Reka Integra ISSN: Jurusan Teknik Industri Itenas No. 02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGARUH COMPRESSOR WASHING TERHADAP EFISIENSI KOMPRESOR DAN EFISIENSI THERMAL TURBIN GAS BLOK 1.1 PLTG UP MUARA TAWAR

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PLN Dari 1973 Sampai 2005

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 1, April 2012 ISSN

ANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN TESIS

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

OLEH : Willhansen Sindhu Kamarga

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan

OPTIMASI PENYEIMBANGAN BEBAN PADA TRAFO DISTRIBUSI TERHADAP SUSUT ENERGI (APLIKASI FEEDER SIKAKAP)

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

KAJIAN TEKNIS ANTARA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR HSD DAN MFO SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGANTI LNG DI PLTDG PT. INDONESIA POWER UPJP BALI

1 Universitas Indonesia

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP STUDI KASUS PT. PLN PEMBANGKITAN TANJUNG JATI

Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga GAS Batubara di Kabupaten Sintang

PENJADWALAN OPERASI PEMBANGKIT PLTG GUNUNG MEGANG BERDASARKAN BIAYA BAHAN BAKAR. Yusro Hakimah*)

POKOK-POKOK DALAM PENGATURAN PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (Peraturan Menteri ESDM No. 11 Tahun 2017) Jakarta, 10 Februari 2017

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

Estimasi Jumlah Gardu Keluar Tol Pasteur yang Optimal Menggunakan Model Antrean Tingkat Aspirasi *

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN COGENERATION PLANT. oleh Gas turbin yang juga terhubung pada HRSG. Tabel 3.1. Sample Parameter Gas Turbine

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

ORDER QUAANTITY (EOQ).

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum pengambilan data dimulai, turbin gas dioperasikan sampai dengan

Usulan Selang Waktu Perawatan dan Jumlah Komponen Cadangan Optimal dengan Biaya Minimum Menggunakan Metode Smith dan Dekker (Studi Kasus di PT.

PLTMG/PLTD Dual Fuel. By: Eko Sarwono 14 April 2016

Analisa Efisiensi Konsumsi Energi Listrik Pada Kapal Motor Penumpang Nusa Mulia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus

PT LEYAND INTERNATIONAL Tbk PUBLIC EXPOSE. KAMIS, 25 Juni 2015 Hall B, Panin Building Lt. 4 Jakarta

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan,

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rancang Bangun Pembangkit Listrik dengan Sistem Konversi Energi Panas Laut (OTEC)

ANALISIS UNJUK KERJA TURBIN AIR KAPASITAS 81,1 MW UNIT 1 PADA BEBAN NORMAL DAN BEBAN PUNCAK DI PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM POWER PLANT

Optimisasi Kebutuhan Terminal Loading Point di PT X *

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK PULAU BINTAN TESIS SAHAT SIMANGUNSONG

PERHITUNGAN DAYA LISTRIK PEMAKAIAN SENDIRI TRAFO PS UNIT 1,2,3 DAN 4 DI PT.PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN BUKIT ASAM LAPORAN AKHIR

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

Scheduling Energi Pembangkitan di PT. PJB Unit Pembangkitan Brantas PLTA Siman

ISSN : NO

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

STUDI BIAYA PRODUKSI PLTG PESANGGARAN DENGAN BAHAN BAKAR GAS ALAM

MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS

ANALISIS EFISIENSI TURBIN GAS TERHADAP BEBAN OPERASI PLTGU MUARA TAWAR BLOK 1

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

STANDAR KOMPETENSI. Kode Unit : JPI.KE

PEMBEBANAN EKONOMIS DENGAN METODE PENGALI LA GRANGE PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) SEKTOR KERAMASAN PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pusat listrik tenaga gas (PLTG) adalah Salah satu jenis pembangkit listrik

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI

ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN BAKAR TERHADAP EFISIENSI HRSG KA13E2 DI MUARA TAWAR COMBINE CYCLE POWER PLANT

Operasi Ekonomis Melalui Pengaturan Frekwensi Sistem

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI

PENENTUAN HARGA POKOK ENERGI LISTRIK PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO MANADO. Oleh: Maria Puji Lestari

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PROGRAM PERCEPATAN MW TAHAP I PADA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI TESIS

