INSTALASI DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL TEMPERATUR FURNACE MULTI STEP RAMP/SOAK FUJI PXR 9

dokumen-dokumen yang mirip
Kawasan Puspiptek Gd. 440 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKO/FM.003/VCF PETUNJUK OPERASIONAL VACUM CHAMBER FURNACE JK-1200

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT

Perancangan Pengendali Sistem Otomasi pada DTA Menggunakan Programmable Logic Control MASTER K 120 S

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBANDING TERMOMETER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI TUNGKU AUTOCLAVE ME-24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai

PEMODELAN SISTEM TUNGKU AUTOCLAVE ME-24

Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet

YONI WIDHI PRIHANA DOSEN PEMBIMBING Dr.Muhammad Rivai, ST, MT. Ir. Siti Halimah Baki, MT.

MINIATUR ALAT PENGENDALI SUHU RUANG PENGOVENAN BODY MOBIL MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS PLC DENGAN SISTEM CASCADE

BAB III PERANCANGAN SISTEM

DX1220 LITEPUTER DIMMER PACK 12CH DMX512. Disusun oleh: Iwan B Pratama Blastica Sound

RANCANG BANGUN SIMULASI LAMPU PENERANGAN LORONG KAMAR HOTEL MENGGUNAKAN SENSOR PID (Passive Infrared Detector)

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU PADA UNIT PRE- HEATER PASIR ZIRKON

ANALISIS UNJUK KERJA THERMOCOUPLE W3Re25 PADA SUHU PENYINTERAN 1500 O C

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

BAB III. Perencanaan Alat

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Tujuan Pengukuran 4.2. Peralatan Pengukuran

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN PANEL SURYA

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

BAB II SISTEM PEMANASAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini Surface Mount Technology (SMT) telah

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015 Pengaruh Variasi Luas Heat Sink

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan berkembang dari segala bidang khususnya di negara-negara maju,

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

BABI PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia elektronika yang sangat maju dewasa ini,

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

PERANCANGAN ALAT PENGATUR TEMPERATUR AIR PADA SHOWER MENGGUNAKAN KONTROL SUKSESSIVE BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

UJI FUNGSI ALAT PENGENDALI SUHU TIPE TZ4ST-R4C SEBAGAI PERANGKAT PENGKONDISIAN SINYAL

RANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

MAKALAH. TIMER / TDR (Time Delay Relay)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

Control Engineering Laboratory Electrical Engineering Department Faculty of Electrical Technology Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

Lesita Dewi Rizki Wardani Dosen Pembimbing: Dedet C. Riawan, ST., MT., PhD. Dimas Anton Asfani, ST., MT., PhD.

ABSTRAK dan EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. di pabrik, kebutuhan peralatan kantor, peralatan rumah tangga, traffic light, dan

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK. PENGAMAN BEBAN LEBIH (Thermal Over Load Relay / TOLR)

SISTEM KENDALI SUHU DENGAN MENGGUNAKAN. A. Sistem Kendali dengan NI MyRio untuk Mengatur Suhu Ruangan

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB II DASAR TEORI 2012

KONSTRUKSI DAN KALIBRASI TERMOKOPEL TIPE K

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

STUDI PERBANDINGAN TINGKAT PERLINDUNGAN KOROSI TERHADAP BEBERAPA JENIS MATERIAL COATING PADA ONSHORE PIPELINE

PENGEMBANGAN INSTRUMENTASI ALAT UJI KOROSI RETAK TEGANG PADA APLIKASI BAJA TAHAN KARAT TIPE 304 DI DALAM LARUTAN NaCl

BAB II LANDASAN TEORI

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

BAB III PENGUJIAN ALAT THERMOELECTRIC GENERATOR

BAB III PERANCANGAN ALAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

PERENCANAAN SISTEM PEMANAS PADA RANCANG BANGUN ALAT PENGUJI EFISIENSI WIRE AND TUBE HEAT EXCHANGER

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir dibawah ini;

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

PENGARUH HEAT TREATMENT

PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar. 4.1 Blok Diagram sistem counting bottle. Unit Power. Primus CMP-72T. Keypad.

