KETERANGAN UMUM Nama Lain : "Etna van Indonesia" Menurut Dr.R.D.M Verbeek 1900 Lokasi a. Geografi b. Administratif

dokumen-dokumen yang mirip
4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

G. TALANG, SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jenis Bahaya Geologi

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

Telepon: , , Faksimili: ,

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

II. TINJAUAN PUSTAKA

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

4.19. G. ILI WERUNG, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

7.3. G. GAMALAMA, P. Ternate, Maluku Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA 1

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

Beda antara lava dan lahar

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

MITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI KARANGETANG, KABUPATEN SITARO, SULAWESI UTARA

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA

G. ARJUNO-WELIRANG, JAWA TIMUR. Gunungapi Arjuno - Welirang

G. KERINCI, SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di

STANDAR KOMPETENSI. kehidupan manusia. 1.Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

ERUPSI G. KARANGETANG 2007 DAN PERKIRAAN KEDALAMAN SUMBER TEKANAN BERDASARKAN DATA ELECTRONIC DISTANCE MEASUREMENT (EDM)

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

G. SUMBING, JAWA TENGAH

TSUNAMI. 1. Beberapa penyebab lainnya ialah : 3. Tsunami Akibat Letusan Gunungapi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODA PENELITIAN

LINGKUP VULKANOLOGI TIPE ERUPSI DAN TIPE GUNUNGAPI LINGKUP VULKANOLOGI

.4. G. LOKON, Sulawesi Utara

4.6 G. ANAK RANAKAH, Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN. di dunia, sehingga sudah tidak asing lagi bagi kita jika mendengar terjadinya

G. MARAPI, SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

G. BANDA API, Kepulauan Banda, Maluku G. Banda Api, 2005 (A.Solihin). KETERANGAN UMUM Nama Lain : "Etna van Indonesia" Menurut Dr.R.D.M Verbeek 1900 Lokasi a. Geografi b. Administratif : : 4 o 31' 30" LS dan129 o 52' 17" BT Kecamatan P. Banda, Kab. Maluku Tengah, Propinsi Maluku Ketinggian Luas Pulau Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan : a. + 641 m dari muka air laut b. + 1150 m dari dasar laut : 7.3446 Km persegi : Ambon Propinsi Maluku, Kabupaten Maluku Tengah, Kecamatan Pulau Banda. l.k. 120 mil laut atau 150 Km dari Kota Ambon : strato Desa Dwi Warna, kecamatan Banda Neira Propinsi Maluku Geografi : 04 o 31 45,78 LU dan 129 o 54 08,54 BT, ketinggian lk. 8 m dml PENDAHULUAN Dr.R.D.M.Verbeek seorang ahli Geologi pada (1900). menjuluki G.Banda-api sebagai Etna van Indonesie (G.Etna di Itali terkenal dengan letusan-letusan khasnya yaitu semburan bara api susul-menusul seperti pesta kembang api pada malam hari). Selain keindahan alam, hasil rempah-rempah (pala dan fulinya) sudah menarik perhatian orang Eropah untuk mengarungi samudera luas semenjak Abad ke 16 bahkan sempat mempertahankan kepentingannya di wilayah ini. Sisa-sisa peninggalan kekuasaan 691

