Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

III. METODE PENELITIAN

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

The pattern of acute respiratory infections treatment in children of 0 59 month s old in Puskesmas I Purwareja, Banjarnegara year of 2004.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

Tarigan A, Umiana S, Pane M Faculty of Medicine Lampung Univesity. Keywords: Bandar Lampung, puskesmas, therapy of diarrhea

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan metode survei

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

KESESUAIAN DOSIS PEMBERIAN AMOXICILLIN PADA PASIEN ANAK DI POLI KIA PUSKESMAS PANJATAN I PERIODE OKTOBER-DESEMBER 2014

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENGGUNAANCEFADROXYL SIRUP PADA BALITA PENDERITA ISPA DI APOTEK KIMIA FARMA MISTAR BANJARBARU

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

ARTIKEL ILMIAH. Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif non analitik

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS KUAMANG KUNING I KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PENYAKIT PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

STUDI RASIONALITAS PERESEPAN PADA PASIEN BRONKITIS RAWAT JALAN BERDASARKAN KETEPATAN DOSIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2015

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK ERITROMISIN PADA BALITA PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN.

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DIARE PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS CURUG TAHUN 2015

PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN Fendi Nugroho, Pri Iswati Utami, Ika Yuniastuti

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA

ABSTRAK KETEPATAN DOSIS COTRIMOXAZOLE SUSPENSI PADA BALITA DI PUSKESMAS TAMBARUNTUNG KABUPATEN TAPIN TAHUN 2013.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

DI PUSKESMAS KEDIRI II TAHUN 2013 SAMPAI DENGAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

INTISARI. Madaniah 1 ;Aditya Maulana PP 2 ; Maria Ulfah 3

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA TERAPI DIARE AKUT ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN PUSKESMAS BENDAN TAHUN ).

Kajian Deskriptif Retrospektif Regimen Dosis Antibiotik Pasien Pneumonia Anak di RSUP. Dr. M. Djamil Padang

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh : Tri Ika Kusuma Ningrum NIM : G2A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak dan dewasa muda. Penyakit ini mencapai lebih dari 13 juta kematian per

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PARA ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN COTRIMOXAZOL SUSPENSI PADA ANAK DI PUSKESMAS KAYU TANGI BANJARMASIN

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi terutama dalam proses penyembuhan penyakit atau kuratif (Isnaini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Advisedly, Tarigan A, Masykur-Berawi M. Faculty of Medicine Lampung University Abstract Pneumonia is one of disease which still threatening health of Indonesian societies. Pneumonia can occur throughout the year which is one of the highest cause of death in children and adults The purposes of this study are to determine the characteristics of pneumonia patients at the Puskesmas Kemiling and know the description of the use of antibiotics and the appropriateness of antibiotic by pneumonia patients. This study is a observational descriptive, and data collection was conducted retrospectively by using patient's medical record cards and 184 cases for the patient's pneumonia. The data collected was analysed by observational descriptive statistic method, and then compare with standard of therapy provided by Kemenkes RI. The result of this study showed that all of 184 patients were pneumonia acute respiratory tract infections, contain of 56% boys and 44% girls. The antibiotics used were Cotrimoxazol (76.6%) and amoxicillin (23.4%). The major product used in that puskesmas was syrup (88.65%), and tablet that delivered in the form of powder was 11.35%. The suitable treatment for dosage of drugs for pneumonia patients based on the standard pneumonia was 79.72%, kind of antibiotic 100% and the suitability of the length of the treatment based on the standard pneumonia was 81.95%. The conclucions, most of utilization of pneumonia suitably with Kemenkes standard. Keywords: Antibiotics, children of 0-59 month s old, pneumonia. Kajian Peresepan Antibiotik Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung Periode Januari-Oktober Abstrak Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Pneumonia merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak-anak dan orang dewasa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik pasien pneumonia di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung dan gambaran penggunaan antibiotik serta kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia. Penelitian ini bersifat observasional deskriptif, dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan alat kartu rekam medik pasien dan diperoleh 184 kasus untuk pasien pneumonia. Analisa dilakukan dengan menggunakan metode observasi dibandingkan dengan standar Kemenkes. Hasil penelitian, dari 184 kasus terdapat 56% anak laki-laki dan 44% anak perempuan. Antibiotik yang digunakan yakni dalam bentuk tunggal, yakni kotrimoksazol sebanyak 76.6%, dan amoksisilin sebanyak 23.4%. Sebagian besar 88.65% dalam bentuk sirup dan sisanya 11.35% dalam bentuk serbuk terbagi. Kesesuaian dosis obat dalam resep pneumonia terhadap standar pengobatan pneumonia adalah sebesar 79.72%, jenis antibiotik 100% dan kesesuaian lama pengobatan terhadap standar pengobatan pneumonia adalah 81.95%. Simpulan, sebagian besar peresepan pneumonia sesuai standar. Kata kunci: Antibiotik, balita, pneumonia. 18