BAB IV ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

Gambar 1.1 Alat uji konduktivitas listrik

BAB III RANCANG BANGUN

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Transkripsi:

INSTALASI DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL TEMPERATUR FURNAE MULTI STEP RAMP/SOAK FUJI PXR 9 Heri Nugraha 1), Marga Asta Jaya Mulya 2) 1) Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI, Kawasan Puspiptek Gd. 470, Serpong, Tangerang Selatan 15314 2) Pusat Penelitian Fisika-LIPI Kawasan Puspiptek Gd. 440, Serpong, Tangerang Selatan 15314 Email: nugrahalipi@yahoo.com Abstrak Analisa termal (thermal analysis) adalah sebuah teknik untuk mengetahui respon suatu unsur atau material terhadap suhu dengan cara unsur atau material tersebut dikondisikan untuk menjalani proses pemanasan terprogram. Salah satu peralatan yang digunakan untuk analisa thermal adalah furnace. Telah dibuat sistem kontrol furnace dengan temperatur kontrol yang terprogram secara multi step ramp/soak memungkinkan untuk menguji material dalam tahapan pemanasan yang lebih bervariasi dalam beberapa step pemanasan selama satu kali proses secara otomatis. Sistem kontrol yang digunakan menggunakan temperatur kontrol Fuji PXR 9 yang memiliki fungsi multi step sampai 8 step ramp dan soak yang berarti setting kenaikan dan waktu tahan temperatur pemanasan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan kondisi furnace. Hasil pengujian pada 4 segmen ramp dan soak menunjukan bahwa kenaikan temperatur furnace antara 35 0-500 0 sebesar 10 0 /menit, sedangkan pada temperatur antara 500 0-1000 0 sebesar 5 0 /menit. Laju panas terhadap tahanan pada elemen pemanas furnace sangat mempengaruhi laju kenaikan temperatur. Kata kunci: Analisa Thermal, Furnace, Kontrol Fuji PXR 9 PENDAHULUAN Perlakuan panas pada proses metalurgi meliputi serangkaian proses yang secara umum berupa perlakuan untuk mengubah struktur butir logam melalui perubahan temperatur sesuai dengan kebutuhan proses. Melalui proses ini, material mengalami perubahan sifat fisik dan mekanik sehingga material tersebut memperoleh sifat tertentu [4]. Perlakuan panas sering dikaitkan dengan meningkatnya kekuatan material, tetapi juga dapat digunakan untuk mengubah untuk tujuan tertentu, misalnya pada bidang manufaktur seperti meningkatkan kekuatan mesin, meningkatkan sifat mampu bentuk. Hal ini merupakan proses yang sangat memungkinkan yang dapat membantu proses manufaktur lainnya, tetapi juga dapat meningkatkan kinerja produk dengan meningkatkan kekuatan atau karakteristik lain yang diinginkan [5]. kontrol merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem kontrol pemanasan sebuah furnace [6]. Perlakuan panas harus dikontrol untuk memastikan bahwa temperatur sesuai dengan yang diinginkan dan tidak mengalami overshoot yang terlalu besar. Dalam hal ini, tidak terjadi perbedaan yang terlalu besar antara temperatur proses (PV) dan Setting temperatur (SV) [4,5]. kontrol yang digunakan pada penelitian ini adalah FUJI PXR 9 yang memiliki fungsi maksimal 8 step kontrol ramp (kenaikan temperatur) dan soak (penurunan temperatur) dengan waktu yang dapat disetting. Setting waktu tersebut harus disesuaikan dengan kondisi kemampuan elemen pemanas dan chamber room furnace. Salah satu peralatan di Laboratorium Korosi, Bidang Konservasi Bahan Pusat Penelitian Metalurgi LIPI adalah furnace tipe Naber, dengan kapasitas daya 3,2 kw, 14,5 A, 1 fasa 220 V dan temperatur 1100 0 dilengkapi dengan sistem kontrol temperatur Fuji PXR 9 dengan input sensor thermocouple tipe K yang memiliki range pengukuran temperatur antara 0-1200 0, Solid State Relay 25 Ampere dengan input 4-20 ma, output 90-250 VA, Mini ircuit Breaker (MB) 20 Ampere, Magnetic Kontaktor 25 A, Voltmeter 0-300 Volt dan Amperemeter 0-30 A. Gambar 1 menunjukan Furnace tipe Naber dan panel kontrol temperatur nya. 234

