EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PENYAKIT PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

ABSTRACT. Keywords : Rational, antibiotic, acute exacerbation of chronic bronchitis, elderly ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 26 April 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENDERITA DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R.D

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

STUDI PENGGUNAAN OBAT PADA PENDERITA DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT DIARE PADA PASIEN BALITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 ARTIKEL.

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RS ISLAM KLATEN TAHUN 2015 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

* Dosen FK UNIMUS. 82

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

Kajian Deskriptif Retrospektif Regimen Dosis Antibiotik Pasien Pneumonia Anak di RSUP. Dr. M. Djamil Padang

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak

ABSTRACT. Key words : DHF, Children Patient, Supportive Therapy and Symptomatic Therapy ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

STUDI PENGGUNAAN ANTIPLATELET (CLOPIDOGREL) PADA PENGOBATAN STROKE ISKEMIK DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SOEWONDO PATI PERIODE JANUARI-JUNI 2016 ARTIKEL

Pola Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Pasien Bedah Caesar (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center (PMC) Tahun 2014

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PENDERITA HIV/AIDS DI KLINIK VCT RUMAH SAKIT KOTA MANADO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN RAWAT INAP PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSD Dr. SOEBANDI JEMBER (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009)

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

EVALUASI PENGGUNAAN PARASETAMOL INTRAVENA PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD MAS AMSYAR KASONGAN KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

Study of Antibiotic Use on Pneumonia Patient in Surakarta Referral Hospital

ANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN

EVALUASI KETEPATAN DOSIS ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG BULAN AGUSTUS- DESEMBER TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2013 Pingkan C. Kaparang 1), Heedy Tjitrosantoso 1), dan Paulina V. Y. Yamlean 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT Appropriate use of the antibiotics are effecte increased therapeutic clinical effect, minimized the occurrence of resistance and effecte terms of cost. Rational use of antibiotics have to comply with several criteria like the appropriate patient, appropriate indication, appropriate drug, appropriate dose, and appropriate duration. This study was aimed to evaluate the rational utilizing of antibiotics in the treatment of pediatric pneumonia in Hospitalized Installation of RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. This research is a descripte study with retrospecte data aggregation based on medical records. Research conducted on 53 pediatric patients medical record with pneumonia who fulfill the inclusion criteria. The result showed that antibiotics are the most used antibiotics combination is ampicillin-chloramphenicol were 26,42%. Evaluation of rational use of antibiotics to the appropriate patient (100%), appropriate indication (100%), appropriate drug (100%), and irrational use of antibiotics on criteria appropriate dose (8,93%) and appropriate duration (11,61%). Key words : Rational, antibiotics, pneumonia, pediatric ABSTRAK Penggunaan antibiotika yang tepat ialah penggunaan antibiotika yang efektif dengan peningkatan efek terapeutik, meminimalkan terjadinya resistensi dan meminimalkan biaya obat. Penggunaan antibiotika yang rasional harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan tepat lama pemberian. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika pengobatan pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini berupa penelitian deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif yang didasarkan pada catatan medis. Penelitian dilakukan terhadap 53 catatan medis penderita pneumonia anak yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan jenis antibiotika yang paling banyak digunakan pada pneumonia anak ialah kombinasi antibiotika ampisilinkloramfenikol yakni sebesar 26,42%. Evaluasi penggunaan antibiotika yang rasional berdasarkan kriteria tepat pasien (100%), tepat indikasi (100%), tepat obat (100%) dan penggunaan antibiotika yang tidak rasional pada kriteria tepat dosis (8,93%) dan tepat lama pemberian (11,61%). Kata kunci : kerasionalan, antibiotika, pneumonia, anak 247

