Studi Eksperimental Variasi Sudut Blade terhadap Kinerja Rotor Blade Turbin Angin Tipe Propeler Poros Horizontal Model Contra Rotating

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Performansi Turbin Angin Poros Horisontal Model Double Rotor Contra Rotating dengan Posisi Rotor Saling Berhimpitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH)

ANALISIS PENGARUH RASIO DIAMETER SEBAGAI PARAMETER KINERJA AERODINAMIKA DUAL ROTOR COUNTER-ROTATING WIND TURBINE

BAB II LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK MODEL TURBIN ANGIN UNTWISTED BLADE DENGAN MENGGUNAKAN TIPE AIRFOIL NREL S833 PADA KECEPATAN ANGIN RENDAH

Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade

BAB II LANDASAN TEORI

Bab IV Analisis dan Pengujian

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

Analisa Bentuk Profile dan Jumlah Blade Vertical Axis Wind Turbine terhadap Putaran Rotor untuk Menghasilkan Energi Listrik

PEMBUATAN KODE DESAIN DAN ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DARRIEUS TIPE-H

Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

ANALISIS EKSPERIMENTAL PENGARUH RASIO OVERLAP SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SKRIPSI

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Pengaruh Pemasangan Sudu Pengarah dan Variasi Jumlah Sudu Rotor terhadap Performance Turbin Angin Savonius

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER. Adi Andriyanto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

Studi Eksperimental Vertical Axis Wind Turbine Tipe Savonius dengan Variasi Jumlah Fin pada Sudu

Studi Eksperimental Vertical Axis Wind Turbine Tipe Savonius dengan Variasi Jumlah Fin pada Sudu

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN

ANALISIS DAN OPTIMASI SUDU SKEA 5 KW UNTUK PEMOMPAAN

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU

Studi Numerik 2D dan Uji Eksperimen tentang Karakteristik Aliran dan Unjuk Kerja Helical Savonius Blade dengan Variasi Overlap Ratio 0,1 ; 0,3 dan 0,5

STUDI SIMULASI TENTANG PENGARUH RASIO DIAMETER DAN JUMLAH SUDU TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN CROSS FLOW DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS FLUENT

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MODEL TURBIN ANGIN UNTWISTED BLADE DENGAN MENGGUNAKAN TIPE AIRFOIL NREL S833 PADA KECEPATAN ANGIN RENDAH

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : GALIH PERMANA NIM. I

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

KAJI EKSPERIMEN TURBIN ANGIN POROS HORIZONTAL TIPE KERUCUT TERPANCUNG DENGAN VARIASI SUDUT SUDU UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

ANALISA PENGARUH SUDUT PITCH, UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMAL TURBIN ANGIN LPN-SKEA 50 KW PADA BEBERAPA KONDISI KECEPATAN ANGIN

STUDI PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS WATER TURBINE PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA ABSTRACT

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

PENGARUH PEMASANGAN SUDU PENGARAH DAN VARIASI JUMLAH SUDU ROTOR TERHADAP UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : DANANG KURNIAWAN NIM. I

Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt

PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS DUA TINGKAT DENGAN KAPASITAS 100 WATT UNTUK GEDUNG SYARIAH HOTEL SOLO SKRIPSI

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L

ANALISIS PENGARUH RASIO OVERLAP SUDU TERHAD AP UNJUK KERJA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN DARRIEUS-H DENGAN BILAH TIPE NACA 2415

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

PENGARUH PROFIL SUDU TERHADAP KOEFISIEN DAYA TURBIN GORLOV

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

UJI KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE DARRIEUS-H NACA 0018 MODIFIKASI DENGAN VARIASI SUDUT PITCH 35 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.3 Tahun 2013: ISSN X. Pengaruh Variasi Sudut Input Sudu Mangkok Terhadap Kinerja Turbin Kinetik

ANALISIS EFISIENSI JUMLAH BLADE PADA PROTOTYPE TURBIN ANGIN VENTURI

DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN ABSTRACT

PENGARUH VARIASI OVERLAP SUDU TERHADAP TORSI DAN DAYA PADA KINCIR ANGIN SAVONIUS TIPE U

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

Studi Simulasi dan Eksperimental Pengaruh Pemasangan Plat Bersudut Pada Punggung Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Savonius

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

SKRIPSI EFEK PEMUNTIRAN SUDU TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE SUDU ORI

Moch. Arif Afifuddin Ir. Sarwono, MM. Ridho Hantoro, ST., MT. Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2010


BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

ANALISA PERUBAHAN SUDU TERHADAP DAYA TURBIN ANGIN TIPE HORIZONTAL DI LABORATORIUM TEKNIK LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : KHOLIFATUL BARIYYAH NIM. I

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Plat Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Tipe Savonius Terhadap Performa Turbin

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION

METAL: Jurnal Sistem Mekanik dan Termal

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP TORSI DAN PUTARAN TURBIN SAVONIUS TYPE U

PERANCANGAN PROPELER TURBIN ANGIN POROS HORISONTAL DENGAN METODA BLADE ELEMENT MOMENTUM

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

SEKILAS TEK.MESIN 1994 FT, 2010 FST

Turbin Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif Energi Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU)

Kaji Numerik Optimasi Kinerja Rotor Savonius Dua Bilah dan Tiga Bilah

STUDI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN SAVONIUS SUDU U DENGAN PENAMBAHAN SUDU NACA 0012

PERANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE SAVONIUS L SUMBU VERTIKAL. Hendra Darmawan Penulis, Program Studi Teknik Elektro, FT UMRAH,

