PEDOMAN IMPLEMENTASI SMART DI KAWASAN KONSERVASI

dokumen-dokumen yang mirip
Copyright 2017 Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

Siaran Pers Tegaskan komitmen, perberat hukuman dan lindungi harimau sumatera

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)

RENCANA STRATEGIS

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TIGER BULETIN EDISI PERDANA. Media Informasi Proyek Sumatran Tiger.

KERANGKA ACUAN KONSULTAN KOMUNIKASI CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA

I. PENDAHULUAN. pembangunan kehutanan di Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang. bahwa pembangunan kehutanan harus menitikberatkan pada upaya

5. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia

Pengelolaan Migrasi Burung Di Indonesia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

PENATAAN KORIDOR RIMBA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hutan dan hasil hutan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 1/MENHUT-II/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI

SMP NEGERI 3 MENGGALA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

TINJAUAN PUSTAKA. Seluruh kawasan hutan yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PRESS RELEASE RAPAT KONSULTASI PUBLIK RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP) TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan di Daerah. Satker Direktorat Konservasi dan Taman Nasional laut 2008

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

I. PENDAHULUAN. Luas Taman Nasional. Luas Resort TN Gunung Gede ha ha TN Alas Purwo ha ,67 ha TN Way Kambas 125.

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

Semiloka Peningkatan Partisipasi Publik Dalam Mendorong Penegakan Hukum Yang Sistematis (KPSL-Sumbagut)

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

MENUJU LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN EKOREGION KALIMANTAN YANG BERKUALITAS

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

BRIEF Volume 11 No. 04 Tahun 2017

Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daer

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

Ir. Agus Dermawan, MSi -DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT-

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.65/MEN/2009 TENTANG

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

GUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: G/ s S"/V.23/HK/2017

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

LESTARI PAPER NO. 02 MANAGEMENT EFFECTIVENESS TRACKING TOOLS (METT) SEBAGAI PERANGKAT UNTUK MENILAI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

EKOWISATA DI KAWASAN HUTAN MANGROVE TRITIH CILACAP (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR)

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LESTARI PAPER NO. 01 PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI SECARA KOLABORATIF

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.


PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

Perlindungan Hutan Tropis Berbasis Kearifan Lokal. Inisiatif Hutan Desa di Kabupaten Merangin

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

DIRFKTOKA I JI NDFRAL KONSFRV ASI SIJMBFRDAVA ALAM DAN FKOSISTFM

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

VIII. PENUTUP. 8.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA UNTUK SIKLUS HIBAH 2

LAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA SEMINAR DAN PAMERAN HASIL PENELITIAN DI MANADO. Manado, Oktober 2012

Transkripsi:

i

PEDOMAN IMPLEMENTASI SMART DI KAWASAN KONSERVASI KELOMPOK KERJA SMART Direktorat Kawasan ii Konservasi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem

Judul: Pedoman Implementasi SMART di Kawasan Konservasi Gambar Sampul: WCS Indonesia Program Penulis: Munawar Kholis - Forum HarimauKita/ LESTARI Oktafa Rini Puspita - Wildlife Conservation Society Indonesia Program Donny Gunaryadi - Flora Fauna International/ FKGI Lili Aries Sadikin - Zoological Society London Kelompok Kerja SMART Indonesia Direktorat Kawasan Konservasi, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Penyunting: Rhemawati Wijaya - Wildlife Conservation Society Indonesia Program Buku ini disusun melalui kerjasama lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang bekerja mendukung implementasi SMART di Indonesia terutama WCS, FFI dan ZSL dengan difasilitasi oleh Forum HarimauKita (FHK) yang tergabung di dalam Kelompok Kerja SMART Indonesia yang didukung sepenuhnya oleh Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem - KLHK. Cetakan I: September 2016 iii

PEDOMAN IMPLEMENTASI SMART DI KAWASAN KONSERVASI KELOMPOK KERJA SMART Direktorat Kawasan Konservasi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem 2016 iv

