Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Akademik

dokumen-dokumen yang mirip
DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

Analisis Deskriptif Guru PAI dan Pengawas Tahun Pelajaran

Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik

Analisis Deskriptif Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Tahun Akademik

Analisis Deskriptif Pondok Pesantren, Pendidikan Diniyah dan TPQ 2011

Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik

Analisis Deskriptif Guru PAI dan Pengawas Tahun Pelajaran

Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik

KEMENTERIAN AGAMA R.I. Bagian Perencanaan dan Data

KEMENTERIAN AGAMA R.I Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi

DAFTAR ISI. Kata Sambutan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut dibahas mengenai: Latar Belakang

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN AGAMA

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

PENDAHULUAN Latar Belakang

DEPARTEMEN AGAMA R.I SETDITJEN PENDIDIKAN ISLAM Bagian Perencanaan dan Data

DESKRIPTIF STATISTIK GURU DAN PENGAWAS PAIS

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

ABSTRAK KINERJA PENGAWAS MADRASAH KEMENTERIAN AGAMA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN Isti Diana Sari 1, Zulkarnain 2, Rosana 3

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

dari atau sama dengan S2 ( S2) yaitu 291 orang (0,9%) pengajar (Gambar 4.12). A.2. Program Pendidikan Terpadu Anak Harapan (DIKTERAPAN)

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2014 NOMOR : DIPA /2014 I A. INFORMASI KINERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DEPARTEMEN AGAMA R.I DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM. Bagian Perencanaan dan Data

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

PENGUMUMAN Nomor: 12.i/PPM/VIII/2013

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1

RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN PROGRAM KUALIFIKASI SARJANA (S-1) PGMI BAGI GURU KELAS NON-PGMI MELALUI DUAL MODE SYSTEM (DMS)

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

HAK GURU. Uraian tentang hak-hak guru selanjutnya dituangkan dalam tabel di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pembangunan yang semakin meningkat menuntut adanya SDM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis

DESKRIPTIF STATISTIK PTAI

Analisis Tingkat Partisipasi Pendidikan Siswa Madrasah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Bahkan,

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

PEMUTAKHIRAN DATA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

KEMENTERIAN AGAMA RI

KEBIJAKAN TENTANG PEMBINAAN KARIR DOSEN Prof.dr. Ali Ghufron Mukti, Ph.D DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

SIMPATIKA Periode 2017/2018

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

KEMENTERIAN AGAMA RI

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH   

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

KEMENTERIAN AGAMA RI

TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009/2010

RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

BAB I PENDAHULUAN. bangsa memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.

2) Pendidikan Menengah. rasio guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

RENCANA ANGGARAN KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI2018 (PROGRAM, SASARAN DAN INDIKATOR)

REVISI KE-1 DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2012 NOMOR : 1490/ /01/2012 TANGGAL : 9 Desember 2011 IA.

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan

PEDOMAN PELAKSANAAN KOMPETISI GURU, KEPALA DAN PENGAWAS RA/MADRASAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2014

A. Latar Belakang Masalah

JUMLAH PAUD NON FORMAL DAN TK/PAUD FORMAL KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

PEDOMAN BEASISWA KUALIFIKASI S2 GURU PAI CALON PENGAWAS

PENGUMUMAN BEASISWA S-2 BAGI GURU MADRASAH TAHUN 2013

2015, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lemba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

Transkripsi:

