TIGER BULETIN EDISI PERDANA. Media Informasi Proyek Sumatran Tiger.
|
|
- Hadi Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EDISI PERDANA BULETIN TIGER Media Informasi Proyek Sumatran Tiger NASIONAL PMU Selenggarakan Pelatihan Penyegaran METT TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN Sumatran Tiger Dukung Kemah Konservasi TAMAN NASIONAL BERBAK SEMBILANG Tiger Dukung Pengembangan Sistem SMART di TNBS TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT Tiger Fasilitasi Pertemuan TNKS dengan 4 Polda TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER Polda Aceh Tandatangani MoU dengan TNGL 1
2 PRoyek sumatran tiger Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Priority Sumatran Landscapes (Sumatran Tiger) adalah proyek kerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan United Nations Development Programme (UNDP) dengan hibah dari Global Environment Facilities (GEF). Proyek ini bertujuan meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati di bentang alam prioritas Sumatera, menggunakan indikator pelestarian dan pemulihan habitat harimau sebagai indikator kesuksesannya, melalui adopsi praktik-praktik pengelolaan terbaik di wilayah konservasi dan wilayah budidaya di sekitarnya. Proyek ini berdurasi lima tahun ( ) dan fokus pada empat bentang alam yaitu Gunung Leuser, Kerinci Seblat, Berbak-Sembilang dan Bukit Barisan Selatan. Unit manajemen proyek KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Gd. Manggala Wanabakti, Blok 1, Lt.15, Ruang B7 Jl. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta, Telp/ Fax. : info@sumatrantiger.id 2
3 NASIONAL PELATIHAN PENYEGaRAN METT Guna meningkatkan efektivitas manajemen taman nasional, unit pengelola proyek Sumatran Tiger melakukan pelatihan penyegaran untuk kelompok fasilitator METT (Management Effectiveness Tracking Tools) yang telah dibentuk melalui SK Direktur Kawasan Konservasi Nomor SK.27/KK/ PPKK.1/5/2016. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Resort Jambul Luwuk - Bogor selama 4 hari pada bulan Maret Kelompok fasilitator ini telah dipersiapkan sejak tahun 2015 untuk mendukung kebiijakan KSDAE dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi menggunakan sistem METT. Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem bersama mitra menghadirkan Vice Chair World Commission on Protected Area (WCPA) yang sekaligus merupakan salah satu author METT, Prof Marc Hocking dari Queensland University. Selain pelatihan penyegaran, para fasilitator METT sekaligus membahas perbaikan Panduan Penilaian Efektivitas Kawasan Konservasi di Indonesia (Indonesia s tailored METT) yang akan digunakan secara luas di Indonesia. Pelatihan ini dihadiri sekitar 30 orang yang merupakan fasilitator yang pernah dilatih sebelumnya, yang berasal baik dari Ditjen KSDAE; Mitra LSM (FFI; WCS; FHK); perguruan tinggi (IPB; Universitas Andalas; Universitas Gorontalo; Universitas Papua); dan proyek lainnya (GIZ Forclime; USAID Lestari).@SumatranTigerID 3
4 NASIONAL INCEPTION WORKSHOP BERLANGSUNG SUKSES Salah satu milestone Proyek Sumatran Tiger di kuartal pertama adalah penyelenggaraan Inception Workshop yang dilaksanakan pada tanggal Februari Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk memperkenalkan proyek kepada semua pemangku kepentingan sehingga muncul rasa memiliki dan turut bertanggung jawab dalam mencapai tujuan proyek. Selain itu pertemuan bertujuan melihat kembali dan mendiskusikan kerangka logis (logical framework) proyek serta mengusulkan perubahanperubahan yang diperlukan akibat adanya perbedaan kondisi terkini dengan kondisi saat penyusunan dokumen proyek. Inception workshop diawali dengan kick off proyek yang dilakukan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem mewakili pemerintah. Hadir dalam acara ini sejumlah lembaga pemerintah, mitra LSM, perguruan tinggi, media massa dan perwakilan UNDP Regional Office Bangkok. Tidak terdapat usulan perubahan pada logical framework proyek, namun ada penambahan informasi mengenai kondisi terkini capaiancapaian indikator proyek. Penambahan informasi ini diharapkan bisa membantu monitoring dan evaluasi keberhasilan proyek saat mid-term review. Penambahan informasi kondisi terkini ini terjadi karena ada jarak waktu yang cukup signifikan saat proyek disusun pada tahun 2012 hingga disahkan pada tahun Secara khusus laporan inception workshop disajikan tersendiri sesuai dengan mekanisme yang 4