Kata Pengantar K AWASAN KONSERVASI baik Taman Nasional maupun kawasan konservsi lainnya yang dikelola oleh BKSDA dan KPH memerlukan sistem pengelolaan data yang baik, guna mengukur serta meningkatkan kinerja pengelolaan dalam mencapai tujuan-tujuan pengelolaan. SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool) merupakan sistem pengelolaan data kegiatan lapangan yang mulai dipergunakan di Indonesia sejak 2011. Dokumen ini menjelaskan secara singkat prakondisi untuk menjalankan SMART bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang belum memiliki sistem pengelolaan basis data. Dengan adanya panduan ini diharapkan dapat memberikan penjelasan secara ringkas bagi pimpinan UPT yang belum memiliki Sistem Informasi Manajemen (SIM) untuk menjalankan SMART dengan ketersediaan sumber daya yang terbatas melalui implementasi bertahap. SMART dengan dilengkapi Cybertracker memberikan kemudahan bagi tim lapangan dalam mengambil data dan proses input data ke dalam komputer. Sistem SMART menghasilkan basis data yang terintegrasi mulai dari tingkat tapak/ lapangan hingga pusat. SMART diproyeksikan dapat mengelola data keseluruhan di dalam UPT Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) serta terhubung dengan sistem terpusat yang dikelola Direktorat Kawasan Konservasi (Dir. KK). Kegiatan-kegiatan pengelolaan di dalam UPT sangat beranekaragam, dalam perkembangannya SMART dapat mengakomodir berbagai informasi kegiatan tersebut mulai dari v

inventarisasi, penyuluhan, patroli, pemantauan jasa lingkungan, dan lainnya. Indonesia memiliki kawasan konservasi yang sangat luas dan berada di berbagai eco-region, untuk mempermudah pengelolaan didasarkan pada kekhasan wilayah geografis serta jenis-jenis keanekaragaman hayati yang juga berbeda. Kawasan konservasi di Indonesia dibagi mnjadi enam region data SMART yang terdiri dari region Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Sunda Kecil dan Papua. Kunci keberhasilan pengelolaan data SMART terletak pada visi pimpinan bahwa data sangat diperlukan untuk menunjang monitoring efektivitas pengelolaan kawasan dan strategi pengelolaan yang adaptif. Buku ini beserta dengan 4 buku lainnya menjadi satu kesatuan informasi yang diperlukan dalam menjalankan SMART antara lain: 1. Pedoman implementasi SMART di kawasan konservasi (buku ini). 2. Panduan teknis kegiatan berbasis SMART 3. Modul ajar operator data SMART 4. Struktur data SMART dan penjelasannya (Datamodel Glossary) 5. Buku saku lapangan dan tallysheet. Dengan disusunnya buku SMART beserta dokumen-dokumen pendukung lainnya, kami berharap agar UPT dapat memahami dan mengembangkan sistem informasi dengan baik, terutama UPT yang belum memiliki sistem informasi. Harapannya, efektivitas pengelolaan kawasan dapat ditingkatkan. Jakarta, September 2016 Kelompok Kerja SMART Indonesia vi

Daftar Isi Kata Pengantar...v Daftar Isi... vii Daftar Singkatan... viii Perkembangan SMART di Indonesia... 2 Kelompok Kerja SMART... 3 Tahapan Implementasi SMART... 5 TAHAP 1: PRAKONDISI... 5 1. Ketersediaan perangkat pengelolaan data... 5 2. Mekanisme Evaluasi dan Pelaporan... 6 3. Instruksi kepala UPT melalui Surat Keputusan (SK)... 8 4. Ketersediaan staf pengelola data... 8 Khusus: Pengelolaan data SMART pada KPH... 12 5. Perangkat koleksi data... 13 TAHAP 2: PENINGKATAN KAPASITAS OPERATOR DAN TIM LAPANGAN... 14 TAHAP 3: PENINGKATAN SISTEM DATA DAN INFORMASI... 18 F.A.Q Frequently Asked Questions... 22 Penutup... 24 Lampiran... 25 Contoh SK Operator Data SMART (BB-TNBBS)... 25 Contoh SK Mekanisme Teknis Patroli (BB-TNGL)... 27 Contoh SK Alur Data (BB-TNGL)... 30 vii

Daftar Singkatan BB : Balai Besar BPTN : Bidang Pengelolaan Taman Nasional FFI FHK GPS KPH MISt SIG : Fauna Flora International : Forum HarimauKita : Global Positioning System : Kesatuan Pengelolaan Hutan : Management Information System : Sistem Informasi Geografis SMART: Spatial Monitoring And Reporting Tool SPTN : Seksi Pengelolaan Taman Nasional TN : Taman Nasional TNBBS : Taman Nasional Bukit Barisan Selatan TNGL : Taman Nasional Gunung Leuser UPT ZSL WCS : Unit Pelaksana Teknis : Zoological Society of London : Wildlife Conservation Society viii