Pengaruh Variasi Ketinggian Aliran Sungai Terhadap Kinerja Turbin Kinetik Bersudu Mangkok Dengan Sudut Input 10 o

PENGARUH SUDUT PUNTIR SUDU PADA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SEMICIRCULAR BLADE APLIKASI ALIRAN DALAM PIPA

Pengaruh Variasi Tebal Sudu Terhadap Kinerja Kincir Air Tipe Sudu Datar

Transkripsi:

Studi Eksperimental Variasi Sudut Blade terhadap Kinerja Rotor Blade Turbin Angin Tipe Propeler Poros Horizontal Model Contra Rotating (1) Verdy A. Koehuan, (2) Laurensius Nogur, (3) Jahirwan Ut Jasron 1,2,3) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto, Penfui-Kupang NTT Email: verdy_koehuan@yahoo.com Abstrak Turbin Angin Contra Rotating merupakan turbin sumbu horizontal memiliki dua poros yang berputar berlawanan arah pada sumbu yang sama saling memberi dan menerima daya sehingga dapat beroperasi dengan baik pada kecepatan angin rendah. Dalam penelitian ini dilakukan dengan menentukan variasi pada sudut blade, yaitu masing-masing sudut 0º, 5º, dan 10º pada dua rotor dengan diameter masing-masing 0,50 m dan 0,30 m dengan posisi rotor blade saling berseberangan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari variasi sudut blade terhadap putaran turbin (rpm), Torsi (T) dan Koefisien Daya (Cp) serta Efisiensi turbin pada setiap variasi kecepatan angin. Kecepatan angin sangat berpengaruh pada daya output atau daya mekanik, putaran rotor dan pembebanan pada rotor, daya output terendah 7,396 watt pada kecepatan angin 4,03 m/s, daya output tertinggi 25,397 watt pada kecepatan angin 6,08 m/s, putaran rotor terendah dengan tanpa pembebanan 727 rpm pada kecepatan angin 4,03 m/s dengan sudut blade 0 0, putaran rotor tertinggi 1153 rpm pada kecepatan angin 6,08 m/s dengan sudut blade10 0. Pembebanan pada rotor terendah 450 g pada kecepatan angin 4,03 m/s dengan sudut 0 0, pembebanan pada rotor tertinggi 750 g pada kecepatan angin 6,08 m/s dengan sudut blade 10 0. Dengan adanya perubahan sudut pada blade turbin angin poros horizontal model Contra Rotating, koefisien daya (Cp) yang dihasilkan dari kerja turbin meningkat seiring dengan bertambahnya sudut, Dengan Cp maks = 0,701 pada TSR = 4.275 untuk sudut 10 0. Kata kunci: Turbin angin Contra rotating, Variasi sudut blade, Koefisien daya Abstract Contra Rotating wind turbine is a horizontal axis turbine has two rotors rotating in opposite directions on the same axis giving and receiving power so that it can operate well at low wind speeds. In this study carried out by determining the variation in the angle of the blade, i.e. each angle of 0º, 5º, and 10º on the two rotors with a diameter of 0.50 m, respectively, and 0.30 m at a position opposing the rotor blade. The purpose of this study was to determine the effect of the variation of the rotation angle blade turbine (rpm), torque (T) and power coefficient (Cp) and the efficiency of the turbine at any wind speed variations. Wind speed influence on the output power or mechanical power, rotation of the rotor and the rotor thrust force, the lowest output power 7.396 watts at wind speed of 4,03 m/s, the highest Daya outputof 25.397 watts at wind speeds of 6,08 m/s, Round lowest rotor to 727 rpm with no load on the wind speed of 4.03 m/s at an angle of 0º blade, rotor rotation 1153 rpm at the highest wind speed of 6,08 m/s at an angle blade10º. Rotor thrust 450 g at the lowest wind speed of 4.03 m/s at an angle of 0º, the highest 750 g rotor thrust on wind speed of 6,08 m/s at an angle of blade 10º. The change in the angle of the wind turbine blade shaft Contra rotating horizontal models, the power coefficient (Cp) generated from the turbine work increases with the angle with Cp maks 0,701 at TSR 4.275 for 10º angle. Keywords: Contra Rotating Wind Turbine, Blade Angle Variation, Coefficient of Power PENDAHULUAN Sistem pembangkit daya listrik dengan turbin angin sebagai penggerak alternator, telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun dan menunjukkan suatu kemajuan yang sangat positif dimana daya terpasang terus ditingkatkan sementara biaya per kwh terus mengalami penurunan, Gates Robert, 2003. Jenis turbin angin dengan daya terpasang yang cukup besar yang telah banyak dipasang di berbagai belahan bumi adalah tipe turbin propeler tiga blade. Penelitian-penelitian tentang model dan geometri blade rotor turbin