Gambar 1. Furnace Tipe Naber kontrol Fuji PXR 9 memiliki fungsi kerja Proportional Integral Derivatif (PID kontrol), ON-OFF dan Fuzzy Kontrol pada temperatur 0-1800 0 dengan input sensor yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan yaitu resistance bulb Pt100, thermocouple tipe J,K,R,B,S,T,E,N. kontrol ini memiliki ukuran fisik 96 x 96 mm, output keluaran berupa relay kontak dan Solid State Relay. Sistem kontrol yang dipakai adalah Proportional Integral Derivatif (PID) dengan nilai parameter default setting P adalah 5, I nilainya 240, dan D dengan nilai 60. Dibawah ini merupakan gambar blok diagram sistem kontrol temperatur dengan solid state relay sebagai pengendali output tegangan heater. Gambar 2. Blok diagram temperatur kontrol 235

220 V A Gambar 3. Wiring Diagram Sistem Kontrol Furnace Gambar 3 diatas menunjukan wiring diagram sistem kontrol temperatur furnace Naber. Sistem kontrol ini dilengkapi dengan pengaman MB 20 A sebagai pengaman instalasi dari beban lebih dan hubung singkat. kontrol Fuji PXR 9 memiliki output SSR 4-20 ma dan kemampuan arus maksimal 25 A sebagai pengendali tegangan A pada heater dengan tahanan 15 ohm, kemudian instrumen pembaca temperatur, telah dipasang thermocouple tipe K yang ditempatkan di bagian tengah dalam chamber room furnace. Keseluruhan rangkaian instalasi sistem kontrol ini merupakan sistem kontrol temperatur multi step ramp/soak pada furnace Naber. METODOLOGI Instalasi kontrol furnace yang terpasang pada furnace Naber dilakukan pengujian untuk mengetahui karakteristik pemanasan furnace. Maka, dapat diperoleh hasil uji sebagai acuan para pengguna dalam memprogram furnace. Percobaan pengujian furnace dilakukan dengan 2 metode yaitu : 1. Percobaan Single step Percobaan single step dilakukan untuk melihat karakteristik kemampuan furnace. Dalam hal ini fungsi temperatur terhadap waktu dapat diketahui, sehingga hal ini menjadi acuan untuk memprogram furnace dengan metode multi step ramp/soak. Untuk menjalankan metode ini, mode operasi program PXR 9 pada parameter (NOd) harus dirubah kedalam posisi single step dimana temperatur berjalan secara manual. Untuk mematikan proses pemanasan pada metode ini dilakukan secara manual. Pemanasan yang terjadi pada furnace berjalan sesuai dengan kemampuan elemen pemanas didalamnya. disetting pada posisi 1000 0 dan pencatatan waktu dilakukan pada temperatur 250 0, 500 0, dan 1000 0. 2. Percobaan Multi Step Percobaan multi step ramp/soak merupakan pengembangan aplikasi furnace dengan memprogram parameter PXR 9 dengan beberapa segmen metode pemanasan ramp.(kenaikan temperatur), sedangkan untuk setting pendinginan tidak dilakukan karena kondisi furnace yang tidak dilengkapi sistem pendinginan yang optimal, sistem pendinginan yang ada pada furnace adalah pada lubang pembuangan dengan diameter lubang sekitar 3 cm sebagai aliran udara luar dan dalam yang bisa ditutup buka tergantung proses pemanasan atau pendinginan secara manual. 236

