BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Penelitian Sistem ekonomi berbasiskan syariah dalam beberapa tahun belakangan ini semakin populer, bukan hanya di negara-negara Islam tetapi juga negara-negara barat ditandai dengan makin suburnya bank-bank yang menerapkan konsep syariah. Di Indonesia sudah banyak investor-investor asing yang berminat masuk ke perbankan syariah Indonesia diantaranya bank syariah Malaysia, Asia Finance Bank Berhad (AFB), berencana memiliki bank umum syariah di Indonesia. Selain AFB, sejumlah investor asing dari negara lain berminat masuk ke pasar perbankan syariah Indonesia, diantaranya adalah bank-bank yang berasal dari Timur Tengah yaitu Al-Barokah Bank dari Arab Saudi, Qatar Islamic Bank dari Qatar dan dua bank lainnya dari Kuwait dan Uni Emirat Arab. Hal ini merupakan dampak dari kebijakan-kebijakan yang telah ditempuh Bank Indonesia dalam rangka meningkatkan peran bank syariah dalam perekonomian nasional. Guna memelihara pertumbuhan yang pesat dari lembaga perbankan syariah dan untuk menjawab tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh perbankan syariah di Indonesia, Bank Indonesia telah menyusun Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia, dengan kerangka waktu perencanaan 10 tahun kedepan. Cetak biru tersebut meletakkan posisi serta cara pandang Bank Indonesia dan berfungsi sebagai pedoman bagi para stakeholder perbankan syariah. Dalam Pertemuan Tahunan Perbankan 2007 Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah, menyampaikan Arah Kebijakan Ekonomi Tahun 2007 yang terkait dengan Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia sebagai berikut: Melihat pesatnya pertumbuhan industri perbankan syariah di tanah air, Bank Indonesia memandang perlu untuk mempercepat pertumbuhan tersebut agar dampaknya semakin dirasakan oleh masyarakat. Kami memproyeksikan total assets perbankan syariah
yang saat ini baru mencapai 1,5% dari total assets perbankan akan dapat meningkat menjadi setidaknya 5% pada akhir tahun 2008. Oleh karena itu, kami akan melaksanakan program akselerasi perbankan syariah yang secara efektif akan dilaksanakan mulai tahun 2007. Adapun tujuan dari program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah adalah tercapainya share perbankan syariah sebesar 5% dari total aset seluruh perbankan di Indonesia pada akhir tahun 2008. Kehadiran perbankan syariah diharapkan dapat mengembalikan nilai-nilai fundamental perbankan di tanah air sesuai dengan hakikatnya sebagai lembaga intermediasi. Menurut data Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia tahun 2007, efektivitas fungsi intermediasi perbankan syariah tetap terjaga dengan rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (financing to deposit ratio/fdr) masih di atas 90 persen. Dalam laporan Perkembangan Perbankan Syariah Nasional Tahun 2007, disebutkan efektivitas intermediasi tampak dari komposisi aset produktif pada periode laporan, ditandai pengalihan dari penempatan pada Bank Indonesia ke penyaluran pembiayaan. Selain itu keberadaan dan pengembangan perbankan syariah juga merupakan salah satu program dari restrukturisasi perbankan nasional yang bertujuan untuk membangun sistem perbankan yang tangguh, tahan terhadap guncangan dan berkinerja baik. Perbankan syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan perbankan konvensional. Bank syariah dalam kegiatan operasinya tidak menggunakan instrumen bunga seperti yang digunakan dalam bank konvensional, selain itu bank syariah hanya beroperasi dalam batasan-batasan tertentu saja berdasarkan prinsip-prinsip yang berlaku dalam Islam. Di tengah persaingan yang ketat, setiap bank harus mampu menghimpun dana yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatannya dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dengan efektif. Maka dari itu setiap bank harus menetapkan kebijakan yang tepat di setiap kegiatan yang dilaksanakannya agar mampu mencapai efisiensi dan menghasilkan kinerja yang baik. Dengan kinerja yang baik maka bank akan mampu menghadapi persaingan yang begitu ketat dan mampu menghasilkan keuntungan yang optimal.