LONTAR Jurnal Teknik Mesin Undana, Vol. 01, No. 02, Oktober 2014 angin ini, meliputi profil airfoil baru pun sangat gencar dilakukan oleh para peneliti untuk meningkat efisiensi aerodinamika rotor, sehingga dapat memaksimalkan daya yang dibangkitkan oleh turbin. Namun kendala utama dalam proses konversi energi angin dengan menggunakan turbin angin tipe propeler tiga blade sebagai pembangkit daya listrik adalah karakteristik blade rotor turbin angin yang kurang optimal terhadap perubahan kecepatan angin yang ektrim. Rotor blade turbin angin secara aerodinamika harus menunjukkan efisiensi yang optimum untuk memaksimalkan daya mekanis yang dapat dikonversi dari energi kinetik aliran udara bebas yang melewati rotor menjadi energi mekanik, Ahlund Karin, 2004. Sejak diperkenalkan pada tahun 1933, teori Betz untuk turbin angin jenis poros horisontal tipe propeler telah menjadi dasar dalam sejarah pengembangan turbin angin tiga blade dengan rotor tunggal. Teori ini menerapkan asumsi kondisi ideal pada aliran udara melalui suatu rotor sebagai disk yang berputar yang analisisnya terdiri dari penerapan persamaan momentum aksial dan persamaan kontinuitas massa, serta teori blade elemen momentum yang secara ideal menunjukkan bahwa daya angin yang dapat dikonversi menjadi daya mekanik yang didefinisikan sebagai koefisien daya atau C p adalah sebesar 59,3 %. Dimana koefisien daya ini merupakan fungsi kecepatan aliran saat masuk rotor, V = (2/3)V a dan meninggalkan rotor, V = (1/ 3)V a, dimana V a adalah kecepatan udara bebas. Turbin angin rotor tunggal dengan diameter rotor berukuran besar menghasilkan daya output yang tinggi dalam kondisi kecepatan angin cukup kuat. Daya output dari rotor turbin angin yang berukuran kecil relatif rendah dan cocok untuk kondisi angin lemah. Artinya, ukuran rotor turbin angin harus tepat dipilih sesuai dengan kondisi angin potensial, Sterzinger G., 2004. Selain itu, pada umumnya turbin angin dilengkapi dengan mekanisme kontrol pitch, untuk mengontrol kecepatan akibat rotasi abnormal dan overload dihasilkan pada angin kuat, dan untuk menjaga perputaran alternator dan daya output tetap konstan, Hansen Morten, 2005. Turbin angin untuk pembangkit daya listrik skala besar selalu dirancang pada kecepatan angin rata-rata 10 m/s hingga 12 m/s, Eggleston D., 1987, artinya operasional turbin tidak akan efisien pada kecepatan angin rendah. Selain itu, turbin angin rotor tunggal dengan daya besar, diameter rotornya juga besar, sehingga turbin akan membutuhkan torsi awal yang besar pula untuk bisa berputar. Dalam waktu beberapa tahun terakhir, beberapa peneliti berhasil menyajikan penemuan yang menarik tentang suatu model pintar turbin angin tipe propeler tiga blade, yang dikenal dengan nama turbin angin dual rotor lawan arah ( doble rotor contra rotating wind turbine) yang dapat meningkatkan koefisien daya turbin angin lebih tinggi dari pada kondisi satu rotor yakni 59,3 %. Turbin angin pintar ini terdiri dari dua buah rotor yang diameternya berbeda, sama-sama menggerakan satu alternator dengan arah putaran dari kedua rotor ini saling berlawanan arah. Rotor berukuran besar ditempatkan di depan, sedangkan yang berukuran kecil di belakangnya atau sebaliknya, kecepatan rotasi dari kedua rotor ini cukup sinkron bekerja sama dan saling suport untuk menggerakan alternator. Peningkatan kecepatan angin membuat kecepatan rotasi kedua rotor meningkat, dan kecepatan rotasi dari rotor belakang menjadi lebih cepat dibandingkan dengan rotor depan karena ukurannya yang kecil. Bagian belakang rotor akan mencapai kecepatan rotasi maksimum pada kondisi kecepatan angin rancangan. Dengan lebih meningkatnya kecepatan angin, rotor belakang berkurang kecepatannya secara bertahap dan mulai berputar pada arah yang sama dari rotor depan sehingga bertepatan dengan torsi yang lebih besar diterima oleh alternator, Wei Yuan, 2013. Ide pembuatan jenis turbin ini diadopsi dari teori Curtis untuk turbin uap multi tingkat melalui prinsip tingkat kecepatannya dimana energi terkonversi sepanjang tingkat rotor hingga mencapai 75%. Kari Appa, 2003, menerapkan prinsip ini, melalui eksperimennya pada turbin angin doble rotor contra rotating menunjukkan peningkatan daya output hingga 40 % pada kecepatan angin rendah dan hingga 50 % pada kecepatan angin lebih tinggi. Newman, 1983 melalui teori aktuator disknya 73