Pendahuluan Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Pneumonia dapat terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda semua usia. Pada banyak negara berkembang, lebih dari 50% kematian pada umur anak-anak balita disebabkan karena infeksi saluran pernafasan akut pneumonia, yakni infeksi akut yang mengenai alveoli. Salah satu penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi pada anak usia balita adalah pneumonia (WHO, 2010). Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung penyakit pneumonia pada balita naik dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini menunjukkan kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2011 jumlah pneumonia pada balita sebanyak 674 kasus ( 74,8%) dan pada tahun 2012 berjumlah 1588 kasus (91,84%). Jumlah kasus penyakit pneumonia terbanyak di kota Bandar Lampung sampai bulan Oktober tahun 2013 ini adalah di Puskesmas Kemiling yaitu sebanyak 235 kasus (Dinkes Bandar Lampung, 2013). Dalam pengobatan pneumonia, pasien diberikan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional sangat banyak dijumpai baik di negara maju maupun berkembang. Dampak negatif dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah berkembangnya kuman kebal antibiotik, perawatan lebih lama, biaya pengobatan lebih mahal, dan menurunnya kualitas pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan kajian peresepan antibiotika penyakit pneumonia balita di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung periode Januari- Oktober 2013. Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang bersifat retrospektif, dengan menggunakan data sekunder yang di ambil dari data rekam medik dan peresepan obat di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung periode Januari-Oktober 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lembar rekam medik dan lembar peresepan yang memuat data peresepan obat penyakit pneumonia pada balita di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung periode Januari-Oktober 2013 dengan jumlah 184 rekam medik. Seluruh data yang telah 19

diperoleh dari penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan deskripsi terhadap data-data tersebut dengan cara membandingkan data analisis dengan standar terapi yang digunakan lalu disusun dan dikelompokkan. Hasil penelitian akan disajikan dan dijabarkan dalam bentuk tabel. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara induksi yaitu dengan menarik kesimpulan umum berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di awal. Hasil Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Kemiling kota Bandar Lampung. Dari hasil penelitian didapatkan 184 data peresepan penyakit pneumonia dan sebanyak 184 yang terpilih sebagai objek penelitian (total sampel). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penderita Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Jenis Kelamin Di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung. Jenis Kelamin Jumlah Penderita Pneumonia Persentase Laki-laki 103 56 Perempuan 81 44 Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kunjungan yang datang ke Puskesmas Kemiling untuk penyakit pneumonia pada balita sebanyak 184 orang dengan data perempuan sebanyak 81 orang dengan persentase 44% dan untuk laki-laki sebanyak 103 orang dengan persentase 56%. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penderita Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Umur Di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung. Kelompok Umur Jumlah Persentase < 4 bulan 3 1,6 4-11 bulan 27 14,7 12-35 bulan 96 52,2 36-59 bulan 58 31,5 Data yang tercatat berdasarkan umur menunjukkan bahwa penderita kelompok umur 12-35 bulan terdapat paling banyak yakni 52,2% dan diikuti berturut-turut 20

