Workshop PEMANFAATAN INFORMASI GENETIK untuk VERIFIKASI LEGALITAS KAYU JATI 5 MEI 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dekade 1990-an. Degradasi dan deforestasi sumberdaya hutan terjadi karena

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013)

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kayu merupakan produk biologi yang serba guna dan telah lama dikenal

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Buku laporan State of the World's Forests yang diterbitkan oleh Food

BAB I PENDAHULUAN. memilikinya,melainkan juga penting bagi masyarakat dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

Yayat Hidayat, Ir. MSi Sopandi Sunarya, Ir. MSi Susana P. Dewi, Ir. MSi Alimudin Yusuf, Ir. MP

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum

Jenis prioritas Mendukung Keunggulan lokal/daerah

kepemilikan lahan. Status lahan tidak jelas yang ditunjukkan oleh tidak adanya dokumen

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tanaman Hutan. Perbenihan.

Suatu unit dalam. embryo sac. (kantong embrio) yang berkembang setelah terjadi pembuahan. Terdiri dari : ~ Kulit biji ~ Cadangan makanan dan ~ Embrio

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

Draft Legalitas: Versi Anyer 28 September 2005

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013

PET U N J U K P E L A K S A N A A N STANDAR SUMBER BENIH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 1/Menhut-II/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI OLEH DIREKTUR JENDERAL BUK SEMINAR RESTORASI EKOSISTEM DIPTEROKARPA DL RANGKA PENINGKATAN PRODUKTIFITAS HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGECEKAN DEKLARASI KESESUAIAN PEMASOK

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB)

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal. Pengelolaan hutan di Negara Indonesia sepenuhnya diatur dan

Catatan Pengarahan FLEGT

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM PEMANTAUAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KAYU DI ERA OTONOMI DAERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dikelola dan

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 534 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN GARUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. METODOLOGI. A. Metode survei

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan

MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN

hutan tetap lestari, tetapi dari aspek ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan akan kayu

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI KARAKTER SPESIFIK UNGGUL KARET BERDASARKAN. Budi Martono Edi Wardiana Meynarti SDI Rusli KODE JUDUL: X.26

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT

Pertanyaan-pertanyaan tentang CertiSource

BAB III METODE PENELITIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG RUMPANG (TR)

STANDARD DAN PEDOMAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU DARI HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKM)

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

2. Undang -undang No 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; 3. Undang-undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN LATAR BELAKANG. Defisit kemampuan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KISI KISI SOAL UKG 2015 PAKET KEAHLIAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. kering yang nyata, tipe curah hujan C F, jumlah curah hujan rata-rata 1.200

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGECEKAN DEKLARASI KESESUAIAN PEMASOK

KERANGKA PROGRAM. Lokasi : Kab. Kuningan, Kab. Indramayu, Kab. Ciamis. Periode Waktu :

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara tidak mampu untuk memproduksi suatu barang atau jasa

PERSIAPAN DUKUNGAN BAHAN BAKU INDUSTRI BERBASIS KEHUTANAN. Oleh : Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku laporan State of the World's Forests yang diterbitkan oleh Food and

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA IUPHHK-HA, IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, DAN HAK PENGELOLAAN KRITERIA DAN INDIKATOR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PENGEMBANGAN INDUSTRI KEHUTANAN BERBASIS HUTAN TANAMAN penyempurnaan P.14/2011,P.50/2010, P.38 ttg SVLK) dan update peta P3HP.

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Sengon atau dengan nama ilmiah Falcataria moluccana (Miq.) Barneby &

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 126 /Dik-2/2012 KURIKULUM DIKLAT PENDAMPINGAN SVLK BAGI PENYULUH

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS PERBENIHAN TANAMAN HUTAN DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, IUPHHK-RE, DAN HAK PENGELOLAAN

OLEH : SOENARNO PUSAT PENELITIAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA IUPHHK-HA, IUPHHK-HTI, IUPHHK-RE, DAN HAK PENGELOLAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Workshop PEMANFAATAN INFORMASI GENETIK untuk VERIFIKASI LEGALITAS KAYU JATI 5 MEI 2015

BioForensik Lacak Balak dengan penanda DNA Tujuan: mengetahui asal usul kayu yang diperdagangkan Sasaran: menyediakan informasi genetik tentang asal-usul kayu sebagai salah satu bukti legalitas kayu yang diperdagangkan. Dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan peredaran kayu ilegal.

