Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

dokumen-dokumen yang mirip
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

BAHAN KULIAH DAN TUGAS

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

Perekonomian Indonesia

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Yth. Para Peserta Seminar serta Saudarasaudara

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

MEMBANGUN INDUSTRI YANG UTUH & MANDIRI. Oleh: Djoko Santoso (Rektor Institut Teknologi Bandung)

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

LAPORAN PERKEMBANGAN KEMAJUAN PROGRAM KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PENINGKATAN SDM IKM KAROSERI KE JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

KESIAPAN SKKNI UNTUK TENAGA KERJA INDUSTRI YANG KOMPETEN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016

BAB IV Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2015

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016

Produk Domestik Bruto (PDB)

Statistik KATA PENGANTAR

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

I.1. Perkembangan Sektor Industri dan Perannya terhadap Perekonomian Nasional sampai dengan tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2016

Transkripsi:

Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha. Produk-produk hasil manufaktur di dalam negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan produk luar negeri, dan dunia usaha pun harus menerima kenyataan bahwa pesatnya perkembangan teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin singkatnya masa edar produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan. Dalam melaksanakan proses pembangunan industri, keadaan tersebut merupakan kenyataan yang harus dihadapi serta harus menjadi pertimbangan yang menentukan dalam setiap kebijakan yang akan dikeluarkan, dan sekaligus merupakan paradigma baru yang harus dihadapi oleh negara manapun dalam melaksanakan proses industrialisasi negaranya. Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan dalam pembangunan industri Indonesia harus dapat menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional. Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan, upaya pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki bangsa dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar maupun di dalam negeri harus dilakukan secara optimal. Oleh karena esensi daya saing yang berkelanjutan tersebut terletak pada cara menggerakkan dan mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya produktif, dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar. v

Kebijakan pembangunan industri pada periode rehabilitasi dan stabilisasi (tahun 1967 1972) dan periode terjadinya boom minyak (tahun 1973 1981), menitikberatkan pada industri substitusi impor. Dengan meningkatnya harga minyak (boom minyak), kebijakan tersebut dilanjutkan bahkan lebih diintensifkan. Dengan melemahnya harga minyak, pada era tahun 1982 1996, kebijakan pembangunan industri disesuaikan dengan ditambah misi baru yaitu pengembangan industri berorientasi ekspor, dan pendalaman dan perkuatan struktur industri. Dengan terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998 sampai dengan sekarang kebijakan yang ditempuh adalah penyelamatan industri agar mampu bertahan melalui Program Revitalisasi Industri. Strategi pengembangan industri Indonesia ke depan, mengadaptasi pemikiranpemikiran terbaru yang berkembang saat ini, sehubungan dengan era globalisasi dan perkembangan teknologi abad 21, yaitu pendekatan pengembangan industri melalui konsep klaster dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Pada dasarnya klaster industri adalah upaya pengelompokan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries), jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, dan lembaga terkait. Manfaat klaster ini selain untuk mengurangi biaya transportasi dan transaksi, juga untuk meningkatkan efisiensi, menciptakan asset secara kolektif, dan mendorong terciptanya inovasi. Untuk menentukan industri yang prospektif, dilakukan pengukuran daya saing, baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan; untuk melihat kemampuannya bersaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Hasil analisis daya saing terhadap industri yang sudah berkembang di Indonesia, dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu produksi orientasi ekspor dan produksi orientasi dalam negeri, yang selanjutnya dibedakan atas 4 kategori yaitu : Industri Padat Sumber Daya Alam, Industri Padat Tenaga Kerja, Industri Padat Modal, dan Industri Padat Teknologi. Dalam menentukan Bangun Industri yang dicita-citakan, industri-industri terpilih tersebut, yang didasarkan atas industri yang sudah ada, dilengkapi lagi dengan industri-industri lainnya yang dipilih berdasarkan pertimbangan atas besarnya potensi vi