mereka dapat kita lihat dari sisa bangunan ataupun benteng-benteng pertahanan yang mereka bangun yaitu Benteng Nassau dan Benteng Belgica di P.Neira. Pada waktu pembangunan negara R.I. sedang giat dilaksanakan (1987) Kep Banda ini mulai dipromosikan sebagai obyek pariwisata karena keindahan alamnya (terutama tumbuhan dan binatang di dalam laut) begitu pula peninggalan sejarah dan kesenian daerah setempat. Di balik keindahan alam yang menakjubkan itu, masih ada obyek yang tidak kalah penting yakni sebuah kerucut gunungapi aktif (G.Banda Api yang muncul di tengah puing-puing gunungapi yang lebih tua. Semenjak Th.1856 sampai dengan 1901, sekurang-kurangnya telah terjadi 19 kali masa giat (letusan-letusan) di antaranya dua kali yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan korban jiwa. Sampai akhir Th.1987 gunungapi ini telah menjalani masa tenang selama 86 tahun. Waktu tenang ini cukup berarti untuk pengumpulan energi bagi letusan di kemudian hari yang cukup besar. Cara Pencapaian Dari Jakarta dengan menggunakan pesawat terbang maupun Kapal Laut, langsung menuju Kota Ambon dan G. Banda Api. Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi Potensi alam ; Berupa tanaman palawija, buah pala, cengkih sebagai rempahrempah sejak zaman Belanda (VOC), sudah dikenal oleh para pedagang di Eropa maupun Dunia. Sumber daya alam komplek gunungapi Banda-api terdiri dari bahan galian berupa batu pecah, kerikil dan pasir sebagai bahan bangunan dan batu belah bahan untuk batu tempel dinding, dari aliran lava dan sedikit belerang yang terdapat dari pada sublimasi solfatara dan fumarola dikawahnya. Wisata Komplek Gunungapi Banda-api tidak hanya dikenal dengan kesuburan tanahnya, tetapi dikenal juga dengan potensi wisata lautnya, diantaranya panorama alam yang indah dengan Fauna dan Flora di kedalaman dasar laut. Wisata sejarah diantaranya adalah Benteng Belgica dibangun pada tahun 1611, Nassau dibangun pada tahun 1617 dan sebuah gereja tua yang dibangun pada tahun 1875 di Pulau Neira, yang merupakan peninggalan Portugis, Belanda dan Inggris yang pernah menduduki kepulauan Banda antara Abad ke 17 hingga Abad ke 19 692

SEJARAH LETUSAN Selama 4 Abad terakhir ini paling tidak terjadi 24 erupsi G. Banda Api, termasuk yang berlangsung pada 9 Mei 1988. Hanya 4 peristiwa diantaranya yang menimbulkan korban, yaitu tahun 1598, 1615, 1690 dan 1988. 1586, 17 April, letusan di puncak 1598-1602 letusan di puncak, jumlah korban tidak dilaporkan, terjadi kerusakan lahan. 1609 Letusan di puncak 1615 letusan terjadi pada bulan Maret setelah mengalami masa tenang 16 tahun, pada waktu itu Gubernur Jenderal Gerard Regust sedang dalam perjalanan (berlayar) dari Ambon ke Neira, tiba pada tanggal 16 Maret, jadi letusan gunungapi mulai terjadi sebelum Tgl.16 Maret selain merusak lingkungan terdapat pula korban manusia tewas (tidak tercatat jumbalh korbannya) 1632 Desember, letusan dikawah puncak didahului oleh gempabumi terasa oleh penduduk Niera sejak April sampai dengan Juli. 1690-1696, Pada tahun 1690-1696 terjadi letusan-letusan yang kemudian berkepanjangan selama 6 tahun masa giat, dikatakan bahwa letusan yang terjadi pada tahun 1696 lebih hebat dari pada tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun ini terjadi kecelakaan 2 orang tewas pada waktu pergi ke kawah untuk mencari informasi. 1712 Mei sampai dengan Desember, letusan kecil di puncak 1723 letusan di puncak 1749 letusan di puncak 1765-1766. 19-29 April 1765 hingga Oktober 1766, letusan dipuncak 1773 6 Februari, letusan di puncak. 1774 Mungkin terjadi letusan 1778 Mungkin terjadi letusan 1816 11-14 Oktober, desember, gempa bumi kuat dan letusan 1820 11 Juni hingga 8 Agustus, letusan mulai berlangsung pukul 11.30 waktu setempat, terbentuk tiang asap, penduduk Niera mengungsi ke Pulau Lonthor. Pukul 14 tampak lontaran bom vulkanik, terdengar ledakan-ledakan kuat - air schock- menggetarkan rumahrumah dan kapal; pasir vulkanik mengendap di pulau Lonthor, separuh kerucut dari puncak tertutup bara api, terbentuk kawah yang baru di lereng barat laut dan selatan. Pada 17 Juni terdapat tenggang waktu diantara letusan-letusan terjadi leleran lava ke arah barat-baratlaut (Tanjung Kapal Pica) yang mencapai laut. Mulai 18 Juni tenggang waktunya bertambah panjang dengan waktu letusan berakhir pada 8 Agustus. Tidak jatuh korban penduduk. 1824 22 April - 2 Juni letusan dari kawah puncak, terbentuk tiang asap. 1890 November, letusan di kawah puncak 1901 Mei, letusan di kawah puncak. 1908 Letusan diragukan 1988 9 sampai 31 Mei, terjadi erupsi dari 6 lubang letusan ; 3 penduduk tewas. Erupsi G. Banda Api 9 Mei 1988 dimulai dari pemunculan gejala pra erupsi yang jelas, baik visual maupun kegempaan. Gejala pra erupsi (jam dalam WIT) Pada 4-5 Mei terjadi gempa terasa yang dapat dirasakan sampai ke Kota Neira, dengan magnituda 2,8 dan 4 SR. 693