5 NASIONAL NASIONAL Proyek Terbitkan 3 Panduan SMART-RBM Guna mendukung upaya konservasi harimau dan satwa liar lainnya, Proyek Sumatran Tiger bekerja sama dengan berbagai pihak telah menerbitkan 3 panduan SMART-RBM. Ketiga panduan SMART-RBM tersebut mencakup Pedoman Implementasi SMART-RBM, Modul Aplikasi SMART-RBM dan Penjelasan Istilah dan Struktur Data SMART-RBM yang berfungsi untuk membantu pelaksanaan patroli di Taman Nasional. Kegiatan patroli tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengamanan area-area kunci yang menjadi habitat harimau. Area-area kunci ini tidak hanya di lokasi proyek Sumatran Tiger yaitu di Taman Nasional Berbak Sembilang, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Gunung Leuser, namun juga di wilayahwilayah habitat harimau sumatera yang lain. Ketiga buku panduan SMART-RBM ini dapat diunduh secara langsung dari situs Sumatran Tiger (www. sumatrantiger.id). Klik judul masingmasing publikasi untuk mengunduh 5
6 NASIONAL Indonesia Peringati Global Tiger Day 2017 Hari Harimau Dunia atau Global Tiger Day diperingati secara serentak di seluruh dunia setiap tanggal 29 Juli. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap konservasi harimau. Peringatan setiap tanggal 29 Juli ini disepakati dalam Tiger Summit yang dilaksanakan di Saint Petersburg, Rusia pada tahun 2010 dilandasi kondisi populasi harimau yang mendekati kepunahan. Indonesia telah memperingati GTD sejak tahun 2013 melibatkan lembagalembaga penggiat konservasi yang berkomitmen membantu pelestarian satwa kharismatik ini. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 45 tahun 2007 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera (STRAKOHAS), peringatan Global Tiger Day bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat terhadap upaya konservasi harimau baik secara nasional maupun pada tataran global. 6 Tahun ini perayaan Global Tiger Day berhasil menjangkau ribuan orang dari ujung Pulau Sumatera hingga Pulau Jawa. Lebih dari sepuluh kota yakni Banda Aceh, Medan, Padang, Bengkulu, Pekanbaru, Palembang, Jambi, Sungai Penuh, Bukti Tigapuluh, Kampar, Bandar Lampung, Purwokerto, dan Jakarta bergabung menyelenggarakan peringatan GTD dengan mengusung tema Time for Tigers (#Time4Tigers). Puncak acara Global Tiger Day di Jambi diwarnai oleh aksi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, memusnahkan barang bukti hasil operasi penegakan hukum tumbuhan satwa liar. Barang bukti yang berhasil dimusnahkan berupa kulit harimau sumatera, taksidermi (offset) harimau sumatera, taksidermi kepala berbagai jenis rusa dan satwa lainnya serta tulang belulang harimau
7 BENTANG ALAM BUKIT BARISAN SELATAN Sumatran Tiger Dukung Kemah Konservasi Proyek Sumatran Tiger di Bukit Barisan Selatan bersama mitra lembaga swadaya masyarakat dan instansi terkait lainnya bahu membahu mendukung pelaksanaan Kemah Konservasi pada tanggal 31 Maret sampai 2 April 2017 di Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Kemah Konservasi ini bertujuan untuk meningkatkan rasa cinta terhadap aksi konservasi terutama aksi pelestarian harimau sumatera. Kemah ini juga menjadi media pendidikan lingkungan. Dalam kemah ini dikampanyekan upaya pelestarian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk menjadi habitat terbaik harimau sumatera di dunia. Sebanyak 328 kader konservasi turut serta dalam acara yang dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ibu Siti Nurbaya. Kemah Konservasi kali ini bersamaan dengan Hari Bhakti Rimbawan ke-34 serta merayakan Hari Hutan Internasional sebagai momentum penyadartahuan hutan sebagai bagian penting bagi 7
8 bukit barisan selatan Tiger dan TNBBS Inisiasi Patroli Harimau Proyek Sumatran Tiger di Bukit Barisan Selatan dan tim Polisi Kehutanan Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan melaksanakan patroli bersama perdana pada Mei dan Juni Patroli ini dilaksanakan di tiga tempat yang menjadi habitat harimau sumatera yaitu Merbak dan Sekincau di Lampung Barat serta Merpas di wilayah Bintuhan, Bengkulu Selatan. Sebanyak 3 tim dimana masingmasing tim beranggotakan 3 orang yang terdiri dari polisi hutan dan masyarakat mitra polisi (MMP), turut serta dalam kegiatan patroli selama 7 hari ini. Tim patroli berupaya memantau penyebaran populasi satwa dan aktivitas manusia. Mereka juga memetakan distribusi ancaman, kehidupan liar dan kerusakan kawasan hutan. 8 Tim patroli berupaya meningkatkan kesadaran hukum masyarakat tentang perlunya menjaga kelestarian hutan, melakukan pendataan atau pembuatan peta kerawanan hutan, serta berupaya menyelesaikan kasus-kasus bidang kehutanan. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah tiger conservation landscape, bentang alam yang diperuntukkan bagi kelestarian harimau