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Akademik 2009-2010 A. Pengantar Tahun ini terjadi penambahan jumlah madrasah negeri dikarenakan beberapa madrasah penegerian baru yang di-sk-kan per Januari 2010 baru terdata sekarang. Pendidikan RA dan Madrasah merupakan satuan pendidikan dibawah naungan Direktorat Pendidikan Madrasah Pendidikan Ditjen Islam Kemenag RI. Pendidikan RA dan Madrasah merupakan pendidikan dasar dan menengah yang sangat menentukan standart kualitas sumber daya manusia yang mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas, menguasai iptek serta berlandaskan iman dan takwa kepada Allah SWT. B Analisis Deskriptif Data 1. Kelembagaan Jenis Data yang didata antara lain RA, MI, MTs dan MA. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Bagian Perencanaan dan Data Setditjen Pendidikan Islam, pada Tahun Pendidikan 2009-2010, secara nasional terdapat sebanyak 23.007 RA, 22.239 MI, 14.024 MTs, dan 5.897 MA yang tersebar di 33 propinsi. Jumlah MIN pada Tahun Pendidikan 2009-2010 sebanyak 1.675, MTsN sebanyak 1.418, sementara MAN sebanyak 748. Untuk jenjang MI, jumlah MIN pada tahun sebelumnya sebanyak 1.662, terdapat perbedaan MIN sebanyak 13 lembaga, sementara untuk jenjang MTs, jumlah MTsN pada tahun sebelumnya sebanyak 1.384, terdapat perbedaan sebanyak 34 lembaga. Sementara untuk jenjang MA pada tahun sebelumnya sebanyak 735, lembaga. Hal ini disebabkan karena 1

220000 99//22 0011 00 SS taat t ti iisst ti iikk PPeennddi iiddi iikkaann IIssl llaamm pada tahun ini terjadi penambahan jumlah madrasah negeri dikarenakan beberapa madrasah penegerian baru yang 2 di-sk-kan per Januari 2010 baru sekarang. terdata Bila dilihat secara keseluruhan, ternyata jumlah lembaga RA, MI, MTs maupun MA secara pendataan terus mengalami peningkatan jumlah lembaga dari tahun ke tahun. Hal ini dimungkinkan oleh beberapa sebab diantaranya adalah besarnya tanggungjawab masyarakat akan pentingnya pendidikan. Pendidikan tidak melulu harus menjadi tanggung pemeritah melainkan menjadi tanggungjawab jawab saja, juga masyarakat. Hal ini terbukti dari komposisi jumlah lembaga antara Negeri dan Swasta, ternyata lebih dari 85% lembaga tersebut diselenggarakan Grafik 1.1. Jumlah Lembaga RA, MIN, MIS, MTsN, MTsS, MAN dan MAS Tahun Pelajaran 2009/2010. oleh swasta, dalam hal melalui sebuah yayasan ataupun atas nama perorngan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan terutama pendidikan berbasis agama untuk generasi yang akan datang untuk menghadapi tantangan global. Grafik 1.2. Jumlah RA berdasarkan Status Tahun Pelajaran 2009/2010. Tinjauan untuk RA berdasarkan statusnya terbagi menjadi Pembina, Inti, Reguler, Lainnya. Sebanyak 127 atau 0,6% RA berstatuskan Pembina,

sebanyak 4.077 atau 17,7% berstatuskan Inti, dan sebanyak 7.841 atau 34,1% berstatuskan Reguler. Sementara sebanyak 10.962 atau 47,6% berstatuskan Lainnya. Hanya memang perlu pengkajian lebih lanjut tentang status lainnya tersebut, mengingat keterbatasan formulir yang disebarkan, status tersebut perlu diuraikan lebih terinci. Secara keseluruhan masih banyak status Lainnya yang masih perlu digali lebih mendalam lagi, atau informasi sementara yang didapat ternyata perhatian untuk tata kelola jenjang RA ini masih perlu perhatian yang lebih banyak lagi dari lingkungan Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI, sehingga pada saatnya nanti tata kelola lembaga RA jauh lebih baik dan bermutu lagi, mengingat bahwa jenjang RA ini sebenarnya merupakan row input untuk calon-calon siswa MI yang lebih bermutu. Berbicara masalah tata kelola, ternyata untuk jenjang MI, MTs, dan Grafik 1.3. Jumlah MI berdasarkan Akreditasi Tahun Pelajaran 2009/2010 MA hal yang penting atau perlu perhatian adalah masalah akreditasi. Masalah akreditasi ini menjadi penting karena ini merupakan tolok ukur mutu lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan data yang masuk ke Bagian Perencanaan dan Data, untuk jenjang MI ternyata sebanyak 1.688 atau 7,6% berakreditasi A, sementara sebanyak 9.088 atau 40,9% berakreditasi B, dan sebanyak 7.170 atau 32,3% berakreditasi C. Sementara sebanyak 4.293 atau 19,3% belum terakreditasi baik itu A, B ataupun C. Sementara angka untuk akreditasi jenjang MTs, sebanyak 1.199 atau 8,6% memiliki akreditasi A, 5.757 atau 41,1% terakreditasi B, sementara sebanyak 3.698 atau 26,3% terakreditasi C, dana sebanyak 3.368 atau 24,0% belum terakreditasi. 3

