Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1

dokumen-dokumen yang mirip
PETA KERAGAAN PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA (WPP-RI)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2011

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ELASTISITAS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP KOTA TEGAL PRODUCTION ELASTICITY OF TEGAL MARINE CATCHING FISHERIES

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PANTURA JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan pesisir (coastal zone) merupakan daerah pertemuan antara

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

2 penelitian berjudul Pola Pemanfaatan Sumberdaya Udang Dogol (Metapenaeus ensis de Haan) Secara Berkelanjutan di Perairan Cilacap dan Sekitarnya ; Su

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Agriekonomika, ISSN e ISSN Volume 4, Nomor 1

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA. Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta. rinda@ut.ac.

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

KAJIAN PENDEKATAN EKOSISTEM DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) 571 SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun Penggunaan Petunjuk Teknis.

Pembinaan terhadap Nelayan pada Wilayah Pengelolaan s.d. 12 Mil

Ayodhyoa, Lokasi dan Fasilitas Pelabuhan Perikanan. Bagian Penangkapan Ikan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 29 halaman.

Komparasi Finansial Hasil Tangkapan Pertahun Di Pantai Barat Selatan Dan Pantai Timur Utara Provinsi Aceh

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN


Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI

Produksi (Ton) Trip Produksi (Ton) Pukat Cincin ,

MAKALAH PENYULUHAN PERIKANAN PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN PELARANGAN ALAT TANGKAP CANTRANG DI JUWANA, PATI

DESIGN OF PURSE SEINER IN THE SIBOLGA ARCIPELAGO FISHING PORT PROVINCE NORTH SUMATERA. Abstrak

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA

USULAN REKOMENDASI DESAIN PROGRAM DAN INDUSTRIALISASI PERIKANAN TANGKAP LAUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh Letak topografis dan geografis Banda Aceh

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1 Oleh: Yudi Wahyudin 2 Abstrak Wilayah Pengelolaan Perikanan Repubik Indonesia (WPP RI) merupakan sistem pewilayahan pengelolaan perikanan yang diegallisasi dengan diterbitkannya Permen KP No. PER 1/MEN/29. WPP 571 merupakan satu dari sebelas wilayah pengelolaan yang meliputi perairan Laut Andaman dan Selat Malaka dan secara administrasi meliputi wilayah Provinsi NAD bagian timur, Riau dan bagian timur Sumatera Utara. Status perikanan di WPP 571 ini meliputi status sumberdaya ikan dan status pemanfaatannya serta status infrastruktur perikanan. Status sumberdaya ikan disajikan dengan melihat keragaan potensi sumberdayanya, status pemanfaatan sumberdaya ikan disajikan dengan melihat keragaan sumberdaya manusia yang melakukan pemanfaatan, armada penangkapan dan alat tangkap yang digunakan dan besaran produksi yang dihasilkan akibat aktivitas penangkapan, sedangkan infrastruktur perikanan disajikan dengan melihat ketersediaan pelabuhan perikanan dan kelembagaan ekonomi yang ada di WPP 571. Kata Kunci: WPP 571, status perikanan, status SDI, status pemanfaatan, status infrastruktur perikanan Abstract Fisheries Management Zone (WPP RI) is a zoning system that has been legalized based on Ministry Regulation of Marine Affairs and Fisheries No. PER 1/MEN/29. WPP 571 is one of eleven management zone, which is including the waters of Andaman Sea and Malacca Strait and administratively included a part of Aceh province territory (eastern coast), Riau and North Sumatra province (eastern coast). Fisheries status of this WPP 571 are consisting a status of fisheries resources and its utilization status, and also status of its fisheries infrastructure. The fisheries status showed based on the current status of its potency of fisheries resources, the status of its fisheries resources utilization showed based on overviewing its human resources status, fishing vessel and its gears and its production/harvesting status, meanwhile fisheries infrastructure status showed based on the availability of its fishing ports and its economic institution which available in WPP 571. Key Words: WPP 571, fisheries status, fisheries resources status, fisheries utilization status, fisheries infrastructure status Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Repubik Indonesia (WPP-RI) dibuat dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspek morfologi dasar laut, toponimi, ekologi perikanan laut, batas maritim serta standar pemetaan nasional yang dilegalisasi dengan diterbitkannya Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) sebagaimana diatur Permen KP No. PER.1/MEN/29 yang membagi perairan laut Indonesia 1 Working Paper disampaikan sebagai bahan awal untuk pelaksanaan kajian penilaian indikator pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan wilayah pengelolaan perikanan 571. Kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan PT. Plarenco. 2 Peneliti Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. YDW-213.5 p.1 Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=2334948