PENDAHULUAN Konsep penggunaan obat yang rasional dalam beberapa tahun belakangan telah menjadi topik perbincangan dalam berbagai pertemuan tingkat nasional maupun internasional. Berbagai penelitian mengenai keamanan dan keefektifan penggunaan obat yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan bahwa penggunaan obat yang tidak rasional merupakan fenomena global (Ambwani, 2006). Salah satu indikator penggunaan obat yang tidak rasional di suatu sarana pelayanan kesehatan ialah angka penggunaan antibiotika (Hardon, 1992). Penggunaan antibiotika secara tidak tepat dapat menimbulkan terjadinya peningkatan efek samping dan toksisitas antibiotika, pemborosan biaya dan tidak tercapainya manfaat klinik yang optimal dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit infeksi, serta resistensi bakteri terhadap obat. Resistensi dapat terjadi di rumah sakit dan berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae (S. pneumoniae) yang merupakan bakteri penyebab pneumonia (Anonim, 2011). Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Insiden pneumonia pada anak <5 tahun di negara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun (Pudjiadi dkk, 2009). Prevalensi penyakit pneumonia di Provinsi Sulawesi Utara khususnya yakni sebesar 5,7% (Anonim, 2013). Adanya pemberian antibiotika yang cukup tinggi, serta adanya permasalahan dalam pemberian antibiotika yang berlebih telah mendorong penulis untuk meneliti kerasionalan penggunaan antibiotika pada pengobatan pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. METODOLOGI PENELITIAN Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, pada bulan Februari sampai Juni 2014. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif yang didasarkan pada catatan medis. Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ialah semua catatan medik pasien pneumonia anak yang dirawat inap dan mendapat pengobatan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari sampai 31 Desember 2013. Adapun jumlah populasi yang didapat sebanyak 129 pasien. Sampel dalam penelitian ini ialah catatan medik terpilih dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian. Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 53 pasien Kriteria Kerasionalan a. Tepat pasien b. Tepat indikasi c. Tepat obat d. Tepat dosis e. Tepat lama pemberian Pengumpulan Data Pengumpulan data dimulai dengan penelusuran data dari laporan unit rekam medik untuk pasien anak dengan diagnosis pneumonia yang dirawat inap periode 1 Januari sampai 31 Desember 2013. Data yang diambil dibuat dalam tabulasi yang meliputi nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, berat badan, diagnosis, terapi antibiotika, cara pemberian, dosis, lama penggunaan, dan kondisi pulang. Analisis Data Data penggunaan antibiotika pada penderita pneumonia anak yang dirawat 248

inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2013 dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan kerasionalan penggunaan antibiotika yang diterima pasien selama dirawat inap. Adapun standar pengobatan yang digunakan sebagai pembanding dalam HASIL DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Jenis Kelamin Penelitian terkait distribusi jenis kelamin penderita pneumonia anak dilakukan penelitian ini yakni Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Anak RSUP Manado, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Drug Information Handbook. pada 53 penderita pneumonia anak yang dirawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode Januari sampai Desember 2013. Hasil yang diperoleh dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Penderita Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2013 Jenis Kelamin Jumlah Penderita (n) Persentase (%) Laki-laki 30 56.60 Perempuan 23 43.40 Pada Tabel 4.1, diketahui jenis kelamin penderita laki-laki sebanyak 30 penderita (56,60%) sedangkan penderita berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 penderita (43,40%). Penelitian sebelumnya di Medan melaporkan bahwa karakteristik penderita pneumonia berdasarkan jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan (Sigalingging, 2011). Hasil penelitian ini diperkuat dengan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa penderita pneumonia sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (Anonim, 2012). Pneumonia lebih sering terjadi pada anak laki-laki berusia kurang dari 6 tahun. Hal ini mungkin berkaitan dengan respon pada anak, karena secara biologis sistem pertahanan tubuh laki-laki dan perempuan berbeda. Organ paru pada perempuan memiliki daya hambat aliran udara yang lebih rendah dan daya hantar aliran udara yang lebih tinggi sehingga sirkulasi udara dalam rongga pernapasan lebih lancar dan paru terlidung dari infeksi patogen (Uekert dkk, 2006). Umur Penelitian mengenai distribusi umur penderita pneumonia yang dirawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode Januari sampai Desember 2013 dibagi dalam 2 kelompok umur, yaitu kelompok umur 1-5 tahun dan kelompok umur 6-12 tahun. Hasil distribusi umur penderita pneumonia anak tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah. 249