Kesehatan bank merupakan refleksi dari kinerja bank, bank yang sehat tentunya memiliki kinerja yang baik pula. Oleh sebab itu Bank Indonesia memandang perlunya suatu tata cara penilaian tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan tersebut akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahanperubahan pokok pada trend jumlah dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu mengintepretasikan berbagai hubungan serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang. Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan enam aspek penilaian yang biasa disebut CAMELS, yaitu : 1) Capital; 2) Assets; 3) Management; 4) Earnings; 5) Liquidity; dan 6) Sensitivity to market risk. Penelitian yang berkaitan dengan tingkat kesehatan perbankan di Indonesia sebelumnya telah dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Winny Herdinigtyas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL memiliki daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan. Dengan semakin banyak bermunculannya bank syariah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pangsa pasar perbankan nasional, tentunya masyarakat ingin mengetahui bagaimana kinerja perbankan syariah yang menggunakan prinsip Islam bila dibandingkan dengan bank-bank konvensional kemudian sudah sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan Bank Indonesia telah memengaruhi kinerja perbankan syariah jika dibandingkan perbankan
konvensional. Berangkat dari hal-hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian komparatif atau perbandingan mengenai perbedaan-perbedaan yang telah dikemukakan tersebut di atas, lebih khususnya peneliti akan membahas kinerja perbankan syariah yang dibandingkan dengan kinerja perbankan konvensional dengan menggunakan beberapa komponen alat ukur tingkat kesehatan bank dari Bank Indonesia yaitu melalui pengukuran aspek Kualitas Aktiva Produktif (Non Performing Loan), Likuiditas (Loan to Deposits Ratio), Permodalan (Capital Adequacy Ratio) dan Rentabilitas (Return on Assets, Return on Equity dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Penelitian ini peneliti tuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul: Analisis Komparatif Rasio Kualitas Aktiva Produktif, Likuiditas, Permodalan dan Rentabilitas Bank Syariah dan Bank Konvensional 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat rasio-rasio kualitas aktiva produktif, likuiditas, permodalan dan rentabilitas bank syariah. 2. Bagaimana tingkat rasio-rasio kualitas aktiva produktif, likuiditas, permodalan dan rentabilitas bank konvensional. 3. Bagaimana perbandingan tingkat rasio-rasio kualitas aktiva produktif, likuiditas, permodalan dan rentabilitas antara bank syariah dan bank konvensional. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian: Maksud dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisis dan menyimpulkan tentang hasil perbandingan rasio-rasio kualitas aktiva produktif, likuiditas, permodalan dan rentabilitas antara bank syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil dengan bank konvensional yang menggunakan instrumen bunga.
