini mungkin peternak belum menyadari kegunaan pencatatan secara keseluruhan atau mungkin peternak belum tahu cara melakukan pencatatan. Program pencatatan yang meliputi pencatatan silsilah, produksi susu, keadaan kesehatan dan reproduksi ternak dapat digunakan untuk mengevaluasi ternak-ternak secara individu dan untuk mengevaluasi tingkat perkembangan usaha peternakan secara lebih luas. Menurut Hardjosubroto (1994), catatan yang paling ideal adalah catatan yang bersifat sederhana namun lengkap, teliti, dan mudah dimengerti Pada umumnya pengusaha peternakan sapi perah melakukan pencatatan produksi susu sapi perah secara harian. Catatan ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui produksi susu rata-rata per ekor ternak per hari, produksi susu satu masa laktasi dan lama laktasi. Sistem pencatatan harian pada perusahaan peternakan sapi perah skala cukup besar dinilai kurang efisien karena akan membutuhkan tenaga dan memerlukan waktu yang cukup banyak. Salah satu alternatif pencatatan untuk meningkatkan efisiensi perusahaan adalah melaksanakan pencatatan produksi susu secara berkala, yang umumnya adalah sebulan sekali ( monthly record ). Catatan sebulan sekali dapat dimanfaatkan untuk menduga produksi susu selama satu masa laktasi. Beberapa metode pendugaan produksi telah diperkenalkan oleh beberapa peneliti (Tyler dan Chapman, 1944; Van Vleck dan Henderson, 1960; Gravert, 1987), dua metode diantaranya adalah Test Interval Method (TIM) dan Centering Date Method (CDM) (Sargent et al., 1968) Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1) menduga produksi susu sapi perah dengan menggunakan metode TIM dan metode CDM di PT Naksatra Kejora Rowoseneng, Temanggung; 2) membandingkan hasil produksi susu sebenarnya dengan produksi susu dugaan metode TIM atau produksi susu dugaan metode CDM. MATERI DAN METODE Materi Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari peternakan sapi perah PT Naksatra Kejora Rowoseneng Temanggung. Materi yang digunakan terdiri atas catatan produksi susu dari 73 ekor sapi dengan 139 catatan laktasi terhitung dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2002, silsilah ternak, tanggal mulai pemerahan dan tanggal kering kandang. Data yang digunakan adalah data dari setiap individu sapi betina yang telah berproduksi dengan lama laktasi antara 270-335 hari. Catatan sapi-sapi dikelompokkan menjadi dua berdasarkan umur sapi pada saat beranak, yaitu Kelompok umur I (KU I) adalah sapi yang beranak pada umur kurang dari 36 bulan sebanyak 33 ekor atau 33 catatan laktasi I, sedangkan kelompok umur II (KU II) adalah sapi yang beranak pada umur lebih dari 36 bulan, yaitu sebanyak 44 ekor sapi dengan 106 catatan laktasi II sampai dengan IX. Metode Produksi susu dicatat secara berkala sebulan sekali, sehingga setiap ekor sapi mempunyai 9, 10 atau catatan, tergantung dari lama laktasinya. Dari catatan berkala ini kemudian dilakukan pendugaan produksi susu satu masa laktasi dengan dua metode pendugaan, yaitu test interval method (TIM) dan "centering date method (CDM). Syarat penggunaan Metode TIM antara lain adalah: 1) Pencatatan produksi susu dilakukan sebulan sekali, 2). Tanggal pencatatan harus sama pada setiap bulannya, 3). Periode waktu pendugaan satu bulan yang diestimasi adalah satu hari setelah tanggal pencatatan pada bulan pencatatan sampai dengan tanggal pencatatan bulan berikutnya, dan 4). Setiap periode dibagi menjadi 2 bagian yang sama. Sementara itu syarat penggunaan Metode CDM adalah: 1) Tanggal pencatatan harus sama; 2). Periode jumlah hari yang diestimasi adalah 15 hari sebelum tanggal pencatatan + tanggal pencatatan + 12 sampai 15 hari setelah tanggal pencatatan. Satu hal lain yang perlu Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle (Kurnianto et al.) 209