Pengaruh Variasi Ketinggian Aliran Sungai Terhadap Kinerja Turbin Kinetik Bersudu Mangkok Dengan Sudut Input 10 o

ANALISA PERFORMANSI KERJA TURBIN GAS TIPE GE DI LOT 3 DENGAN PUTARAN 3000 RPM PLTG SICANANG, BELAWAN

PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

ALOKASI PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT TERMAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN RUGI-RUGI SALURAN TRANSMISI DENGAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

HASBER F. H. SITANGGANG

Penerapan DSM (Demand Side Management) Untuk Merencanakan Kebutuhan Konsumsi Energi Listrik Di Indonesia

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN

KARAKTERISTIK TURBIN KAPLAN PADA SUB UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR KEDUNGOMBO

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.3 Tahun 2013: ISSN X. Pengaruh Variasi Sudut Input Sudu Mangkok Terhadap Kinerja Turbin Kinetik

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki

PERENCANAAN PEMANFAATAN MARINE FUEL OIL (MFO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ENGINE DIESEL MaK

Optimisasi Kebutuhan Terminal Loading Point di PT X *

Penentuan Rute Distribusi Air Mineral Menggunakan Metode Clarke-Wright Algorithm dan Sequential Insertion *

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Hibrida di Pulau Panjang Menggunakan Software HOMER

Transkripsi:

Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No. 02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014 PENGARUH PEMBEBANAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS TERHADAP EFISIENSI BIAYA PEMBANGKITAN LISTRK (Studi Kasus di PT. Indonesia Power UBP Bali Unit Pesanggaran) BOGI ADIKUMORO, DWI NOVIRANI, LISYE FITRIA Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung Email : bogi.adikumoro@yahoo.com ABSTRAK Salah satu variabel yang menjadi penentu biaya produksi adalah biaya bahan bakar. Biaya bahan bakar akan mempengaruhi jenis konversi energi yang akan di kendalikan menjadi daya listrik dari masing-masing unit PLTG. Jumlah bahan bakar yang digunakan dipengaruhi oleh SFC (Specific Fuel Consumption). Bahan bakar yang semula menggunakan MFO (Marine Fuel Oil) diganti menggunakan solar. Untuk melakukan efisiensi terhadap masing-masing unit PLTG dibutuhkan pengendalian pengoperasian dan pembebanan unit PLTG yang optimal, jumlah unit yang dioperasikan, besar pembebanan masing-masing unit serta nilai SFC untuk masing-masing pembangkit, sehingga diperlukan persentase pembebanan kapasitas pembangkit yang optimum agar mendapatkan total biaya pembangkitan yang minimum dan penghematan biaya bahan bakar. Kata Kunci : PLTG, Specific Fuel Consumption ABSTRACT One variable that determines the cost of production is the fuel of cost. The fuel of cost will affect the type of energy conversion that will be in control of electrical power from each power plant unit. The amount of fuel used is affected by the SFC (Specific Fuel Consumption). Original fuel use MFO (Marine Fuel Oil) is replaced with solar. To improve efficiency of each power plant unit takes control of the operation and optimum load power plant units, the number of units operated, large loading of each unit as well as the value of SFC for each plant, so that the required percentage of the optimum load generation capacity in order to obtain the minimum total generation cost and fuel of cost savings. Keywords : PLTG, Specific Fuel Consumption Makalah ini merupakan ringkasan dari Tugas Akhir Yang disusun oleh penulis pertama dengan pembimbingan penulis kedua dan ketiga. Makalah ini merupakan draft awal dan akan disempurnakan oleh para penulis untuk disajikan pada seminar nasional dan/atau jurnal nasional. Reka Integra - 333

