X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Error Kondisi Tunak dan Stabilitas Sistem Kendali

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara lebih kurang 400 nanometer (nm) dan 800 nm (dalam udara).

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative)

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi?

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul.

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф )

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC

TE Dasar Sistem Pengaturan. Kontroler

Penyelesaian Soal Ujian Tengah Semester 2008

ALAT-ALAT OPTIK 1 ALAT ALAT OPTIK. Kegunaan dari peralatan optik adalah untuk memperoleh penglihatan lebih baik,

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar

BAB II KORONA PADA SALURAN TRANSMISI

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini.

SPMB 2002 Matematika Dasar Kode Soal

Tugas Kimia Umum B Nama : Apsari Puspita Aini NIM : L2C Kelas : C Blog : apsaripuspita.wordpress.com

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

BAB XVI ALAT-ALAT OPTIK

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

BAB III METODE PENELITIAN

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul?

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

Penentuan Parameter-Parameter Karakteristik Sel Surya untuk Kondisi Gelap dan Kondisi Penyinaran dari Kurva Karakteristik Arus-Tegangan (I-V)

Gambar 1. Skematis Absorber Bertalam-jamak dengan Sistem Aliran Gas dan Cairannya

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dijelaskan ciri pokok superkonduktor yang

Nama : Dewi Fatmawati Kelas : C NIM : L2C Blog : sakura03.wordpress.com. Tugas Kimia Umum B

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno

BAB III TEORI DASAR 3.1. Teori Gelombang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji

ANALISA NUMERIK GERAKAN DAN KEKUATAN KAPAL AKIBAT BEBAN SLAMMING PADA KAPAL PERANG TIPE CORVETTE

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF BERDASARKAN DETEKSI BLOK TERHADAP CITRA DOKUMEN TERDEGRADASI Agus Zainal Arifin, Arya Yudhi Wijaya, Laili Cahyani 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lentur Pada Balok Persegi

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan gelombang beba (freepace wave ). Gelombang yang dibimbing adalah gelombang yang merambat dalam aluran fii eperti : koakial, wave guide, erat optik. Fungi antena pada pemancar adalah untuk meradiaikan gelombangnya ke udara beba. Agar eluruh daya dapat diradiaikan ke udara beba, maka peryaratan yang haru dipenuhi: Saluran tranmii haru melihat antena ebagai uatu beban yang match, artinya impedani input antena haru ama dengan impedani output aluran Antena merupakan tranformator untuk matching antara aluran tranmii dan udara beba. Berdaar peryaratan terebut, maka rangkaian ekivalen uatu antena pancar dapat dilihat pada Gbr.X-1. Z 0 : Impedani karakteritik aluran Z : Impedani input antena G : Sumber dari daya yang akan dipancarkan Z 0 Tranformator Z Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari uatu antena pancar. Pada aat menerima, peryaratan yg haru dipenuhi adalah kebalikannya, demikianpun rangkaian ekivalennya adalah kebalikan dari Gbr.X-1, dimana antena adalah ebagai beban yag akan menerima daya, edang daya yang akan ditranfer ke antena beraal dari ruang beba. X-1

X.2 ANTENA SEBAGAI SUATU SUMBER TITIK Bagaimanapun kompleknya kontruki uatu antena, uatu antena dapat dianggap ebagai uatu titik. Hal ini diebabkan antena meradiaikan dayanya keegala arah. Dalam jarak jauh perambatan gelombang elektromaknit terebut enantiaa punya konfigurai medan edemikian rupa ehingga kuat medan litrik E kuat medan maknit H. Seuai theorema daya, ecara matemati arah Poynting Vector P adalah : E x P = E x H dimana : E = Kuat medan litrik ( Volt/m ) H = Kuat medan maknit ( Amp/m) H 3 P z P = Poynting Vector = arah aliran daya = (Volt/m).(Amp/m)= (Watt /m 2 ) Gbr.X-2 : Arah Poynting Vector yang (E dan H) y X.3 GAIN DAN DIRECTIVITY Daya yang diradiaikan oleh uatu antena dapat dinyatakan ebagai : W 0 = P.d = P r 2 in d d = U in d d.. X-1 dimana : W 0 = daya yang diradiaikan (Watt) P = Poynting Vector (Watt /m 2 ) d = elemen lua dari bidang tertutup U = P r 2 = daya yang dipancarkan / atuan udut ruang. r = radu bola U 0 = W 0 / 4 = daya pancaran rata-rata dari antena U m = daya pancaran makimum Pada umumnya antena tidak mempunyai pancaran yang ama keegala arah, dalam pemakaian khuu malah diuahakan agar pancaran daya antena hanya ke uatu arah tertentu aja. Sebagai ukuran kebaikan pengarahan pancaran antena dipakai itilah Directivity D dan Gain G. X-2

DIRECTIVITY / PENGARAHAN ANTENA : Directivity D adalah daya pancaran makimum dibagi dengan daya pancaran rata-rata, ehingga ecara matemati : D = U m / U 0 = 4 U m / 4 U 0 = 4 U m / W 0.X-2 = 4 U m / { U in d d } dimana : D = directivity antena yang berangkutan U m = Daya pancaran makimum dari antena U 0 = Daya pancaran rata-rata dari antena yg lole ( =100% ). W 0 = Daya pancar antena = 4 U 0 Contoh :Bila uatu antena punya pola radiai P = P m co, maka hitung berapa nilai directivity antena terebut. Penyeleaian : W 0 = P.d = P m r 2 in d d = co ( - d co ) d = - 2 P m r 2 /2. ½. co ] = r 2 P m = U m..x-3 Dari peramaan X-2 dan X-3 dapat diperoleh : D = 4 U m / U m = 4 o 2 /2 0 0 GAIN / PENGUATAN ANTENA : Gain uatu antena adalah perbandingan antara intenita radiai makimum antena terebut dengan intenita radiai makmimum antena refereni, untuk daya input yang ama. Pada umumnya refereni yang dipakai adalah : Antena dipole ½. Antena iotropi yakni antena yang radiainya ama baiknya keegala arah Secara matemati kondii diata dapat dinyatakan ebagai berikut: X-3

Gain terhadap antena dipole ½ : G = U m / U mdipole untuk daya input yang ama. X-4 Gain dipole terhadap antena iotropi : G d = U mdipole / U o = d D d U m dipole = U o. d D d X-5 HUBUNGAN ANTARA GAIN G DAN DIRECTIVITY D : Gain antena jika refereninya adalah dipole, berdaar per.x-4 dan X-5 : G = U m / U o. d D d = D / d D d G = D refereni antena dipole ½ X-6 dimana : d = efiieni antena dipole D d = directivity antena dipole = efiieni antena yang berangkutan = pada umumnya < 100%. D = directivity antena yang berangkutan Berdaarkan Gbr.X-3a, maka G = 3/1 = 3 x Berdaarkan Gbr.X-3b, maka G = 6/1 = 6 x Definii lain dari Gain G : Berdaarkan Gbr.X-3a, maka G = 10 log 3 = 4,7 db Berdaarkan Gbr.X-3b, maka G = 10 log 6 = 7,7 db X-4

U m U 0 W 0 3 2 1 a U m U 0 W 6 5 4 3 2 1 b Gbr.X-3: Antena dengan arahan berbeda a. Arahan 3 kali lebih bear dari antena iotropi b. Arahan 6 kali lebih bear dari antena iotropi X-5