BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Perhitungan bobot faktor internal pengembangan PPI Pangandaran di lokasi baru

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Cilacap dan sekitarnya adalah merupakan bagian perairan di Selatan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Pangandaran secara geografis berada pada koordinat 108º 41-109⁰ Bujur Timur dan 07⁰ 41-07⁰ 50 Lintang Selatan memiliki luas wilayah mencapai 61 km² dengan luas laut dan pantai dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Ciamis dan Kota Madya Banjarsari Sebelah Barat : Kecamatan Parigi Sebelah Timur : Kabupaten Cilacap Sebelah Selatan : Samudera Hindia Secara umum Pangandaran beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim kemarau (musim timur) dan musim penghujan (musim barat) dengan curah hujan rata-rata per tahun sekitar 1.647 mm, kelembapan udara antara 85-89% dengan suhu 20-30⁰C. Musim timur dan musim barat secara langsung akan mempengaruhi musim penangkapan ikan di perairan Pangandaran. Musim timur terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, dimana pada saat musim ini laut tidak berombak besar dan perairan dalam keadaan tenang, sehingga operasi penangkapan ikan di laut tidak terganggu. Musim barat terjadi pada bulan November sampai April, dimana pada saat musim ini banyak sebagian nelayan tidak melakukan operasi penangkapan ikan di laut karena kondisi laut dengan ombak yang besar dan curah hujan yang relatif banyak. 30

31 4.2 Profil Penduduk Pangandaran merupakan Kabupaten yang perkembangan penduduknya sangat cepat sehingga kepadatan penduduk tidak dapat dihindari, yang tentunya diikuti dengan kepadatan pemukiman/rumah tinggal penduduk. Penduduk pangandaran berjumlah 9.169 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 4.617 jiwa dan penduduk perempuan yang berjumlah 4.552 jiwa. Adapun jumlah kepala keluarga Kabupaten Pangandaran adalah 2.558 kepala keluarga. Jumlah Penduduk Perempuan 50% Jumlah Penduduk Laki-Laki 50% Gambar 2. Jumlah Penduduk Pangandaran Sumber pendapatan penduduk Kabupaten Pangandaran sebagian besar berasal dari sektor perikanan. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai nelayan. Nelayan yang ada di Pangandaran adalah nelayan tradisional. Jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Pangandaran adalah 1.528 dan penduduk yang lain bekerja sebagai pegawai dan pemilik hotel, pedagang, jasa pariwisata, buruh, tani, PNS, dan TNI/POLRI. TPI pangandaran merupakan TPI yang memiliki jumlah nelayan yang paling banyak apabila dibandingkan dengan TPI yang lainnya, yaitu sebanyak 1.528 orang. Berikut jumlah nelayan pada setiap TPI yang berada di Pangandaran dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 4.

32 Tabel 4. Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap di Pangandaran Tahun TPI Pangandaran (Orang) TPI Bagolo (Orang) TPI Ciawi Tali (Orang) TPI Majingklak (Orang) 2012 2011 2010 2009 2008 1.528 1.510 1.580 1.680 1.710 128 130 156 112 110 207 208 220 210 200 207 209 198 204 210 Sumber : UPTD - PPI Pangandaran 2012 Berdasarkan tabel perkembangan jumlah produksi nelayan per TPI yang tersaji pada Tabel 5, TPI Pangandaran memiliki total produksi yang produktif dibandingkaan dengan TPI yang lainnya. Pada tahun 2012 TPI Pangandaran menghasilkan total produksi sebesar 1.147.157,90 Kg atau setara dengan 60 Miliar. Tabel 5. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap di Pangandaran Tahun TPI Pangandaran (Kg) TPI Bagolo (Kg) TPI Ciawi Tali (Kg) TPI Majingklak (Kg) 2012 2010 2009 2008 1.147.157,90 27.770,8 215.718,05 500.175,40 1.791,71 45,8 324 103.050,06 3.856,05 - - 675,26 3.368,10 - - 917 Sumber : UPTD - PPI Pangandaran 2012 Kapasitas transaksi yang berada di TPI Kecamatan Pangandaran berdasarkan jumlah hasil tangkapan rata-rata perhari seberat 1,147 Ton yang merupakan jumlah terbesar pada tahun 2012 (Sumber : UPTD - PPI Pangandaran 2012). Partisipasi pendidikan di Pangandaran dapat digambarkan bedasarkan jumlah penduduk yang menempuh pendidikan tertentu. Data potensi desa menunjukkan terdapat 2100 orang yang tidak tamat sekolah, 1091 orang tamat SD/Sederajat, 191 orang tamat SMP/Sederajat, 129 orang tamat SLTA/Sederajat dan 40 orang tamat perguruan tinggi selebihnya masih belum terdata di Kantor