9 BENTANG ALAM BERBAK SEMBILANG Tiger Dukung Pengembangan sistem SMART di TNBS Proyek Sumatran Tiger mengalokasikan perangkat komputer yang akan dipakai untuk pangkalan data SMART. Peralatan komputer yang disediakan adalah: 4 buah komputer dilengkapi dengan UPS, 4 unit printer laser jet, 4 unit wi-fi portabel dan 1 unit scanner ADF (Automatic Document Feeder). Dengan tersedianya peralatan komputer database SMART, data kegiatan patroli dapat direkam secara baik sehingga kegiatan patroli dapat dipantau dan dianalisis untuk perencanaan dan peningkatan patroli. Tersedianya peralatan komputer untuk pusat data SMART merupakan tahap awal untuk membangun sistem SMART di Taman Nasional Berbak Sembilang (TNBS). TNBS akan menetapkan personil yang menjadi operator SMART melalui surat keputusan kepala balai. Selanjutnya akan dilakukan pelatihan operator SMART oleh mitra Organisasi Internasional Non Pemerintah yaitu Zoological Society of London (ZSL). Penyerahan komputer akan dilakukan setelah pelatihan penerapan SMART pada Agustus ini. Dalam rangka membangun sistem SMART, proyek juga mendukung kegiatan patroli pengamanan hutan berbasis SMART oleh Balai TNBS. Sebelum pelaksanaan patroli 9
10 berbak sembilang dilakukan briefing persiapan patroli dengan narasumber ZSL. Dalam rapat persiapan tersebut ZSL memaparkan teknik pelaksanaan patroli berbasis SMART guna mengoptimalkan dukungan dari proyek. Kegiatan Patroli berbasis SMART yang selama ini dilaksanakan adalah patroli TPPU (Tiger Protection Patrol Unit) yang dikelola oleh ZSL dengan melibatkan beberapa petugas Polhut TNBS. Sebelumnya Proyek Sumatran Tiger juga telah mengadakan pertemuan sosialisasi dengan pihak terkait di TN Berbak-Sembilang guna memberikan informasi mengenai proyek Sumatran Tiger. Pertemuan yang dilaksanakan sepanjang bulan Maret 2017 ini bertujuan untuk membangun komunikasi dan penyamaan persepsi tentang proyek sekaligus sebagai prakondisi implementasi kegiatan proyek. Dalam pertemuan ini pihak-pihak yang hadir memberikan perhatian dan dukungan terhadap penerapan SMART-RBM (SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool - Resort Based Management) di TNBS. Penerapan SMART-RBM sangat penting mengingat SMART-RBM adalah salah satu alat utama dalam pengelolaan kawasan konservasi dan merupakan pintu masuk pencapaian target-target proyek Sumatran Tiger. Pertemuan ini menyimpulkan, peningkatan kapasitas dan jumlah SDM TNBS sangat dibutuhkan khususnya untuk penerapan SMART-RBM melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas personel. Untuk itu sarana dan prasarana untuk penerapan SMART-RBM TNBS perlu dicukupi dan dilengkapi sesuai dengan kebutuhan. Pelibatan aktif instansi terkait (Dinas Kehutanan Propinsi Jambi, BKSDA Jambi, Balai PPHKL wilayah Sumatera) menjadi syarat dalam kegiatan proyek Sumatran Tiger, mempertimbangkan instansi-instansi tersebut adalah p en eri ma ma nfa at d a ri p 10
11 berbak sembilang TNBS laksanakan sosialisasi mett Proyek Sumatran Tiger bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi menyelenggarakan Sosialisasi dan Pelatihan Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi menggunakan METT (Management Effectiveness Tracking Tools) pada Mei 2017, di Hotel Abadi Suite, Jambi. Maksud kegiatan ini adalah agar penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi menggunakan METT di Balai TN Berbak dan Sembilang dan BKSDA Jambi dapat dilakukan dengan baik dan benar, serta menjadikan METT sebagai acuan dalam perencanaan kegiatan dan anggaran. Kegiatan ini juga meningkatkan pengetahuan dan pemahaman staf Balai TN Berbak dan Sembilang dan Balai KSDA Jambi dalam pelaksanaan monitoring efektivitas pengelolaan kawasan konservasi menggunakan METT. Sebanyak total 26 peserta dengan rincian 22 orang dari Balai TN Berbak dan Sembilang, 4 orang dari BKSDA Jambi ikut serta dalam sosialisasi dan pelatihan ini. Peserta terdiri dari pejabat struktural (4 orang), staf administrasi (3 orang), tenaga fungsional PEH dan Penyuluh (15 orang), Polhut (2 orang) dan tenaga Bakti Rimbawan (2 orang). Materi dalam pelatihan ini mencakup: pengenalan METT sebagai alat pemantau efektivitas pengelolaan (kuisioner 1, 2, dan 3), strategi implementasi pencapaian IKK peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi, dan perancangan serta proses penilaian METT. 11
12 berbak sembilang Hasil penilaian METT Balai TN Berbak dan Sembilang direncanakan pada Juli 2017, akan difasilitasi oleh ZSL. TN Berbak dan Sembilang membentuk Tim Internal penilai METT melalui surat keputusan kepala balai dan mempersiapkan bahan/dokumen yang diperlukan dalam penilaian. Hasil penilaian METT akan dijadikan acuan dalam perencanaan kegiatan dan anggaran Balai TN Berbak dan Sembilang untuk meningatkan nilai METT pada penilaian Tiger dan TNBS Siapkan Pemasangan Kamera JEBAKAN Proyek Sumatran Tiger menfasilitasi rapat teknis persiapan pemasangan kamera jebakan atau camera trap oleh Balai TNBS (dibiayai DIPA Balai TNBS), dengan narasumber dari ZSL. Rapat teknis ini bertujuan membekali staf Balai Taman Nasional Berbak Sembilang dengan kemampuan teknis yang memadai untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam acara ini fasilitator ZSL, Yoan Dinata memberikan panduan teknis mengenai cara pemasangan dan cara mengoperasikan camera trap. Tim Balai TNBS yang mengikuti acara ini terdiri dari 3 tim. Setiap tim akan didampingi oleh 1 personel ZSL untuk memasang camera trap di 4 titik secara berpasangan (dengan total 8 kamera pengintai per 12