Oleh karena itu, sistem pendinginan tidak dilakukan secara terprogram tetapi secara manual. Parameter temperatur kontrol PXR 9 disetting dengan tahapan sebagai berikut : Tabel 1. Tahapan parameter program temperatur kontorl PXR 9 Segmen ( 0 ) Waktu Kenaikan (ramp) (menit) SG-1 250 22 5 SG-2 500 28 5 SG-3 750 50 5 SG-4 1000 50 10 Jumlah 150 25 Waktu Tahan (Soak) (menit) Tabel 1 merupakan tahapan pengaturan program pada parameter temperatur kontrol PXR 9. Program disetting pada empat (4) segmen dengan variasi waktu kenaikan (ramp) dan waktu tahan temperatur (soak). Variasi waktu ini ditentukan dengan acuan pada metode single step pada metode pertama. Untuk menguji sistem waktu kenaikan dari sistem kontrol temperatur ini dilakukan percobaan dengan waktu kenaikan yang lebih dipercepat dari setting standar sebelumnya. Dari hasil ini dapat dilihat apakah kenaikan temperatur dapat disetting sesuai dengan program atau tidak, beberapa pertimbangan kondisi heater dan chamber room atau tetapan kondisi kenaikan temperatur furnace akan sangat mempengaruhi kondisi ini. Dimensi Furnace Naber ditunjukkan pada gambar 4. 5 M 29 M 41 M 20 M 4 M Gambar 4. Dimensi Furnace Naber 46 M 50 M HASIL DAN PEMBAHASAN Metode single step merupakan langkah awal untuk melihat karakteristik temperatur suatu furnace. Dengan metode ini dapat ditentukan pengembangan program furnace untuk multi step temperatur. Dengan adanya metode ini, variasi program temperatur dapat diperoleh sesuai dengan kebutuhan dari proses pengujian material yang akan dilakukan. Pengaturan parameter program temperatur kontrol dilakukan pada satu segmen dengan temperatur sampai dengan 1000 0. Pengaturan program pada metode ini ditunjukan pada gambar 5. Untuk setting temperatur dilakukan pada front panel PXR 9, dengan menekan tombol tanda atas dan bawah sampai menunjukan setting value (SV) 1000 0.Untuk menghentikan proses furnace dilakukan secara manual dengan merubah program pada settingan OFF. Hasil pengujian pada metode ini ditunjukkan pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Hasil pengamatan pengujian program metode single step 237