kelompok 36-59 bulan 31,5% dan kelompok 4-11 bulan terdapat 14,7 % kasus, dan kelompok umur <4 bulan yakni 1,6%. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penderita Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Jenis Antibiotik Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung. Jenis Antibiotik Jumlah Persentase Kotrimoksazol 141 76,6 Amoksisilin 43 23,4 Pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa penggunaan antibiotik terbanyak untuk pneumonia pada balita di Puskesmas Kemiling adalah kotrimoksazol sebanyak 141 dengan persentase 76,6% selanjutnya adalah amoksisilin sebanyak 43 dengan persentase 23,4%. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penderita Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Sediaan Antibiotika Di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung. Antibiotika Sirup Tablet Kotrimoksazol 132 93,6 9 6,4 Amoksisilin 36 83,7 7 16,3 Pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa bentuk sediaan yang paling banyak digunakan untuk antibiotik adalah sirup yaitu sebanyak 168 dengan persentase 88,65% dan tablet sebanyak 16 dengan persentase 11,35%. Tabel 5. Distribusi Peresepan Antibiotik Untuk Pneumonia Di Puskesmas Kemiling Berdasarkan Jenis Obat. Antibiotika Sesuai Tidak Sesuai Kotrimoksazol 141 100-0 Amoksisilin 43 100-0 Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa peresepan antibiotika berdasarkan jenis obat sesuai dengan penyakit pneumonia. Untuk penyakit pneumonia pilihan antibiotik oral pertama adalah kotrimoksazol sebanyak 141 dan amoksisilin sebanyak 43 sebagai pilihan kedua. 21

Tabel 6. Distribusi Peresepan Obat Antibiotik Untuk Pneumonia Di Puskesmas Kemiling Berdasarkan Dosis Obat. Antibiotika Sesuai Tidak Sesuai Kotrimoksazol 133 94,34 8 5,7 Amoksisilin 34 79,1 9 20,9 Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 184 pasien yang diberikan antibiotika pada penyakit pneumonia, kesesuaian dosis kotrimoksazol terhadap standar pengobatan pneumonia adalah sebesar 94,34% sedangkan amoksisilin sebesar 79,1%. Tabel 7. Distribusi Peresepan Obat Antibiotik Untuk Pneumonia Di Puskesmas Kemiling Berdasarkan Lama Pemberian Obat. Antibiotika Sesuai Tidak Sesuai Kotrimoksazol 136 96,5 5 3,5 Amoksisilin 14 67,4 29 32,6 Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa dari 184 pasien yang diberikan antibiotika pada penyakit pneumonia, kesesuaian lama pengobatan kotrimoksazol terhadap standar pengobatan pneumonia adalah sebesar 96,5% sedangkan amoksisilin sebesar 67,4%. Tabel 8. Distribusi peresepan obat antibiotik untuk pneumonia di Puskesmas Kemiling berdasarkan jenis obat, dosis obat dan lama pemberian. Antibiotika Kesesuaian jenis,dosis dan lama pengobatan Ketidaksesuaian jenis,dosis dan lama pengobatan Kotrimoksazol 129 91,4 12 8,5 Amoksisilin 14 32,55 29 67,44 Pada Tabel 8 memperlihatkan kesesuaian peresepan dengan standar pengobatan dilihat dari jenis obat, dosis dan lama pemberian obat bahwa peresepan obat 22