Pada 5 Mei terekam peningkatan gempa vulkanik dalam (32 kejadian) yang sebelumnya hanya terekam 1-2 kejadian perhari. Gempa bumi terasa oleh penduduk di pulau gunungapi dan di P. Neira. Pada 7 Mei sejak pukul 06:16 kerapatan gempa terasa bertambah persatuan waktu dan menjadi lebih rapat, kurang dari 5 menit. Secara Visual terlihat asap berwarna putih dari kawah di puncak (kawah Puncak), hembusannya menguat bersama waktu.kemudian asap putih muncul di kawah lereng barat laut (Kawah Utara). Asap sejenis dilaporkan penduduk dari lereng sebelah selatan menenggara (Kawah Selatan) asap putih tersebut menunjukkan suatu letusan uap yang dikenal sebagai letusan freatik. Pada 8 Mei gempa tersebut semakin rapat dan menjadi gempa beruntun (swarm). Pada 9 Mei mulai pukul 01:00 mulai terekam gempa yang menerus (tremor vulkanik) sampai erupsi berlangsung. Secara visual, pukul06:00, dari Kawah Utara terlihat asap putih kehitaman bercampur lontaran lava. Erupsi Utama G. Banda Api meletus pada hari Senin 9 Mei 1988 pukul 06:30. Peristiwa yang langka terjadi ialah erupsi berlngsung dari 6 lubang letusan selama kurang dari 12 jam pada satu kerucut gunungapi. 06:30 : Lubang letusan pertama di lereng utara, tinggi abu lebih kurang 200 m : Lubang letusan kedua di lereng selatan, tinggi abu lebih kurang 150 m : Lubang letusan ketiga di lereng utara, tinggi abu lebih kurang 350 m : Lubang letusan keempat di tepi pantai selatan Tiang asap dari keempat lubang letusan tersebut hanya tampak sebagai dua tiang asap besar di selatan (Kawah Selatan) dan di utara (Kawah Utara). Lubang letusan kelima (Kawah Puncak) dan ke enam (di lereng utara) terbentuk siang hari Lubang-lubang letusan tersebut berderet membentuk busur ber arah utara selatan. Setelah peristiwa itu, hanya 3 lubang letusan yang aktif, yaitu Kawah Puncak, Kawah Utara dan Kawah Selatan. Tinggi tiang asap letusan dari Kawah Puncak mencapai 3,5 km. Asap bergumpal-gumpal, berwarna hitam membangun bentuk cendawan. Bom vulkanik jatuh di sekitar kawah, sedangkan abu dan lapili menyelimuti 2/3 bagian barat pulau gunungapi. Ketebalan rata-rata 40 cm di perkampungan sepanjang pantai barat, di selatan dan utara 20 cm. Abu setelal 2 cm mengendap di Pulai Ai yang terletak 12 km sebelah barat pulau tersebut. Kota Banda Neira bebas dari endapan abu. 694