Tabel 4.2 Distribusi Umur Penderita Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2013 Umur Jumlah Penderita (n) Persentase (%) 1-5 tahun 47 88.68 6-12 tahun 6 11.32 Pada Tabel 4.2, data distribusi penderita berdasarkan umur diketahui jumlah penderita yang berumur 1-5 tahun sebanyak 47 penderita dengan persentase 88,68%, sedangkan jumlah penderita yang berumur 6-12 tahun sebanyak 6 penderita dengan persentase 11,32%. Hasil penelitian ini diperkuat dengan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 yang menunjukkan pneumonia tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (Anonim, 2013). Anak dengan kelompok usia kurang dari lima tahun rentan mengalami pneumonia berat dengan gejala batuk dan sukar bernapas. Sistem kekebalan tubuh anak pada usia tersebut juga sangat rentan sehingga mudah terinfeksi oleh penyakit yang ditularkan melalui udara (Misnadiarly, 2008). Kondisi Pulang Hasil penelitian terkait kondisi pulang penderita pneumonia anak dapat dikelompokkan dalam 3 kondisi, yakni pasien yang pulang dalam kondisi sembuh, membaik dan pulang paksa. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Distribusi Kondisi Pulang Penderita Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2013 Kondisi Pulang Jumlah Penderita (n) Persentase (%) Sembuh 29 54.72 Membaik 21 39.62 Pulang Paksa 3 5.66 Hasil penelitian mengenai distribusi kondisi pulang penderita (Tabel 4.3), sebanyak 29 penderita pulang dengan kondisi sembuh (54,72%), 21 penderita pulang dengan kondisi membaik (39,62%), dan 3 penderita pulang paksa (5,66%). Pneumonia merupakan salah satu penyakit dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada anak. Namun penyakit ini bisa disembuhkan apabila terdeteksi lebih dini dan didukung dengan pengobatan yang sesuai. Terapi antibiotika yang hendaknya diberikan secara teratur sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk mempercepat proses penyembuhan. Data Pengobatan Terapi Antibiotika Terapi antibiotika diberikan pada penderita pneumonia anak selama menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Terapi antibiotika yang diberikan terdiri dari pengobatan awal dan pengobatan lanjutan. Data hasil penelitian terkait terapi antibiotika yang diberikan pada penderita pneumonia anak dapat dilihat pada Tabel 4.4. 250

Tabel 4.4 Terapi Antibiotika yang Diberikan pada Penderita Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2013 No. Pengobatan Pengobatan Jumlah Persentase Awal Lanjutan Penderita (n) (%) 1 AMP CLO - 14 26.42 2 CFT GNT - 9 16.98 3 CFI - 5 9.43 4 AMP GNT - 1 1.89 5 CFO GNT - 4 7.55 6 AMX - 2 3.77 7 CFT - 1 1.89 8 AMX CLO - 3 5.66 9 CFI AMX - 1 1.89 10 CFO GNT CFI 2 3.77 11 CFT GNT CFI 2 3.77 12 AMP CLO CFI 3 5.66 13 CFT CFI 1 1.89 14 AMP CLO CFT GNT 2 3.77 15 AMP CLO CFO 1 1.89 16 CFT GNT AMX 1 1.89 17 AMP CLO AMX 1 1.89 Keterangan: CLO = Kloramfenikol CFO = Sefotaksim CFT = Seftriakson GNT = Gentamisin CFI = Sefiksim AMP = Ampisilin AMX = Amoksisilin Berdasarkan data mengenai terapi antibiotika yang diberikan pada penderita pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2013 diketahui bahwa penggunaan kombinasi antibiotika ampisilinkloramfenikol pada pengobatan awal tanpa pengobatan lanjutan memiliki persentase tertinggi, yakni sebesar 26,42%, diikuti oleh kombinasi antibiotika seftriaksongentamisin dengan persentase 16,98%. Terapi antibiotika disertai dengan pengobatan lanjutan yang terbanyak ialah ampisilin-kloramfenikol dengan sefiksim dengan persentase sebesar 5,66%. Penderita yang tidak dapat minum/makan, muntah, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, dan distres pernapasan berat dapat dijumpai dalam keadaan pneumonia yang sangat berat. Pengobatan kombinasi ampisilin-kloramfenikol dapat diberikan untuk penderita dengan keadaan klinis berat (Anonim, 2008). Penggunaan bersama ampisilin/ amoksisilin dengan kloramfenikol akan menimbulkan interaksi yang menyebabkan menurunnya efek ampisilin/amoksisilin. Oleh karena itu, waktu penggunaan kedua antibiotika ini harus dijarakkan, dimana pada kasus ini kloramfenikol digunakan setelah 1-2 jam pemberian ampisilin/amoksisilin, sehingga efek yang diperoleh menjadi lebih baik (Kaye, 1983). Cara Pemberian Cara pemberian antibiotika pada penderita pneumonia anak yang dirawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 251