Adikumoro, dkk 1. PENDAHULUAN 1.1 Pengantar PT Indonesia Power (Unit Bisnis Pembangkitan Pesanggaran) yang merupakan salah satu anak perusahaan dari PT PLN (persero) yang menangani bisnis pembangkitan di Bali. Kegiatan operasi PLTG di PT. Indonesia Power Pesanggaran Bali terdapat empat buah unit PLTG terdiri dari dua unit PLTG dengan Daya Mampu Netto (DMN) sebesar 18 MW dan dua unit PLTG dengan DMN sebesar 36 MW. Pengoperasian empat buah unit PLTG mengakibatkan biaya produksi listrik di PT. Indonesia Power masih relatif tinggi dibandingkan dengan harga jual yang ditawarkan kepada masyarakat. PT Indonesia Power mengeluarkan biaya produksi Rp 1.200 per Kilowatt Hour (KwH). Sedangkan harga jual hanya Rp 787 per KwH, sehingga biaya produksi kurang lebih sebesar Rp. 400 per KwH masih dibebankan kepada pemerintah sebagai subsidi. Salah satu variabel yang menjadi penentu biaya produksi adalah biaya bahan bakar. Dengan mengetahui penggunaan bahan bakar (SFC) masing-masing pembangkit maka dapat menentukan jumlah dan kapasitas pembangkit yang akan dioperasikan serta besaran pembebanan untuk memperoleh pola pengoperasian yang optimum. Pengoperasian yang optimum diharapkan SFC masing-masing pembangkit akan menjadi lebih baik dan efisiensi biaya pembangkitan dapat tercapai. 1.2 Identifikasi Masalah Penggunaan bahan bakar pada PLTG akan berbeda pada awal, tengah dan akhir mesin dinyalakan. Pada awal mesin dinyalakan penggunaan bahan bakar akan lebih banyak dibandingkan dengan tengah penggunaan mesin. Untuk melakukan efisiensi terhadap masing-masing unit PLTG dibutuhkan pengendalian, pengoperasian, dan pembebanan unit PLTG yang optimal, jumlah unit yang dioperasikan, besar pembebanan masing-masing unit serta nilai SFC untuk masing-masing pembangkit. 2. STUDI LITERATUR 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (Sijabat, 2010) Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit listrik yang menggunakan mesin turbin gas sebagai penggerak generatornya. Turbin gas dirancang dan dibuat dengan prinsip kerja yang sederhana dimana energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar diubah menjadi energi mekanis dan selanjutnya diubah menjadi energi listrik. 2.2 Biaya Pembangkitan Menurut Sijabat (2010) biaya komponen dibagi menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. a. Komponen Biaya Tetap Komponen biaya tetap adalah biaya yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban kepada Pemilik Modal yang menyertakan ekuitasnya dan kewajiban kepada Investor, sehingga Pusat Pembangkit tetap dapat tumbuh dan bekembang. Komponen biaya tetap terdiri atas: Komponen A adalah Biaya Kapital atau Capital Cost Recovery (CCR). Komponen B adalah Biaya Operasi dan Pemeliharaan Tetap. Reka Integra - 334

Pengaruh Pembebanan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Terhadap Efisiensi Biaya Pembangkitan Listrik (Studi Kasus di PT. Indonesia Power UBP Bali Unit Pesanggaran) b. Komponen Biaya Tidak Tetap Komponen biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan agar pembangkit tetap dapat beroperasi dan menghasilkan energi listrik secara kontinyu melalui penyediaan pasokan energi primer yang berkesinambungan. Komponen biaya tidak tetap terdiri atas: Komponen C adalah Biaya Bahan Bakar. Komponen D adalah Biaya Operasi dan Pemeliharaan Variabel. 3. METODOLOGI PENELITIAN Berikut ini merupakan urutan langkah dari metodologi penelitian beserta uraiannya yang digunakan pada penelitian ini. a. Identifikasi masalah Untuk melakukan efisiensi terhadap masing-masing unit PLTG dibutuhkan pengendalian pengoperasian dan pembebanan unit PLTG yang optimal, jumlah unit yang dioperasikan, besar pembebanan masing-masing unit serta nilai SFC untuk masing-masing pembangkit. b. Studi Literatur Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit listrik yang menggunakan mesin turbin gas sebagai penggerak generatornya. Turbin gas dirancang dan dibuat dengan prinsip kerja yang sederhana dimana energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar diubah menjadi energi mekanis dan selanjutnya diubah menjadi energi listrik. c. Metode Penyelesaian Masalah Dengan masalah yang dialami PT.Indonesia Power langkah yang dilakukan adalah melakukan produktifitas dan efisiensi terhadap biaya pembangkitan. d. Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan adalah data hasil Performance Test yang dilakukan dan data biaya pembangkitan bulan Februari 2013. e. Pengolahan Data Data yang digunakan dalam pengolahan diperoleh dari hasil Performance Test dan biaya pembangkitan. f. Analisis Analisa yang diperoleh dari hasil pengolahan data dengan melakukan perbandingan biaya pembangkitan yang dihasilkan. g. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan saran yang dapat diajukan untuk perusahaan. 4. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Performance Test dan Data Biaya Pembangkitan PLTG UBP Pesanggaran Bali Performance Test yang dilakukan terdiri dari empat unit PLTG yaitu dari Unit 1 sampai dengan unit 4. Unit yang terpilih dalam penelitian ini adalah unit 3, Tabel 1 adalah data-data yang digunakan untuk meminimasi biaya bahan bakar yaitu, data Performance Test pada unit 3 di PLTG UBP Pesanggaran Bali dan data Biaya Pembangkitan untuk unit 3. Reka Integra - 335