Verdy A. Koehuan, dkk. Analisis Sudut Blade Rotor Turbin Angin Tipe Propeler Poros Horizontal Model Contra Rotating untuk menganalisa daya yang dikonversi pada dua buah rotor yang dipasang secara seri melalui asumsi rotor sebagai disk yang berputar. Kondisi koefisien daya maksimum dicapai pada kecepatan aliran masuk rotor pertama 0,8V a dan 0,4V a pada rotor kedua. Ushiyama et al., 1996, melakukan pengujian pada dua rotor turbin dengan prinsip contra rotating, rotor pertama berdiameter 0,6 m dan rotor kedua diameternya 1,2 m, berhasil melaporkan adanya peningkatan koefisien daya turbin dan torsi awal yang rendah. Jung et al., 2004, melaporkan hasil penelitiannya menunjukkan perbandingan diameter rotor utama dan rotor kedaunya adalah 1:2 untuk memperoleh peningkatan daya output sebesar 21 % (Cp = 0,5). Chantharasenawong C., 2008, dengan menerapkan teori momentum aksial pada turbin angin dual rotorr contra rotating, asumsi pada kondisi ideal dan rotor bagian depan luasannya 58 % atau 76,2 % diameter dari rotor bagian belakang, melalui persamaan kekekalan massa diperoleh koefisien daya maksimum 0,814 dimana nilai ini lebih tinggi dari teori Betz limit untuk turbin angin rotor tunggal, yaitu 0,59. Studi secara eksperimen dilakukan oleh Shane Merchant, menguji beberapa model blade yang didesain untuk double rotor contra rotating menunjukkan peningkatan daya maksimumm 101,4 % pada kecepatan angin 25 mph (variasi 15 mph 40 mph). P. Santhana Kumar, melakukan variasi jarak rotor depan dan rotorr belakang (rasio diameter 1:2) untuk optimasii daya terkonversi, diperoleh pada jarak 0,65d (d adalah diameter rotor depan) peningkatan daya maksimum 9,67 %, jarak 0,5d daya maksimum 0,98 % sedangkan pada jarak 0,75d daya maksimum hanya 7,8 %. Telah diketahuii bersama bahwa angin merupakan sumber energi alam yang dapat diperbaharui dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dalam rangka pengembangan pemanfaatan sumber energi angin sebagai pembangkit listrik sehingga perlu meningkatkan koefisien dan efisiensi dari turbin angin itu sendiri, dan untuk meningkatkan maka perlu untuk mengetahui kinerja atau performansi dari turbin angin dengan sudu profil doble rotor atau Contra Rotating METODE PENELITIAN Penelitian melalui metode eksperimen dilakukan untuk menguji rotor turbin dalam membangkitkan torsi dan daya dengan beberapa variasi sudut blade pada kondisi kecepatan angin tertentu. Sebelum pengujian, maka terlebih dahulu dilakukan pembuatan alat uji yaitu turbin angin model Contra Rotating (dua rotor) dengan diameter masing-masing 0,50 m dan 0,30 m, dipersiapkan juga rangkaian wind tunnel sederhana beserta kipas angin sebagai sumber angin untuk memutar turbin dengan melakukan pengujian turbin angin poros horizontal model Contra Rotating. Analisa data - Daya angin dapat di menggunakan rumus : Gambar 1. Skema pengujian Turbin Angin Contra Rotating. hitung dengan 1 PI ρ A 2 2 A πr V 2 (1) (2) 74

LONTAR Jurnal Teknik Mesin Undana, Vol. 01, No. 02, Oktober 2014 - Torsi diperoleh dengan menggunakan sistem pengeremam yaitu dengan menggantungkan beban pada puli yang berputar. Untuk persamaanya adalah sebagaiberikut: T F r (3) F m g (4) - Daya turbin merupakan output dari turbin angin. T ω (5) P 0 2π n ω (6) 60 - Koefisien daya (Cp) adalah perbandingan antara daya yang dibangkitkan oleh turbin angin dengan daya angin. Pm Cp (7) Pi - Koefisien torsi: T Cq (8) 1 2 ρ V A R 2 - Ratio kecepatan ujung blade ω R λ (9) V PEMBAHASAAN Pengujian dilakukan berdasarkan karakteristik turbin dengan tiga variasi sudut blade yaitu : sudut 0º, 5º, dan 10º untuk setiap perubahan kecepatan angin. Berdasarkan hasil rancangan pada turbin angin poros horizontal model Contra Rotating data awal dalam pengujian ini adalah: - Diameter (Dk) dual rotor masing-masing: 50 cm = 0,50 m dan 30 cm = 0,30 m - Kecepatan angin (V) = 4,03 m/s, 5,05 m/s, dan 6,08 m/s - Variasi sudut blade (β) = 0º, 5º, dan 10º - Jari-jari (R) = 25 cm = 0,25 m - Jari-jari puli (r) = 0,17 cm = 0,017 m Pengaruh variasi sudut blade terhadap daya mekanik turbin Pengaruh variasi sudut blade terhadap putaran poros Pada Gambar 2 dapat dilihat besarnya hubungan antara variasi sudut blade terhadap putaran poros turbin dimana putaran poros cendrung naik sejalan dengan penambahan sudut blade. Perubahan besar sudut pada blade rotor turbin mempengaruhi daya output dari turbin angin. Setiap penambahan sudut blade maka semakin naik putaran pada poros turbin. Pada sudut 0⁰ untuk kecepatan angin 4,03 m/s putaran turbin sebesar 727 rpm, sedangkan untuk sudut 5⁰ sebesar 799 rpm, untuk sudut 10⁰ mencapai 896 rpm dan putaran turbin pada kecepatan angin 6,08 m/s untuk setiap perubahan sudut sebesar 998 rpm, 1031 rpm dan 1153 rpm untuk sudut 10⁰. Putaran Poros (rpm) 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 4.03 5.05 6.08 0 5 10 15 Sudut Blade ( 0 ) Gambar 2. Grafik hubungan sudut blade terhadap putaran poros. Penambahan besar sudut blade mempengaruhi peningkatan sudut serang yang secara teori dapat meningkatkan gaya lift. Akibat dari peningkatan gaya lift, maka kecepatan putaran poros turbin angin dan torsi poros akan naik pula. Perubahan sudut blade akan mempengaruhi putaran poros turbin karena adanya perubahan daya angin yang diterima oleh bilah yang dikonversi menjadi daya mekanik turbin. Dari tabel data pada hasil pengujian menunjukkan perubahan putaran poros akibat penambahan sudut blade pada keadaan tanpa pembebanan dimana putaran rotor naik. Pengaruh variasi sudut blade terhadap putaran poros dan torsi Pada saat turbin angin berputar diberikan pembebanan sehingga terjadi pengereman berupa gesekan antara puli dan tali nilon sehingga terjadi momen puntir pada poros yang dikenal dengan Torsi. Hubungan antara torsi 75