13 BENTANG ALAM KERINCI SEBLAT tiger fasilitasi pertemuan tnks dengan 4 polda Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2017 di Hotel Abadi Suite Tower Kota Jambi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk finalisasi pembentukan tim kelompok kerja (Pokja) dan penyusunan perencanaan kerja sebagai implementasi setelah ditandatanganinya Nota Kesepahaman Antara Balai Besar TNKS dengan Kepolisian Daerah Sumatera Selatan, Kepolisian Daerah Sumatera Barat, Kepolisian Daerah Jambi dan Kepolisian Daerah Bengkulu, yang menggunakan sumber dana proyek lain. Pada bagian akhir acara tersebut dilakukan penandatanganan bersama oleh perwakilan peserta rapat sebanyak 12 orang dan sekaligus menjadi anggota Pokja Pengamanan dan Perlindungan Kawasan TNKS. Menurut Ir. M. Arief Toengkagie selaku kepala balai besar TNKS, pengamanan kawasan taman nasional sebagai habitat satwa liar, penegakan hukum kasus kejahatan tumbuhan dan satwa liar dilindungi, pelestarian biodiversity khususnya harimau sumatera di dalam dan sekitar kawasan TNKS dapat dilakukan dengan memperkuat hubungan kemitraan dengan multistakeholder. Aktivitas ini dilaksanakan berdasarkan Nota Kesepahaman Antara Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat Dengan Kepolisian Daerah Sumatera Selatan, Kepolisian Daerah Sumatera Barat, Kepolisian Daerah Jambi dan Kepolisian Daerah Bengkulu tentang Penguatan Fungsi Kawasan Berupa Pengamanan dan Perlindungan Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat dan sekitarnya, yang ditandatangani pada hari Selasa tanggal 14 Maret 2017 di Jakarta. 13
14 Nota kesepahaman ini kemudian telah ditindaklanjuti dengan pembahasan tim kelompok kerja (pokja) dan perencanaan kerja di tingkat bidang wilayah Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat dengan Kepolisian Resort di Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, dengan Kepolisian Resort di Provinsi Jambi, serta dengan Kepolisian Resort di Provinsi Sumatera Barat, yang masing-masing telah terlaksana pada tanggal 15, 17 dan 19 Mei 2017 di Bengkulu, Sarolangun dan Padang. Kegiatan tersebut dilaksanakan menggunakan sumber dana dari proyek lain. Proyek Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Sumatera Priority Landscape bertujuan mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati di bentang alam TNKS. Melalui kegiatan fasilitasi ini diharapkan kasus perburuan dan perdagangan harimau sumatera di Taman Nasional Kerinci Seblat dan sekitarnya dapat ditekan, sehingga populasi harimau dapat terjaga bahkan mengalami peningkatan jumlah. Selain itu, jumlah kasus kejahatan tumbuhan dan satwa liar yang diproses hingga pengadilan diharapkan meningkat. Dalam pertemuan ini berhasil dibentuk tim Pokja (kelompok kerja) sebagai wadah untuk membangun komunikasi, koordinasi dan sinergitas antar Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS) dengan 4 Polda dalam pelaksanaan Program kerja Pengamanan dan Perlindungan Kawasan TNKS serta tersusunnya rencana pelaksanaan program kerja bersama. Program kerja tersebut berupa: Pertukaran database Tipihut (Tindak Pidana Kehutanan) dan pertukaran Informasi hasil pelaksanaan patroli di masingmasing instansi yang berkaitan dengan pengamanan dan perlindungan kawasan TNKS. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalui pelatihan GIS bagi personil kepolisian; pelatihan investigasi dan penanganan perkara Tipihut bagi Polhut; pelatihan Dalkarhut; pelatihan/pengenalan mengenai peredaran/perdagangan illegal TSL dan bagian- bagiannya bagi kepolisian; pelatihan/pengenalan TNKS kepada Babinkamtibmas yang ada di sekitar kawasan TNKS. Pengamanan dan perlindungan kawasan melalui kegiatan preemptive dan preventive, yaitu patroli pengamanan hutan; patroli pencegahan Karhutla; pembuatan papan informasi dan papan larangan; membantu BBTNKS dalam mengungkap perburan dan peredaran TSL; penanganan konflik satwa liar dan manusia; pembinaan kemitraan pengamanan hutan. Pelaksanaan sosialisasi mengenai pengelolaan TNKS; peraturan perundang-undangan terkait; penanganan konflik satwa liar; dan pencegahan Karhutla oleh BBTNKS; serta sosialisasi kesadaran hukum yang diselenggarakan oleh 14