Adikumoro, dkk Pengamatan Tabel 1. Pemakaian BBM unit 3 BEBAN PEMAKAIAN BBM (Liter) (MW) Stand Awal Stand Akhir Total Pemakaian (Liter) 1 21 7.053.000 7.055.250 2.250 2 27 7.106.170 7.108.940 2.770 3 30 7.137.810 7.140.783 2.973 4 32 7.172.940 7.176.053 3.113 5 32 7.208.210 7.211.323 3.113 6 32 7.211.323 7.214.435 3.113 7 32 7.214.435 7.217.548 3.113 8 32 7.217.548 7.220.661 3.113 9 32 7.220.661 7.223.774 3.113 10 32 7.223.774 7.226.886 3.113 11 32 7.226.886 7.229.999 3.113 12 32 7.229.999 7.233.112 3.113 13 32 7.233.112 7.236.225 3.113 14 32 7.236.225 7.239.337 3.113 15 32 7.239.337 7.242.450 3.113 16 32 7.242.450 7.245.563 3.113 Dari data diatas didapatkan grafik untuk performance test, Gambar 1 adalah grafik performance test untuk pemakaian BBM pada unit 3. Gambar 1. Grafik performance test pemakaian BBM unit 3 4.2 Data Biaya Pembangkitan Unit 3 Realiasi biaya pembangkitan unit PLTG 1 sampai 4 pada bulan Februari 2013 per komponen seperti pada Tabel 2. Reka Integra - 336

Pengaruh Pembebanan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Terhadap Efisiensi Biaya Pembangkitan Listrik (Studi Kasus di PT. Indonesia Power UBP Bali Unit Pesanggaran) Komponen Biaya Tabel 2. Biaya pembangkitan unit 3 Jumlah Biaya Investasi (A) Rp. 1.976.031.472 Biaya Tetap (B) Rp. 3.584.012.409 Biaya Bahan Bakar (C) Rp. 50.763.718.632 Biaya Variabel (D) Rp. 17.628.299 Total biaya Rp. 56.341.390.812 Pengurangan Pembayaran Pemakaian Sentral & Susut Trafo Rp. 135.774.840 Total Pembayaran Netto Rp. 56.205.615.972 4.3 Perhitungan SFC (Specific Fuel Consumption) Unit 3 Tabel 3 adalah perhitungan SFC pada unit 3: Tabel 3. perhitungan SFC unit 3 Perhitungan SFC unit 3 pada beban 20 MW : Total Pemakaian BBM = Stand Akhir BBM Stand Awal BBM (Liter) (1) = 7,055,250 7,053,000 = 2,250 (liter) Total Produksi Listrik = Stand Akhir Listrik Stand Awal Listrik (KwH) (2) = 4,174,244 4,169,100 = 5,144 (KwH) (3) Reka Integra - 337