Verdy A. Koehuan, dkk. Analisis Sudut Blade Rotor Turbin Angin Tipe Propeler Poros Horizontal Model Contra Rotating dan pembebanan yaitu berbanding lurus artinya semakin besar beban yang diberikan pada poros maka torsi yang terjadi juga semakin besar dan sebaliknya semakin kecil pembebanan yang diberikan pada turbin maka torsinya juga semakin kecil. Setiap pembebanan yang diberikan akan mengurangi putaran poros turbin angin. Kecepatan angin berbanding lurus dengan Torsi maksimum yang terjadi terhadap putaran poros, semakin cepat kecepatan angin maka torsi maksimum yang terjadi juga semakin besar dan terjadi diatas putaran poros kecepatan angin sebelumnya, demikian pula sebaliknya. Penambahan besar sudut blade dan kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap torsi yang terjadi. Torsi maksimum terjadi pada besar sudut blade 100 dengan kecepatan angin 4,03 m/s sebesar 0,075. Pada grafik Gambar 3 sampai 5 menunjukkan torsi berkurang terhadap bertambahnya putaran poros. Semakin cepat putaran poros maka torsi yang terjadi juga semakin rendah. Pada posisi sudut blade 0 0 dengan kecepatan angin 4,03 m/s, putaran poros sebesar 727 rpm tanpa diberi beban, kemudian putaran poros berkurang seiring dengan bertambahnya beban yang diberikan, untuk pembebanan 75 gram putaran poros berkuang menjadi 719 rpm, kemudian untuk pembebanan 380 gram putaran poros 265 rpm, sedangkan pada sudut blade 5 0 putaran poros dengan tanpa pembebanan sebesar 799 rpm dan pada saat diberi beban 75 gram putaran poros berkurang menjadi 762 rpm, kemudian untuk pembebanan 380 rpm putaran poros menjadi 346 rpm. Torsi (Nm) 0.140 0.120 0.080 0.060 0.040 0.020 0 200 400 600 800 1000 sudut blade 0 sudut blade 5 sudut blade 10 Gambar 3. Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi untuk kecepatan angin 4,03 m/s Torsi (Nm) 0.180 0.160 0.140 0.120 0.080 0.060 0.040 0.020 Gambar 4. Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi untuk kecepatan angin 5,05 m/s Torsi (Nm) 0.180 0.160 0.140 0.120 0.080 0.060 0.040 0.020 sudut blade 0 sudut blade 5 sudut blade 10 0 200 400 600 800 1000 0 200 400 600 800 10001200 sudut blade 0 sudut blade 5 sudut blade 10 Gambar 5. Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi untuk kecepatan angin 6,08 m/s Dalam pengujian ini, daya turbin angin didapat dari hasil kali antara torsi dan kecepatan sudut sehingga besarnya pembebanan dan putaran poros turbin mempengaruhi daya yang dihasilkan turbin angin. Turbin yang diam tidak menghasilkan daya sama sekali demikian pula bila turbin angin tersebut berputar sangat cepat. Diantara kedua harga tersebut terdapat putaran maksimum dimana terjadi daya maksimum dari sebuah turbin angin. Pengaruh penambahan besar sudut blade terhadap daya yang dihasilkan turbin Dari hasil pengujian penambahan sudut pada blade dapat menambah torsi awal rotor turbin angin sehingga rotor menjadi lebih mudah berputar pada kecepatan angin yang rendah sekalipun. Kenaikan sudut blade maka daya yang dihasilkan juga bertambah. Gambar 6 sampai 8 menunjukkan hubungan penambahan besar sudut blade dari 0 0, 5 0, dan 10 0 terhadap daya yang dihasilkan, pada kecepatan angin 4,03 m/s, 5,05 m/s, dan 6,08 m/s. Terlihat bahwa semakin besar 76

