NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 101,64

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 103,21

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2013 SEBESAR 117,68

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara per Subsektor Maret-April 2012 (2007=100)

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NTP Provinsi Aceh, September 2017 sebesar 94,18. Inflasi Pedesaan, September 2017 sebesar 0,46 persen.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Tabel1 Nilai Tukar Petani PerSubsektor dan Perubahannya November 2014 Desember 2014 (2012=100)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN BERAS

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Transkripsi:

No. 19/04/34/TH.XVI, 1 April 2014 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2014, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,05 atau mengalami penurunan sebesar 0,56 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,63. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 96,99, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 97,57, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 113,37, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 103,91, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 103,83. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura dan subsektor peternakan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2014 secara umum mencapai 112,48 atau mengalami inflasi sebesar 0,29 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 112,16. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumahtangga dengan kenaikan terbesar terjadi pada kelompok perumahan sebesar 0,62 persen, diikuti kelompok kesehatan sebesar 0,55 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,42 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,38 persen, kelompok sandang sebesar 0,36 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,28 persen, dan terakhir kelompok bahan makanan sebesar 0,01 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Maret 2014 terdapat 25 provinsi mengalami kenaikan NTP, sedangkan 7 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Riau sebesar 1,52 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi DKI Jakarta sebesar 1,19 persen. Sementara itu Provinsi Kalimantan Tengah relatif tidak mengalami perubahan NTP pada Maret 2014. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. 1

Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2014, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,56 persen dibanding NTP Februari 2014, yaitu dari 102,63 menjadi 102,05. Turunnya NTP Maret 2014 ini disebabkan karena indeks harga produk pertanian yang diterima petani mengalami penurunan, sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami kenaikan dibanding bulan Februari 2014. Turunnya angka NTP yang tercatat pada bulan Maret 2014 disebabkan oleh turunnya NTP di subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura dan subsektor peternakan. Subsektor hortikultura menjadi subsektor yang mengalami penurunan terbesar, yaitu mencapai 1,16 persen, diikuti oleh subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,90 persen, dan subsektor peternakan turun sebesar 0,65 persen. Sebaliknya dua subsektor lainnya yaitu subsektor perikanan dan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,73 persen dan 0,63 persen. 2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Maret 2014, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,33 persen dibandingkan dengan It Februari 2014, yaitu dari 113,06 menjadi 112,69. Penurunan It terjadi pada tiga subsektor dengan rincian subsektor hortikultura mengalami penurunan terbesar, yaitu sebesar 0,96 persen, disusul subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,53 persen, dan subsektor peternakan turun sebesar 0,49 persen. Sebaliknya It subsektor perikanan dan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,93 persen dan 0,80 persen. 3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Maret 2014 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen bila dibandingkan Februari 2014, yaitu dari 110,17 menjadi 110,43. Kenaikan Ib terjadi pada seluruh subsektor. Kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan yang mengalami kenaikan sebesar 0,37 persen, diikuti oleh subsektor hortikultura dan subsektor perikanan masing-masing sebesar 0,20 persen, subsektor tanamam perkebunan rakyat sebesar 0,17 persen, dan terakhir subsektor peternakan sebesar 0,16 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa barang konsumsi rumah tangga seperti cabe rawit, bawang putih,bawang merah, minyak goreng dan rokok kretek. 2

4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Maret 2014 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 0,91 persen. Penurunan NTP ini disebabkan karena indeks yang diterima petani turun sebesar 0,54 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,37 persen. Penurunan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok padi sebesar 1,30 persen meskipun indeks subkelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen. Komoditas yang menyebabkan turunnya It tersebut terutama karena turunnya harga gabah, jagung dan ketela pohon. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,40 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,21 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 109,65 109,07-0,53 - Padi 108,47 107,06-1,30 - Palawija 111,16 111,62 0,42 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 112,03 112,45 0,37 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,01 113,46 0,40 - Indeks BPPBM 106,16 106,38 0,21 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 97,88 96,99-0,90 d. Nilai Tukar Usaha Petanian 103,29 102,53-0,74 b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Maret 2014, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 1,16 persen, hal ini terjadi karena turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,96 persen sebaliknya indeks yang dibayar petani naik 0,20 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, salak, petai dan rambutan. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,20 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,21 persen. 3

Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 109,50 108,44-0,96 - Sayur-sayuran 106,48 106,10-0,35 - Buah-buahan 111,68 109,50-1,95 - Tanaman Obat 109,99 112,47 2,25 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 110,92 111,14 0,20 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 112,26 112,49 0,20 - Indeks BPPBM 105,40 105,62 0,21 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 98,72 97,57-1,16 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 103,89 102,67-1,17 c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Maret 2014 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,63 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,80 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,17 persen. Naiknya It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 123,16 menjadi 124,14. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah biji jambu mete, cengkeh dan kopi. Sedangkan kenaikan pada Ib terjadi karena naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,25 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,03 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan nya a. Indeks Diterima Petani (It) 123,16 124,14 0,80 - Tanaman Perkebunan Rakyat 123,16 124,14 0,80 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 109,32 109,50 0,17 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 111,62 111,90 0,25 - Indeks BPPBM 105,33 105,36 0,03 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 112,66 113,37 0,63 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 116,92 117,82 0,77 4

d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada Maret 2014 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,65 persen. Penurunan NTPT terjadi karena turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,49 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya indeks pada subkelompok ternak besar sebesar 0,55 persen, subkelompok ternak kecil turun sebesar 0,52 persen, dan subkelompok hasil ternak turun sebesar 0,67 persen. Sebaliknya subkelompok unggas mengalami kenaikan indeks sebesar 0,07 persen. Turunnya harga komoditas sapi potong, ayam ras petelur, dan telur ayam ras menjadi penyebab turunnya It pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya indeks IKRT sebesar 0,28 persen dan BPPBM sebesar 0,03 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan nya a. Indeks Diterima Petani (IT) 113,42 112,87-0,49 - Ternak Besar 115,69 115,06-0,55 - Ternak Kecil 110,30 109,73-0,52 - Unggas 114,56 114,64 0,07 - Hasil Ternak 102,46 101,77-0,67 b. Indeks Dibayar Petani (IB) 108,45 108,62 0,16 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 111,54 111,85 0,28 - Indeks BPPBM 105,41 105,45 0,03 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 104,59 103,91-0,65 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 107,60 107,04-0,52 e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Maret 2014, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,73 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,93 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang kenaikannya hanya sebesar 0,20 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya indeks subkelompok budidaya ikan sebesar 0,99 persen, meskipun indeks subkelompok penangkapan ikan mengalami penurunan sebesar 0,16 persen. Sedangkan, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,26 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,11 persen. 5

Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan nya a. Indeks Diterima Petani 111,81 112,85 0,93 - Penangkapan 117,75 117,56-0,16 - Budidaya 111,48 112,59 0,99 b. Indeks Dibayar Petani 108,48 108,69 0,20 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 112,53 112,83 0,26 - Indeks BPPBM 103,77 103,88 0,11 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 103,07 103,83 0,73 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 107,75 108,63 0,82 Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Maret 2014 mengalami penurunan indeks sebesar 0,57 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,16 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen. Turunnya It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas ikan tongkol, kembung, bawal dan cakalang pada bulan Maret ini. Sebaliknya kenaikan Ib disebabkan oleh IKRT sebesar 0,26 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,61 persen. Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan nya a. Indeks Diterima Petani 117,75 117,56-0,16 - Penangkapan Perairan Umum 100,00 100,00 0,00 - Penangkapan Perairan Laut 117,77 117,58-0,16 b. Indeks Dibayar Petani 111,08 111,54 0,42 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 112,39 112,68 0,26 - Indeks BPPBM 109,54 110,21 0,61 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 106,01 105,40-0,57 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 107,49 106,67-0,76 Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami kenaikan indeks sebesar 0,81 persen pada Maret 2014. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,99 persen, dimana kenaikan tersebut lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,18 persen. Naiknya It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti lele, nila, dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,26 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,08 persen. 6

Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan nya a. Indeks Diterima Petani 111,48 112,59 0,99 - Budidaya Air Tawar 111,48 112,59 0,99 b. Indeks Dibayar Petani 108,33 108,53 0,18 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 112,54 112,84 0,26 - Indeks BPPBM 103,45 103,53 0,08 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 102,90 103,74 0,81 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 107,77 108,75 0,91 5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Maret 2014 mencapai 102,00 atau turun sebesar 0,60 persen dibanding bulan Februari 2014. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,37 persen dan sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,23 persen. Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan nya Indeks Harga yang Diterima Petani 113,10 112,69-0,37 Indeks Harga yang Dibayar Petani 110,22 110,48 0,23 Konsumsi Rumah Tangga 112,15 112,47 0,29 BPPBM 105,61 105,74 0,13 Nilai Tukar Petani 102,61 102,00-0,60 Nilai Tukar Usaha Pertanian 107,10 106,57-0,49 6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada Maret 2014, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK di daerah perdesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan atau inflasi 0,29 persen. Kenaikan indeks terjadi pada semua kelompok konsumsi rumahtangga dengan kenaikan terbesar terjadi pada kelompok perumahan sebesar 0,62 persen, diikuti kelompok kesehatan sebesar 0,55 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,42, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,38 persen, kelompok sandang sebesar 0,36 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,28 persen, dan terakhir kelompok bahan makanan sebesar 0,01 persen. 7

Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan nya Kelompok Konsumsi Rumah Tangga 112,16 112,48 0,29 - Bahan Makanan 118,78 118,80 0,01 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 109,15 109,61 0,42 - Perumahan 108,70 109,38 0,62 - Sandang 108,43 108,82 0,36 - Kesehatan 104,67 105,25 0,55 - Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga 103,56 103,85 0,28 - Transportasi dan Komunikasi 111,90 112,33 0,38 7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Maret 2014 ada sebanyak 25 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 1,52 persen, sedangkan kenaikan NTP terendah sebesar 0,02 persen terjadi di Provinsi Lampung. Kenaikan NTP tertinggi di Provinsi Riau terutama disebabkan oleh kenaikan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga kelapa sawit dan kelapa. Sebanyak 7 provinsi pada bulan Maret 2014 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,19 persen. Sebaliknya provinsi yang mengalami penurunan terkecil adalah Provinsi Jambi dengan penurunan sebesar 0,12 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi DKI Jakarta disebabkan oleh penurunan harga komoditas cumi-cumi dan kembung pada subsektor perikanan khususnya subkelompok perikanan tangkap. 8

Tabel 10 NTP Provinsi dan nya Provinsi Nasional 101,79 101,86 0,07 NAD 98,51 98,92 0,41 Sumatera Utara 100,04 101,31 1,27 Sumatera Barat 100,68 100,99 0,31 Riau 97,14 98,61 1,52 Jambi 98,29 98,17-0,12 Sumatera Selatan 100,81 100,99 0,18 Bengkulu 97,32 97,86 0,56 Lampung 102,29 102,31 0,02 Bangka Belitung 99,40 100,13 0,73 Kepulauan Riau 100,87 100,68-0,18 DKI Jakarta 100,80 99,61-1,19 Jawa Barat 104,15 104,64 0,47 Jawa Tengah 100,63 100,28-0,35 Yogyakarta 102,63 102,05-0,56 Jawa Timur 104,67 104,07-0,58 Banten 105,27 105,59 0,30 Bali 103,55 104,33 0,76 Nusa Tenggara Barat 99,67 100,03 0,37 Nusa Tenggara Timur 97,78 98,03 0,26 Kalimantan Barat 96,21 96,40 0,20 Kalimantan Tengah 102,49 102,49 0,00 Kalimantan Selatan 100,89 101,21 0,32 Kalimantan Timur 99,55 99,71 0,16 Sulawesi Utara 99,20 99,48 0,28 Selawesi Tengah 102,15 103,30 1,12 Sulawesi Selatan 105,02 105,56 0,51 Sulawesi Tenggara 100,73 101,24 0,50 Gorontalo 100,52 101,10 0,58 Sulawesi Barat 102,14 102,80 0,65 Maluku 100,19 100,29 0,10 Maluku Utara 101,82 102,11 0,28 Papua Barat 99,45 99,69 0,24 Papua 97,73 97,43-0,31 9

Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan nya Provinsi Nasional 101,74 101,83 0,09 NAD 98,39 98,82 0,43 Sumatera Utara 100,14 101,44 1,30 Sumatera Barat 100,58 100,89 0,31 Riau 96,79 98,30 1,56 Jambi 98,26 98,12-0,14 Sumatera Selatan 100,81 101,01 0,20 Bengkulu 97,20 97,76 0,57 Lampung 102,31 102,33 0,03 Bangka Belitung 99,18 100,03 0,85 Kepulauan Riau 98,84 98,75-0,09 Jawa Barat 104,27 104,81 0,51 Jawa Tengah 100,63 100,28-0,35 Yogyakarta 102,61 102,00-0,60 Jawa Timur 104,64 104,03-0,58 Banten 105,32 105,64 0,31 Bali 103,50 104,30 0,78 Nusa Tenggara Barat 99,76 100,12 0,36 Nusa Tenggara Timur 97,69 97,97 0,28 Kalimantan Barat 96,12 96,33 0,22 Kalimantan Tengah 102,48 102,44-0,03 Kalimantan Selatan 100,17 100,58 0,41 Kalimantan Timur 99,32 99,50 0,19 Sulawesi Utara 98,76 99,06 0,30 Selawesi Tengah 102,23 103,58 1,32 Sulawesi Selatan 104,93 105,54 0,58 Sulawesi Tenggara 100,18 100,83 0,65 Gorontalo 100,52 101,22 0,69 Sulawesi Barat 102,45 103,13 0,66 Maluku 99,34 99,64 0,30 Maluku Utara 101,85 102,27 0,41 Papua Barat 99,28 99,57 0,29 Papua 97,49 97,27-0,22 10

Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan nya Provinsi Nasional 103,98 103,38-0,58 NAD 102,14 101,85-0,28 Sumatera Utara 98,56 98,62 0,06 Sumatera Barat 101,10 102,28 1,17 Riau 105,59 106,80 1,15 Jambi 100,10 101,38 1,28 Sumatera Selatan 97,78 97,97 0,19 Bengkulu 99,10 99,86 0,76 Lampung 103,66 103,56-0,10 Bangka Belitung 102,52 102,00-0,51 Kepulauan Riau 105,03 104,62-0,39 DKI Jakarta 105,55 103,41-2,02 Jawa Barat 102,95 104,09 1,10 Jawa Tengah 107,73 106,43-1,21 Yogyakarta 106,01 105,40-0,57 Jawa Timur 105,31 104,99-0,31 Banten 111,34 111,60 0,24 Bali 113,88 113,81-0,06 Nusa Tenggara Barat 97,28 98,14 0,88 Nusa Tenggara Timur 102,48 101,58-0,88 Kalimantan Barat 100,45 100,12-0,33 Kalimantan Tengah 106,08 106,85 0,73 Kalimantan Selatan 110,82 110,06-0,69 Kalimantan Timur 107,18 106,70-0,45 Sulawesi Utara 109,52 109,42-0,09 Selawesi Tengah 100,89 98,64-2,23 Sulawesi Selatan 104,43 102,91-1,46 Sulawesi Tenggara 107,44 105,62-1,69 Gorontalo 103,71 101,98-1,67 Sulawesi Barat 94,07 94,38 0,33 Maluku 105,59 103,51-1,97 Maluku Utara 100,57 98,97-1,59 Papua Barat 101,69 101,68-0,01 Papua 102,75 100,95-1,76 11

Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan nya Provinsi Nasional 101,69 101,52-0,17 NAD 101,33 101,09-0,23 Sumatera Utara 94,57 94,61 0,04 Sumatera Barat 103,33 103,39 0,05 Riau 101,31 101,33 0,02 Jambi 98,76 98,74-0,02 Sumatera Selatan 103,99 103,30-0,67 Bengkulu 102,53 102,22-0,30 Lampung 100,87 100,72-0,15 Bangka Belitung 96,38 95,92-0,49 Kepulauan Riau 111,36 110,87-0,44 DKI Jakarta 95,82 95,61-0,22 Jawa Barat 101,93 101,48-0,44 Jawa Tengah 99,14 99,24 0,10 Yogyakarta 102,90 103,74 0,81 Jawa Timur 107,25 106,84-0,39 Banten 97,41 97,17-0,25 Bali 96,23 95,20-1,07 Nusa Tenggara Barat 96,33 96,70 0,39 Nusa Tenggara Timur 102,35 102,08-0,26 Kalimantan Barat 95,42 95,43 0,01 Kalimantan Tengah 95,91 95,78-0,14 Kalimantan Selatan 105,20 104,66-0,51 Kalimantan Timur 94,26 94,77 0,54 Sulawesi Utara 97,55 97,66 0,12 Selawesi Tengah 101,15 100,43-0,71 Sulawesi Selatan 108,20 108,05-0,13 Sulawesi Tenggara 106,62 106,75 0,12 Gorontalo 91,29 90,72-0,62 Sulawesi Barat 99,21 99,40 0,19 Maluku 115,37 116,47 0,95 Maluku Utara 110,37 109,70-0,60 Papua Barat 93,76 92,90-0,91 Papua 96,57 96,14-0,44 12

