BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan, kemampuan dan norma norma, menyediakan layanan spesifik,

BAB 1 PENDAHULUAN. secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu. membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. asuhan yang bersifat humanistik, profesional, dan holistik berdasarkan ilmu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kesatuan dari aspek jasmani dan rohani serta memiliki sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan. Keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I LATAR BELAKANG

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I. tertentu akan tetapi keperawatan adalah profesi (Potter & Perry, 2007). sejak tahun 1984 diakui sebagai suatu profesi (Nursalam, 2006).

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

Ibm PELATIHAN ASUHAN SPIRITUAL BAGI PERAWAT DI RSI SITI HAJAR MATARAM TAHUN Irwan Hadi 1), Sopian Halid 2), Dian Istiana 3) STIKES YARSI Mataram

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Gamping adalah rumah sakit swasta yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATN Oleh: Ibrahim Rahmat, SKp.,SPd.,M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

SKRIPSI SULASTRI J

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 220 juta jiwa dan jumlah dari tahun ke tahun terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory ( leininger, 1978) Teori ini berasal dari disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. maupun dirawat di rumah masing-masing biasanya memperoleh nasihat-nasihat

BAB 1. derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu pelayanan keperawatan merupakan salah satu keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan

WIJI LESTARI J

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Terletak di Sebelah Utara jalan, dengan alamat Jalan Wates Km.5.5. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000). Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper (2002) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. dan profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistic. Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psikososiokultural dan spiritual yang berespon secara holistic dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis. Perawat berusaha untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan yang menyeluruh, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama. (Hamid, 2000 dalam Sumiati,dkk., 2011). Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien kritis atau menjelang ajal. (Hidayat A.A, 2006). Berdasarkan pernyataan diatas, maka perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak hanya memperhatikan aspek fisik saja tetapi meliputi pemenuhan kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan biologis, psikologis, social cultural dan spiritual yang utuh dan unik. Kenyataannya bahwa perawat kurang memperhatikan tentang aspek spiritual, inilah fenomena yang perlu diteliti. Hal ini didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Tanjung N.&Salbiah (2011) di RSUD Deli Serdang 1

2 Lubukpakam diperoleh bahwa mayoritas (94,3%) pasien memiliki harapan yang tinggi tentang perilaku caring perawat dan sebagian besar (78,6%) pasien merasa puas terhadap perilaku caring perawat. berdasarkan hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa belum sempurnanya perawat memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Untuk itu, disarankan agar perawat lebih memperhatikan kebutuhan spiritual pasien sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Hungelmann (dalam Poeter&Perry, 2007) mengatakan Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang tertinggi. Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai,tujuan, dan system keyakinan mereka dengan hubungan mereka didalam diri mereka sendiri dan dengan orang lain. Pada saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan atau kehilangan, seseorang mungkin berbalik ke cara-cara lama dalam merespon atau menyesuaikan dengan situasi. Seringkali gaya koping ini terdapat dalam keyakinan atau nilai dasar orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar dalam spiritualitas orang tersebut. Sepanjang hidup seorang individu mungkin tumbuh lebih spiritual, menjadi lebih menyadari tentang makna,tujuan dan nilai hidup. Aspek spiritual memang seharusnya diperhatikan, mengingat ada beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa keyakinan spiritual berpengaruh terhadap perawatan selama sakit dan hospitalisasi, diantaranya : penelitian Nataliza (2011) di Ruang Rawat Inap RSI Siti Rahmah diperoleh hasil bahwa pelayanan kebutuhan spiritual yang diberikan seluruhnya oleh perawat sangat efektif dalam menurunkan terbukti dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi menurun setelah dilakukan pelayanan kebutuhan spiritual dari 55% mengalami kecemasan sedang menjadi 45% kecemasan ringan. Ada berbagai macam cara pemberian asuhan keperawatan spiritual yang dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien, salah satunya yaitu

