Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Sambutan Pembukaan. Ir. Hadi Sucahyono MPP., PH.D. Direktur Pengembangan Permukiman. Ditjen Cipta Karya - Kementerian PU-PERA.

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN HARI HABITAT DUNIA TAHUN 2008 Istana Negara, Jakarta, 6 Oktober 2008

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG SEKRETARIAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

PENDAPAT AKHIR PRESIDEN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TABUNGAN PERUMAHAN RAKYAT. Tanggal 23 Februari2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam peranannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemian budaya dan

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

STRATEGI SANITASI KOTA. 1.1 Latar Belakang

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARAHAN DAN SAMBUTAN PEMBUKAAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG SEKRETARIAT

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009

PADA UPACARA PERINGATAN HARI PERUMAHAN NASIONAL 2010

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

Persentase Jumlah Penduduk yang Tinggi, versus Lahan yang Terbatas

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

Jakarta, 10 Maret 2011

KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

KEBIJAKAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH SEBAGAI JALAN MENUJU KOTA LAYAK HUNI DAN BERKELANJUTAN

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBANGUNAN PERUMAHAN TANTANGAN, VISI, DAN ARAHAN PROGRAM

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Apakah yang dimaksud dengan Perumahan dan Permukiman?

APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1

DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Draft Revisi Novotel:

Penyediaan Hunian Layak bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

GUBERNUR MALUKU SAMBUTAN GUBERNUR MALUKU PADA ACARA. PELANTlKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH REKTOR UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

C. Kajian Optimalisasi Penghunian Rumah Susun Sewa

KATA SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN SARJANA EKONOMI INDONESIA INOVASI RANTAI NILAI SEKTOR AGRO DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI FINANCIAL INCLUSION

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kebijakan Penyediaan Perumahan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

A. Gambaran Umum Daerah

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KINERJA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA TIGA PEMERINTAHAN

Transkripsi:

KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PRODUK UNDANG-UNDANG YANG BERPIHAK PADA PERTUMBUHAN EKONOMI, KESEMPATAN KERJA, DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Makalah disampaikan pada Musyawarah Nasional Real Estate Indonesia XIII Tahun 2010 di Hotel Indonesi Kempinski, Jakarta, 9 November 2010 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Saudara peserta Seminar yang saya hormati, Allhamdulillahirrabbilalamin, berbahagia sekali saya pada pagi hari ini dapat berjumpa dengan suadara-saudara sekalian. Sebuah kehormatan bagi saya diberi kesempatan dalam acara Musyawarah Nasional Real Estat Indonesia XIII Tahun 2010 dengan Tema Real Estate Indonesia Melangkah Kedepan- Bersinergi Membangun Negeri. Topik seminar yang saya bawakan dalam rangkaian Munas ini adalah Produk Undang-Undang yang berpihak pada pertumbuhan Ekonomi, Kesempatan Kerja, dan Kesejahteraan Masyarakat. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang idealnya dapat dimiliki oleh setiap keluarga dengan kondisi yang layak. Namun hal ini sulit diwujudkan, terlebih bagi Indonesia yang jumlah penduduknya merupakan salah satu yang terbesar di dunia, dimana 112 juta jiwa penduduknya bermukim di perkotaaan. Hampir seperempat penduduk perkotaan tersebut (23,1%) atau 25 juta jiwa hidup di kawasan permukiman kumuh. Ini artinya, hampir 10% dari total penduduk Indonesia masih memerlukan perhatian yang serius dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Perhatian terhadap adanya pemukiman layak sejalan dengan target Millenium Development Goals (MDGs), yaitu mencanangkan pencapaian perbaikan permukiman kumuh, prasarana dan sarana permukiman serta pengurangan kemiskinan. Target yang tertuang dalam MDGs antara lain adalah mengurangi permukiman kumuh perkotaan, 1