15 kerinci seblat proyek dukung patroli sapu jerat di tnks Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) terletak di empat provinsi (Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan) menghadapi tekanan atau gangguan dari berbagai arah penjuru. Gangguan/kerusakan ekosistem hutan disebabkan oleh berbagai kegiatan seperti pembukaan hutan untuk lahan pertanian masyarakat, penebangan liar, perburuan satwa liar, penambangan illegal, dan pembukaan jalan baru. Guna menekan perburuan liar dan kegiatan ilegal yang lain, Proyek Sumatran Tiger mendukung patroli sapu jerat bersama tim Polisi Kehutanan dan Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan TNKS, serta Tim Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS). Patroli kali ini terfokus pada pengambilan jerat harimau sumatera dan satwa mangsa, pendokumentasian dan pencatatan data temuan perjumpaan langsung maupun tidak langsung (indikator) keberadaan satwa, serta ancaman terhadap kerusakan kawasan TNKS. Umumnya jerat yang dipasang oleh pemburu dapat menyasar binatang apa saja yang melintas di atas jerat tersebut. Patroli sapu jerat harimau dan satwa mangsa di kawasan TNKS dilaksanakan pada bulan Juni Masing-masing 15
16 kerinci seblat lokasi memiliki waktu pelaksanaan sebanyak 7 hari kerja di 3 lokasi yang berbeda, yaitu: Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah VI Bengkulu Resort Bengkulu Utara Mukomuko (4-10 Juni 2017); SPTN Wilayah I Jambi Resort Kerinci Utara (11-17 Juni 2017); dan SPTN Wilayah IV Solok Selatan Resort Sungai Lambai (15-21 Juni 2017). Patroli ini juga dilaksanakan untuk menindaklanjuti hasil patroli Tim PHSKS pada bulan April yang menemukan banyak jerat yang masih baru dibuat di sekitar lokasi Ladeh Panjang (SPTN Wilayah I Jambi Resort Kerinci Utara). Patroli sapu jerat ini berjalan dengan lancar. Jumlah kehadiran petugas di lapangan meningkat. Tim tidak menemukan titik perambahan baru. Jumlah kilometer patroli yang dilaksanakan oleh petugas TNKS dengan menggunakan dana proyek ini adalah 56,84 km. Jumlah temuan jerat sebanyak 44 jerat. Aktivitas perburuan terhenti sementara, ditemukannya 2 ekor rusa (mati), dan 2 ekor babi hutan (1 individu masih dalam keadaan hidup) yang terjerat. Diduga pemburu enggan masuk ke kawasan karena 2 bulan sebelumnya juga dilaksanakan patroli rutin oleh tim 16
17 BENTANG ALAM gunung leuser polda aceh tanda tangani mou dengan TNGL Penandatanganan perjanjian Kerjasama (MoU) antara Balai Besar TNGL dan Dit Reskrimsus Polda Aceh, yang digelar di Aula serbaguna lantai 1 Dit Reskrimsus, Banda Aceh, Kamis (03/08/17). Dir Reskrimsus Kombes Pol Armensyah Thay mengatakan penandatangan MoU ini merupakan bukti komitmen pihaknya dalam rangka menyelamatkan Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang notabene 80% berada dalam wilayah hukum Provinsi Aceh. Penandatanganan MoU ini adalah hasil koordinasi antara Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), Proyek Sumatran Tiger bersama POLDA Aceh dalam upaya penegakan hukum terhadap kasus-kasus Tindak Pidana Kehutanan (Tipihut), khususnya terhadap Tipihut kasuskasus Perburuan dan Perdagangan Harimau dan juga satwa liar dilindungi lainnya, yang berasal dari dan sekitar kawasan TNGL di lingkup wilayah hukum POLDA Aceh. Kegiatan kunjungan koordinasi sebelumnya dilakukan pada tanggal 28 April 2017 bertempat di Mapolda Aceh di Banda Aceh. Kegiatan ini dihadiri oleh tim pihak Balai Besar TNGL, yang meliputi Kepala Subbag. Program & Kerjasama, Kepala Subbag. DEPH & Kepala Seksi PPP, dengan 17
18 gunung leuser pendampingan dari RC Sumatran Tiger Project -Bentang Alam Leuser (4 orang). Kegiatan koordinasi ini melibatkan institusi Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) bersama institusi Kepolisian Daerah (POLDA) Aceh. Pihak pendukung lainnya adalah dari Balai Konervasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh dan Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum LHK serta institusi lokal Dinas Lingkungan Hidup & Kehutanan Aceh. Koordinasi ini menghasilkan kesepakatan untuk menindaklanjuti rencana penyusunan dokumen rencana kerja tahunan bagian dari turunan dari MoU antara Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dengan pihak Kepolisian Daerah (POLDA) Aceh terkait dengan peran-peran yang dapat dilakukan oleh pihak kepolisian sesuai dengan aturan perundang-undangan baru u nt u k l i n gku p Kementeri an L 18
19 19
20 20
Siaran Pers Tegaskan komitmen, perberat hukuman dan lindungi harimau sumatera
Siaran Pers Tegaskan komitmen, perberat hukuman dan lindungi harimau sumatera Forum HarimauKita - Jakarta, 30 Juli 2017 Kita tidak mau kehilangan lagi, 30 tahun yang lalu kita kehilangan harimau jawa (Panthera
Lebih terperinciPEDOMAN IMPLEMENTASI SMART DI KAWASAN KONSERVASI
i PEDOMAN IMPLEMENTASI SMART DI KAWASAN KONSERVASI KELOMPOK KERJA SMART Direktorat Kawasan ii Konservasi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Judul: Pedoman Implementasi SMART
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki daerah pembagian wilayah yang
Lebih terperinciTIGER EDISI. Media Informasi Proyek Sumatran Tiger.