ke dalam 11 WPP-RI. Salah satu wilayah pengelolaan yang meliputi Laut Andaman dan Selat Malaka dikelompokkan menjadi WPP 571 (Gambar 1). Gambar 1. WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka WPP 571 secara administratif meliputi wilayah administrasi Provinsi Nangroe Aceh Darussalam bagian timur (8 kabupaten/kota), wilayah administrasi Provinsi Riau (4 kabupaten/kota) dan wilayah administrasi Sumatera Utara (7 kabupaten/kota). Tabel 1 berikut ini menyajikan daftar klasifikasi daerah WPP-RI 571 berdasarkan keberadaan pelabuhan perikanan yang secara administratif tersebar di daerah kabupaten/kota di tiga provinsi (NAD, Riau dan Sumatera Utara). Tabel 1. Klasifikasi Daerah WPP-RI 571 dan Administrasi Wilayah Kabupaten/Kota Terkait No Provinsi Kabupaten Kota 1 Nangroe Aceh Darussalam Aceh Timur Pidie Langsa Lhokseumawe Bireuen Aceh Utara Aceh Tamiang Aceh Besar 2 Riau Siak Bengkalis Dumai Rokan Hilir 3 Sumatera Utara Labuhan Batu Asahan Deli Serdang Langkat Serdang Bedagai Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI (211) Tanjung Balai Medan YDW-213.5 p.2 Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=2334948

3.1. Status Sumberdaya Ikan Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Andaman dan Selat Malaka (WPP-RI 571) berdasarkan estimasi potensi sumberdaya ikan (SDI) memiliki 7 (tujuh) kelompok SDI, yaitu ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, demersal, udang penaeid, ikan karang konsumsi, lobster dan cumicumi. Kelompok SDI terbesar yang diestimasi berada di WPP 571 ini adalah ikan pelagis kecil yaitu mencapai sebanyak 143,3 ribu ton per tahun, sedangkan yang paling sedikit adalah lobster yang hanya sebanyak,4 ribu ton per tahun. Gambaran estimasi potensi sumberdaya ikan di WPP 571 ini selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2. Cumi-cumi Lobster Ikan karang konsumsi Udang penaeid 1.9.4 5. 11.4 Ikan demersal 82.4 Ikan pelagis kecil 143.3 Ikan pelagis besar 27.7. 2. 4. 6. 8. 1. 12. 14. 16. Potensi (ribu ton/tahun) Gambar 2. Estimasi Potensi Sumberdaya Ikan di WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka 3.2. Status Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Berbicara mengenai status pemanfaatan sumberdaya ikan, maka pembahasannya tidak terlepas dari sumberdaya manusia yang melakukan pemanfaatan, armada penangkapan dan alat tangkap yang digunakan dan besaran produksi yang dihasilkan akibat aktivitas penangkapan. Sumberdaya manusia, dalam hal ini nelayan, di WPP 571 dari tahun ke tahun mengalami perkembangan positif dan negatif. Perkembangan positif dari jumlah nelayan hanya terjadi pada tahun 25-26, sedangkan periode tahun 26-21 perkembangan jumlah negatif (Gambar 3). Kecenderungan trend negatif ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah (i) turunnya animo masyarakat untuk tetap bekerja di sub sektor perikanan tangkap, (ii) besarnya biaya produksi sehingga menyebabkan sebagian nelayan beralih profesi, (iii) berkurangnya SDI yang ada di WPP 571 sehingga menyebabkan produktivitas nelayan berkurang dan pada gilirannya menghentikan produksinya dan beralih ke profesi lain, dan sebagainya. YDW-213.5 p.3

2 18 16 14 12 1 8 6 4 2 25 26 27 28 29 21 Nelayan (1 orang) Gambar 3. Jumlah Nelayan di WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka Armada penangkapan ikan di WPP 571 pada tahun 21 tercatat lebih banyak didominasi oleh kapal motor (KM) berukuran di bawah 5 GT yang mencapai lebih kurang 55,7 persen, sedangkan yang paling sedikit adalah kapal motor berukuran di atas 5 GT (Gambar 4), sedangkan berdasarkan perkembangan jumlah kapal penangkap ikan, kendati kapal motor mendominasi jumlah keberadaannya, akan tetapi jumlah mengalami penurunan dari tahun ke tahun pada periode 27-21 (Gambar 5). Hal ini semakin dapat menjelaskan penyebab terjadinya penurunan jumlah nelayan, dimana dapat diindikasikan akan adanya akibat semakin besarnya biaya operasi, sehingga banyak armada yang gulung tikar atau keluar dari daerah penangkapan di WPP 571. 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Keterangan: 1. KM 1-2 GT 2. KM 5-1 GT 3. KM 3-5 GT 4. KM 5-3 GT 5. KM < 5GT 6. MT 7. PTM.3.3 1.6 12.1 55.7 15 15 1 2 3 4 5 6 7 8 Prosentase (%) Gambar 4. Prosentase Jumlah Armada Penangkapan Ikan Berdasarkan Klasifikasinya di WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka YDW-213.5 p.4