Selain rempah vulkanik, terjadi pula awan panas, kemungkinan terjadi pada letusan kedua dengan arah ke selatan menenggara. Lava meleler dari 3 lubang letusan dan satu keluar dari rekahan sebelah timur lubang keempat. Lava yang ke utara melanda Kampung Kalobi dan Kampung Batuangus. Kemungkinan lain ialah lewat rekahan yang terbentuk pada tahun 1978. Volum keempat leleran lava itu lebih kurang 6 juta m 3 Purna Erupsi Utama Asap letusan masih dihembuskan dari ke tiga kawah setelah 9 Mei, namun yang terkuat keluar melalui Kawah Puncak. Asap letusan dari Kawah Selatan berhenti pada 13 Mei kemudian diikuti oleh Kawah Utara pada 16 M ei. Menjelang 18 Mei letusan vulkanian Kawah Puncak berubah menjadi jenis letusan stromboli. Sejak 18 Mei hanya tampak kepulan asap yang sangat lemah Letusan G. Banda Api 1988 Karakter Letusan Sifat dan bahaya letusan G. Banda Api, dengan mempelajari sifat dan tingkah laku letusan masa lampau, orang dapat memperkirakan bahaya apa yang dapat ditimbulkan oleh letusan yang akan terjadi di masa depan. Dari uraian bab-bab terdahulu hal tersebut dapat disimpulkan dan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk menghadapinya. G. Banda Api sekurang-kurangnya merupakan generasi ke-empat dari gunungapi purba G.Lonthor. Era pembangunan G. Lonthor tentunya dimulai dengan letusan-letusan lemah, aliran lava meningkat menjadi letusan lebih kuat dan akhirnya dengan letusan dahsyat sehingga terjadi kaldera Lonthor, sesuai dengan perubahan magma (dengan komposisi kimia) dari basa ke asam. 695

Perioda Letusan Gunungapi Banda-api GEOLOGI 1586 23 tahun 1609 6 tahun 1615 17 tahun 1632 58 tahun 1690 6 tahun 1696 16 tahun 1712 10 tahun 1723 26 tahun 1749 16 tahun 1765 1 tahun 1766 7 tahun 1773 2 tahun 1775 3 tahun 1778 38 tahun 1816 4 tahun 1820 4 tahun 1824 66 tahun 1890 1 tahun 1901 7 tahun 1908 70 tahun 1988 G. Banda Api muncul dari pada ujung utara deretan gunungapi yang terletak pada busur dalam Vulkanik Banda ( Van Bemmelen, 1949, Hal.219) Busur itu terbentuk kira kira 1,5 juta tahun yang lalu, mekanisma pembentukannya rumit dipandang dan teori tektonik lempeng. Interaksi antara lempeng utama (Pasifik, Indo-Australia) dengan beberapa lempeng mikro serta pengaruh sesar transform Irian dan sesar-sesar lokal lainnya menyebabkan kompleksnya wilayah itu dilihat dari sudut struktur geologi regional. Peristiwa tersebut menyebabkan wilayah Busur Banda dan lautan sekelilingnya menjadi sumber gempa tektonik. 696