EDISI 2 BULETIN TIGER Facebook: @SumatranTigerID Twitter: @SumatranTigerID www.sumatrantiger.id Media Informasi Proyek Sumatran Tiger NASIONAL Indonesia Persiapkan STRAKOHAS 2018-2028 TAMAN NASIONAL BUKIT
Lebih terperinciTENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 02/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan
Lebih terperinciCAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JANUARI DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM
CAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2016 JANUARI 2017 DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Pengantar Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.
13, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
Lebih terperinciPROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MENUJU PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL MANDIRI: PENGELOLAAN BERBASIS RESORT, DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR Bidang Kegiatan : PKM Artikel Ilmiah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/Menhut-II/2014 TENTANG MASYARAKAT MITRA POLISI KEHUTANAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.56/Menhut-II/2014 TENTANG MASYARAKAT MITRA POLISI KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinci2016, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.210, 2016 KEMEN-LHK. Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016
Lebih terperinciPENATAAN KORIDOR RIMBA
PENATAAN KORIDOR RIMBA Disampaikan Oleh: Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Dalam acara Peluncuran Sustainable Rural and Regional Development-Forum Indonesia DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN
Lebih terperinciDaftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013
Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 75 Telp. / Fax ( 0565 ) 23521 Sintang 78611
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS
TROPICAL FOREST CONSERVATION ACTION FOR SUMATERA RENCANA STRATEGIS 2010-2015 A. LATAR BELAKANG Pulau Sumatera merupakan salah kawasan prioritas konservasi keanekaragaman hayati Paparan Sunda dan salah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
Lebih terperinciPANTHERA MERAYAKAN KESUKSESAN ATAS UPAYA KONSERVASI HARIMAU SUMATRA
July 17, 2014 For Immediate Release Contact for Panthera: Susie Weller, (+1) 347-446-9904 // sweller@panthera.org PANTHERA MERAYAKAN KESUKSESAN ATAS UPAYA KONSERVASI HARIMAU SUMATRA Jakarta, Indonesia
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1
KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1 1. PENDAHULUAN Program TFCA- Sumatera merupakan program hibah bagi khususnya LSM dan Perguruan Tinggi di Indonesia
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA UNTUK SIKLUS HIBAH 2
KERANGKA ACUAN EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA UNTUK SIKLUS HIBAH 2 1. PENDAHULUAN Program TFCA- Sumatera merupakan program hibah bagi khususnya LSM dan Perguruan Tinggi di Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2012 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI
Lebih terperinciKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
Lebih terperinciCopyright 2017 Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Pedoman Implementasi SMART di Kawasan Konservasi Copyright 2017 Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Penyunting : Rhemawati Wijaya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
9PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.99/MENLHK/SETJEN/SET.1/12/2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
Lebih terperinciSemiloka Peningkatan Partisipasi Publik Dalam Mendorong Penegakan Hukum Yang Sistematis (KPSL-Sumbagut)
(TOR) Term of Reference Semiloka Peningkatan Partisipasi Publik Dalam Mendorong Penegakan Hukum Yang Sistematis (KPSL-Sumbagut) 1. Latar Belakang Tingginya tingkat perburuan dan perdagangan satwa liar
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR
KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK.142 /Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM
Lebih terperinciWORKSHOP PENGUATAN STRATEGI GERAKAN BERSAMA PEMBERANTASAN PENEBANGAN KAYU SECARA ILLEGAL DAN PEREDARANNYA SERTA PERAMBAHAN HUTAN DI PROVINSI JAMBI
Lampiran 1. Kerangka Acuan WORKSHOP PENGUATAN STRATEGI GERAKAN BERSAMA PEMBERANTASAN PENEBANGAN KAYU SECARA ILLEGAL DAN PEREDARANNYA SERTA PERAMBAHAN HUTAN DI PROVINSI JAMBI I. Latar Belakang Aktifitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau Kalimantan dan Papua, Hutan Sumatera mengalami kerusakan yang cukup tinggi. Sejak Tahun
Lebih terperinciSASARAN DIKLAT DAN PERSYARATAN CALON PESERTA DIKLAT BALAI DIKLAT KEHUTANAN KUPANG TAHUN 2016
Lampiran 2 : Surat Kepala Balai Diklat Kehutanan Kupang Nomor : S.23 /BDK-2/2016 Tanggal : 13 Januari 2016 SASARAN DIKLAT DAN PERSYARATAN CALON PESERTA DIKLAT BALAI DIKLAT KEHUTANAN KUPANG TAHUN 2016 No
Lebih terperinci2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.204, 2016 KEMEN-LHK. UPT Taman Nasional. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.7/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016 TENTANG
Lebih terperinciKAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi
Lebih terperinciSEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lantai 8, Jalan Gatot Subroto Jakarta
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Resort Sukaraja SPTN Wilayah I Sukaraja dan Resort
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Resort Sukaraja SPTN Wilayah I Sukaraja dan Resort Biha SPTN Wilayah II Bengkunat, BPTN I Semaka, Taman Nasional Bukit
Lebih terperinciASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN
1 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PERESMIAN PROGRAM MECU (MOBILE EDUCATION CONSERVATION UNIT) DAN PENYERAHAN SATWA DI DEALER FORD ROXY MAS HARI JUMAT TANGGAL 11 MARET
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman
1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, termasuk tingkat endemisme yang tinggi. Tingkat endemisme
