4 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) Sumber: (a) dokumentasi pribadi; (b)

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

3. METODE PENELITIAN

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Jenis dan Sumber Data

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)

3. METODE PENELITIAN

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

TINJAUAN PUSTAKA. daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN IKAN KURO (Eleutheronema tetradactylum Shaw, 1804) DI MUARA SUNGAI KUMBE KABUPATEN MERAUKE

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

3. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sekitar tahun silam (Alloway et al., 2004). Danau ini terletak di Sumatera

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

MERISTIK, MORFOMETRIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG RIAU

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN SENANGIN (Eleutheronema tetradactylum Shaw) DI PERAIRAN DUMAI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN PATIN PASUPATI SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

VARIASI MAKANAN IKAN KURO (Eleutheronema tetradactylum) TERKAIT PERUBAHAN UKURAN PANJANG DAN MUSIM DI PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Ikan tembang (S. fimbriata)

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

3. METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

TINJAUAN PUSTAKA. besar maupun sedikit. Di perairan Indo-Pasifik terdapat 3 spesies ikan Kembung

MENENTUKAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPlTlNG BAKAU KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAH GAMET

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

- Keterkaitan faktor fisika-kimia perairan terhadap karakter morfometrik tubuh. spp. dari bebcrapa lokasi penelitian di sungai Kampar dan sungai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

2. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Terisi Menurut Richardson (1846) (2010) klasifikasi ikan terisi (Gambar 2) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) Klasifikasi ikan tembang menurut (Saanin, 1979) berdasarkan tingkat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kryptopterus spp. dan Ompok spp.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian


KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

3. METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

ASPEK REPRODUKSI IKAN KAPASAN (Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) DI PERAIRAN PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

3 SEBARAN SPASIAL-TEMPORAL IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (1) April 2015: ISSN:

BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI IKAN KRESEK (Thryssa mystax) PADA BULAN JANUARI-JUNI DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, JAWA TIMUR LISA FATIMAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

Abstract Keywords : Osteochilus wandersii, Rokan Kiri River, morphometric, meristic, growth patterns

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

12 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah dan Sebaran Panjang Ikan Kuro Jumlah ikan kuro yang tertangkap selama penelitian berjumlah 147 ekor. Kisaran panjang dan bobot ikan yang tertangkap adalah 142-254 mm dan 16,88 105,79 gram. Ikan kuro dikelompokkan menjadi 9 kelompok ukuran kelas yaitu kelompok A (142-154 mm), B (155-167 mm), C (168-180 mm), D (181-193 mm), E (194-206 mm), F (207-219 mm), G (220-232 mm), H (233-245 mm), dan kelompok I (246-258 mm). Ikan kuro yang banyak tertangkap adalah ikan kuro F sebanyak 40 ekor, sedangkan ikan kuro yang sedikit tertangkap adalah kelompok I sebanyak 1 ekor. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini. Panjang ikan kuro yang tertangkap di perairan Pantai Mayangan memiliki ukuran panjang yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran panjang yang tertangkap di daerah muara Sungai Musi, Sumatera Selatan yang berukuran 113-380 mm (Djamali et al. 1985) dan di daerah perairan Utara Australia yang berukuran 203-815 mm (Ballagh et al. 2011). Umur ikan yang tertangkap di perairan Pantai Mayangan pun relatif lebih muda jika dibandingkan dengan ikan kuro yang tertangkap di kedua wilayah tersebut. Gambar 5. Jumlah ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) jantan berdasarkan selang kelas panjang di Pantai Mayangan