Geologi tinjau pulau-pulau yang besar di Kepulauan Banda disusun oleh Verbeek 1900, beberapa ekspedisi meneliti kimia batuan, kegempaan dan kedalaman laut antara tahun 1964-1986 Bandingan pembentukan Gunungapi Banda Api dengan Gunung Anak Krakatau dilakukan oleh G.A.De Neve 1985 dan Matahelemual 1988 Berawal dari pembentukan kaldera Lontor, dimaulailah proses 4 tahap terjadinya Gunngapi Banda Api (Matahelemual, 1988, hal.20-24) Untuk mendapatkan masukan dalam pembahasan mengenai sifat dan bahaya letusan gunungapi maka perlu ditinjau secara umum latar belakang geologi Kep.Banda. Selain Verbeek (1900) yang membahas geologi Kep.Banda ini beberapa akhli geologi pernah ke Kep.Banda dalam expedisi Baruna I dan Expedisi Snellius II. P. Banda Api Luas pulau l.k.7,3446 Km 2 dan merupakan puncak tertinggi di antara Kep Banda yaitu l.k.658m dari permukaan laut (pengukuran terakhir pada tahun 1980, 641m dari permukaan laut) Di bagian selatan tenggara (kaki gunungapi) terdapat andesit piroksen biasa, dibagian utara (aliran lava Batuangus) andesit piroksen yang kaya akan kaca begitu pula di lereng tenggara terdapat aliran lava andesit piroksen yang kaya akan kaca. Di bagian puncak terdapat bom vulkanik piroksen andesit yang mengandung olivin Ulu Weru di semenanjung timur laut nampaknya bukan bagian dari G.Banda-api, Batuannya berwarna kelabu tua, berbutir halus dan agak berling renik, kerak coklat hitam dengan felspat-felspat porfirik, dibawah mikroskop, andesit piroksen Ada orang yang beranggapan bahwa mungkin semua Kep.Banda berasal dari satu gunungapi yang besar sekali sehingga apa yang nampak sekarang (sebagian) merupakan sisa tepi kaldera dengan jari-jari lingkaran l.k.26 Km ) P.Sewangi, Run dan Fatu Rozengain) hal ini memang fantastik karena apabila benar maka merupakan kaldera terbesar di dunia, Verbeek berpendapat tidak demikian, tetapi P.Run dan P.Ai dapat merupakan sisa dari satu gunungapi begitu pula P.Rozengain dan Fatu Rozengain. P.Sewangi juga sisa gunungapi tersendiri (Matahelemual juga sependapat dengan Verbeek) Gamping koral yang terdapat dibeberapa pulau disini menandakan telah terjadi pengangkatan oleh karena pengerutan (pencembungan) kerak samudera sebagai akibat dari tubrukan dua lempeng tektonik, tentu saja pengangkatan ini terjadi setelah magma keluar ke permukaan berupa letusan gunungapi. 697

Dalam hal ini pembentukan kaldera Lonthor ini sudah terjadi jauh sebelum pengangkatan tersebut begitu pula dengan letusan G.Neira (bila P.Krakah termasuk sebagian tubuh G.Lonthor) Karena terletak di dalam satu busur kepulauan dan tidak begitu terpisah jauh satu sama lainnya maka pulau-pulau lain (tidak termasuk P.bandaapi) juga mengalami pengangkatan dalam waktu bersamaan. Dari posisi geografinya nampak ada sesuatu rekahan, P.Rozengain, Fatu, Rozengain, P.Lonthor terus ke P.Sewangi dengan arah Tenggara-baratlaut begitu pula P.Run, P.Ai dan Lonthor (arah Barat-Timur) jika demikian Lonthor (termasuk Neira, Banda-api, dll) merupakan titik silang dari dua rekahan tersebut, sehingga merupakan sesuatu peluang untuk penerobosan magma kepermukaan bumi dibanding dengan pulau (gunungapi) lain di Laut Banda ini. Hipotesa Evolusi Gunungapi Pada mulanya tumbuh sebuah gunungapi besar (G.Lonthor) dari dasar laut, letusan tidak eksplosif karena komposisi magmanya leih bersifat basa karena berasal dari magma yang belum benyak mengalami perobahan komposisi kimianya. Gunungapi tersebut semakin hari semakin tinggi dan akhirnya muncul di permukan laut, sehingga merupakan suatu gunungapi yang besar, kecuali kawah utama, mungkin saja ada beberapa kawah samping yang turut membangun tubuh gunungapi tersebut. Tipe letusan bervariasi dari tipe Stromboli ke tipe Volkano dan sebaliknya. Sementara era pembangunan G.Lonthor ini maka magma yang telah mengisi dapur magma berubah komposisi yang mengarah kepada magma yang bersifat asam (magma andesit) yang kaya akan Gaas. Perobahan komposisi magma ini disebabkan adanya proses diferensiasi (pemisahan diri) di mana terjadi pengkristalan mineral berat yang kemudian oleh gravitasi mengendap ke dasar dapur dan juga proses assimilasi (penyatuan) dengan batuan dinding atau lingkungan dapur. Tahap berikut ini adalah tahap penghancuran bila tekanan yang begitu besar dari dapur magma sudah tidak dapat dibendung lagi. Maka terjadilah suatu letusan yang dahsyat yang menghancurkan sebagian puncak gunungapi (letusan tipe Plini) lagi pula sebagian tubuh runtuh ke dalam laut dan sebagian masih muncul di permukaan laut. Kawah Raksasa akibat letusan dahsyat dan runtuhan ini disebut Kaldera Lonthor sebagian dinding kaldera yang masih nampak dipermukaan kemudian dikenal sebagai P.Lonthor, P.Pisang dan P.Kapal. Setelah terbentuk kaldera Lonthor, kemudian tumbuh sebuah tubuh gunungapi baru di dalam puing-puing dasar kaldera tersebut. 698