33 Kecamatan Pangandaran. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Pangandaran masih tergolong rendah. Tidak Tamat Sekolah SD SMP SLTA Perguruan Tinggi 1% 5% 4% 31% 59% Gambar 3. Tingkat Pendidikan 4.3 Musim Penangkapan Ikan Musim penangkapan ikan di Kabupaten Pangandaran dipengaruhi oleh 2 (dua) musim, yaitu musim puncak dan musim paceklik. Musim puncak terjadi pada bulan-bulan tertentu yang terdapat di musim timur yang berlangsung pada bulan Mei Oktober, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan-bulan tertentu yang terdapat di musim barat yang berlangsung pada bulan November April (DKP Kabupaten Ciamis, 2012). Kondisi armada penangkapan ikan di Kabupaten Pangandaran yang didominasi oleh perahu motor tempel sehingga kegiatan penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh musim timur dan musim barat. Kegiatan penangkapan ikan sebagian besar dilakukan pada musim timur. Pada musim barat nelayan hanya menangkap ikan dalam jumlah yang sedikit bahkan pada waktu-waktu tertentu tidak mendapatkan ikan sama sekali, hal ini disebabkan gelombang dan angin yang besar sehingga nelayan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan, bahkan tidak sedikit nelayan yang memilih untuk tidak melaut.

34 Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2012), nelayan di Kabupaten Pangandaran biasa menangkap ikan di perairan Teluk Pananjung, Teluk Parigi, Karapyak, Nusakambangan dan Cilacap. Jarak yang ditempuh nelayan dari fishing base ke fishing ground berkisar antara 1 5 mil dengan waktu tempuh antara 40 60 menit. Nelayan menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan pengalaman, kebiasaan nelayan, tanda-tanda yang terdapat di alam serta informasi dari nelayan lainnya. Jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan di Kabupaten Pangandaran sangat beragam seperti udang jerbung, lobster, manyung, bawal hitam, bawal putih, kakap merah, kakap putih, kembung, tongkol, tenggiri, layur, cucut, pari dan lain-lain (DKP Kabupaten Ciamis, 2012). 4.4 Unit Penangkapan Ikan 4.4.1 Nelayan Nelayan merupakan pelaku utama dalam proses penangkapan ikan, tetapi kesejahteraan nelayan sudah mengalami kemajuan pada tingkatan kesejahteraan salah satunya nelayan yang berada di Pangandaran. Nelayan di Pangandaran tergolong kedalam nelayan tradisional hanya mengandalkan pengalaman saja tanpa alat bantu dalam penentuan daerah penangkapan ikan serta penggunaan kapal yang masih kecil dengan ukuran 1-5 GT. 4.4.2 Armada penangkapan Armada penangkapan terdiri dari kapal alat tangkap dan ABK dengan adanya armada penangkapan ini dapat membantu para pelaku kegiatan perikanan dalam memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. Statistik Perikanan Kabupaten Ciamis tahun 2012 menunjukan bahwa tidak ada kenaikan jumlah armada penangkapan yang signifikan terjadi di Kabupaten Pangandaran. Kenaikan terjadi pada tahun 2007 karena adanya bantuan penambahan armada penangkapan setelah pasca tsunami.