13 Ikan yang tertangkap selama penelitian semua berjenis kelamin jantan dan ukurannya relatif kecil. Hal ini dikarenakan daerah ikan kuro yang tertangkap selama penelitian merupakan daerah tempat tinggal ikan kuro yang berukuran kecil. Motomura et al. (2004) menyatakan bahwa ikan kuro merupakan ikan hermafrodit protandri yaitu ikan kuro kecil atau remaja memiliki jenis kelamin jantan yang kemudian berubah menjadi betina. Ketika kecil jantan hidup di daerah payau dan betina hidup di perairan laut. Menurut Department of Fisheries West Australia (2010), ikan kuro berubah kelamin ketika berumur sekitar 2 tahun dan memiliki panjang lebih dari 400 mm (Tabel 2). Penjelasan tersebut memperjelas bahwa ikan kuro jantan yang masih berukuran kecil hidup di daerah mangrove. Tabel 2. Pembagian kelompok umur berdasarkan panjang (Department of Fisheries West Australia 2010) Umur(tahun) Panjang(mm) 1 245 2 400 5 635 4.2 Meristik Morfometrik Ikan Kuro Ikan kuro yang ditemukan selama penelitian memiliki panjang total berkisar 142-254 mm. Bentuk tubuh ikan kuro pipih dan memanjang, serta memiliki 4 buah filamen dekat sirip dada. Ikan kuro memiliki dua sirip dorsal, sirip dorsal pertama terdiri dari 8 jari-jari keras (D 1. VIII) dan dorsal kedua terdiri dari 1 dan 2 jari-jari keras, dengan 13-17 jari jari lemah (D 2. I-II 13-17). Sirip anal terdiri dari 2 jarijari keras dan 13-17 jari-jari lemah (A. II 13-17). Sirip pektoral terdiri dari 14-21 jari-jari lemah (P. 14-21). Sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lemah (V. I 5). Perhitungan hasil morfometrik dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah sisik yang terdapat di depan sirip punggung berjumlah 24-50 buah, sisik pipi 5-9 buah, sisik pada gurat sisi 43-75 buah, sisik di sekeliling badan 28-68. Jumlah sisik pada batang ekor 8-15 buah, jumlah sisik di atas garis rusuk 6-15 buah, jumlah sisik di bawah garis rusuk 10-19 buah, dan jumlah tapis insang 16-30 buah. Ikan yang tertangkap masih berukuran kecil, jika dibandingkan dengan ukuran ikan

14 yang tertangkap berdasarkan penelitian Weber dan Motomura yang berukuran besar (Tabel 4). Tabel 3. Karakter Morfometrik No Karakter Morfometrik Rata-rata Min- Max 1 Panjang kepala 0,20 0,14-0,23 2 Panjang cagak 0,80 0,78-0,87 3 Panjang bagian depan sirip punggung 0,24 0,19-0,27 4 Panjang dasar sirip punggung 1 0,07 0,05-0,09 5 Panjang dasar sirip punggung 2 0,12 0,09-0,14 6 Panjang dasar sirip dubur 0,14 0,12-0,18 7 Panjang batang ekor 0,18 0,15-0,21 8 Tinggi badan 0,19 0,17-0,21 9 Tinggi batang ekor 0,09 0,08-0,10 10 Tinggi kepala 0,15 0,12-0,19 11 Tinggi di bawah mata 0,01 0,04-0,02 12 Lebar kepala 0,08 0,05-0,10 13 Lebar badan 0,08 0,06-0,12 14 Tinggi sirip punggung 1 0,13 0,06-0,15 15 Tinggi sirip punggung 2 0,15 0,09-0,16 16 Tinggi sirip dubur 0,12 0,08-0,16 17 Panjang sirip dada 0,15 0,13-0,17 18 Panjang sirip perut 0,09 0,07-0,10 19 Panjang jari-jari keras 0,13 0,09-0,17 20 Panjang jari-jari lemah 0,07 0,04-0,09 21 Panjang hidung 0,015 0,01-0,02 22 Lebar mata 0,04 0,02-0,06 23 Panjang bagian kepala di belakang mata 0,13 0,10-0,16 24 Panjang antar mata dengan sudut 0,09 0,07-0,14 preoperkulum 25 Tinggi pipi 0,11 0,09-0,13 26 Panjang rahang atas 0,10 0,08-0,13 27 Panjang rahang bawah 0,07 0,06-0,08 28 Lebar bukaan mulut 0,16 0,09-0,20

15 Tabel 4. Perbandingan morfometrik ikan kuro dengan penelitian lain Weber & Motomura Penelitian ini Karakter Beaufort et al. (2004) (2012) No Morfometrik/Panjang Tubuh (1922) 1 Panjang kepala 0,26 0,30 0,28 0,31 0,14 0,23 2 Tinggi badan 0,25 0,28 0,17 0,21 3 Panjang rahang atas 0,14 0,17 0,08 0,13 4 Panjang rahang bawah 0,07 0,09 0,06 0,08 4.3 Hubungan Panjang - Bobot Pola pertumbuhan yang terjadi pada ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) di pantai Mayangan dapat diketahui melalui analisis hubungan panjang bobot. Hubungan tersebut dinyatakan dalam persamaan W= al b (Gambar 6). Gambar 6. Grafik hubungan Panjang dan Bobot Ikan Kuro (Eleutheronema tetradactylum) Berdasarkan pengujian nilai b dengan uji-t (Lampiran 4) diperoleh nilai b ikan kuro berbeda nyata dengan nilai 3 (t hit > t tab ). Hal ini mengidentifikasikan bahwa pola pertumbuhan ikan kuro adalah allometrik positif, artinya pertumbuhan bobot ikan kuro lebih cepat dibandingkan panjangnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Djamali et al. (1985) terhadap ikan kuro di muara Sungai Musi