3 Terapi religius doa yang berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien. Seperti penelitian yang dilakukan Budianto Tahun 2009 di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus diperoleh hasil bahwa gambaran sebelum dilakukan asuhan keperawatan spiritual berupa terapi religius doa pada pasien pre operasi : tidak ada kecemasan 0, kecemasan ringan 54,29%, kecemasan sedang 34,29%, kecemasan berat 11,42% dan panic 0%. Setelah dilakukan asuhan keperawatan spiritual berupa terapi religius doa tidak ada kecemasan 94,29 %, kecemasan sedang 0 %, dan panic 0%. Hasil yang sama juga diperoleh Luluk&Joko (2010) yang melakukan penelitian tentang pengaruh bimbingan do a dan dzikir terhadap kecemasan pasien pre-operasi di RSUD Swadana Pare Kediri bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan kecemasan pasien pre-operasi antara pasien yang diberi bimbingan dzikir dan pasien yang tidak diberi bimbingan dzikir, dimana kecemasan pasien pre operasi pada pasien yang tidak diberi bimbingan dzikir lebih tinggi dibanding pasien yang diberi bimbingan dzikir. Bimbingan spiritual islami juga efektif dalam penurunan kecemasan dan motivasi hidup pasien terminal. Terlihat penelitian dengan metode kualitatif yang dilakukan oleh Ibrahim,dkk (2002) diperoleh hasil bahwa pemberian bimbingan spiritual efektif untuk menurunkan kecemasan segera setelah diberikan bimbingan kepada klien yang mengalami penyakit terminal tetapi setelah tidak dibimbing setelah dua minggu kecemasan klien terminal berangsur-angsur meningkat lagi dan pemberian bimbingan spiritual efektif meningkatkan motivasi hidup bagi klien terminal, baik tentang kesungguhan mencari nafkah, keinginan untuk meningkatkan peningkatan kebutuhan-kebutuhan hidup maupun keajegan dalam bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Sumiati,dkk tahun 2011 di RSUD Mardi Lestari didapatkan hasil bahwa pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien lansia di RSUD Mardi Lestari Kabupaten Sragen kurang Optimal. Perawat diharapkan memperhatikan

4 dan berusaha memenuhi kebutuhan spiritual pasien lansia agar mutu pelayanan perawatan meningkat. Dari fakta yang ada menunjukkan bahwa sampai saat ini perawat percaya dan tahu bahwa keperawatan spiritual merupakan bagian dari keperawatan yang holistic, akan tetapi perawat jarang mempersiapkan diri dan melakukannya. Dan sebagian perawat yang sudah melakukan asuhan keperawatan spiritual belum memperoleh hasil yang maksimal. Bahkan dalam sebuah jurnal oleh William McEwan pada tahun 2004 tertulis ada banyak sekali laporan negative tentang belum berhasilnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual untuk pasien. Pengetahuan perawat tentang spiritual yang minimal salah satu alasannya yaitu pendidikan dasar mereka yang minimal sekali dalam mendiskusikan masalah spiritual, informasi mengenai kebutuhan spiritual dan perawatan spiritual sulit diakses serta kurangnya textbok tentang spiritual dan perawatan spiritual. Hal ini perlu diperhatikan karena ada hubungan antara persepsi mahasiswa keperawatan tentang perawatan spiritual dengan ekspresi (empati) pada saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.(chism,l.a&magnan M.A,2009) Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara kepada para perawat yang bekerja di Unit Rawat Inap RST Bhakti Wira Tamtama Semarang, beberapa perawat mengatakan bahwa pelayanan spiritual dilakukan oleh tim Pastoral Care, namun dalam beberapa minggu terakhir ini pastor tidak kelihatan, dan perawat juga sibuk dengan tugas keperawatan jadi tidak sempat untuk memberikan pelayanan spiritual selain itu hanya factor kegawatan dan penanganan secara fisik saja yang yang dilakukan, salah satu diantara perawat juga mengatakan bahwa sebenarnya memang dibutuhkan perawatan spiritual sebagai konteks perawatan pasien secara holistic, tetapi di RST Bhakti wira Tamtama belum dilaksanakan asuhan semacam itu. Selain itu peneliti melakukan survey di ruang perawatan dan menemukan data sebagai berikut : diantara jeda waktu antara dhuhur dan