GEOFISIKA Kegempaan Pengamatan kegempaan G. Banda Api secara kontinyu dilakukan menggunakan seismograf PS-2 yang dioperasikan menggunakan sistem pancar. Penyelidikan kegempaan G. Banda Api dilakukan pada bulan Oktober-Nopember 2005 dengan memasang stasiun seismik tambahan sebanyak 3 buah. Dari keempat Datamark LS-7000 tersebut tiga diantaranya dipasang di sekitar tubuh G. Banda Api. Beberapa gempa vulkanik yang terekam bersumber di bawah tubuh G. Banda Api dengan kedalaman gempa sekitar 2,4 km dari muka laut. DEFORMASI EDM Pemantauan dengan metoda EDM di G. Banda Api baru dilakukan pertama kali (Nopember 2005), sebagai langkah awal pemantauan dengan metoda deformasi (EDM) perlu dibuat atau dibangun titik-titik pengukuran. Lokasi BM yang ada di sekitar lereng G. Banda Api berada pada ketinggian 290 m dari muka laut dinamakan titik BM BDA_1 yang memiliki posisi geografi 04º 31,55 LS dan 129º 59,113 129º 59,113 BT. Sedangkan BM yang dibangun di sekitar puncak G. Banda Api terletak pada ketinggian 594 m dari muka laut dan memiliki posisi geografi 04º 31,421 LS04º 31,421 LS dan 129º 52,894 BT dinamakan titik BM BDA_3. Karena pengukuran deformasi dengan metoda EDM baru pertama kali dilakukan, maka hasil dari rata-rata pengukuran baru merupakan data dasar bagi pengukuran EDM di G. Banda Api. Pengukuran deformasi dengan metoda EDM dilakukan 3 kali dalam sehari. Pengukuran dilakukan dari arah Pos PGA dan Bandara di Neira ke arah dua titik reflektor di P. Banda Api. GEOKIMIA Jenis Batuan : Menurut Verbeek, 1908, batuan yang dihasilkan oleh Gunungapi Banda-api adalah ; Andesit piroksen ditemukan di kaki selatan G.Banda-api dan andesit piroksen serupa gelas di Batu Angus dan disebelah aliran lava dilereng tenggara sebuah bom di tepi kawah terdiri dari andesit piroksen yang mengandung olivin, kadar SiO2 56-59% Menurut Kraeff, 1952 telah memeriksa 6 contoh batuan (lokasi tidak disebutkan) 699