LONTAR Jurnal Teknik Mesin Undana, Vol. 01, No. 02, Oktober 2014 penambahan sudut blade dan kecepatan angin maka semakin besar daya yang dihasilkan. Untuk sudut blade 0 0 pada kecepatan angin 4,03 m/s daya yang dihasilkan sebesar 4,048 watt, sedangkan pada kecepatan angin 5,05 m/s sebesar 4,724 watt, dan pada kecepatan angin 6,08 m/s daya yang dihasilkan naik sebesar 6,350 watt, kenaikan daya ini cendrung naik seiring dengan perubahan sudut blade, dan untuk sudut blade 10 0 daya yang yang dihasilkan sebesar 7,183 watt pada kecepatan angin 6,08 m/s. Gambar 6. Grafik hubungan putaran poros terhadap daya untuk kecepatan angin 4,03 m/s Gambar 7. Grafik hubungan putaran poros terhadap daya untuk kecepatan angin 5,05 m/s 7.000 6.000 8.000 7.000 6.000 0 250 500 750 1000 0 200 400 600 800 1000 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Gambar 8. Grafik hubungan putaran poros terhadap daya untuk kecepatan angin 6,08 m/s Kinerja Turbin Angin Terhadap Daya Maksimum dan Efisiensi Berdasarkan hasil pengujian kinerja dari turbin angin poros horizontal model contra rotating, dan melakukan perhitungan dengan beberapa data yang telah diambil pada saat pengujian. Data-data yang dijadikan acuan adalah putaran poros (rpm), besarnya pembebanan (gr) pada poros dengan variasi sudut blade (0 ⁰, 5⁰, 10⁰), dan kecepatan angin yang berbeda (4,03 m/s, 5,05 m/s. Dari data tersebut maka dapat dibahas hubungan antara variasi sudut blade terhadap daya maksimum serta efisiensi yang dihasilkan turbin. Hubungan Koefisien Power terhadap Daya yang dihasilkan Hubungan antara kinerja terhadap daya maksimum untuk tiga variasi sudut blade turbin angin poros horizontal model contra rotating (0⁰, 5⁰, 10⁰), untuk berbagai kecepatan angin (4,03 m/s, 5,05 m/s, dan 6,08 m/s) dapat dilihat pada Gambar 9 sampai 11, data yang dijadikan acuan adalah nilai kosefisien Power (Cp) terhadap yang dihasilkan turbin. Berdasarkan Gambar 9 sampai 11, daya maksimum turbin angin diperoleh pada putaran poros dibawah maksimal dari setiap kecepatan angin dan besar sudut. Sehingga grafik yang terbentuk merupakan hubungan polinomial antara daya dan putaran poros turbin angin. 6.000 0.30 0.42 0.54 0.64 0.71 0.57 0.54 0.35 Koefisien Power (Cp) Gambar 9. Hubungan Koefisien power terhadap Daya yang dihasilkan turbin untuk kecepatan angin 4,03 m/s Gambar 9 sampai 11 untuk setiap perubahan sudut blade juga menunjukkan bahwa setiap penambahan besar sudut blade dan kenaikan kecepatan angin maka daya yang 77

Verdy A. Koehuan, dkk. Analisis Sudut Blade Rotor Turbin Angin Tipe Propeler Poros Horizontal Model Contra Rotating dihasilkan juga semakin besar, untuk sudut blade 0 0 daya maksimum yang dihasilkan sebesar 6,35 watt pada nilai Koefisien Power (Cp) 0,250, sedangkan untuk sudut blade 5 0 daya maksimum yang dihasilkan 6,96 watt pada nilai Koefisien Power (Cp) 0,274, sedangkan daya maksimum terbesar terjadi pada sudut blade 10 0 dengan kecepatan angin 6,08 m/s menghasilkan daya sebesar 7,183 watt pada nilai Koefisien Power (Cp) 0,283. Gambar 10. Hubungan Koefisien power terhadap Daya yang dihasilkan turbin untuk kecepatan angin 5,05 m/s 8.000 7.000 6.000 7.000 6.000 0.17 0.30 0.35 0.42 0.20 Koefisien Power (Cp) 0.11 0.20 0.24 0.28 0.15 0.06 Koefisien Power (Cp) Gambar 11. Hubungan Koefisien power terhadap Daya yang dihasilkan turbin untuk kecepatan angin 6,08 m/s Hubungan Tip Speed Rasio (TSR) terhadap Koefisien Daya (Cp) Energi kinetik yang dimiliki angin tidak seluruhnya dapat dikonversikan menjadi daya turbin angin. Dengan demikian terjadi kerugian daya dan perbandingan antara daya yang dihasilkan dengan daya yang dimiliki angin yang disebut koefisien daya (Cp). Tips speed ratio (TSR) adalah perbandingan antara kecepatan linier rotor turbin angin dengan kecepatan angin. Hubungan antara Koefisien Daya (CP) dan tips speed ratio dapat dilihat pada Gambar 12 sampai 14. Koefosien Powre (Cp) 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0 1 2 3 4 5 6 7 Tip Speed Rasio (TSR) Gambar 12. Grafik hubungan TSR terhadap Cp untuk kecepatan angin 4,03 m/s Koefisien Power (CP) Koefisien Power (Cp) 0.450 0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.050 0 1 2 3 4 5 6 Tip Sped Rasio (TSR) Gambar 13. Grafik hubungan TSR terhadap Cp untuk kecepatan angin 5,05 m/s 0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.050 0 1 2 3 4 5 6 Tip Speed Rasio (TSR) Gambar 14. Grafik hubungan TSR terhadap Cp untuk kecepatan angin 6,08 m/s Gambar 12 sampai 14 menunjukkan nilai Koefisien Daya semakin meningkat pada penambahan sudut blade tetapi nilai tersebut menurun pada penambahan kecepatan angin. Untuk sudut blade 0 0 Koefisien Daya yang dihasilkan sebesar 0,547 pada kecepatan angin 4,03 m/s, sedangkan untuk sudut blade 5 0 78