antibiotik sesuai dengan standar adalah 91,4% untuk kotrimoksazol dan 32,55% untuk amoksisilin. Pembahasan Pada hasil penelitian periode Januari-Oktober 2013 di Puskesmas Kemiling Bandar Lampung bahwa penggunaan antibiotik terbanyak untuk pneumonia pada balita di Puskesmas Kemiling adalah kotrimoksazol sebanyak 141 dengan frekuensi 76,6% selanjutnya adalah amoksisilin sebanyak 43 dengan frekuensi 23,4%. Hal ini sesuai dengan buku penatalaksanaan pneumonia bahwa obat pilihan pertama kotrimoksazol paling banyak digunakan dan amoksisilin adalah obat pilihan kedua, antibiotik ini digunakan jika tidak ada persediaan kotrimoksazol atau obat pilihan pertama tidak memberikan hasil yang baik. Hal ini sesuai juga dengan penelitian Hapsari (2007) yang menyatakan penggunaan antibiotik pada penyakit infeksi saluran pernafasan akut pneumonia balita menggunakan terapi tunggal. Jenis antibiotik yang digunakan yaitu amoksisilin dan kotrimaksazol. Jenis antibiotik tunggal yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kabupaten Banjarnegara adalah kotrimoksazol 86,7%, sedangkan amoksisilin lebih sedikit 13,3%. Kotrimoksazol lebih banyak digunakan karena merupakan antibiotik pilihan pertama yang diberikan untuk penderita. Pada periode Januari sampai Oktober 2013 kunjungan yang datang ke Puskesmas Kemiling untuk penyakit pneumonia pada balita sebanyak 184 orang dengan data perempuan sebanyak 81 orang dengan persentase 44% dan untuk laki-laki sebanyak 103 orang dengan persentase 56%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2001), yang menyebutkan bahwa penderita infeksi saluran pernfasan akut pneumonia lebih sering didapatkan pada laki-laki dibanding dengan perempuan, terutama pada anak usia muda. Anak dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang terkena pneumonia dibanding dengan anak perempuan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Hapsari (2004) bahwa pneumonia lebih sering terkena pada laki-laki berusia kurang dari 6 tahun, hal ini kemungkinan disebabkan berkaitan dengan respon pada anak, karena 23

secara biologis sistem pertahanan tubuh laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode Januari-Oktober 2013 di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung terdapat 184 kasus infeksi saluran pernafasan akut pada balita dan semuanya 100% di diagnosis sebagai penderita pneumonia. Data yang tercatat berdasarkan umur menunjukkan bahwa penderita kelompok umur 12-35 bulan terdapat paling banyak yakni 52,2%. Usia merupakan salah satu faktor resiko utama pada beberapa penyakit. Hal ini disebabkan karena usia dapat memperlihatkan kondisi kesehatan seseorang. Anakanak yang berusia 0-24 bulan lebih rentan terhadap penyakit pneumonia dibanding anak-anak yang berusia diatas 2 tahun. Hal ini disebabkan oleh imunitas yang belum sempurna dan saluran pernafasan yang relatif sempit (Depkes RI, 2004). Pada peresepan yang diberikan di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung terdapat pemberian jenis obat 100% hal ini sesuai dengan langkah langkah pengobatan yang telah ditetapkan Kemenkes RI dalam buku penatalaksanaan pneumonia. Antibiotik yang diberikan adalah kotrimoksazol pilihan pertama dan amoksisilin pilihan kedua. Amoksisilin merupakan antibiotik golongan penisilin yang bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi baik di jaringan dan cairan tubuh, akan tetapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Antibiotik ini sesuai digunakan untuk pengobatan pneumonia karena spektrum kerjanya yang luas (Tjay & Rahardja,2007). Kotrimoksazol merupakan kombinasi antara sulfametoksazol dan trimetropin. Kombinasi kedua obat ini menghasilkan efek sinergis dengan tingkat resistensi yang lebih rendah dibandingkan amoksisilin, karena mikroba yang resisten terhadap salah satu komponen yang lainnya (Gunawan, 2007). Ketidaksesuaian dalam pemberian dosis obat kurang dan lebih dari standar dikarenakan dosis pada pasien anak harus dihitung terlebih dahulu sebelum diresepkan. Penghitungan dosis anak harus mempertimbangkan hal-hal seperti berat badan dan usia sebelum memberikan peresepan obat. Dosis anak berbeda 24