Indonesia, yaitu luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk dan ketersediaan sumber daya alam, yang bisa didayagunakan untuk kepentingan pembangunan sektor industri. Berdasarkan proses tersebut, maka bangun industri yang diharapkan menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional, dan menjadi tulang punggung ketahanan perekonomian nasional di masa yang akan datang disusun, serta telah dipertimbangkan segala aspek sumber daya nasional yang ada, sehingga diharapkan memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman yang kuat serta memiliki daya saing yang berkelanjutan dan tangguh di pasar internasional. Bangun Sektor Industri yang dimaksud secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut: INDUSTRI AGRO INDUSTRI TELEMATIKA INDUSTRI ALAT ANGKUT INDUSTRI ANDALAN MASA DEPAN PETRO KIMIA SEMEN BAJA DLL INDUSTRI BARANG MODAL INDUSTRI KOMPONEN (BASIS I K M) TPT SEPATU ELEKTRONIK DLL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR SDA TERBARUKAN SDA TIDAK TERBARUKAN SUMBERDAYA MANUSIA Basis Industri Manufaktur, adalah kelompok industri yang telah berkembang saat ini. Industri kelompok ini yang keberadaannya sangat bergantung pada ketersediaan SDA dan SDM yang tidak terampil, untuk ke depan perlu direstrukturisasi dan diperkuat kemampuannya sehingga mampu menjadi industri kelas dunia. Penentuan industri prioritas, dilakukan melalui analisis daya saing internasional dan pertimbangan besarnya potensi Indonesia yang dapat digunakan dalam rangka menumbuhkan industri. Dalam jangka panjang pengembangan industri diarahkan pada penguatan, pendalaman dan penumbuhan klaster pada kelompok industri : 1) Industri Agro; 2) Industri Alat Angkut; 3) Industri Telematika; 4) Basis Industri Manufaktur; dan 5) Industri Kecil dan Menengah Tertentu. vii

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Peraturan Presiden No. 7/2005), fokus pembangunan industri pada jangka menengah (2004-2009) adalah penguatan dan penumbuhan klaster-klaster industri inti, yaitu : 1) Industri makanan dan minuman; 2) Industri pengolahan hasil laut; 3) Industri tekstil dan produk tekstil; 4) Industri alas kaki; 5) Industri kelapa sawit; 6) Industri barang kayu (termasuk rotan dan bambu); 7) Industri karet dan barang karet; 8) Industri pulp dan kertas; 9) Industri mesin listrik dan peralatan listrik; dan 10) Industri petrokimia. Pengembangan 10 klaster industri inti tersebut, secara komprehensif dan integratif, didukung industri terkait (related industries) dan industri penunjang (supporting industries). Strategi pengembangan industri di masa depan terdiri atas strategi pokok dan strategi operasional. Strategi pokok, meliputi (a) Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai pada klaster dari industri yang bersangkutan, (b) Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai, (c) Meningkatkan sumber daya yang digunakan industri, dan (d) Menumbuh-kembangkan Industri Kecil dan Menengah. Sedangkan untuk strategi operasional terdiri dari (a) Menumbuh-kembangkan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif, (b) Penetapan prioritas industri dan penyebarannya, (c) Pengembangan industri dilakukan dengan pendekatan klaster, dan (d) Pengembangan kemampuan inovasi teknologi. Dengan strategi pembangunan yang dimaksud selama kurun waktu 2005-2009, sektor industri diharapkan tumbuh sebesar 8,56% per tahun. Sedangkan laju pertumbuhan dan jumlah tenaga kerja untuk setiap cabang industri diharapkan dapat tercapai sebagai berikut: viii