220000 99//22 0011 00 SS taat t ti iisst ti iikk PPeennddi iiddi iikkaann IIssl llaamm 4 Grafik 1. 4. Jumlah MTs berdasarkan Akreditasi Tahun Pelajaran 2009/2010 Untuk jenjang MA, sebanyak 484 atau 8,2% terakreditasi A, 1.879 atau 31,9% terakreditasi B, sementara sebanyak 1.650 atau 27,9% terakreditasi C. Sedangkan sebanyak 1.884 atau 31,9% belum terakreditasi banyak pekerjaan yang harus lebih ditingkatkan dari Direktorat madrasah berkaitan dengan akreditasi. Ternyata secara rerata madrasah di Indonesia yang memiliki akreditasi A dibawah Grafik 1. 5. Jumlah MA berdasarkan Akreditasi Tahun Pelajaran 2009/2010 10%. Ini tentunya membutuhkan manajemen tata kelola yang baik sehingga nantinya akan lebih banyak madrasah yang memiliki akreditasi A, sehingga dengan sendirinya akan membentuk citra madrasah itu sendiri di masyarakat. 2. Peserta Didik atau Siswa Jumlah keseluruhan peserta didik atau siswa berdasarkan masingmasing jenjang adalah sebanyak 915.315 siswa RA, kemudian sebanyak 3.013.220 siswa MI, sebanyak 2.541.839 siswa MTs, dan sebanyak 917.227 siswa MA. Sementara komposisi siswa untuk jenjang MI, MTs dan status MA berdasarkan lembaga, sebanyak 375.392 siswa MIN, 2.637.828 siswa MIS, 610.348 siswa MTsN, 1.931.491 siswa

MTsS, 319.499 siswa MAN, dan sebanyak 597.728 siswa MAS. Grafik 1.6. Jumlah Siswa RA, MI, MTs, dan MA Tahun Pelajaran 2009/2010 Dari paparan diatas nampaklah bahwa jumlah siswa madrasah swasta berbanding lurus dengan jumlah lembaga yang berstatus swasta. Hal ini menyatakan bahwa kontribusi lembaga swasta sangat berarti di dunia pendidikan agama islam. Ini perlu dicermati agar kualitas atau mutu lembaga tersebut dapat terus termonitor. jumlah jenis untuk RA Komposisi siswa berdasarkan kelamin, jenjang sebanyak 460.154 atau 50,3% berjenis kelamin lakilaki, sementara sebanyak 455.161 atau 49,7% merupakan siswa perempuan. Untuk jenjang RA ini perbandingan jumlah siswa laki-laki dengan perempuan hampir seimbang. Untuk jenjang MI, sebanyak 1.554.253 atau 51,6% siswa laki-laki, dan sebanyak 1.458.967 atau 48,4% merupakan siswa perempuan. Perbandingan siswa laki-laki dengan perempuan untuk jenjang MI siswa laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan dengan siswa perempuan. Untuk jenjang MTs, sebanyak 1.249.409 atau 49,2% siswa laki-laki dan sebanyak 1.292.430 siswa 5