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH MARET 2014 Berdasarkan hasil observasi terhadap 50 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Maret 2014, sebagian besar berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) yaitu sebanyak 70,00 persen. Sisanya sebanyak 24,00 persen berkualitas rendah dan sebanyak 6,00 persen berkualitas Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan Februari 2014, rata-rata harga gabah kualitas GKP pada Maret 2014 mengalami penurunan 4,03 persen menjadi Rp. 4.500,00 per kg di tingkat petani dan turun 3,88 persen menjadi Rp. 4.543,57 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 4,04 persen menjadi Rp. 3.900,00 per kg di tingkat petani dan turun 3,85 persen menjadi Rp. 3.950,00 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.850,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang dan gabah kualitas rendah dengan varitas yang sama, semuanya terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.500,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Selama Maret 2014, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Pada Maret 2014, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 50 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 35 observasi (70,00 persen), gabah kualitas rendah sebanyak 12 observasi (24,00 persen) dan sisanya sebanyak 3 observasi (6,00 persen) adalah gabah kualitas GKG. Kelompok Kualitas GKG Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Maret 2014 Jumlah Observasi (%) Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih Harga Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (5) (6) (7) (8) (9) 3 4.150,00 4.650,00 4.700,00 4.683,33 4.733,33 (6,00%) (penggilingan) 583,33 14,06 GKP Gabah Kualitas Rendah 35 (70,00%) 12 (24,00%) 3.750,00 4.850,00 4.500,00 4.543,57 3.300,00 (petani) 1.243,57 37,68 3.350,00 (penggilingan) 1.193,57 35,63 3.500,00 4.850,00 3.900,00 3.950,00 - - - Total 50 (100,00%) - - - - - - - Keterangan : GKG : kadar air 14% dan kadar hampa/kotoran 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air 14% an kadar hampa 3% Diluar kualitas : kadar air 25% atau kadar hampa/kotoran 10% 13

* HPP berdasarkan INPRES nomor 3 Tahun 2012 tgl.27 Maret 2012 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. 1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 38 observasi atau 76,00 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Maret 2014. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 12 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 24,00 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Maret 2014, yang berpotensi mengalami kasus harga berasal dari Kabupaten Bantul (18,00 persen) dan Kabupaten Sleman (6,00 persen). Tabel 15 Jumlah dan Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Maret 2014 Kelompok Kualitas Jumlah Observasi Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan (5) (6) (7) (8) GKG 3-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 3 (100,00 %) GKP 35 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 35 (100,00 %) 35 (100,00 %) GKG dan GKP 38-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 38 (100,00 %) Kualitas Rendah 12 2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.850,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Ciherang dan gabah kualitas rendah dengan varitas yang sama, semuanya terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.500,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Kelompok Kualitas Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Februari - Maret 2014 Kadar Air (KA) Kadar Hampa/Kotoran (KH) Jan 2014 Feb 2014 Mar 2014 Jan 2014 Feb 2014 Mar 2014 (5) (6) (7) GKG 12,85-13,97 2,85-2,69 GKP 13,96 12,78 16,26 7,72 5,87 7,20 Kualitas Rendah 22,70 22,98 27,19 15,76 12,33 10,40 14

Rp/Kg Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Ratarata KA gabah kualitas GKP pada bulan Maret sebesar 16,26 persen dan KH 7,20 persen, sedangkan KA dan KH gabah kualitas GKG masing-masing sebesar 13,97 persen dan 2,69 persen. Gabah kualitas rendah pada bulan Maret 2014 memiliki rata-rata KA dan KH masing-masing sebesar 27,19 persen dan 10,40 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Februari 2013-Maret 2014 Kelompok Kualitas Tingkat Petani (Rp / Kg) Jan 2014 Feb 2014 Mar 2014 Perub (4) thd (3) (%) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Jan 2014 Feb 2014 Mar 2014 Perub (4) thd (3) (%) (5) (6) (7) (8) (9) GKG 4.700,00-4.683,33-4.725,00-4.733,33 - GKP 4.542,31 4.689,13 4.500,00-4,03 4.586,45 4.727,17 4.543,57-3,88 Kualitas Rendah 4.200,00 4.064,00 3.900,00-4,04 4.245,83 4.108,00 3.950,00-3,85 Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turun Rp. 189,13 per kg (4,03 persen) menjadi Rp 4.500,00 per kg dan di tingkat penggilingan turun Rp. 164,00 per kg (3,88 persen) menjadi Rp. 4.543,57 per kg. Sementara itu, rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar Rp. 183,60 per kg (4,04 persen) menjadi Rp. 3.900,00 per kg, dan ratarata harga di tingkat penggilingan turun Rp. 158,00 per kg (3,85 persen) menjadi Rp. 3.950,00 per kg. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Maret 2013 Maret 2014 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKG HPP GKP 15