diperhatikan adalah perhitungan jumlah hari pada awal dan akhir bulan pencatatan, yaitu tergantung pada tanggal pemerahan dan tanggal pengeringan. Analisis Statistik Guna keperluan pembandingan antara produksi susu dugaan dengan produksi susu nyata selama satu masa laktasi maka produksi susu nyata per ekor sapi dihitung dengan cara menjumlahkan produksi susu harian mulai 5 hari setelah pemerahan sampai saat pengeringan. Keeratan hubungan produksi susu dugaan dengan produksi susu nyata dari masing-masing metode pencatatan TIM maupun metode pencatatan CDM digunakan rumus korelasi (Soepeno, 1997). Untuk membandingkan ketelitian pendugaan produksi susu antara metode TIM dengan CDM, maka penyimpangan pendugaan produksi susu dari produksi susu nyata diuji dengan t-test (Soepeno, 1997). HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Sebenarnya Rataan lama laktasi dan produksi susu hasil dari penelitian ini pada KU I dan KU II dapat dilihat pada Tabel 1. Rataan lama laktasi pada KU I dengan jumlah data yang digunakan 33 sebesar 305,45 ± 20,11 hari, sedangkan rataan lama laktasi pada KU II dengan jumlah data yang digunakan 106 sebesar 300,00 ± 17,79 hari. Dilihat dari lama laktasi, hasil ini sesuai dengan pendapat Gravert (1987) yang menyatakan bahwa lama laktasi yang ideal adalah 305 hari atau sekitar 10 bulan. Laktasi yang lebih pendek atau lebih panjang dari 10 bulan akan berakibat terhadap produksi susu yang lebih rendah pada laktasi berikutnya. Masa laktasi menjadi lebih pendek apabila sapi terlalu cepat dikawinkan lagi setelah beranak atau cepat dikeringkan karena sesuatu penyakit. Sebaliknya, lama laktasi yang panjang dapat disebabkan oleh adanya kesulitan dalam perkawinan kembali setelah beranak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rataan produksi susu per ekor per laktasi pada KU I lebih rendah daripada KU II, yaitu 2479,48 ± 461,54 kg dibandingkan dengan 2988,27 ± 526,57 kg. Menurut Sudono (1999), sapi yang beranak pada umur tua akan menghasilkan susu yang lebih banyak daripada sapi-sapi yang beranak pada umur muda. Produksi susu akan terus meningkat dengan bertambahnya umur mulai 3 tahun sampai 7 atau 8 tahun, yang kemudian setelah umur tersebut produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi berumur 11 atau 12 tahun. Turunnya produksi susu pada hewan tua disebabkan karena aktivitas-aktivitas kelenjar ambing sudah berkurang. Sapi-sapi pada penelitian ini, yang termasuk dalam KU I semuanya dibawah 3 tahun dan mengalami laktasi satu kali, sedangkan sapi-sapi yang termasuk dalam KU II berumur diatas 3 tahun dan mengalami laktasi dua kali atau lebih. Menurut Schmidt dan Van Vleck (1975) sapi dara yang beranak pertama pada umur 24 bulan, produksi susunya 75% dari produksi sapi dewasa dan pada umur rata-rata 3 tahun ditaksir produksinya 85% berturut-turut dari produksi sapi dewasa, serta pada umur 4 dan 5 tahun ditaksir produksinya berturut-turut 92 dan 98%. Umur dewasa sapi perah adalah 6 tahun. Sapi yang berumur 8 atau 9 tahun tingkat produksinya akan menurun. Rataan produksi susu di PT. Naksatra Kejora pada penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kurnianto (1991) pada beberapa perusahaan yaitu Surya Dairy Farm, PT Baru Adjak, Taurus Dairy Farm dan BPT Baturraden yang masing-masing sebesar 4238,5 kg; 3660,1 kg; 3613,6 kg dan 3217,8 kg. Perbedaan hasil produksi susu tersebut mungkin disebabkan oleh mutu ternak Tabel 1. Rataan Lama Laktasi dan Rataan Produksi Susu Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur Jumlah Catatan Laktasi Lama Laktasi (hari) Produksi Susu (kg) I 33 305,45 ± 20,11 2479,48 ± 461,54 II 106 300,00 ± 17,79 2988,27 ± 526,57 Total 139 301,50 ± 18,50 2872,54 ± 553,40 210 J.Indon.Trop.Anim.Agric.29(4) Dec 2004

Tabel 2. Rataan Produksi Susu Dugaan dengan Menggunakan TIM dan CDM No Metode Pendugaan Kelompok Umur Produksi Susu Dugaan (kg) 1 TIM I 2417,67 CDM I 2471,94 2 TIM II 2903,90 CDM II 2949,66 TIM : test interval method; CDM : centering date method Tabel 3. Nilai Korelasi antara Produksi Susu Dugaan dengan Produksi Susu Nyata No KU TIM-PN CDM-PN 1 I 0,964 0,974 2 II 0,976 0,980 PN (produksi susu nyata) Tabel 4. Rataan Penyimpangan Produksi Susu Dugaan antara Metode TIM dan Metode CDM terhadap Produksi Susu Nyata No Kelompok Umur Metode TIM Metode CDM 1 I 105,00 a 79,97 b 2 II 113,37 p 87,93 q Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) itu sendiri, lokasi, lingkungan peternakan, suhu udara dan kelembaban. Dinyatakan oleh Gravert (1987) bahwa semakin tinggi suhu lingkungan pada suatu daerah maka produksi susu cenderung semakin rendah. Pendugaan Produksi Susu Data produksi susu bulanan digunakan untuk menduga produksi susu nyata satu masa laktasi dengan menggunakan TIM dan CDM, baik pada KU I maupun KU II. Rataan produksi susu dugaan dengan metode TIM dan CDM baik untuk KU I maupun dan II disajikan pada Tabel 2. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan produksi susu dugaan metode TIM ternyata lebih rendah daripada rataan produksi susu dugaan metode CDM baik pada KU I maupun KU II. Walaupun penghitungan CDM kurang praktis dan lebih banyak memerlukan waktu, tetapi hasil pendugaannya mendekati produksi susu nyata bila dibandingkan metode TIM. Di Indonesia, penelitian mengenai perbedaan metode pendugaan produksi susu sangat sedikit, bahkan hampir tidak ada. Di Amerika Serikat, penelitian mengenai perbandingan TIM dan CDM telah dilakukan oleh Sargent et al. (1968) yang hasilnya menunjukkan bahwa TIM lebih fleksibel dalam pencatatan dan mudah dilakukan dibandingkan dengan menggunakan metode pencatatan CDM, tetapi untuk menduga produksi susu kedua cara tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Keeratan hubungan produksi susu dugaan dengan produksi susu nyata dapat ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Hasil perhitungan koefisien korelasi antara produksi susu dugaan dengan Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle (Kurnianto et al.) 211

produksi susu nyata antara kedua metode pendugaan disajikan pada Tabel 3. Nilai korelasi yang diperoleh dari penelitian ini antara produksi susu dugaan menggunakan metode TIM dengan produksi susu nyata pada KU I dan KU II masing-masing sebesar 0,964 dan 0,976. Sementara itu nilai korelasi antara produksi susu dugaan menggunakan metode CDM dengan produksi susu nyata pada KU I dan KU II masingmasing sebesar 0,974 dan 0,980. Nilai korelasi yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan hubungan yang erat antara produksi susu dugaan dengan produksi susu nyata. Dengan demikian baik TIM maupun CDM dapat dipakai untuk menduga produksi susu seekor sapi perah selama satu masa laktasi. Penyimpangan antara produksi susu nyata dengan produksi susu dugaan, baik metode TIM maupun CDM pada kedua kelompok umur disajikan pada Tabel 4. Penyimpangan antara produksi susu dugaan terhadap produksi susu nyata dengan metode TIM lebih besar dibandingkan dengan metode CDM baik pada KU I maupun pada KU II. Pada KU I besar penyimpangan pendugaan produksi susu dengan menggunakan metode TIM sebesar 105,00 yang berbeda nyata (P<0,05) dengan metode CDM yang sebesar 79,97. Hal sama juga diperoleh pada KU II, bahwa penyimpangan pendugaan produksi susu dengan menggunakan metode TIM sebesar 113,37 berbeda nyata dengan CDM yang sebesar 87,93. KESIMPULAN Nilai koefisien korelasi antara produksi susu dugaan dengan produksi susu nyata pada CDM lebih tinggi dibandingkan TIM baik pada KU I maupun II (0,974 ~ 0,980 vs 0,964 ~ 0,976). Penyimpangan antara produksi susu dugaan dengan produksi susu nyata pada metode CDM lebih kecil dibandingkan pada metode TIM baik pada KU I maupun KU II. Guna mengaplikasikan metode pendugaan produksi susu, maka CDM lebih tepat digunakan meskipun perhitungannya sedikit lebih komplek. DAFTAR PUSTAKA Gravert, H.O. 1987. Breeding of Dairy Cattle. In: Dairy-Cattle Production. World Anim. Sci., C3. (Edit: H.O. Gravert.) Elsevier Science Publishers B.V. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Kurnianto, E. 1991. Penilaian Pejantan Sapi Perah Berdasarkan Catatan Produksi Susu Laktasi Sebagian. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Tesis). Sargent, F.D., V.H. Lytton and O.G. Wall, Jr. 1968. Test interval method of calculating dairy herd improvement association records. J. Dairy Sci. 51: 170-179 Schmidt, G.H. and L.D. Van Vleck. 1975. Principles of Dairy Science. W.H. Freeman and Company, San Fransisco. Soepeno. 1997. Statistik Terapan (Dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan Pendidikan). Cetakan ke-1. PT Rineka Cipta, Jakarta. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tyler, W.J. and A.B. Chapman. 1944. A simplified method of estimating 305-day lactation production. J. Dairy Sci. 27:463-469. Van Vleck, L.D. and C.R. Henderson. 1960. Regression factors for extending part lactation milk records. J. Dairy Sci. 43:1085-1092. 212 J.Indon.Trop.Anim.Agric.29(4) Dec 2004