Hasilnya adalah 2 buah Basalt hiperstein augit yang mengandung kaca, sebuah tuf kaca putih, dua buah batuan basaltik berliang renik dan sebuah breksi tuf basaltik. MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Sistem Pemantauan Aktifitas vulkanik G. Banda Api diamati kontinyu secara visual dari Pos PGA di Banda Neira, yang berjarak lk. 3 km dari titik kegiatan saat ini. Visual Aktifitas yang tampak di permukaan pasca letusan tahun 1988 berupa tembusan solfatara dan fumarola hanya tampak dari arah sekitar puncak. Umumnya tinggi hembusan asap solfatara ini berkisar antara 15 20 m di atas puncak. Sedangkan dari arah kawah utara maupun kawah selatan tidak tampak adanya aktifitas hembusan solfatara maupun fumarola Pemeriksaan Kawah Untuk mengetahui secara langsung aktifitas di sekitar Kawah Utama, Kawah Utara, dan Kawah Selatan, pada November 2005 dilakukan beberapa kali pendakian puncak serta pemeriksaan kawah. Dari hasil pemeriksaan Kawah Utama, aktifitas yang tampak di permukaan berupa beberapa titik lubang tembusan solfatara/fumarola. Terdapat 3 titik tembusan solfatara/fumarola yang terletak segaris pada bidang rekahan yang ada di sekitar puncak. Asap yang keluar pada lubang-lubang tersebut berupa asap putih tipis dengan bau belerang yang tidak tajam serta tekanan gas yang lemah, asap dari ketiga lubang inilah yang tampak dengan jelas dari arah Pos PGA di Banda Neira setinggi 15 20 m. Dua lubang diantaranya dilakukan pengukuran suhu, sebagai titik tetap pengukuran. Sedangkan terdapat satu lubang hembusan solfatara/fumarola lain yang terletak pada dinding kawah yang berbentuk sirip hiu, karena faktor kesulitan pencapaian pada lokasi ini, sehingga tidak dilakukan pengukuran suhu. Pengukuran suhu solfatara/fumarola di sekitar puncak G. Banda Api. Pengukuran suhu Lokasi I ( C) Lokasi II ( C) 17 Nopember 2005 95,5 92,5 22 Nopember 2005 95,5 93,2 Pengamatan secara langsung pada areal sekitar Kawah Utama, umumnya dinding sekitar kawah banyak ditumbuhi pepohonan. Di dalam dasar kawah tidak tampak adanya 700

hembusan asap solfatara/fumarola, sedangkan pada dinding sekitar kawah hanya pada dinding bagian timur atau yang dekat dengan ketiga lubang solfatara/fumarola yang ada di sekitar puncak. Asap yang keluar pada dinding ini berupa asap putih tipis dengan bau belerang yang tidak tajam serta tekanan yang lemah. Pada areal sekitar tembusan solfatara/fumarola ini juga ditemukan adanya rekahan berarah utara-selatan. Kegempaan Pemantauan kegempaan G. Banda Api dilakukan dengan memasang seismometer (sensor gempa,tipe L4C, satu komponen vertikal) dipasang di sebelah selatan puncak G. Banda Api pada posisi geografi 04º 32,043 LS dan 129º 52,863 BT,.sinyal gempa dipancarkan dengan sistem radio telemetri ke Pos Pengamatan Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Menurut catatan di akhir tahun 1987, di P.Banda-api (P.Gunungapi) terdapat l.k.1856 orang yang bermukim di sana yaitu 808 orang di Desa Gunungapi utara dan 1048 orang di Desa Gunungapi Selatan. Mungkin juga ada sejumlah orang di daerah pesisir tenggara P.Neira, tetapi mereka dapat mengungsi apabila sudah diketahui bahaya yang mengancam. Meskipun sesudah erupsi 1988 harus dikosongkan, namun kini penduduk Pulau Gunungapi berjumlah 1956 jiwa (1991). Menurut catatan terakhir tahun 1987, di P.Neira terdapat l.k.5176 orang dan di Desa Lonthor (P.Lonthor l.k.2646 orang). Peta Kawasan Rawan Bencana G. Banda Api dibagi dalam tiga tingkat kerawanan dari tinggi ke rendah yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I. Kawasan Rawan Bencana III Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), dan atau gas beracun. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Kawasan rawan bencana terhadap aliran masa berupa awan panas, aliran lava, guguran lava pijar, gas beracun. 2. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat. Pada Kawasan ini sering ditemukan lontaran batu berukuran bongkah (> 64 mm). 701