No. Waktu Pengujian Temperatu r Proses PV ( o ) Temperatu r Setting SV ( o ) Selisih PV dan SV (V) Arus (A) Referensi Kenaikan derajat/menit ( 0 ) 1 08.00 35 40 5 190 4 1,3 1.4-2 08.22 250 254 1 190 7 10.0 10.1 10 0 /menit 3 08.50 500 505 5 200 13 20.1 20.6 5 0 /menit 4 10.30 1000 1003 3 205 14 40.8 41.2 5 0 /menit 1000 o Soak 10 menit Ramp,150 menit 28 mnt 500 o 100 menit 14 jam 22 mnt 250 o o Present Value (PV) Gambar 5. Diagram pengaturan program single step 35 o Pada tahapan pengujian dengan metode multi step, sistem kontrol temperatur furnace dilakukan secara terprogram dengan merubah terlebih dahulu kondisi out (Nod) dari temperatur kontrol fuji PXR 9 pada posisi multi step. Pengujian dilakukan dengan empat (4) segmen, 4 ramp, dan 4 soak dan pendinginan secara manual setelah program otomatis berhenti (OFF). Dilakukan percobaan dengan sampel uji yang dimasukan kedalam furnace adalah bijih besi yang telah dipreparasi berbentuk pelet. ara kerja pada program ini adalah pada parameter ketiga program temperatur kontrol Fuji PXR 9 pada segmen pertama SG-1 disetting temperatur 250 0, r n1r (ramp) dengan waktu 22 menit, dan rn1s (soak), kemudian SG2 disetting temperatur 500 0, r n2r (ramp) dengan waktu 28 menit, dan rn2s (soak), lalu untuk segmen ketiga SG-3 disetting temperatur 750 0, r n3r (ramp) dengan waktu 50 menit, dan r n3s (soak), dan segmen keempat SG-4 disetting temperatur 1000 0, r n4r (ramp) dengan waktu 50 menit, dan r n4s (soak) 10 menit setelah itu program otomatis berhenti (OFF), setelah itu furnace mengalami proses pendinginan. Tabel 3. Hasil pengamatan pengujian program metode multi step No. Waktu Pengujian Proses PV ( o ) Setting SV ( o ) Selisih PV dan SV (V) Arus (A) 1 08.30 35 40 5 80 3 1.3 1.4 2 08.35 100 101 1 100 5 4.1 4.0 3 08.40 150 161 11 200 14 6.0 6.1 4 08.45 200 208 8 190 14 7.9 8.1 5 08.50 250 249 1 80 5 10.1 10.1 6 08.56 300 308 8 200 14 12.0 12.2 7 09.01 350 360 10 200 14 13.8 14.2 8 09.06 400 403 3 200 14 16.1 16.3 9 09.11 450 445 5 70 6 17.9 18.5 Referensi 238

10 09.15 500 497 3 80 6 20.0 20.6 11 09.25 550 554 6 190 13 21.5 22.7 12 09.36 600 600 0 180 12 23.1 24.9 13 09.46 650 645 5 70 7 27.0 27.0 14 09.55 700 695 5 80 5 27.3 29.1 15 10.04 750 750 0 100 5 28.1 31.2 16 10.14 800 801 1 210 13 30.6 33.2 17 10.24 850 855 5 210 13 33.1 35.3 18 10.35 900 897 3 100 5 36.0 37.3 19 10.47 950 952 2 200 14 36.5 39.3 20 10.58 1000 1001 1 160 8 40.8 41.2 1000 o Soak 10 menit Ramp. 22 menit 28 menit 250 o 500 o 50 menit 750 o 50 menit 14 jam 35 o 35 o Present Value (PV) Gambar 6. Diagram pengaturan parameter program multi step Untuk menguji apakah program multi step furnace yang telah dilakukan dengan waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan besarnya perhitungan dari kenaikan derajat/menit. Maka, pada pengujian ini waktu kenaikan akan dipercepat dengan waktu seperti terihat pada gambar 7 dan tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Hasil pengamatan metode multi step dengan waktu kenaikan yang dipercepat No. Waktu Pengujian Proses PV ( o ) Setting SV ( o ) Selisih PV dan SV (V) Arus (A) 1 08.30 35 40 5 80 3 1.3 1.4 2 08.35 80 101 21 100 5 4.1 4.0 3 08.40 125 161 36 200 14 6.0 6.1 4 08.45 167 208 41 190 14 7.9 8.1 5 08.50 190 250 60 80 5 10.1 10.1 6 08.56 265 308 43 200 14 12.0 12.2 7 09.01 300 360 60 200 14 13.8 14.2 8 09.06 354 403 49 200 14 16.1 16.3 9 09.11 397 445 48 70 6 17.9 18.5 10 09.15 450 500 50 80 6 20.0 20.6 11 09.25 499 554 55 190 13 21.5 22.7 Referensi 239