16 menunjukkan bahwa nilai b untuk ikan kuro sebesar 3,038 dan setelah melalui uji-t menunjukkan bahwa pola pertumbuhannya adalah allometrik positif. 4.4 Faktor Kondisi Faktor kondisi ikan kuro dihitung menggunakan rumus faktor kondisi yang allometrik. Pada Gambar 7 faktor kondisi rata-rata ikan kuro mengalami fluktuasi tiap bulan. Faktor kondisi yang tertinggi terdapat pada bulan Oktober dengan nilai 1,08 dan faktor kondisi terkecil terjadi pada bulan Juni sebesar 0,94, setelah diuji ternyata berbeda nyata dengan α= 0,05. Gambar 7. Faktor kondisi ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) berdasarkan bulan pengamatan Faktor kondsi ikan kuro akan meningkat, jika isi lambungnya ditemukan ikan, sedangkan jika isi lambungnya ditemukan Crustacea maka, faktor kondisinya akan menurun (Bogarestu 2012). Hal ini terjadi pada Mei, Juni, Juli jenis makanan ikan kuro semuanya termasuk kedalam kelompok Crustacea, sedangkan pada bulan Agustus, September, dan Oktober makanan ikan kuro berupa ikan. Kondisi seperti ini memperlihatkan bahwa kondisi ikan tergantung kepada ketersediaan makanan di dalam perairan. Hal ini didukung oleh pernyataan Effendie (1997) bahwa hal-hal yang memengaruhi faktor kondisi selain kematangan gonad adalah jenis kelamin, ukuran, dan kondisi lingkungan.

17 4.5 Tingkat kematangan Gonad Tingkat kematangan gonad ikan pada setiap selang kelas panjang dapat dilihat pada Gambar 8 berikut. TKG I terdapat pada selang kelas 140-219 mm dan TKG II pada selang kelas 180-259 mm, TKG III dan TKG IV tidak didapat selama penelitian, karena ikan kuro yang berukuran besar berada di laut. Gambar 8. Persentase tingkat kematangan gonad ikan kuro jantan Kuro (Eleutheronema tetradactylum) pada selang kelas panjang. Berdasarkan pengambilan contoh ikan di TPI ikan dengan TKG III baru bisa didapat pada ukuran 271 mm dan ikan dengan TKG IV sudah mulai mengalami transisi yang nantinya akan berubah menjadi fase betina dan biasanya hidup di laut. Penelitian Kagwade (1970) mengatakan bahwa ikan kuro betina matang gonad pada saat ikan kuro mencapai 400 mm. Namun penelitian lain mengatakan bahwa ikan kuro jantan pada ukuran 200 mm memiliki tingkat kematangan gonad yang telah matang (Department of Fisheries West Australia 2010).

18 Gambar 9. Persentase tingkat kematangan gonad ikan kuro(eleutheronema tetradatylum) berdasarkan waktu penelitian. Tingkat kematangan gonad mengalami fluktuasi selama waktu penelitian (Gambar 9). Persentase tingkat kematangan gonad I tertinggi terdapat pada bulan Mei sebesar 80 %, dan tingkat kematangan gonad II tertinggi terdapat pada bulan Oktober yaitu sebesar 72 %. Tingkat kematangan gonad I terendah pada bulan Oktober sebesar 25 %, dan tingkat kematangan gonad II terdapat pada bulan Mei sebesar 30 %. Perkembangan TKG ikan kuro dapat dilihat melalui perkembangan histologi gonadnya (Gambar 10). Gonad jantan TKG I spermatogonia dengan jaringan ikat kuat. Pada TKG II gonad sudah mulai berkembang dengan jaringan ikat mulai berkurang. Pada TKG III spermatosit sudah mulai menyebar dengan jaringan ikat yang sudah menghilang, dan spermatosit I sudah berubah menjadi spermatosit II.

19 TKG I 10x10 TKG II 10x10 TKG III Sg 10x10 Ss Sg Sp Gambar 10. Perkembangan histologis gonad ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) jantan TKG I, II, III Keterangan : Sg =Spermatogonia; Sp = Spermatosit primer; Ss = Spermatosit sekunder Pada pengamatan histologi didapatkan gonad jantan TKG III dengan ukuran panjang sebesar 271 mm dan betina TKG IV dengan ukuran panjang sebesar 496 mm, karena proses pengambilan sampel ikan tersebut dilakukan di TPI yang merupakan hasil tangkapan nelayan yang didapat di daerah laut. Menurut Kagwade (1970) ikan kuro memiliki daerah pemijahan di perairan sekitar pantai. Namun selama penelitian hanya ikan kuro berjenis kelamin jantan yang tertangkap, hal ini dikarenakan wilayah penangkapan ikan selama penelitian merupakan habitat ikan kuro saat berjenis kelamin jantan dan berukuran kecil.