Berdasarkan letusan terdahulu hingga terakhir serta pusat erupsi saat ini, erupsi yang akan datang diperkirakan terbatas di sekitar Puncak G. Banda Api dan rekahanrekahan di lereng gunung berarah Utara-Selatan. Kawasan rawan bencana III meliputi hampir seluruh tubuh gunung apinya. Kawasan Rawan Bencana III digambarkan dalam peta dengan warna merah tua solid untuk rawan bencana terhadap aliran massa dan lingkaran garis putus-putus warna merah yang sama, dengan radius lingkaran 1 km dari pusat erupsi. Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda perluasan awan panas, surge, lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Kawasan rawan bencana terhadap aliran masa berupa perluasan awan panas, dan surge 2. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat. Pada kawasan ini sering ditemukan endapan jatuhan piroklastika berukuran kerikil/lapilli. Kawasan Rawan Bencana II digambarkan dalam peta dengan warna merah muda untuk rawan bencana terhadap aliran massa dan lingkaran garis putus-putus warna merah muda, dengan radius lingkaran 2 km dari pusat erupsi. Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar, tertimpa material jatuhan berupa hujan abu. Apabila letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat, lontaran batu (pijar). Tidak ada kawasan rawan bencana I untuk aliran masa di G. Banda Api karena seluruh tubuh gunungapinya termasuk kawasan rawan bencana II dan III. Kawasan Rawan Bencana I hanya mencakup kawasan yang rawan terhadap material jatuhan berupa hujan abu lebat dan kemungkinan jatuhan material pijar tanpa memperhitungkan arah tiupan angin. Berdasarkan erupsi-erupsi terdahulu dapat didefinisikan bahwa kawasan rawan bencana I terhadap hujan abu mencapai jarak 4 km dari pusat erupsi. Pada jarak ini sering ditemukan material jatuhan piroklastika berdiameter kurang dari 2 cm. Kawasan Rawan Bencana I terhadap lontaran dan hujan abu pada peta digambarkan dengan lingkaran warna kuning garis putus-putus. 702

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Banda Api 703

DAFTAR PUSTAKA De Neve. G.A., 1985. Banda and Krakatau A Comparison of two calderas Bul Jurusan Geologi (abstract) v.14. pp.15 Verbeek, R.D.M., 1900. Geologische Beschrijving van de Banda Eilanden, Mijnw. Nederl. Ind. Jaarb, v. 29, p. 1-29. van Bemmelen. R. W., 1949. The Geology of Indonesia v. I.A. Government Printing Office. Tjia H.D., 1965. Banda Island Group, Baruna expedition, v.7 section A, B, MS. Kusumadinata. K., 1969. Preliminary Geological Report of the Baruna expedition 1964, Volcanoes p.17-32. MS. Kusumadinata K., 1972. Beberapa ringkasan terjemahan laporan-laporan lama mengenai G.Banda, Direktorat Geologi. Hamilton, W., 1979. Tectonics of the Indonesian Region, U.S. geological Survey profesional Paper, 1078, 345.p. Kristianto., Estu, K, Y.S Simatupang, Nia H., 2005 Pengamatan Terpadu G. Banda Api, Oktober Nopember 2005, Laporan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kusumadinata. K., 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi. Matahelemual. J., 1988. G.Banda Api Berita Berkala Vulkanologi, No.115 Direktorat Vulkanologi. Liek Pardyanto, 1992, G. Banda Api, Berita Berkala Vulkanologi, edidi khusus No. 193 Casadeval. T.J. L.Pardyanto, H.Abbas, Tulus., 1989. The 1988 eruption of Banda Api volcano, Maluku Indonesia Geol Indon, v.12,n.1,pp.603-635. Tulus., 1989. Hubungan antara kegempaan dengan erupsi G.Banda Api, 1988, Pit.IAGI, XVIII Yogyakarta 11-13 Desember 1989. 704