35 4.4.3 Alat tangkap Alat tangkap merupakan suatu alat yang dapat membantu dalam proses pengkapan hasil tangkapan. Alat tangkap dan pengoprasiannya yang berada di Pangandaran masih tergolong tradisional. Berdasarkan data statistik Perikanan Kabupaten Ciamis Tahun 2012 diperoleh kenaikan jumlah alat tangkap terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah alat tangkap 3460 dan pada tahun 2008 sampai dengan 2011 cenderung tetap tidak ada penambahan jumlah alat tangkap (Statistik Perikanan Kabupaten Ciamis tahun 2012). 4.5 Sarana dan Prasarana Penangkapan Ikan Faktor pendukung perkembangan perikanan dan kelautan di Kabupaten Pangandaran adalah adanya sarana dan prasarana yang lengkap dan digunakan secara maksimal. Salah satu faktor pendukung dalam perikanan dan kelautan di Kabupaten Pangandaran adalah TPI Pangandaran. 4.5.1 KUD Minasari KUD Minasari didirikan pada tanggal 2 Januari 1962 dengan nama KPL (Koperasi Perikanan Laut). Dalam perkembangannya KUD ini mengalami tiga kali perubahan nama, maka pada tanggal 2 November 2000 berubah nama menjadi Koperasi Unit Desa (KUD) Minasari. Dalam pelaksanaan KUD ini diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten, Nelayan, Kantor koperasi, dan intansi yang terkait Kabupaten Ciamis. Aktivitas KUD Minasari tidak hanya bertumpu pada aktivitas perikanan laut, tetapi juga membantu dalam hal pelayanan nelayan seperti usaha simpan pinjam. KUD Minasari sebagai pengelola TPI Pangandaran memiliki peranan sebagai juru tawar, juru karcis, kasir, dan keamanan. Atas jasa tersebut KUD Minasari mendapatkan pemasukan dari pemotongan atau retribusi sebesar 1,2% dari setiap nelayan yang melakukan lelang.

36 Sumber : Dokumentasi Penelitian 2013 Gambar 4. Gedung KUD Minasari Pangandaran 4.5.2 TPI Pangandaran TPI Pangandaran didirikan pada tahun 1973 oleh pemerintah Jawa Barat melalui Dinas Perikanan, TPI ini bertujuan untuk membantu pengembangan usaha perikanan tangkap di Pangandaran khusunya dalam pengaturan tata niaga. Dengan adanya TPI memudahkan nelayan untuk menjualkan hasil tangkapannya. Berdasarkan SK Pemda TK. II Kabupaten Ciamis No. 503. 3047/1993 maka mulai tanggal 1 Oktober 1987 TPI Pangandaran dikelola oleh KUD Minasari, yang bertindak sebagai penyelenggara pelelangan dan Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai penanggung jawab TPI Pangandaran. Sesuai peraturan daerah Gubernur Jawa Barat No 15 tahun1984, pemerintah daerah melalui TPI menarik retribusi lelang sebesar 1,2%. PPI Pangandaran saat ini memiliki 2 gedung TPI yaitu TPI lama yang berlokasi di cukup strategis dengan tempat pendaratan ikan dan kantor KUD serta dekat dengan kawasan pemukiman nelayan, pengolah ikan serta pedagang. TPI Baru berlokasi berdekatan dengan PPI Pangandaran. Nelayan biasa menyebut TPI lama dengan nama TPI 1 dan dan TPI baru sebagai TPI 2. Peneliti melakukan penelitian di TPI 1. Aktifitas di TPI lama baru dioperasikan kembali sekitar 1 tahun yang lalu, dimana sebelumnya TPI ini berhenti beroperasi. Saat ini TPI beroperasi setiap hari mulai dari pagi hingga siang hari, adapun pembeli atau