mengurangi separuh penduduk yang belum terlayani sumber air minum yang aman, dan mengurangi penduduk yang belum mendapatkan akses fasilitasi sanitasi. Dalam rencana Program Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 telah diindikasikan bahwa dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk yang diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 274 juta jiwa, kebutuhan perumahan hingga tahun 2025 diperkirakan mencapai 30 juta unit, sehingga kebutuhan per tahun diperkirakan mencapai 1,2 juta unit. Tingginya kebutuhan unit rumah ini dapat berpotensi tingginya backlog perumahan dan semakin meningkatnya jumlah permukiman kumuh di daerah perkotaan. Upaya pengadaan perumahan tidak harus diwujudkan dalam pemilikan rumah, akan tetapi sekurang-kurangnya dapat diwujudkan dalam kesempatan mempergunakan rumah antara lain dengan cara sewa. Pengadaan perumahan khususnya di daerah padat penduduk perlu memperhatikan keterbatasan lahan sehingga prasarana pembangunan rumah susun menjadi salah satu alternatif. Pembangunan rumah susun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal, baik dalam jumlah maupun kualitasnya dalam lingkungan yang sehat serta kebutuhan akan suasana kehidupan yang memberikan rasa aman, damai, tenteram, dan sejahtera. Hadirin yang saya hormati, Pembangunan perumahan merupakan permasalahan yang sangat kompleks, yang tidak hanya menyangkut aspek fisik membangun rumah, tetapi terkait sektor yang amat luas dalam pengadaannya, seperti pertanahan, industri bahan bangunan, lingkungan hidup dan aspek sosial ekonomi budaya masyarakat, dalam upaya membangun aspek-aspek kehidupan masyarakat yang harmonis. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman, merupakan salah satu kebijakan yang sangat strategis yang langsung menyentuh hajat hidup masyarakat, sehingga perlu diarahkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat. Upaya pembangunan perumahan dan permukiman yang telah dilaksanakan selama ini, bersifat sangat sektoral dan hanya berupa proyek-proyek yang sifatnya parsial dan tidak berkelanjutan. Selain itu, upaya pembangunan perumahan yang dilakukan di daerah-daerah sangat terbatas sekali karena keterbatasan kemampuan sumberdaya manusia, sumber pembiayaan maupun pengembangan pilihan-pilihan 2

teknologi dan upaya pemberdayaan masyarakat setempat yang kurang menjadi program utama. Kebutuhan rumah selalu meningkat seiring dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Jumlah keluarga yang belum memiliki rumah masih cukup besar. Pada tahun 2003 saja diperkirakan sekitar 6 juta unit dengan dasar data BPS tahun 2000 adalah sebanyak 4,3 juta unit. Pertumbuhan rumah bagi keluarga baru mencapai 800.000 unit pertahun. Sisi kemampuan ekonomi masyarakat juga masih sangat terbatas, karena sekitar 70% rumah tangga perkotaan masuk dalam kategori berpendapatan rendah dengan pendapatan kurang dari Rp. 1,5 juta perbulan. Pemenuhan kebutuhan rumah dari sudut demand dan supply hanya terbatas pembiayaannya untuk bentuk-bentuk pasar formal bagi golongan menengah ke atas yang jumlahnya hanya mencapai maksimal 20% dan terbatas sekali bentuk-bentuk kredit dan bantuan subsidi untuk golongan menengah ke bawah. Pemenuhan kebutuhan karena kekurangan jumlah rumah yang harus dipenuhi adalah sejumlah 8 juta rumah pada posisi tahun 2008 dan pertambahan akibat pertumbuhan penduduk setiap tahun yang membutuhkan 800 ribu rumah. Sehingga, sekitar 80% kebutuhan rumah yang tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah dilakukan sendiri oleh masyarakat sesuai dengan kemamampuannya yang jauh dari mutu bangunan dan mutu lingkungan perumahan dan permukiman yang memadai. Hadirin yang saya hormati, Salah satu isu yang cukup penting yang menyangkut pembangunan perumahan dan permukiman adalah masalah lingkungan pada kawasan permukiman dan perumahan, yang umumnya muncul sebagai akibat dari tingkat urbanisasi dan industrialisasi yang tinggi, serta dampak pemanfaatan sumber daya dan teknologi yang kurang terkendali. Kelangkaan prasarana dan sarana dasar, ketidakmampuan memelihara dan memperbaiki lingkungan permukiman, baik secara fungsional, maupun visual wujud lingkungan, merupakan isu utama bagi upaya menciptakan lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan. Hal ini juga semakin menjadi masalah, mengingat masih belum diterapkannya secara optimal standar teknis minimal perumahan dan permukiman yang berbasis indeks pembangunan berkelanjutan di setiap daerah. Demikian pula dengan manajemen (kepemimpinan) dalam tata kelola pemerintahan di seluruh tingkatan, 3