12 09.36 515 600 85 180 12 23.1 24.9 13 09.46 570 645 75 70 7 27.0 27.0 14 09.55 615 695 80 80 5 27.3 29.1 15 10.04 648 750 102 100 5 28.1 31.2 16 10.14 698 801 103 210 13 30.6 33.2 17 10.24 714 855 141 210 13 33.1 35.3 18 10.35 765 897 132 100 5 36.0 37.3 19 10.47 824 952 128 200 14 36.5 39.3 20 10.58 865 1000 135 160 8 40.8 41.2 1000 o 10 menit 1 250 o 500 o 750 o 30 menit 20 menit 14 jam 1 35 o o Present Value (PV) Gambar 7. Diagram pengaturan parameter program multi step dengan waktu kenaikan yang dipercepat o 1200 1000 800 600 400 200 0 \\ 8.3 8.5 9.11 9.46 10.24 Proses (PV) (a) Setting (SV) o 1200 1000 800 600 400 200 0 8.3 8.5 9.11 9.46 10.24 Proses (PV) (b) Setting (SV) Waktu Pengujian (Jam,Menit) Waktu Pengujian (Jam,Menit) Gambar 8. Grafik Perbandingan Proses (PV) dan Setting (SV), (a). Program Multi Step dengan waktu kenaikan yang disesuaikan acuan. (b). Program Multi Step dengan waktu kenaikan yang dipercepat. Dari hasil pengujian tersebut dapat terlihat bahwa dengan waktu kenaikan dan waktu tahan temperatur yang telah disesuaikan, kenaikan present value (PV) atau temperatur proses tidak dapat linier dengan kenaikan setting program (SV). Hal ini menunjukan laju pemanasan terhadap tahanan elemen pemanas berpengaruh terhadap kenaikan temperatur furnace. Terjadi selisih yang besar antara temperatur proses dan temperatur setting. 240

KESIMPULAN kontrol merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem kontrol pemanasan sebuah furnace. Perlakuan panas harus dikontrol untuk memastikan bahwa temperatur sesuai dengan yang diinginkan dan tidak mengalami overshoot yang terlalu besar. Nilai overshoot yang cukup besar terjadi ketika waktu kenaikan dipercepat dari acuan yang telah ditetapkan dengan nilai overshoot berkisar antara 5 0 141 0. sedangkan untuk hasil pengujian berdasarkan pada acuan dengan pengujian pada 4 segmen ramp dan soak menunjukan bahwa kenaikan temperatur furnace antara 35 0-500 0 sebesar 10 0 /menit, sedangkan pada temperatur antara 500 0-1000 0 sebesar 5 0 /menit. Laju panas terhadap tahanan pada elemen pemanas furnace sangat mempengaruhi laju kenaikan temperatur. Hal ini menjadi acuan ketika program parameter PXR 9 akan dijalankan dengan beberapa segmen. UAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang telah membiayai penelitian ini melalui Program Kompetitif Material Maju dan Nano Teknologi dengan Peneliti Utama Dr. Nono Darsono. DAFTAR PUSTAKA [1] D.Petruzella, Frank. 2001. Elektronik Industri. Yogyakarta : Andi Publisher. [2] Budiharto,Widodo. Sigit Firmansyah. 2010. Elektronika digital dan Mikroprosessor. Yogyakarta : Andi Publisher. [3] Manual Fuji PXR 9 [4] Banerjee, Soumik, 2004, A methodology to kontrol direct-fired furnaces, International Journal of Heat and Mass Transfer 47 (2004) 5247 5256, www.science direct.com (diakses 2 September 2013) [5] Dou Zhenhai, Design of e Kontroller for Heating F urnace in Oil Field, 2012 International onference on Applied Physics and Industrial Engineering, Physics Procedia 24 (2012) 2083 2088, www.science direct.com (diakses 2 September 2013) [6] Salah Abdallah, Heating systems with PL and frequency kontrol,, Energy onversion and Management 49 (2008) 3356 3361, www.science direct.com (diakses 2 September 2013) 241