Adikumoro, dkk Grafik SFC unit 3 seperti pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik SFC unit 3 4.4 Perhitungan Biaya Bahan Bakar Unit 3 Dengan asumsi untuk pengoperasian selama 8 jam (saat malam hingga pagi hari / pkl 22.00 sd 06.00) maka akan diperoleh selisih pemakaian bahan bakar sebesar: Total pemakaian BBM = SFC x 20,000 Kw x 8 Jam (4) = 0.437 x 20,000 Kw x 8 Jam = 69,920 Liter Dengan asumsi biaya bahan bakar sebesar Rp. 10,000/liter maka akan diperoleh selisih biaya pemakaian BBM sebesar : Biaya pemakaian BBM = Total selisih pemakaian BBM x harga BBM (5) = 69,920 Liter x Rp. 10,000 = Rp 699,200,000 Biaya pemakaian BBM selama satu bulan (30 hari) adalah : (6) = Biaya Pemakaian BBM x 30 hari = Rp. 699,200,000 x 30 hari = Rp. 20,976,000,000 4.5 Perkiraan Biaya Pembangkitan Perkiraan total biaya pembangkitan PLTG unit 3 untuk bulan Maret 2013 dapat dilihat pada Tabel 4 : Tabel 4. Biaya pembangkitan unit PLTG 3 Komponen Biaya Jumlah Biaya Investasi (A) Rp. 1.976.031.472 Biaya Tetap (B) Rp. 3.584.012.409 Biaya Bahan Bakar (C) Rp. 20.976.000.000 Biaya Variabel (D) Rp. 17.628.299 Total biaya Rp. 26.553.672.180 Pengurangan Pembayaran Pemakaian Sentral & Rp. 135.774.840 Susut Trafo Total Pembayaran Netto Rp. 26.417.897.340 Reka Integra - 338

Pengaruh Pembebanan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Terhadap Efisiensi Biaya Pembangkitan Listrik (Studi Kasus di PT. Indonesia Power UBP Bali Unit Pesanggaran) 4.6 Persentase Penghematan Biaya Bahan Bakar dan Biaya Pembangkitan Untuk mengetahui perbandingan penghematan total biaya pembangkitan dan persentase penghematan biaya bahan bakar unit 3, dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan biaya pembangkitan bulan Februari dan Maret 2013 PLTG unit 3 Komponen Biaya Bulan Februari 2013 Bulan Maret 2013 Biaya Investasi (A) Rp. 1.976.031.472 Rp. 1.976.031.472 Biaya Tetap (B) Rp. 3.584.012.408 Rp. 3.584.012.409 Biaya Bahan Bakar (C) Rp. 50.763.718.632 Rp. 20.976.000.000 Biaya Variabel (D) Rp. 17.628.299 Rp. 17.628.299 Total biaya Rp. 56.341.390.812 Rp. 26.553.672.180 Pengurangan Pembayaran Pemakaian Rp. 135.774.839 Rp. 135.774.840 Sentral & Susut Trafo Total Pembayaran Netto Rp. 56.205.615.972 Rp. 26.417.897.340 P (7) P (8) Dari data perbandingan bulan February dan bulan Maret diatas diketahui dengan mengganti bahan bakar yang semula Marine Fuel Oil (MFO) menjadi solar terjadi penurunan biaya bahan bakar yang cukup signifikan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan daya pada jam 22.00-06.00 perusahaan disarankan untuk menggunakan PLTG unit 3 agar dapat menghemat biaya pembangkitan. Selama ini perusahaan selalu menggunakan unit PLTG 3 dengan beban 100%, sehingga perusahaan mengeluarkan biaya bahan bakar yang cukup besar, tetapi apabila perusahaan menggunakan unit PLTG 3 dengan beban 50% perusahaan dapat menghemat dengan estimasi penghematan biaya bahan bakar sebesar 58,70% dan estimasi penghematan biaya pembangkitan sebesar 54,70%. 5. ANALISIS 5.1 Analisis Perbandingan Penggunaan Bahan Bakar Perbandingan penggunaan bahan bakar pada masing-masing unit PLTG dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Rekapitulasi penggunaan bahan bakar (SFC) PLTG Beban (MW) Unit 1 (Liter/Kwh) Unit 2 (Liter/Kwh) Unit 3 (Liter/Kwh) 5 0.96 0.783 9 0.542 10 0.564 15 0.468 0.467 17 0.462 18 0.446 20 0.437 0.441 25 0.405 27 0.405 30 0.392 0.384 32 0.384 35 0.367 Unit 4 (Liter/Kwh) Reka Integra - 339