3 25 2 15 1 5 27 28 29 21 KM MT PTM Linear (KM) Linear (MT) Linear (PTM) Gambar 5. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan Berdasarkan Klasifikasinya di WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka Periode Tahun 27 21 Keseluruhan data alat tangkap berdasarkan jenis yang berada di WPP 571 tidak dapat ditunjukkan secara rinci, akan tetapi data alat tangkap yang ijinnya diterbitkan oleh pusat secara keseluruhan untuk WPP 571 ini berjumlah sebanyak 245 unit, yaitu sebanyak 1 unit bouke ami, 1 unit long bag set net, 14 unit pukat ikan dan 13 unit purse seine (Tabel 2). Tabel 2. Realisasi Ijin Alat Tangkap Yang Diterbitkan Pusat No Jenis Alat Penangkap Ikan Jumlah (unit) 1 Bouke Ami 1 2 Bubu - 3 Hand Line - 4 Huhate - 5 Jaring Insang - 6 Long Bag Set Net 1 7 Pancing Cumi - 8 Pancing Rawai - 9 Payang - 1 Pukat Ikan 14 11 Pukang Udang - 12 Purse Seine 13 13 Rawai Tuna - Jumlah 245 Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap KKP RI (211) Pemanfaatan SDI di WPP 571 secara keseluruhan jika diperbandingkan antara jumlah produksi perikanan dengan estimasi potensi SDI, maka pemanfaatan SDI di WPP 571 ini telah melebihi YDW-213.5 p.5

potensinya, kecuali ikan pelagis kecil (Gambar 6). Hal ini juga semakin menguatkan tentang apa penyebab perkembangan negatif dari jumlah nelayan di WPP 571. Cumi-cumi Lobster Ikan karang konsumsi Udang penaeid 1.9.4 5. 11.4 Ikan demersal 82.4 Ikan pelagis kecil 143.3 Ikan pelagis besar 27.7. 2. 4. 6. 8. 1. 12. 14. 16. Pemanfaatan (ribu ton/tahun) Potensi (ribu ton/tahun) Gambar 6. Produksi Menurut Kelompok Jenis Ikan di WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka Tahun 21 Jenis ikan dominan yang berhasil ditangkap WPP 571 diantaranya adalah ikan kembung, selar, teri, tongkol komo, laying, udang putih/jerbung, cumi-cumi, guaman/tigawaja, manyung dan biji nangka. Jenis ikan kembung merupakan yang paling banyak ditangkap, sedangkan ikan biji nangka yang paling sedikit diantaranya ikan yang paling dominan (Gambar 7). 25 2 15 1 5 Gambar 7. Produksi Ikan Dominan di WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka Tahun 21 YDW-213.5 p.6

3.3. Infrastruktur Perikanan Infrastruktur perikanan merupakan salah satu sub sistem perikanan. Beberapa jenis infrastruktur perikanan diantaranya meliputi pelabuhan perikanan, KUB (kelompok usaha bersama), UPI (usaha penangkapan ikan) dan SPDN (solar packet dealer untuk nelayan). Jumlah pelabuhan perikanan yang secara administratif berkaitan dengan WPP 571 adalah 1 buah PPS (pelabuhan perikanan samudera), 1 buah PPP (pelabuhan perikanan pantai), dan 68 buah PPI (pusat pendaratan ikan). Infrastruktur perikanan lainnya yang terdapat di WPP 571 diantaranya adalah sebanyak 532 buah KUB, 46 buah UPI dan 26 buah SPDN. Gambaran lengkap infrastruktur perikanan dapat dilihat pada Gambar 8. 6 5 532 4 3 2 1 238 15 45 1 1 68 2 144 46 1 26 5 1 PPS PPN PPP PPI KUB UPI SPDN Agregat NAD Riau Sumut Gambar 8. Insfrastruktur Perikanan di WPP 571 Laut Andaman dan Selat Malaka Tahun 21 Referensi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan & Perikanan Republik Indonesia. 211. Peta Keragaan Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI). Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan & Perikanan Republik Indonesia. YDW-213.5 p.7