LONTAR Jurnal Teknik Mesin Undana, Vol. 01, No. 02, Oktober 2014 sebesar 0,599 pada kecepatan angin 4,03 m/s, kemudian nilai Koefisien Daya berkurang seiring dengan bertambahnya kecepatan angin, tetapi akan naik bila penambahan besar sudut blade bertambah. Hal ini disebabkan karena daya potensial angin merupakan bentuk pangkat tiga dari kecepatan angin sehingga nilai Koefisien Daya pada kecepatan angin 4,03 m/s lebih besar dari nilai Koefisien Daya pada kecepatan angin 5,05 m/s dan 6,08 m/s. Nilai Koefisien Daya (Cp) maksimal terjadi pada sudut blade 10 0 dan kecepatan angin 4,03 m/s Koefisien Daya (Cp) yang dihasilkan mencapai 0,71. Hubungan putaran poros turbin angin terhadap efisiensi (η) Efisiensi maksimum atau efisiensi teoritis, dari sebuah turbin angin adalah perbandingan antara daya maksimum yang dihasilkan terhadap daya input angin yang masuk turbin, secara ideal untuk turbin angin rotor tunggal hanya sekitar 59 % dari energi angin yang melewati turbin. Efisiensi (%) 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 213 387 460 658 687 722 821 896 Putaran Poros (rpm) Gambar 15. Hubungan putaran poros terhadap efisiensi (η) untuk kecepatan angin 4,03 m/s Pada Gambar 15 sampai 17 menunjukkan penambahan besar sudut pada blade mempengaruhi efisiensi maksimum atau efisiensi teoritis dari turbin angin contra rotating. Pada sudut blade 0 0 untuk kecepatan angin 4,03 m/s efisiensi maksimum sebesar 55%, sedangkan untuk kecepatan angin 5,05 dan 6,08 m/s efisiensi yang dihasilkan masingmasing sebesar 33% dan 25%. Pada sudut blade 5 0 untuk kecepatan angin 4,03 m/s sebesar 60%, sedangkan untuk kecepatan angin 5,05 m/s dan 6,08 m/s efisiensi yang dihasilkan masing-masing sebesar 37% dan 27%. Pada sudut blade 10 0 untuk kecepatan angin 4,03 m/s efisiensi yang dihasilkan sebesar 70%, sedangkan untuk kecepatan angin 5,05 m/s dan 6,08 m/s efisiensi yang dihasilkan masingmasing sebesar 42% dan 28%. Efisiensi (%) 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 137 219 433 592 607 643 699 784 906 998 Putaran Poros (rpm) Gambar 16. Hubungan putaran poros terhadap efisiensi (η) untuk kecepatan angin 5,05 m/s Efisiensi (%) 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 104 297 696 783 913 1153 Putaran Poros (rpm) Gambar 17. Hubungan putaran poros terhadap efisiensi (η) untuk kecepatan angin 6,08 m/s Dengan demikian pengaruh variasi sudut pada blade 0º, 5º dan 10º dengan berbagai kecepatan angin 4,03 m/s, 5,05 m/s, dan 6,08 m/s mendapatkan hasil Efisiensi (η) terbesar dari turbin angin poros horizontal model contra rotating terjadi pada sudut blade 10º dengan kecepatan angin 4,03 m/s efisiensi maksimum yang dihasilkan mencapai 70%. Nilai ini ternyata lebih tinggi dari nilai koefisien daya ideal untuk turbin rotor tunggal (59 %), artinya turbin angin dengan dual rotor mampu mengkonversi energi lebih banyak dari pada rotor tunggal. 79