220000 99//22 0011 00 SS taat t ti iisst ti iikk PPeennddi iiddi iikkaann IIssl llaamm perempuan. Untuk jenjang MTs ternyata jumlah siswa perempuan sedikit lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa laki-laki. Sementara untuk jenjang MA sebanyak 413.846 atau 45,1% siswa laki-laki dan sebanyak 503.381 atau 54,9% merupakan siswa perempuan. Ternyata untuk jenjang MA ini mirip dengan jenjang MTs, jumlah siswa perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa laki-laki. Paparan diatas menunjukan sesuatu yang menarik akan tetapi perlu lanjut dan mendalam, mengapa selepas MI, banyak siswa laki-laki yang tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya. sebanyak 1:19. Jumlah rombel untuk jenjang MI sebanyak 140.585 dengan jumlah siswa sebanyak 3.013.220 orang, sehingga rasio rombel:siswa sebanyak 1:21. Untuk jenjang MTs, jumlah rombel sebanyak 78.648 dengan jumlah siswa sebanyak 2.541.839 orang, rasio rombel:siswa adalah 1:32. Sementara untuk jenjang MA, jumlah rombel sebanyak 31.507 dengan jumlah siswa sebanyak 917.227 orang, sehingga rasio rombel:siswa adalah 1:29. Indikator lain yang tak kalah pentingnya untuk memonitor perkembangan lembaga pendidikan adalah nilai rombongan belajar (rombel) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Jumlah rombel untuk jenjang RA adalah sebanyak 47.714 dengan jumlah siswa sebanyak 915.315 orang, sehingga diketahui rasio rombel:siswa 6 Grafik 1.7. Jumlah Siswa RA, MI, MTs, dan MA berdasarkan jenis kelamin Tahun Pelajaran 2009/2010 Sementara komposisi rasio rombel:siswa berdasarkan status madrasah negeri maupun swasta adalah sebagai berikut : untuk MIN sebesar 1:27; MIS sebesar 1:21; MTsN sebesar1:35; MTsS sebesar 1:32; MAN sebesar 1:33; dan MAS sebesar 1:27.

Nilai APK untuk RA sebesar 7,51, sementara untuk MI sebesar 11,36, MTs sebesar 19,50 dan MA sebesar 7,28. Grafik 1.8. Nilai APK Tahun Pelajaran 2009/2010 Dari nilai APK tersebut nampak bahwa dapat dipaparkan bahwa secara ratarata minat masyarakat terhadap madrasah siswa pengulang untuk jenis semakin besar dari jenjang RA sampai kelamin perempuan lebih kecil di dengan MTs, akan tetapi pada jenjang banding dengan siswa laki-laki. Hal ini MA terlihat turun sangat drastis. Hal ini terjadi di tingkat MI, MTs maupun MA perlu dicari terobosan-terobosan yang baik itu di madrasah negeri maupun lebih inovatif agar nilai jual MA swasta (lihat Tabel 1.06, Tabel 1.06.1, menjadi semakin baik, sehingga dan Tabel 1.06.2). masyarakat tertarik menyekolahkan anaknya di tingkat MA. Indikator pendidikan selanjutnya yang cukup penting adalah jumlah siswa Grafik 1.9. Jumlah Pengulang Tahun Pelajaran 2009/2010 pengulang. Berdasarkan data pengulang Peningkatan kualitas peserta didik yang dipaparkan diatas ternyata secara perlu mendapat perhatian sebagian besar siswa pengulang khusus, berdasarkan data yang ada adalah siswa laki-laki. Hal ini 7

220000 99//22 0011 00 SS taat t ti iisst ti iikk PPeennddi iiddi iikkaann IIssl llaamm menunjukan bahwa kualitas siswa lakilaki perlu mendapat perhatian lebih khusus lagi, sehingga dimasa yang akan datang jumlah pengulangnya bisa lebih diperkecil. dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga sangat berguna untuk bekal anak tersebut dimasa mendatang yang penuh dengan tantangan-tantangan kehidupan. Indikator pendidikan selanjutnya yang perlu ditinjau adalah jumlah siswa drop out (DO). Secara umum siswa laki-laki di jenjang MI, MTs, MA baik untuk status negeri maupun swasta lebih mendominasi tingkat drop out siswa dibandingkan dengan siswa perempuan. Ini mungkin perlu kajian mengapa hal tersebut terjadi. Ada apa dengan siswa laki-laki? Hal ini merujuk pada salah satu judul film yang pernah populer di Indonesia. Kualitas siswa laki-laki perlu mendapat perhatian lebih khusus lagi, sehingga jumlah angka putus sekolah/drop out bisa lebih diperkecil. Kemungkinan yang lain adalah perubahan-perubahan nilainilai dan cara pandang masyarakat itu sendiri bahwa anak perempuan juga memerlukan pendidikan sampai 8 Grafik 1.10. Jumlah Siswa Drop Out Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan diagram atau grafik 1.10. diatas, ternyata terdapat fenomena yang menarik dimana jumlah siswa putus sekolah atau drop out cenderung tinggi di tingkat MTs. Hal ini dimungkinkan karena faktor ekonomi orangtua yang sudah tidak dapat mendukung untuk pembiayaan pendidikan siswa yang bersangkutan. Ini baru dugaan penulis, perlu diteliti lebih mendalam lagi, faktor-faktor pemicu timbulnya siswa putus sekolah di tingkat MTs.