Pendahuluan Unit Pelaksana Teknis (UPT) memiliki mandat untuk melaksanakan pengelolaan kawasan sesuai dengan Rencana Strategis KSDAE yang dijabarkan melalui Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) maupun Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn). Pengelolaan data dan memperbarui data kondisi kawasan merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan kawasan, karena dengan sistem monitoring dan basis data yang baik dapat menjadi refleksi dan memberikan masukan dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan. Menjalankan pengelolaan data merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan kawasan meskipun saat ini belum semua kawasan memiliki sistematika yang baku. Pengelola yang belum memiliki sistem pengelolaan data yang sistemik bukan berarti tidak melaksanakan pengelolaan dengan benar, hanya saja hasil kegiatan terutama informasi spasial tidak terkelola dengan optimal dan tidak dengan cepat memberikan informasi yang cukup dalam mengambil kebijakan yang tepat pada saat diperlukan. Untuk melakukan pengelolaan data, saat ini telah dikembangkan sistem basis data SMART (Spatial Monitoring And Reporting Tool) yang relatif mudah untuk dipergunakan dan direkomendasikan sebagai salah satu skema dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan. Diagram Siklus Management Adaptif Strategi dan Perencanaan Program Evaluasi Kegiatan Lapangan Data Manajemen, Pemetaan Analisis, Pemetaan Sebanyak apapun informasi tidak akan banyak berguna bagi pengelolaan apabila tidak ada sistem di dalam pengelolaan yang memanfaatkan informasi tersebut 1

Siklus pengelolaan kawasan konservasi memerlukan basis data yang kuat mulai dari perencanaan kegiatan lapangan hingga menyusun strategi pengelolaan yang adaptif. Konsistensi dalam menjalankan sistem serta menempatkan informasi sebagai bagian integral yang mendukung tujuan pengelolaan akan sangat membantu dalam merumuskan strategi pengelolaan kawasan. Perkembangan SMART di Indonesia Kawasan konservasi di Indonesia kurang lebih seluas 27 juta hektar. Pada tahun 2010, Wildlife Conservation Society menginisiasi sistem pengelolaan data patroli yang disebut MISt (Management Information System) yang diujicobakan di Taman Nasional Gunung Leuser. Sistem ini dirasakan cukup baik namun masih memiliki kendala dalam visualisasi hasil maupun kueri (query) yang kurang ramah bagi pengguna yang masih pemula. Pada tahun 2012 beberapa lembaga internasional bekerjasama untuk menyempurnakan MISt dengan mengembangkan SMART sekaligus dengan tools untuk mentrasfer data yang telah disimpan di dalam MISt ke dalam SMART. Pada tahun 2013, beberapa lembaga yang bekerjasama dengan UPT seperti WCS (di TN Gunung Leuser dan TN Bukit Barisan Selatan), FFI (di Ulu Masen dan TN Kerinci-Seblat) dan ZSL (di TN Berbak Sembilang) mulai mengembangkan SMART dengan didukung Forum HarimauKita (FHK) yang memfasilitasi penyusunan standarisasi modul pelatihan maupun penyusunan hal-hal teknis lain yang diperlukan dalam implementasi SMART secara komprehensif. Pada tahun 2014 dan 2016, implementasi SMART semakin meluas di Sumatera hingga beberapa wilayah di luar Sumatera, seperti TN Way Kambas dan TN Bogani Nani Wartabone yang didampingi oleh WCS; SM Rimbang Baling oleh WWF; dan BKSDA Sumatera Selatan oleh ZSL. Cagar Alam Cycloop di Papua, TN Sebangau, TN Bukit Baka Bukit Raya dan TN Lorentz didampingi melalui program USAID-Lestari. FFI mengembangkan SMART untuk wilayah kelola Hutan Desa di Wilayah Merangin Jambi dan Ketapang Kalimantan Barat sebagai alat 2

monitoring pengelolaan hutan maupun keanekaragaman hayati di dalamnya. Kelompok Kerja SMART Kelompok Kerja (POKJA) Implementasi SMART dibangun melalui kerjasama berbagai pihak termasuk di dalamnya KLHK, LSM maupun perseorangan yang telah berkolaborasi dengan diinisiasi oleh Forum HarimauKita pada tahun 2013. Direktorat Kawasan Konservasi menerbitkan Surat Keputusan Nomor 220/KSDAE/SET/KSA.1/7/2016 tentang Pembentukan Kelompok Kerja SMART (Spatial Monitoring And Reporting Tool) untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi. Saat ini tim POKJA mengembangkan seluruh dokumen yang diperlukan untuk mendukung implementasi SMART di seluruh kawasan konservasi di Indonesia. 3

4

Untuk mendapatkan dokumen selengkapnya, silahkan menghubungi Pokja SMART. Wenda Yandra Kumara (Direktorat Kawasan Konservasi, KSDAE) Email: wendayk@gmail.com Munawar Kholis (LESTARI USAID) Email: kholis.munawar@gmail.com Oktafa Rini Puspita (WCS- Indonesia Program) Email: opuspita@wcs.org