berpengaruh terhadap kinerja aparat dalam implementasi kebijakan, khususnya dalam pemanfaatan lahan untuk perumahan dan permukiman. Bagaimanapun, pembangunan rumah yang sehat harus diikuti dengan pembangunan lingkungan perumahan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) yang memadai, khususnya air minum, sanitasi lingkungan, jalan dan listrik. Pemenuhan prasarana dasar tersebut diyakini besar kontribusinya dalam meningkatkan kesehatan lingkungan dan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Namun, pada kenyataannya belum semua masyarakat dapat menikmati kelengkapan pelayanan dasar ini. Hanya 39% masyarakat perkotaan yang mendapatkan pelayanan air bersih. Kondisi ini disebabkan oleh kemampuan penyediaan pelayanan air bersih yang masih mengandalkan kemampuan pemerintah yang terbatas, sementara pertumbuhan permintaan jauh lebih besar. Oleh karena itu, perlu dibangun orientasi baru kebijakan perumahan dan permukiman untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan rumah dengan dukungan prasarana dasar yang memadai bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya pembangunan kawasan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Pembangunan perumahan sehat ini menjadi semakin penting dengan semakin meningkatnya masyarakat yang terjangkit penyakit ISPA, demam berdarah, flu burung, dan polio, yang diakibatkan oleh buruknya sanitasi lingkungan perumahan dan permukiman. Pembangunan perumahan dengan lingkungan yang sehat akan mampu meningkatkan kesehatan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas nasional. Hadirin sekalian yang saya hormati, Menyadari permasalahan perumahan dan permukiman yng demikian kompleks, maka DPR RI pada saat ini tengah membahas Revisi Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun dan Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, yang pada pokoknya dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesiam 1945, Pasal 28H Ayat (1) yang menyatakan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Revisi terhadap kedua undang-undang tersebut dilakukan, karena kami menyadari, bahwa pembangunan perumahan dan pemukiman selama ini menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan belum seluruhnya terakomodasi dalam 4

pengembangan kawasan selama ini. Penciptaan lingkungan perumahan dan permukiman yang layak, bersih, sehat, dan aman perlu ditingkatkan melalui regulasi yang menjamin penyediaan dan pengelolaan air bersih, fasilitas sosial dan ibadah, fasilitas ekonomi dan transportasi, fasilitas rekreasi dan olahraga, serta prasarana lingkungan termasuk fasilitas air limbah, disertai upaya peningkatan kesadaran dan tanggungjawab warga masyarakat agar makin banyak masyarakat yang mendiami rumah sehat dalam lingkungan yang sehat. Diharapkan, melalui revisi undang-undang ini, tidak hanya akan meningkatkan pasar perumahan, tetapi juga dapat menjadi upaya penyediaan rumah murah yang diperuntukkan bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah, agar mereka dapat memiliki rumah dengan harga terjangkau, layak dengan lingkungan yang bersih dan sehat. Saudara-saudara sekalian, Demikianlah hal-hal yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini. Demikian banyak persoalan yang perlu dijawab, sehingga tidak akan mungkin terselesaikan hanya dengan kertas kerja yang singkat dalam seminar ini, namun saya tetap berharap, bahwa dalam seminar ini dapat dirumuskan sesuatu yang mendasar dan dapat memecahkan permasalahan perumahan dan permukiman yang strategis. Paling tidak, hal ini diharapkan dapat membuka wacana baru untuk lebih mengkonkretkan persoalan, bukan mempersoalkan persoalan, melainkan mencari jalan keluar untuk menjawab persoalan. Sekian, terima kasih Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Jakarta, 9 Nopember 2010 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Dr. H. Marzuki Alie 5