3. Personal Lembaga Pendidikan 3.1. Kepala Lembaga Pendidikan tersebut untuk manajemen tata kelola lembaga agar lebih baik. Jumlah Kepala RA sebanyak Latar Belakang Pendidikan Kepala 23.007 orang. Dari jumlah tersebut MIN sebanyak 272 orang atau 16,2% bila dilihat dari latar belakang berpendidikan kurang dari S1, dan pendidikan atau kualifikasi pendidikan sebanyak 133 orang atau 7,9% sebanyak 70,1% atau 16.122 orang memiliki jenjang pendidikan kurang dari S1, sebanyak 29,1% atau 6.704 orang berpendidikan S1, dan sisanya berpendidikan S2. Sementara sebagian besar Kepala MIN berpendidikan S1, yaitu sebanyak 1.270 orang atau 77,8%. Sementara untuk Kepala MIS sebanyak 181 orang atau 0,8% sebagian besar berpendidikan kurang berpendidikan S2. dari S1, yaitu sebanyak 9.800 orang atau 47,7%, sebanyak 10.371 orang atau 50,4% berpendidikan S1, dan sisanya sebanyak 393 orang atau 1,9% berpendidikan minimal S2. Untuk lebih jelasnya lihat grafik berikut ini Grafik 1.11. Latar Belakang Pendidikan Kepala RA (Grafik 1.12.). Dari Grafik diatas terlihat bahwa masih banyak sekali Kepala RA yang berlatar belakang pendidikan belum S1, hal ini perlu perhatian dan dorongan dari pemerintah agar para Kepala RA tersebut minimal memiliki pendidikan minimal S1, dikarenakan hal ini berkaitan dengan skill individu 9

220000 99//22 0011 00 SS taat t ti iisst ti iikk PPeennddi iiddi iikkaann IIssl llaamm berlatar pendidikan kurang dari S1. Ini berarti bahwa pemerintah harus lebih memperhatikan sektor swasta, karena hal ini berkaitan dengan sumber daya di MI sektor swasta Grafik 1.12. Latar Belakang Pendidikan Kepala MI jauh lebih besar Dari Grafik diatas ternyata daripada MIN, dalam kata lain terdapat kondisi atau fenomena yang pemerintah tidak boleh menarik. Kondisi tersebut adalah bila menganaktirikan sektor swasta, pada MIN, latar belakang pendidikan karena kontribusinya yang begitu Kepala MIN yang belum S1 memiliki besar di dunia pendidikan islam. jumlah yang jauh lebih kecil Untuk jenjang MTsN, sebanyak 54 dibandingkan dengan yang memiliki orang atau 3,8% Kepala MTsN masih latar belakang pendidikan minimal S1. Kondisi sebaliknya terjadi di MIS, bahwa Kepala MIS yang memiliki latar belakang minimal S1 jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang Grafik 1.13. Latar Belakang Pendidikan Kepala MTs 10