Verdy A. Koehuan, dkk. Analisis Sudut Blade Rotor Turbin Angin Tipe Propeler Poros Horizontal Model Contra Rotating KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari data hasil pengujian dan data hasil perhitungan pengaruh variasi sudut blade terhadap daya mekanik dan efisiensi pada turbin angin poros horizontal model contra rotating, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: - Perubahan sudut pada blade turbin angin poros horizontal model contra rotating dengan posisi rotor blade saling berseberangan, daya mekanik yang dihasilkan turbin meningkat. Koefisien daya (Cp) yang dihasilkan dari kerja turbin meningkat seiring dengan bertambahnya sudut blade, dengan Cp maks = 0.701 pada TSR 4.275 untuk sudut 10 0. Kecepatan angin sangat berpengaruh pada Daya output atau daya mekanik, putaran rotor dan pembebanan pada rotor, Daya output terendah 7,396 watt pada kecepatan angin 4,03 m/s, Daya output tertinggi 25,397 watt pada kecepatan angin 6,08 m/s, Putaran rotor terendah dengan tanpa pembebanan 727 rpm pada kecepatan angin 4,03 m/s dengan sudut blade 0 0, putaran rotor tertinggi 1153 rpm pada kecepatan angin 6,08 m/s dengan sudut blade10 0. - Kinerja atau performansi turbin angin dengan variasi sudut blade sangat mempengaruhi daya maksimum dan efisiensi maksimum yang dihasilkan turbin angin poros horizontal model contra rotating dimana penambahan besar sudut blade maka efisiensi yang dihasilkan bertambah, pada sudut blade 0 0 untuk kecepatan angin 4,03 m/s efisiensi maksimum sebesar 54,7%, pada sudut blade 5 0 sebesar 59,9%, dan pada sudut blade 5 0 efisiensi maksimum yang dihasilkan meningkat menjadi 70,1%, namun akan berkurang pada saat penambahan kecepatan angin dimana pada kecepatan angin 5,05 m/s dan 6,08 m/s efisiensi yang dihasilkan berkurang menjadi 32,5% dan 25 % pada sudut blade yang sama, ini menunjukkan bahwa turbin angin poros horizontal model contra rotating sangat baik beroperasi pada kecepatan angin rendah 4,03 m/s pada sudut blade 10 0. Saran - Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memanfaatkan energi terbarukan yang tersedia dengan mudah dan lebih ramah lingkungan, maka penulis menyarankan agar adanya pengembangan dan penelitian lebih lanjut pada turbin angin poros horizontal model contra rotating. - Bagi peneliti berikutnya, pada pembuatan dan perancangan turbin angin poros horizontal model contra rotating agar merancang sedetail mungkin terutama memperhatikan mekanisme sistem transmisi hal ini berguna untuk mengurangi adanya kehilangan daya agar koefisien daya dan efisiensi yang dihasilkan lebih besar. - Dengan melihat hasil dari penelitian ini maka diharapkan bagi peneliti berikutnya dapat merancang turbin angin model contra rotating dalam skala besar agar mampu menghasilkan energi yang besar dan dapat diterapkan pada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA [1] Ahlund Karin, (2004). Investigation of the NREL NASA/Ames Wind Turbine Aerodynamics Database, Aeronautics, FFA SE-172 90 Stockholm. [2] Chantharasenawong C., Suwantragul B. and Ruangwiset A. (2008). Axial Momentum Theory for Turbines with Co-axial Counter Rotating Rotors, Commemorative International Conference of the Occasion of the 4th Cycle Anniversary of KMUTT Sustainable Development to Save the Earth: Technologies and Strategies Vision 2050: (SDSE2008) 11-13 December 2008, Bangkok, Thailand [3] Eggleston, D. M. & Stoddard, F. S., (1987). Wind Turbine Engineering Design, Van Nostrand Reinhold, New York. [4] Gates Robert, (2003). The Economics of Wind and the Impact of Technological Advances in Megawatt Class Turbines, California Wind Energy Collaborative Forum Davis. 80

LONTAR Jurnal Teknik Mesin Undana, Vol. 01, No. 02, Oktober 2014 [5] Hansen Morten, Larsen T., Sorensen P., (2005). Control Design for a Pitch regulated, Variable Speed Wind Turbine, Riso National Laboratory Denmark. [6] Jung, S. N., No, T. S., and Ryu, K. W. (2004) Aerodynamics Performance Prediction of a 30 kw Counter-rotating Wind Turbine System, Renewable Energy, 30, pp. 631-644. [7] Kari Appa, ( 2003). Counter Rotating Wind Turbine System, Energy Innovations Small Grant (EISG) Program, California Energy Commission, July 2003 P500-03-055F [8] Newman, B. G. (1983) Actuator- Disc Theory for Vertical-axis Wind Turbine, Journal of Wind Engineering and Industrial Aerodynamics, 15, pp. 347-355. [9] P. Santhana Kumar, A. Abraham, ( 2013). Computational and Experimental Analysis of a Couter Rotating Wind Turbine System, Journal of Scientific and Industrial Research, Vol. 72, May 2013, pp. 300-306 [10] Priyono Sutikno, Deny B. Saepudin, (2012). Design and Blade Optimization of Contra Rotation Double Rotor Wind Turbine, International Journal of Mechanical & Mechatronics Engineering IJMME-IJENS Vol: 11 No: 01, 16-25 [11] Seungmin Lee, Hogeon Kim, Soogab Lee, (2010). Analysis of aerodynamic characteristics on a counter-rotating wind turbine, Current Applied Physics 10, S339 S342 [12] Shane Merchant, Jason Gregg, (2009). Wind Tunnel Analysis Of A Counter- Rotating Wind Turbine, Proceedings of the 2009 ASEE Gulf-Southwest Annual Conference Baylor University, Copyright 2009, American Society for Engineering Education [13] Shen, W. Z., Zakkam, V. A. K., Sorensen, J. N. and Appa, K. (2007) Analysis of Counter-Rotating Wind Turbines, The Science of Making Torque from Wind, Journal of Physics: Conference Series 75 (2007)012003, 9 pages. [14] Sterzinger G., Svreck Matt, (2004). Wind Turbine Development: Location of Manufacturing Activity, Renewable Energy Policy Project. Department of Energy US. [15] Tangler J. L., (1995). NREL Airfoil Families for HAWTs, National Renewable Energy Laboratory. [16] Ushiyama, I., Shimota, T. and Miura, Y. (1996), An Experimental Study of the Two-staged Wind Turbines, Renewable Energy, 9, (1-4), pp. 909-912. [17] W Z Shen, V A K Zakkam, J N Sørensen and K Appa, (2007). Analysis of Counter-Rotating Wind Turbines, Journal of Physics: Conference Series 75 (2007) 012003. [18] Wei Yuan, Ahmet Ozbay, Wei Tian and Hui Hu, ( 2013). An Experimental Investigation on the Effects of Turbine Rotation Directions on the Wake Interference of Wind Turbines, 51st AIAA Aerospace Sciences Meeting including the New Horizons Forum and Aerospace Exposition 07-10 January 2013, Grapevine (Dallas/Ft. Worth Region), Texas 81