1.3.2. Tujuan Penelitian: Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Tingkat kualitas aktiva produktif, likuiditas, permodalan dan rentabilitas bank syariah. 2. Tingkat kualitas aktiva produktif, likuiditas, permodalan dan rentabilitas bank konvensional. 3. Perbandingan tingkat kualitas aktiva produktif, likuiditas, permodalan dan rentabilitas antara bank syariah dan bank konvensional. 1.4. Kegunaan Hasil Penelitian Berdasarkan maksud dan tujuan diatas, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak berikut ini: 1. Bagi dunia perbankan Dapat memberikan masukan yang berguna agar dapat lebih meningkatkan kinerja bank-bank syariah agar mampu bersaing dengan kompetitor-kompetitornya baik sesama bank syariah maupun bankbank konvensional. 2. Bagi peneliti Agar dapat membandingkan antara teori-teori yang telah dipelajari dan mengaplikasikannya di dunia nyata yang ada kaitannya dengan tingkat kesehatan bank. 3. Bagi peneliti lain Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran kepada pihak-pihak lain sehingga skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sebagai dasar bagi penelitian lebih lanjut. 1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Bank merupakan lembaga keuangan yang berperan penting dalam sistem keuangan dan memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam perekonomian
suatu negara. Keberadaan bank memiliki kontribusi terbesar dalam sistem keuangan, sesuai dengan fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi. Bank juga berperan sebagai agen yang menentukan bagi terlaksananya kebijakan moneter dan sistem pembayaran, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada sektor riil. Maka dari itu, kesehatan suatu bank merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam perekonomian negara. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil risiko, bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penelitian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Sistem operasional pada bank konvensional menggunakan perangkat bunga yang telah ditetapkan di awal dalam menghimpun dan menyalurkan dananya kepada masyarakat. Dalam hal ini, bank dalam kondisi apapun harus mampu memberikan tingkat pengembalian bunga simpanan kepada para nasabahnya, demikian juga sebaliknya, para nasabah bank yang melakukan transaksi kredit dengan bank harus mampu memenuhi kewajiban membayar pokok dan bunga pinjaman. Dengan kata lain, hubungan antara bank dengan nasabah adalah dalam bentuk kreditur-debitur. Bank syariah dalam operasionalnya menerapkan sistem free-rate interest banking. Sistem ini diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh umat Islam. Dengan kata lain adalah sistem perbankan yang tata cara operasinya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Dalam sistem operasional ini, pada hakekatnya
nasabah yang mengadakan transaksi dengan bank yang bersangkutan sama dengan keadaan yang sebenar-benarnya terjadi. Bank syariah tidak memberikan tingkat pengembalian yang pasti (pranata bunga) dari nilai nominal simpanan nasabah, tetapi simpanan tersebut akan diperlakukan sebagai modal dan nasabah yang bersangkutan sebagai shareholder akan mendapat bagian keuntungan sebesar nisbah yang telah disepakati bersama. Demikian pula perlakuan yang sama akan diterapkan pada kredit yang diberikan oleh bank, sehingga hubungan antara bank dengan nasabah adalah hubungan kemitraan. Adapun rasio-rasio yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga, dengan rasio minimum 8% atas permodalan terhadap aktiva yang mengandung resiko. 2. Non Performing Loans (NPL) Non Performing Loan adalah perbandingan antara kredit bermasalah dengan total kredit pada suatu bank. Semakin tinggi Non Performing Loan suatu bank menunjukkan jumlah kredit yang bermasalah pada bank tersebut ada pada jumlah yang relatif besar terhadap kredit yang disalurkan. 3. Return on Assets (ROA) Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu Bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai Bank tersebut dan semakin baik pula posisi Bank tersebut dari segi penggunaan aktiva. 4. Return on Equity (ROE) Perhitungan ROE diperoleh dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan rata-rata modal inti. 5. Loan to Deposits Ratio (LDR)