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1938, 2017 KEMEN-LHK. Penugasan bidang LHK kepada 33 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.66/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017
Lebih terperinciPERHUTANI NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) KEHUTANAN NEGARA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
7M PERHUTANI NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) KEHUTANAN NEGARA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor : 045/S3/P ir/2012 Nom or: B /2 9 /V I/2 0 1 2 TENTANG PENGAMANAN HUTAN D
Lebih terperinciStrengthening Community-Based Forest and Watershed Management (SCBFWM) Project in Indonesia
Strengthening Community-Based Forest and Watershed Management (SCBFWM) Project in Indonesia Indonesia Kementerian Kehutanan bekerjasama dengan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia sedang
Lebih terperinciGUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: G/ s S"/V.23/HK/2017
GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: G/ s S"/V.23/HK/2017 TENTANG PEMBENTUKAN TIM SOSIALISASI PERATURAN BIDANG KEHUTANAN DAN INVENTARISASI KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SALAK REGISTER 38 KABUPATEN
Lebih terperinciKonservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &
Judul Pelaksana Fokus Area Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & CFES) Mitigasi Berbasis Lahan
Lebih terperinci2016, No dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Pedoman Kerja
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.167, 2016 KEMEN-LHK. Kerja Sama. Dalam Negeri. Pedoman. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.78/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG
Draft 10 vember 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG
Lebih terperinciKERTAS POSISI TENTANG PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI DAN KAWASAN HUTAN LINDUNG. No: 003/KP/PPH/XII/2017
KERTAS POSISI TENTANG PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI DAN KAWASAN HUTAN LINDUNG No: 003/KP/PPH/XII/2017 A. Latar Belakang : Tantangan dan Permasalahan Bahwa ancaman
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG
Draft 10 November 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG
Lebih terperinciDesa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Desa Hijau Untuk Indonesia Hijau dan Sehat Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Lebih terperinciPENGELOLAAN BERSAMA TAMAN NASIONAL TESSO NILO
PENGELOLAAN BERSAMA TAMAN NASIONAL TESSO NILO Oleh: Sri Mariati Expansion Protected Areas Module Leader WWF Indonesia-Riau Conservation Program Outline 1. Latar Belakang Pembentukan 2. Proses Pembentukan
Lebih terperinciGUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS KEHUTANAN ACEH GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Perlindungan. Pengelolaan. LHK. Peran. Masyarakat. Pelaku Usaha. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1889, 2015 KEMEN-LHK. Perlindungan. Pengelolaan. LHK. Peran. Masyarakat. Pelaku Usaha. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 60/Menlhk-Setjen/2015
Lebih terperinci2016, No Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
No.209, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengendalian Peruabahn Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang
No.211, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.13/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR
KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 262 /Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA 1 LAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA
LAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA 1 LAPORAN LENGKAP PROGRAM KOLABORASI LANDSKAP ACEH TENGGARA PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN Kawasan Habitat Orangutan Hutan Melalui Pengembangan Kawasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor kepuasan kerja dijelaskan oleh Umam (2010) bahwa terdapat dua indikator yaitu adanya ciri-ciri instrinsik dan ekstrinsik dari suatu pekerjaan yang menentukan
Lebih terperinci2017, No Peraturan Menteri; d. bahwa dalam rangka optimalisasi penanganan barang bukti tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan perlu diatu
No.642, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Penanganan Barang Bukti Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor
Lebih terperinciSMP NEGERI 3 MENGGALA
SMP NEGERI 3 MENGGALA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. Untuk Kalangan Sendiri
Lebih terperinciPembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015
Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk
Lebih terperinciPenyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera
Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera 1 2 3 Pendahuluan (Sistem Perencanaan Tata Ruang - Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera) Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data-data yang diperoleh dalam bab ini didapat melalui beberapa metode seperti yang dijabarkan sebagai berikut : Data Sumatif : Berasal dari survey dan artikel internet
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.35/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PADA KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia Secara fisik, karakteristik taman nasional digambarkan sebagai kawasan yang luas, relatif tidak terganggu, mempunyai nilai alam yang menonjol,
Lebih terperinci-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2017 KEMEN-LHK. Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran. Perusakan Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Hutan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
Lebih terperinciMenyelamatkan Daerah Aliran Sungai (DAS): Saatnya Bertindak Sekarang
Konferensi Pers dan Rumusan Hasil Workshop 21 Juli 2009 Menyelamatkan Daerah Aliran Sungai (DAS): Saatnya Bertindak Sekarang Jakarta. Pada tanggal 21 Juli 2009, Departemen Kehutanan didukung oleh USAID
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam termasuk cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, dan taman
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin
PENDAHULUAN Latar Belakang Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin telah turut menyumbang pada perdagangan ilegal satwa liar dengan tanpa sadar turut membeli barang-barang
Lebih terperinciPeta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera
Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.15/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGAMANAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.16/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciLaporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar
Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias
Lebih terperinciUSULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN Dasar Hukum Lingkungan Hidup UU No. 32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No. 18/2008: Pengelolaan Sampah PP turunannnya Kehutanan UU No. 41/1999: Kehutanan
Lebih terperinciSUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG
KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346 Pos Elektronik ditjenpsdkp@kkp.goid
Lebih terperinciLAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH
LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI MARET 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan
Lebih terperinciPENGANTAR. Jakarta, 29 Agustus 2016 KEPALA BADAN, Dr. Ir. Bambang Soepijanto, MM NIP
PENGANTAR Setiap pengambil kebijakan dituntut untuk dapat menyusun langkah pencapaian yang strategis untuk dapat mendukung terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Sebagai konsekuensi akibat adanya perubahan
Lebih terperinciLAPORAN RAPAT KOORDINASI KESEHATAN HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER SE WILAYAH PELAYANAN BALAI VETERINER LAMPUNG TAHUN 2015
LAPORAN RAPAT KOORDINASI KESEHATAN HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER SE WILAYAH PELAYANAN BALAI VETERINER LAMPUNG TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ekosistem hutan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar terdapat di hutan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999
Lebih terperinciALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa
UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013
SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2010 Kementerian Kehutanan. Barang Bukti. Pengurusan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2010 Kementerian Kehutanan. Barang Bukti. Pengurusan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.04/MENHUT-II/2010 TENTANG PENGURUSAN BARANG BUKTI TINDAK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan kehutanan di Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang. bahwa pembangunan kehutanan harus menitikberatkan pada upaya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyuluh kehutanan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kehutanan di Indonesia. Penyuluh kehutanan berperan dalam mengubah sikap dan perilaku
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS
PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a.
Lebih terperinciIV. TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN: RIWAYAT PENGELOLAAN, AKSES DAN KONTROL KAWASAN TAMAN NASIONAL
49 IV. TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN: RIWAYAT PENGELOLAAN, AKSES DAN KONTROL KAWASAN TAMAN NASIONAL 4.1 Riwayat Penetapan, Perubahan Status dan Fungsi, serta Zonasi Kawasan Secara geografis kawasan
Lebih terperinci(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik
BAB XXXVIII BALAI PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BANTEN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI BANTEN Pasal 173 Susunan Organisasi Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten terdiri dari : a. Kepala
Lebih terperinciMEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI. Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT
MEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT The conservation village is a conservation initiative that
Lebih terperincisebagai Kawasan Ekosistem Esensial)
UU No 5 tahun 1990 (KSDAE) termasuk konsep revisi UU No 41 tahun 1999 (Kehutanan) UU 32 tahun 2009 (LH) UU 23 tahun 2014 (Otonomi Daerah) PP No 28 tahun 2011 (KSA KPA) PP No. 18 tahun 2016 (Perangkat Daerah)
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandar Lampung, Pebruari Panitia
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, bahwa kami selaku tim panitia Rapat Koordinasi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Se Wilayah Pelayanan Balai
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 NOMOR SP DIPA-32.5-/217 DS6-9464-235-812 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,
Lebih terperinciRENCANA ANGGARAN TAHUN 2016 PROGRAM PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN
RENCANA ANGGARAN TAHUN 2016 PROGRAM PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN Disampaikan oleh : NOVRIZAL TAHAR Setditjen penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan Jakarta, 10 Juli 2015 SASARAN
Lebih terperinci2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I
No.2023, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LHK. Pelimpahan. Urusan. Pemerintahan. (Dekonsentrasi) Bidang Kehutanan. Tahun 2015 Kepada 34 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinci17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye
17.0 PESAN KAMPANYE 17.1 Strategi pembuatan pesan Strategi pembuatan pesan bagi petani dan masyarakat akan membantu memandu semua pesan yang dirancang agar dapat mencapai sasaran kampanye kami. Strategi-strategi
Lebih terperinciInformasi Organisasi. Yayasan Idep Selaras Alam
Proposal Hibah Skala Kecil RIT-CEPF Wallacea Biodiversity Hotspot Nama Organisasi: Informasi Organisasi Yayasan Idep Selaras Alam Kategori Organisasi: [ ] Organisasi Masyarakat (Agama/Pemuda/Parpol/Perempuan/Veteran)
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA
ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Umum 1. Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar FORINA. 2. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan penjabaran dan menjadi
Lebih terperinci