daripada dosis dewasa karena anak-anak berbeda dengan orang dewasa dalam banyak hal, seperti penyerapan usus, metabolisme obat, ekskresi obat, dan juga kepekaan reseptor dalam tubuh terhadap obat (Darmansjah, 2008). Penghitungan dosis obat untuk pasien balita dan anak-anak memerlukan data berat badan sehingga hal ini memberikan kontribusi terhadap ketidaksesuaian dosis obat anak dengan standar yang ada. Pemberian dosis obat yang tidak sesuai standar dapat memberikan dampak yang luas bagi pasien. Pertama, bila dosis obat yang tertera pada resep tidak tepat/tidak sesuai standar maka pasien tersebut gagal mendapatkan pengobatan yang benar terkait penyakitnya, hal ini dapat menimbulkan komplikasi berkaitan dengan penyakit tersebut. Kedua, pemberian dosis obat yang tidak tepat juga berkaitan dengan resistensi obat. Semakin tepat pemberian dosis, maka semakin cepat dan tepat pula tercapainya kadar antibiotika pada tempat infeksi, efek terapi yang optimal dipengaruhi oleh tercapainya kadar antimikroba pada tempat infeksi. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai atau tidak tepat dapat mengakibatkan hal-hal yang dapat merugikan pasien seperti meningkatnya jumlah bakteri yang resisten, timbulnya peningkatan efek samping dan toksisitas antibiotik, terjadinya pemborosan biaya, dan tidak tercapainya manfaat klinik optimal dalam pencegahan maupun pengobatan infeksi. Banyak faktor yang berperan menyebabkan peresepan dosis yang tidak tepat faktor ini dapat dibedakan dalam 5 komponen yaitu unsur instrinsik sang dokter, unsur kelompok kerja dokter, unsur tempat kerja dokter, unsur informasi yang diterima dokter, dan unsur sosial budaya masyarakat. Intrinsik faktor mencakup pengetahuan dokter tentang pasien, penyakitnya, dan obat yang akan diresepkannya (WHO,2007). Simpulan Dari hasil penelitian di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung periode Januari-Oktober 2013 terhadap 184 data peresepan penyakit pneumonia, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian pemberian jenis antibiotika di Puskesmas Kemiling kota Bandar Lampung terhadap standar pengobatan pneumonia adalah sebanyak 100% yaitu kotrimoksazol dan amoksisilin, Kesesuaian dosis antibiotika 25

penyakit pneumonia di Puskesmas Kemiling adalah sebesar 86,7% yaitu dengan rincian kotrimoksazol sebesar 94,34% dan amoksisilin sebesar 79,1%.Lama pemberian antibiotika penyakit pneumonia adalah sebesar 81,95% yaitu dengan rincian kotrimoksazol 96,5% dan amoksisilin sebesar 67,4% Kesesuaian peresepan dengan standar pengobatan dilihat dari jenis obat, dosis dan lama pemberian obat bahwa peresepan obat sesuai dengan standar adalah 91,4% untuk kotrimoksazol dan 32,55% untuk amoksisilin. Daftar Pustaka Darmansjah I. 2008. Harga obat generik baru masih tetap tinggi. Jakarta: Bisnis Indonesia, hlm. 23 Departemen Kesehatan RI.2004. Pedoman program pemberantasan penyakit ispa untuk penanggulangan pneumonia pada balita. Jakarta: Depkes RI. Dinkes Bandar Lampung. 2013. Profil kesehatan kota bandar lampung. Bidang P2PL. Gunawan S. 2007. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK-UI. Hapsari I. 2004. ISPA penyebab kematian tertinggi. Cempaka. 23-29 Desember 2004. hlm.13 Setyaningsih E. 2001. Faktor-faktor yang berhubungan dengan angka kejadian pneumonia pada balita pengunjung Puskesmas Klampok Kabupaten Banjarnegara tahun 2001. [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat-obat penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. WHO-SEARO. 2007. The Role of Education in the Rational use of Medicine. New Dehli : Technical Publication Series. WHO 2003. Penanganan ISPA pada anak di rumah sakit kecil negara berkembang Jakarta : EGC. WHO 2010 Pneumonia, Sumber : http://www.who.int/mediacentre/, diakses tanggal 23 September 2013. 26