Dalam penelitian ini, aspek likuiditas yang diteliti adalah Loan to Deposits Ratio (LDR) atau Financing to Deposits Ratio (FDR). Rasio ini menunjukkan seberapa besar Dana Pihak Ketiga (DPK) dan total modal dalam bentuk kredit yang diberikan. Semakin besar rasio ini, maka akan semakin rendah kemampuan likuiditas bank karena jumlah dana yang dibutuhkan untuk membiayai kredit semakn besar. Sebaliknya, bila LDR rendah maka menunjukkan bahwa bank memiliki kesulitan dalam menyalurkan kreditnya. 6. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Semakin kecil rasio BOPO, semakin efisien bank dalam menjalankan kegiatannya. Dalam hal penempatan aktiva produktif, bank syariah lebih banyak menyalurkan kreditnya pada usaha yang bergerak di sektor riil, sedangkan bank konvensional selain menyalurkan dananya ke sektor riil, juga menyalurkannya ke pasar uang dan pasar modal. Ini mengindikasikan bahwa bank syariah lebih agresif dalam menyalurkan pembiayaannya. Selain itu prinsip kehati-hatian (prudential principle) menyebabkan Non- Performing Loan (NPL) bank syariah lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Walaupun dalam hal penempatan aktiva produktif bank syariah lebih agresif menyalurkan pembiayaan, namun likuiditas bank syariah masih tetap terjaga agar tidak over/under liquid. Dari aspek modal, bank konvensional mengalami negative spread ketika krisis moneter terjadi. Tingginya suku bunga simpanan dibandingkan suku bunga kredit membawa konsekuensi bank beroperasi dalam kondisi merugi (negative spread), sedangkan bank syariah yang sistem perhitungan pendapatan menggunakan prinsip bagi hasil tidak berpatokan pada suku bunga pasar sehingga bank syariah tidak mengalami negative spread. Masalah cost of capital juga mempengaruhi modal perbankan. Bank konvensional yang memperlakukan nasabahnya sebagai kreditur mempunyai kewajiban untuk memberikan return kepada nasabah yang disesuaikan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku
saat itu. Suku bunga yang tinggi menyebabkan cost of capital bank konvensional tinggi. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan kinerja keuangan antara bank konvensional dengan bank syariah dengan menggunakan alat ukur berupa analisis tingkat kesehatan bank. Penelitian ini dilakukan terhadap aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, rentabilitas dan likuiditas. Adapun hipotesis yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: Hipotesis yang diterapkan adalah sebagai berikut: H 01 : Tidak terdapat perbedaan pada jumlah kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit (NPF/NPL) antara bank syariah dan bank konvensional. Ha 1 : Terdapat perbedaan pada jumlah kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit (NPF/NPL) antara bank syariah dan bank konvensional. H 02 Ha 2 : Tidak terdapat perbedaan pada pembiayaan terhadap dana yang diterima pihak ketiga (FDR/LDR) antara bank syariah dan bank konvensional. : Terdapat perbedaan pada pembiayaan terhadap dana yang diterima pihak ketiga (FDR/LDR) antara bank syariah dan bank konvensional. H 03 : Tidak terdapat perbedaan pada modal terhadap aktiva tertimbang menurut rata-rata (CAR) antara bank syariah dan bank konvensional. Ha 3 : Terdapat perbedaan pada modal terhadap aktiva tertimbang menurut ratarata (CAR) antara bank syariah dan bank konvensional. H 04 : Tidak terdapat perbedaan pada laba sebelum pajak terhadap total aktiva (ROA) antara bank syariah dan bank konvensional. Ha 4 : Terdapat perbedaan pada laba sebelum pajak terhadap total aktiva (ROA) antara bank syariah dan bank konvensional. H 05 : Tidak terdapat perbedaan pada laba setelah pajak terhadap total aktiva (ROE) antara bank syariah dan bank konvensional. Ha 5 : Terdapat perbedaan pada laba setelah pajak terhadap total aktiva (ROE) antara bank syariah dan bank konvensional. H 06 : Tidak terdapat perbedaan pada beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) antara bank syariah dan bank konvensional.
Ha 6 :Terdapat perbedaan pada beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) antara bank syariah dan bank konvensional. 1.6. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian komparatif. Menurut Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni (2006:31), penelitian komparatif adalah: Permasalahan dalam penelitian komparatif bersifat membandingkan antara satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda. Data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Pengumpulan Data Sekunder Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari website Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, berupa informasi mengenai laporan keuangan publikasi bank umum. Data dalam penelitian ini berupa laporan keuangan publikasi dari beberapa bank syariah maupun bank konvensional yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian yang akan diolah lebih lanjut sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. 2. Penelitian Kepustakaan Secara library research dan internet research untuk menambah wawasan mengenai teori-teori, teknik-teknik dan metode-metode yang erat hubungannya dengan sasaran penelitian. 3. Wawancara Merupakan suatu teknik dimana peneliti mengadakan komunikasi langsung untuk memeriksa validitas jawaban dan informasi lebih lanjut mengenai kinerja suatu bank.
1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan cara memperoleh informasi lainnya yang didapat melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id ) dan website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari tahun 2008.