berlatar belakang kurang dari S1, dari S1, 3.926 orang atau 76,2% sedangkan sebagian besar sudah berkualifikasi S1, dan sisanya berkualifikasi S1 sebanyak 985 orang sebanyak 641 orang atau 12,5% atau 69,5%, sedangkan sebanyak 379 berkualifikasi minimal S2. orang atau 26,7% berkualifikasi S2. Secara garis besar kualifikasi Sementara untuk MTsS, sebanyak kepala madrasah mengalami 2.800 orang atau 22,2% berkualifikasi peningkatan, yakni yang tadinya kurang dari S1, 8.984 orang atau belum S1, sekarang sudah menjadi S1, 71,3% berkualifikasi S1, dan yang sebelumnya S2, sekarang sudah selebihnya sebanyak 820 orang atau menjadi S2. Pendek kata hal ini perlu 6,5% berkualifikasi minimal S2. didorong terus menerus agar kualitas Berdasarkan Grafik diatas, perlu SDM terutama untuk kepala madrasah adanya dorongan dari pemerintah agar terus meningkat secara kualifikasi para Kepala MTs yang belum pendidikannya. Diharapkan dengan berpendidikan minimal S1, agar segera semakin tinggi pendidikannya, akan meningkatkan kualifikasinya tercipta SDM yang bermutu sehingga mengingat tantangan dunia pendidikan mampu menjadi manajer yang handal ke depan jauh lebih besar, sehingga untuk lembaga-lembaga pendidikan harus dipimpin oleh seorang individu islam khususnya dan dunia pendidikan yang mumpuni secara skill. di Indonesia pada umumnya. Untuk jenjang MAN, sebanyak 12 orang atau 1,6% Kepala MAN berkualifikasi kurang dari S1, 463 orang atau 61,9% berkualifikasi S1, dan sebanyak 273 orang atau 36,5% berkualifikasi minimal S2. Sementara untuk MAS sebanyak 582 orang atau 11,3% berkualifikasi kurang Grafik 1. 14. Latar Belakang Pendidikan Kepala MA 11

220000 99//22 0011 00 SS taat t ti iisst ti iikk PPeennddi iiddi iikkaann IIssl llaamm 3.2. Pendidik Berdasarkan data diatas Jumlah Pendidik di jenjang RA nampaknya, Pemerintah melalui sebanyak 94.769 orang dengan Ditjen Pendis memiliki banyak komposisi berdasarkan kualifikasi pekerjaan antara lain sebisa mungkin pendidikan, sebanyak 73.455 atau mengkondisikan agar para Pendidk 77,5% berkualifikasi kurang dari S1, (Guru) di RA, paling tidak memliki dan sisanya 21.314 orang atau 22,5% pendidikan minimal S1. Hal ini berkualifikasi minimal S1. Sementara berkaitan dengan pemberian jika dilihat dari Status Kepegawaian, tunjangan profesi, dimana syarat mayoritas sebanyak 87.503 atau untuk mendapatkan tunjangan profesi 92,3% berstatus Non PNS. Sementara adalah pendidikan Pendidik (Guru) hanya sebagain kecil saja yang minimal adalah S1 atau D4 dan berpredikat PNS, yakni sebanyak 7.266 mengikuti pendidikan profesi agar atau 7,7%. Jika ditinjau dari Kategori mendapatkan sertifikat pendidikan jenis kelamin, maka sebanyak 84.803 (Undang-undang No. 14 Tahun 2005 atau 89,5% berjenis kelamin tentang Guru dan Dosen, pasal 9). perempuan, sementara 9.966 atau Untuk Jenjang MI, jumlah 10,5% berjenis kelamin laki-laki. Hal Pendidik (Guru) sebanyak 78.493 ini sudah lumrah karena secara orang atau 18,0% berstatus PNS, psikologis perempuan lebih dekat sementara sebagian besar berstatus dengan dunia anak-anak usia dini. Non PNS sebanyak 358.650 atau 82,0%. Jika dilihat berdasarkan kualifikasi pendidikan, maka sebanyak 265.787 orang atau 60,8% berkualifikasi Grafik 1.15. Pendidik RA kurang dari S1, sisanya 12

sebanyak 171.356 orang atau 39,2% Pendidik di level Madrasah Ibtidaiyah berkualifikasi minimal S1. Sementara (MI). berdasarkan jenis kelamin, maka Pendidik jenjang MTs berjumlah sebanyak 207.311 atau 47,4% 264.195 orang dengan 50.498 orang berjenis kelamin Laki-laki, selebihnya atau 19,1% berstatus PNS, sementara sebanyak 229.832 atau 52,6% berjenis sebanyak 213.697 orang atau 80,9% kelamin perempuan. Secara jenis berstatus Non PNS. Jika dilihat dari sisi kelamin untuk level MI, jumlah guru kualifikasi pendidikan, sebanyak hampir sama, sehingga disini terlihat 91.528 orang atau 34,6% juga kesetaraan atau tidak ada berkualifikasi kurang dari S1, dan diskriminasi untuk menjabat sebagai sebanyak 172.667 orang atau 65,4% Guru MI. berkualifikasi pendidikan minimal S1. Secara jenis kelamin untuk level MTs, jumlah Pendidik berjenis kelamin Laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan Pendidik Perempuan, yakni sebanyak 141.219 atau Grafik 1.16. Pendidik MI 53,5% Laki-laki, dan sebanyak Grafik diatas menunjukkan 122.976 atau 46,5% Perempuan. bahwa masih banyak guru yang belum menjadi PNS dan juga secara kualifikasi pendidikan masih banyak yang belum S1. Hal ini tentunya menuntut kerja lebih keras lagi dari aparatur Ditjen Pendidikan Islam untuk dapat meningkatkan performa 13