Industri Pertumbuhan (%) (Harga Konstan Tahun 2000) Jumlah Tenaga Kerja (orang) 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 4,59 514.557 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 6,65 485.955 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan 4,91 133.119 4. Kertas dan Barang Cetakan 7,82 42.595 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 10,63 143.273 6. Semen dan Galian Non-Logam 10,13 5.918 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 3,94 341.388 8. Alat Angkut, Mesin dan Peralatan 12,46 96.510 9. Barang Lainnya 10,20 887.853 Total 8,56 2.635.690 Dengan target laju pertumbuhan di atas, maka diharapkan dalam tahun 2009 peranan sektor industri non-migas terhadap perekonomian nasional dapat mencapai sekitar 26 %. Sedangkan dalam kurun waktu tahun 2010 2025, sektor industri dapat tumbuh di atas 10 persen per tahun, sehingga peranannya terhadap perkonomian Indonesia dapat mencapai 35~40%. Di bidang tenaga kerja, industri diharapkan dapat memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja yang cukup besar yaitu sekitar 2.635.690 orang atau 13,6% secara nasional. Besarnya serapan tenaga kerja ini bahkan lebih besar dari perhitungan yang ada dalam Rencana Tenaga Kerja Nasional 2004 2009 yaitu sebesar 2.413.941 orang. Perkuatan dan pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) dilakukan secara terintegrasi dan sinergi dengan pengembangan industri berskala menengah dan besarnya, karena kebijakan pengembangan sektoral tidak bisa mengkotak-kotakan kebijakan menurut skala usaha. Namun oleh karena terdapat jenis IKM yang memiliki keunikan usaha dan skala usaha tertentu (kerajinan, batu mulia, dsb), maka pengembangannya dirumuskan secara tersendiri. Pengembangan setiap industri prioritas di masa depan, dirumuskan ke dalam pola pengembangan secara terinci yang meliputi: strategi; sasaran; pokok-pokok rencana aksi pengembangan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang. Pokok-pokok rencana aksi untuk industri berbasis agro, dalam jangka menengah ditujukan untuk memperkuat rantai nilai (value chain) melalui penguatan struktur, diversifikasi, peningkatan nilai tambah, peningkatan mutu, serta perluasan penguasaan ix

pasar. Sedangkan untuk jangka panjang difokuskan pada upaya pembangunan industri agro yang mandiri yang berdaya saing tinggi. Untuk Industri Alat Angkut, pokok-pokok rencana aksi dalam jangka menengah adalah memfokuskan peningkatan kemampuan industri komponen. Untuk jangka panjang selanjutnya diarahkan pada pembangunan kapasitas nasional di bidang teknologi agar industri alat angkut memiliki kemandirian dalam desain dan rekayasa komponen, sub-assembly, maupun barang jadi. Pokok-pokok rencana aksi dalam mengembangkan industri Telematika dilakukan melalui pengembangan sentra-sentra industri Telematika, mengembangkan aliansi strategis, serta peningkatan kemampuan SDM. Sedangkan dalam jangka panjang, pokok-pokok rencana aksi yang akan dilaksanakan adalah membangun industri Telematika Indonesia sebagai basis produksi global. Dalam rangka meningkatkan Basis Industri Manufaktur dalam jangka menengah, upaya-upaya yang akan dilakukan adalah dengan melakukan restrukturisasi, dan konsolidasi industri, yang dimaksudkan untuk mempertahankan keberadaan industri serta meningkatkan efisiensi dan daya saing di dunia internasional. Untuk jangka yang lebih panjang upaya-upaya yang akan dilakukan akan lebih menitik beratkan pada peningkatan kemampuan nasional dalam penelitian dan pengembangan, teknologi serta disain industri. Pokok-pokok rencana aksi peningkatan IKM Tertentu akan dilakukan melalui peningkatan kemitraan, baik dalam pemasaran dalam negeri dan ekspor, teknologi maupun, aspek keuangan. Fasilitasi pemerintah lainnya yang akan banyak dilakukan untuk IKM selain aspek-aspek tersebut yaitu di bidang peningkatan mutu produk dan kemampuan disain. Dalam menjawab persaingan di pasar internasional yang semakin ketat, dalam jangka panjang fokus pengembangan akan diarahkan pada peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan dalam rangka kegiatan-kegiatan inovasi produk. Dalam pelaksanaannya pengembangan sektor industri akan dilakukan secara sinergi dan terintegrasi dengan pengembangan sektor-sektor ekonomi lain seperti pertanian, energi x

sumber daya mineral, kehutanan, kelautan, pendidikan, riset dan teknologi dsb. Konsep daya saing internasional, merupakan kata kunci dalam pembangunan sektor industri, oleh karenanya selain sinergi sektoral, sinergi dengan seluruh pelaku usaha, serta seluruh daerah yaitu kabupaten-kabupaten/kota merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu dengan dukungan aspek kelembagaan yang mengatur tugas dan fungsi pembangunan dan dukungan terhadap sektor industri baik secara sektoral maupun antara pusat dan daerah secara nasional akan menentukan sukses atau gagalnya pembangunan sektor industri yang di cita-citakan. xi

xii