5 asar, tidak terlihat pasien yang melakukan ibadah sholat maupun berdoa, perawat tidak terlihat mengingatkan atau mengajak pasien untuk berdoa. Apabila ada pasien dalam keadaan kritis, hanya keadaaan umum pasien saja yang diperhatikan, perawat tidak terlihat mengajak berdoa dan memberikan semangat kepada keluarga pasien. selain itu adajuga perawat yang mengingatkan keluarga untuk berdoa dan membimbing pasien berdzikir saat pasien sedang sakaratul maut.selama melakukan pengamatan, peneliti tidak bertemu dengan tim pastoral care karena sudah beberapa minggu tidak datang dan perawat tidak mengetahui alasan ketidak hadiran tim pastoral care tersebut. Berawal dari fakta tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritual pasien di Unit Rawat Inap RST Bhakti Wira Tamtama Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi deskriptif tentang bagaimana pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritual pasien di Unit Rawat Inap RST Bhakti Wira Tamtama Semarang Tahun 2013 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mendiskripsikan pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritual pasien di Unit Rawat Inap RST Bhakti Wira Tamtama Semarang Tahun 2013 2. Tujuan Khusus a. untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang kebutuhan spiritual pasien b. untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang intervensi pemenuhan kebutuhan spiritual yang diberikan kepada pasien

6 D. Manfaat 1. Peneliti Sebagai penerapan ilmu yang telah didapat dalam program studi ilmu keperawatan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dan proses keperawatannya. 2. Profesi keperawatan Memberi masukan dalam mengoptimalkan fungsi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan secara menyeluruh tanpa mengesampingkan aspek spiritual 3. Rumah sakit Sebagai masukan dan evaluasi perawat dalam pelaksaanaan pemberian asuhan keperawatan spiritual kepada pasien 4. Peneliti selanjutnya Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu manajemen keperawatan F. Keaslian Penelitian Nama Peneliti Tahun Penelitian Judul Penelitian Desain dan Hasil Penelitian Mesah Budianto 2009 Pengaruh Terapi Religius Doa Kesembuhan terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus Penelitian menggunakan quasi experiment one group pre test-post test design dan tehnik purpose sampling. Hasil penelitian menunjukkan t hitung (25,152) lebih besar dari t table (1,645) atau sig (0,00) lebih kecil dari α (0,05) sehingga Ho ditolak dan H1 diterima berarti terapi religius doa kesembuhan efektif untuk

7 Ibrahim Rahmat, Risanto Siswosudarmo, Ike Sureni Luluk Masluchah&DJoko Sutrisno Novayanti Tanjung, Salbiah 2002 Keefektifan Pemberian Bimbingan Spiritual Pada Terminal Terhadap Kecemasan Islami Klien dan Motivasi Hidup di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2010 Pengaruh Bimbingan Do a dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi 2011 Harapan Pasien dalam Kepuasan Perilaku Caring Perawat di RSUD Deli Serdang Lubukpakam menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus Jenis penelitian pre dan pos tes quasi eksperimen. Hasil menunjukkan bahwa pemeberian bimbingan spiritual dapat menurunkan kecemasan dan meningkatkan motivasi hidup pada klien terminal. Hasil penelitian membuktikan ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan pasien preoperasi antara pasien yang diberi bimbingan dzikir dan pasien yang tidak diberi bimbingan dzikir (t= -3,344 dengan p = 0,002), dimana tingkat kecemasan pasien preoperasi yang tidak diberi bimbingan dzikir dan doa lebih timggi disbanding pasien yang diberi bimbingan dzikir Desain penelitian yang digunakan adalah deskripsi korelasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa analisa data memperlihatkan 94,3% pasien memiliki harapan yang tinggi tentang perilaku caring perawat dan 78,6% pasien merasa puas terhadap perilaku caring perawat. analisa hipotesis dengan uji paired-sample t test memperlihatkan adanya pengaruh

8 Tati Sumiati, Meidiana Dwidiyanti, Anggorowati, Bambang EW 2011 Pemahaman Perawat terhadap Kebutuhan Spiritual Klien Pada Pasien Lansia di RSUD Mardi Lestari Kabupaten Sragen harapan pasien terhadap tingkat kepuasan pasien pada perilaku caring perawat dengan p value = 0,000 (p = < 0,05). Peneliti menyarankan agar perawat lebih memperhatikan kebutuhan spiritual pasien sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Jenis Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian kebutuhan spiritual adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Dalam memberikan intervensi asuhan keperawatan spiritual ternyata kurang optimal karena ada faktor penghambat. Perbedaan pelaksanaan ritual pasien lansia di rumah sakit dipengaruhi oleh agama yang dianut. Perlakuan terhadap lansia ditunjukkan dalam sikap dengan dasar alasan : kesadaran diri terhadap lansia, ajaran agama dan teori Maslow

9