37 bakul yang datang ke TPI Pangandaran berasal dari daerah Kota Banjar, daerah Pangandaran sekitarnya. Pembeli tersebut umumnya menjual kembali ikan-ikan untuk dijual ke pasar dan ada juga yang menjadi pengelola rumah makan. Sumber : Dokumentasi Penelitian 2013 Gambar 5. Gedung TPI 1 4.6 Hubungan Keberadaan TPI Pangandaran Terhadap Kesejahteraan Nelayan Berikut dipaparkan hasil pengolahan data penelitian mengenai analisis korelasi untuk mengetahui hubungan keberadaan TPI Pangandaran terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan Pangandaran. Kesejahteraan nelayan (Y) merupakan variabel terikat yang akan dianalisis dengan keberadaan fasilitas TPI dengan indikator sebagai berikut : 1. Keberadaan fasilitas TPI (X1). 2. Fungsi fasilitas TPI (X2). 3. Standar pelayanan yang diberikan petugas TPI dalam menjaga dan memperhatikan masalah yang terjadi pada saat pelelangan (X3).

38 4. Standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan (X4). 5. Standar kemampuan yang dimiliki petugas TPI dalam menyelesaikan masalah nelayan (X5). 6. Standar kemampuan petugas TPI dalam memperbaiki situasi tidak terduga di TPI (X6). 7. Kualitas ikan yang nelayan jual (X7). 8. Nilai jual ikan yang diharapkan nelayan (X8). 9. Perkiraan nilai jual ikan yang oleh nelayan atau bakul (X9). Analisis data korelasi antara variabel Y (Kesejahteraan) dan variabel X (Keberadaan TPI) dianalisis mengunakan software SPSS v.20 yang dapat mempermudah dalam menganalisis hubungan korelasi. Berikut hasil analisis data menggunakan SPSS V.20 pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Korelasi Keberadaan TPI Terhadap Kesejahteraan Nelayan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 Y Korelasi 0,43 0,172 0,060 0,93 0,024 0,154 0,001 0,93 0,187 signifikasi 0,019 0,042 0,043 0,05 0,036 0,019 0,049 0,05 0,028 Sumber : SPSS v.20 Diolah Kembali Pada Tabel 6 hasil korelasi yang menunjukan nilai tertinggi yaitu korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan (X4) serta korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan nilai jual ikan yang diharapkan nelayan (X8). Hasil korelasi yang menunjukan nilai terendah yaitu korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan kualitas ikan yang nelayan jual (X7). Korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan (X4) memiliki nilai korelasi 0,93 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan yang sangat tinggi dan berdasarkan uji signifikan hasil menunjukan nilai 0,019 yang berarti asosiasi kedua variabel adalah signifikan. Pelayanan dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kinerja yang menciptakan manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam

39 diri atau atas nama penerima. Sehingga pelayanan itu sendiri memiliki nilai tersendiri bagi pelanggan dalam hubungannya dengan menciptakan nilai-nilai pelanggan. UU RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pada Pasal 41 ayat 1 menjelaskan Dalam rangka pengembangan perikanan, Pemerintah membangun dan membina pelabuhan perikanan yang berfungsi, antara lain sebagai tempat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran dan distribusi ikan, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpulan data tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan, dan tempat untuk memperlancar kegiatan operaional kapal perikanan. Sehingga standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan yang merupakan salah satu unsur dari fungsi tempat pemasaran dan distribusi ikan. Fungsi tempat pemasaran dan distribusi bertujuan agar tujuan dari pelelangan itu sendiri tercapai yang salah satunya yaitu sebagai sarana peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat nelayan. Fauzi dan Anna dalam M. Puansalaing tahun 2012 mengatakan bahwa Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, tidak dapat lepas dari pendekatan pengelolaan sistem dinamik, karena bagaimanapun, sumberdaya perikanan adalah sumberdaya yang dinamis. Sumberdaya perikanan adalah aset yang dapat bertambah dan berkurang. baik secara alamiah maupun karena intervensi manusia. Seluruh dinamika alam dan intervensi ini mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi sumberdaya perikanan tersebut sepanjang waktu. Berdasarkan data faktual di Tempat penelitian bahwa kesejahteraan dan standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan akan saling berhubungan karena nelayan akan selalu mendapatkan kesulitan pada saat pelelangan oleh karena itu petugas TPI harus memiliki sifat yang tanggap terhadap semua yang terjadi di TPI karena apabila petugas TPI memiliki sikap tangap maka pendapatan nelayan pun akan semakin meningkat hal ini disebabkan karena nelayan dan petuagas TPI akan saling berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung.