Adikumoro, dkk Dari tabel 5.1 diatas dapat diketahui pada beban antara 17-20 MW yang memiliki SFC terendah adalah PLTG unit 3 yaitu sebesar 0,437 Liter/KWH, sehingga PLTG unit 3 lebih baik dibandingkan dari unit lainnya untuk dinyalakan pada jam 22.00-06.00 dengan kebutuhan daya antara 17-20 MW. 5.2 Analisis Perhitungan Biaya Bahan Bakar Unit 3 untuk pengoperasian unit PLTG 3 pada beban antara 17-20 MW unit yang paling efisien untuk dioperasikan pada pukul 22.00-06.00 adalah unit PLTG unit 3 pada beban 20 pada SFC 0.437 dengan biaya pemakaian BBM terendah yaitu sebesar Rp. 20.976.000.000. 5.3 ANALISIS PERBANDINGAN PERSENTASE PENGHEMATAN BIAYA PEMBANGKITAN BULAN FERBRUARI DAN MARET 2013 UNIT 3 Perbandingan penghematan biaya pembangkitan bulan Februari dan Maret pada unit 3 dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini: P Tabel 7. Perbandingan Biaya Pembangkitan Bulan Februari dan Maret 2013 unit PLTG 3 Komponen Biaya Bulan Februari 2013 Bulan Maret 2013 Biaya Investasi (A) Rp. 1.976.031.472 Rp. 1.976.031.472 Biaya Tetap (B) Rp. 3.584.012.408 Rp. 3.584.012.409 Biaya Bahan Bakar (C) Rp. 50.763.718.632 Rp. 20.976.000.000 Biaya Variabel (D) Rp. 17.628.299 Rp. 17.628.299 Total biaya Rp. 56.341.390.812 Rp. 26.553.672.180 Pengurangan Pembayaran Pemakaian Rp. 135.774.839 Rp. 135.774.840 Sentral & Susut Trafo Total Pembayaran Netto Rp. 56.205.615.972 Rp. 26.417.897.340 P 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil yang diperoleh dari pengolahan data, maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1. SFC terendah untuk dinyalakan pada jam 22.00-06.00 dengan kebutuhan daya antara 17-20 MW (lihat Tabel 5.1) adalah PLTG unit 3 beban 50% dengan SFC 0,437 Liter/KWH. Estimasi biaya penggunaan bahan bakar selama 1 bulan adalah 58,70% atau Rp. 20.976.000.000. 2. Estimasi efisiensi penghematan biaya pembangkitan untuk PLTG unit 3 beban 50% (20MW) pada bulan maret 2013 adalah sebesar 54,70 % atau estimasi biaya sebesar Rp. 31.902.873.575. 3. 6.2 Saran Saran yang dapat diberikan untuk PT. Indonesia Power adalah: 1. Dari empat unit PLTG yang dimiliki perusahaan, perusahaan cukup menggunakan 1 unit PLTG yaitu PLTG unit 3 dengan beban 50% kapasitas 36 MW untuk memenuhi kebutuhan daya listrik di Bali pada jam 22.00-06.00 karena lebih efisien dibandingkan menggunakan 2 unit PLTG dengan beban 50% kapasitas 18 MW atau 1 Unit PLTG Reka Integra - 340

Pengaruh Pembebanan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Terhadap Efisiensi Biaya Pembangkitan Listrik (Studi Kasus di PT. Indonesia Power UBP Bali Unit Pesanggaran) dengan beban 100% kapasitas 36 MW, sehingga penghematan biaya pembangkitan pun dapat tercapai. 2. Perusahaan direkomendasikan untuk melakukan performance test secara rutin setiap bulan atau minimal 3 bulan sekali untuk mendapatkan hasil rekomendasi pengoperasian yang paling efisien. 3. Perusahaan mengganti bahan bakar yang digunakan yang semula Marine Fuel Oil (MFO) menjadi solar. REFERENSI Boyce, Meherwan, P. (2002). Gas Turbine Engineering HandBook, GPP, Texas. Carter, William, K. (2004). Akuntansi Biaya, Salemba Empat, Jakarta. Hasibuan, S., P. (2001). Manajemen, PT. Bumi Aksara, Jakarta Sijabat, Roy, H. (2010). Pembangkitan Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali (JAMALI), Sekretariat Perusahaan PT. PLN (Persero), Jakarta. Tryfos, Peter. (1996). Sampling Methods For Applied Research, Wiley, Canada. Reka Integra - 341