220000 99//22 0011 00 SS taat t ti iisst ti iikk PPeennddi iiddi iikkaann IIssl llaamm Kualifikasi pendidikan Pendidik untuk tingkat MA sebagian besar sudah berpendidikan minimal S1 yakni sebanyak 93.147 orang atau 76,4%, Grafik 1.17. Pendidik MTs sementara sisanya berpendidikan Grafik diatas melukiskan, bahwa walaupun secara fakta Pendidik (Guru) MTs yang berpendidikan minimal S1 lebih banyak dibanding dengan yang belum S1, namun program untuk peningkatan kualifikasi Pendidik terus kurang dari S1 sebanyak 28.760 orang atau 23,6%. Secara jenis kelamin kondisi Guru di level MA mirip dengan level MTs, bahwa Pendidik Laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan Pendidik Perempuan, yakni sebanyak ditingkatkan agar apa yang 67.154 atau 55,1% berjenis kelamin diamanatkan di dalam Undang-undang Laki-laki, sedangkan sebanyak 54.757 No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan atau 44,9% berjenis kelamin Dosen tercapai dengan baik. perempuan. Total Jumlah Pendidik untuk jenjang MA sebanyak 121.907 orang dengan 25.229 orang atau 20,7% berstatus PNS, sementara selebihnya sebanyak 96.678 orang atau 79,3% berstatus Non PNS. Grafik 1.18. Pendidik MA 14

Grafik diatas melukiskan, bahwa sebanyak 6.561 orang untuk jenjang walaupun secara fakta Pendidik MA MA. Sehingga secara total jumlah guru yang berpendidikan minimal S1 lebih yang sudah tersertifikasi sebanyak banyak dibanding dengan yang belum 41.732 orang. Namun data tersebut S1, namun program untuk adalah data yang masuk ke Bagian peningkatan kualifikasi Pendidik terus Perencanaan dan Data. Kondisi ini ditingkatkan agar apa yang menunjukkan bahwa jumlah tersebut diamanatkan di dalam Undang-undang masih jauh dari harapan, mengingat No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan jumlah Pendidik yang berpendidikan Dosen tercapai dengan baik. minimal S1 sebanyak 21.314 orang untuk level RA, 171.356 orang untuk level MI, kemudian sebanyak 172.667 untuk jenjang MTs, dan sebanyak 93.147 orang untuk jenjang MA. Jika dibandingkan dengan jumlah Pendidik secara total, meminjam istilah Grafik 1.19. Pendidik MI, MTs dan MA yang populer yakni Secara keseluruhan masih masih jauh panggang dari api. banyak pekerjaan yang harus Secara umum berdasarkan grafik dilaksanakan oleh Ditjen Pendidikan diatas menunjukkan bahwa jumlah Islam, mengingat Program Sertifikasi guru yang sudah tersertifikasi ternyata tersebut seperti yang diamanatkan di secara rata-rata kurang dari 11%. dalam Undang-undang No. 14 Tahun Untuk mensukseskan apa yang 2005 tentang Guru dan Dosen. diamanahkan dalam Undang-undang Berdasarkan data yang ada, jumlah No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Pendidik yang sudah lulus Sertifikat Dosen, masih diperlukan programprogram sebanyak 1.914 untuk jenjang RA, dari Ditjen Pendidikan Islam 17.789 untuk jenjang MI, 15.468 yang mendukung program sertifikasi orantg untuk jenjang MTs, dan Guru. 15