40 Korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan kualitas ikan (X7) memiliki nilai korelasi 0,001 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan cukup lemah dan berdasarkan uji signifikan hasil menunjukan nilai 0,049 yang berarti asosiasi kedua variabel adalah signifikan. Berdasarkan data faktual yang terjadi di Tempat penelitian bahwa kesejahteraan dan kualitas ikan akan saling berhubungan walaupun nilai korelasi yang dihasilkan adalah 0,001 karena kesejahteraan nelayan akan berhubungan dengan nilai jual ikan sedangkan agar didapatkan nilai jual ikan tinggi maka kualitas barang/ikan yang dipasarkan harus memiliki kualitas yang baik dengan kata lain kesejahteraan berhuhungan secara tidak langsung dengan kualitas ikan yang dilelangkan. Nilai korelasi yang rendah untuk hubungan ini diperkiraan karena kesalahan pada pengisian kuisioner oleh nelayan atau human eror. Dalam penilaian kualitas suatu produk sangat tergantung dari informasi yang melekat pada produk tersebut dan juga tergantung dari seberapa besar informasi tersebut dipahami oleh setiap individu. Informasi-informasi tersebut dapat berupa intrinsik dan ekstrinsik (Schiffman & Kanuk,2000). Informasi intrinsik adalah informasi yang berasal dari dalam produk itu sendiri, sebagai contoh untuk suatu produk perikanan tangkap adalah daging ikan kenyal, mata jernih, insang berwarna merah terang, sisik tidak mudah lepas, tidak ada luka di kulit ikan, dan bau ikan segar adalah faktor intrinsik yang dominan dalam menilai kualitas produk perikanan tangkap. Sedangkan faktor ekstrinsik menjadi pertimbangan dalam penilaian apabila individu belum mempunyai pengalaman nyata tentang produk tersebut. Sehingga diperlukan parameter-parameter lainnya yang melekat pada fisik produk perikanan tangkap. Parameter- parameter tersebut dapat berbentuk harga, jenis dan nama produsen. Besaran harga sebagai salah satu faktor ekstrinsik dalam persepsi konsumen dapat mencerminkan kualitas produk itu sendiri. Korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan nilai jual ikan yang diharapkan nelayan (X8) memiliki nilai korelasi 0,93 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan yang sangat tinggi dan berdasarkan uji signifikan hasil menunjukan nilai 0,005 yang berarti asosiasi kedua variabel adalah signifikan. Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan

41 untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Seseorang selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan memperoleh laba yang maksimal sehingga segala bentuk dana produksi yang dikeluarkan dapat tertutupi dengan keuntungan harga jual dan seseorang tersebut mendapatkan kelebihan dari selisih harga jual dengan biaya produksi, selisihnya tersebut akan meningkatkan kesejahteraan produsen dalam hal ini adalah nelayan. Data faktual yang terjadi di Tempat penelitian bahwa kesejahteraan dan nilai jual ikan akan saling berhubungan karena kesejahteraan nelayan akan berhubungan dengan nilai jual ikan. Nelayan yang menjual ikan ke TPI mengharapkan nilai jual yang sangat tinggi agar semua kebutuhan hidupnya terpenuhi oleh nelayan. Sehingga fungsi TPI diharapkan agar berjalan dengan baik agar kesejahteraan nelayan meningkat. Fungsi TPI yaitu : memperlancar pelaksanaan peyelenggaraan lelang, mengusahakan stabilitas harga ikan, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan beserta keluarganya, meningkatkan pendapatan asli daerah, dan sebagai media komunikasi dan informasi antara nelayan dan lembaga ekonominya. 4.7 Analisis Kesejahteraan Nelayan Kesejehteraan nelayan dianalisis dengan menggunakan kuisioner kesejahteraan berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak Menteri Tenaga Kerja 2005. Secara keseluruhan hasil skor kuisioner seluruh responden dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil kuisioner menunjukan bahwa : 1. Tingkat kesejahteraan sangat layak/tinggi sebanyak 2 responden. 2. Tingkat kesejahteraan layak sebanyak 96 responden. 3. Tingkat kesejahteraan tidak layak sebanyak 5 responden. Secara persentase kesejahteraan nelayan dapat digambarkan pada diagram pie pada gambar 4. Tingkat kesejahteraan dengan persentase tinggi terdapat pada tingkat kesejahteraan layak yaitu sebesar 93%, tingkat kesejahteraan tinggi memiliki persentase sebesar 2% dan tingkat kesejahteraan tidak layak memiliki persentasi 5%.

42 Kesejahteraan Tinggi Kesejahteraan tidak Layak Kesejahteraan Layak 2% 5% 93% Gambar 6. Kesejahteraan Nelayan kesejahteraan nelayan Pangandaran memiliki nilai rata-rata 109,21 yang berarti kesejahteraan nelayan Pangandaran memiliki kesejahteraan yang layak. Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun sprituil yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan Pancasila. Kesejahteraan layak adalah kesejahteraan dimana seseorang atau sekelompok orang yang dapat memenuhi kebutuhan primer dan skunder dengan ditambah sedikit kebutuhan tersier. Berdasarkan jumlah pendapatan nelayan Pangandaran rata-rata bahwa nelayan Pangandaran memiliki pendapatan rata-rata sebesar 1,6 juta rupiah, apabila dikurangi dengan jumlah pengeluaran rata-rata sebesar 1,3 maka pendapatan rata-rata bersih sebesar 300 ribu rupiah. Menurut tingkat pendapatan nelayan Pangandaran yang berdasarkan kepada UMR Kabupaten ciamis bahwa nelayan Pangandaran yang peneliti wawancara memilik pendapatan perbulan rata-rata sebesar 1,6 juta rupiah yang berarti bahwa pendapatan nelayan Pangandaran menunjukan angka diatas UMR Kabupaten Ciamis sebesar 854 ribu rupiah.

43 Kesejahteraan nelayan Pangandaran berdasarkan hasil rata-rata skor kuisioner kesejahteraan bernilai 109,29 yang berarti kesejahteraan layak. Berdasarkan hasil korelasional peneliti antar kesejahteraan dan keberadaan TPI bahwa korelasi antara keduanya bersifat searah sehingga tingkat kesejahteraan nelayan akan berhubungan erat dengan keberadaan TPI. Kesejahteraan nelayan pangandaran berdasarkan korelasi peneliti akan berhubungan erat dengan faktor lainnya selain keberadaan TPI yaitu : fungsi fasilitas TPI, standar pelayanan yang diberikan petugas TPI dalam menjaga dan memperhatikan masalah yang terjadi pada saat pelelangan, standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan, standar kemampuan yang dimiliki petugas TPI dalam menyelesaikan masalah nelayan, standar kemampuan petugas TPI dalam memperbaiki situasi tidak terduga di TPI, kualitas ikan yang nelayan jual, nilai jual ikan yang diharapkan menurut nelayan dan perkiraan nilai jual ikan oleh nelayan atau bakul.