Modus operandi perdagangan kayu ilegal Pemalsuan jenis - identifikasi jenis Kayu ilegal dari lokasi yang berjauhan - identifikasi wilayah geografis Kayu ilegal dari satu wilayah geografis - identifikasi populasi

Proses Lacak Balak Penebangan Pengangkutan Ekspor Konsumen Pengolahan

Penanda DNA untuk identifikasi kayu DNA bersifat stabil dan keragaman tinggi DNA tidak dapat dimanipulasi pada saat penebangan dan pengolahan kayu Semua jaringan pada individu yang sama mempunyai susunan DNA yang sama dan diwariskan pada keturunannya Masing-masing individu/klon mempunyai karakter khusus Populasi yang berbeda kemungkinan mempunyai struktur genetik yang berbeda

Ekstraksi DNA dari kayu Tahapan lacak DNA Pengembangan penanda yang informatif (dapat membedakan jenis/geografis) Bahan referensi pembanding Dari daerah asal Data base

Ekstraksi DNA Tantangan Kendala karena umur, inhibitor, prosesing Penanda informatif Spesifik pada taxa Gabungan beberapa jenis penanda mungkin diperlukan (microsatellite, SNP, ITS)

Aplikasi Verifikasi di hutan alam Membandingkan genotipa tunggul/tonggak bekas tebangan dengan kayunya; dengan cara ini dapat dipastikan kebenaran asal-usul kayu; Membangun data base/register DNA dari areal tebangan yang dikelola secara legal. Setiap pohon dalam areal tersebut dapat diambil DNA nya dan dikumpulkan sebagai data base untuk verifikasi Menggunakan DNA barcoding yang membedakan jenis tanaman berdasarkan genotipanya. Cara ini dapat digunakan untuk mengatasi pemalsuan jenis kayu yang diperdagangkan Aplikasi barcoding terhadap kayu dari areal tebangan legal

Aplikasi Verifikasi di Hutan Tanaman Genotipa pohon di hutan tanaman ditentukan oleh asal usul benih; peredaran benih terjadi secara luas Dalam satu blok tanaman benih dapat berasal dari lebih dari satu sumber Hutan tanaman yang terdiri dari beragam asal usul genetik memerlukan penanda DNA yang spesifik Lacak balak DNA di hutan tanaman akan lebih mudah dilakukan bila tegakan mempunyai tata kelola yang baik, dokumentasi asal benih tertib. Aplikasi ini akan lebih mudah bila tanaman menggunakan benih unggul, karena akan mudah membedakan dari benih sembarang.

Strategi Aplikasi DNA log tracking Teknis: pengembangan penanda DNA, metode isolasi DNA, dan uji konsistensi protokol untuk beberapa jenis dan genus, analisis statistik Kelembagaan: peraturan/perundangan yang mengatur legalitas DNA log tracking, otoritas pengambil contoh uji, cara pengambilan contoh uji, penanganan contoh uji, otoritas laboratorium penguji dll. Peningkatan SDM: pelatihan tenaga teknis laboratorium untuk prosesing dan analisis/intepretasi data genetik

Aplikasi penanda DNA pada jati Studi keragaman genetik provenans Identifikasi klon

Jati mempunyai keragaman yang luas untuk sifat bentuk batang, percabangan, banir akar dan epicormics di sebaran alamnya di India, Myanmar dan Thailand Di India, keragaman yang luas ditemukan untuk sifat warna kayu, tekstur, maupun sifat2 anatomis dan mekanis kayunya Kebutuhan kayu jati untuk industri 10 juta m3; suplai dari Perhutani 750 ribu m3 Luas hutan jati rakyat di Jawa 450,000 ha, 1.5 juta petani jati, estimasi produksi 15 juta m3/tahun di Jawa Jati rakyat mensuplai kebutuhan bahan baku bagi industri furnitur, lebih dari 450.000 tenaga kerja terlibat dalam industri kayu jati

TERIMA KASIH