dilakukan melalui pemberian peroral maupun intravena. Data hasil penelitian mengenai cara pemberian antibiotika dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Cara Pemberian Antibiotika pada Pengobatan Awal dan Pengobatan Lanjutan Penderita Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2013 Cara Pemberian Pengobatan Awal po po Pengobatan Lanjutan - po - Jumlah Penderita (n) 33 2 10 7 1 Persentase (%) 62.27 3.77 18.87 13.21 1.89 Hasil yang didapat pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pemberian antibiotika secara intravena pada pengobatan awal tanpa pengobatan lanjutan sebanyak 33 penderita (62,27%), sedangkan pemberian antibiotika secara intravena pada pengobatan awal dengan disertai pemberian antibiotika oral pada pengobatan lanjutan sebanyak 10 penderita (18,87%). Antibiotika diberikan secara intravena pada pengobatan pneumonia karena pada kondisi berat, dimana penderita tidak dapat makan/minum atau bahkan muntah sehingga pemberian antibiotika secara peroral tidaklah memungkinkan. Pemberian antibiotika secara intravena direkomendasikan pada anak-anak dengan pneumonia berat atau anak yang tidak bisa menerima antibiotika oral (BTS, 2011). Penggantian pemberian antibiotika secara intravena ke antibiotika peroral dilakukan untuk pengobatan lanjutan pneumonia. Penggantian antibiotika intravena ke antibiotika oral dilakukan pada penderita dengan kondisi yang cukup stabil, dapat makan/minum dan tidak muntah. Evaluasi Kerasionalan Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika dilakukan terhadap 53 data rekam medik penderita pneumonia anak yang dirawat inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari sampai Desember 2013. Berdasarkan data rekam medik tersebut diperoleh sebanyak 112 item antibiotika yang digunakan selama dirawat inap. 252

Tabel 4.7 Evaluasi Ketepatan (Pasien, Indikasi, Obat, Dosis dan Lama Pemberian) Penggunaan Antibiotika Penderita Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2013 Jumlah Penggunaan Kriteria Kerasionalan Antibiotika Persentase (%) Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Tepat Pasien 112 0 100 0 Tepat Indikasi 112 0 100 0 Tepat Obat 112 0 100 0 Tepat Dosis 102 10 91.07 8.93 Tepat Lama Pemberian 99 13 88.39 11.61 Evaluasi kerasionalan dilakukan meliputi beberapa kriteria kerasionalan, yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan tepat lama pemberian. Hasil dari evaluasi tersebut disajikan dalam Tabel 4.7. Hasil evaluasi ketepatan penggunaan antibiotika pada Tabel 4.7 menunjukkan penggunaan antibiotika yang tepat pasien sebanyak 100%, tepat indikasi sebanyak 100%, tepat obat sebanyak 100%, tepat dosis sebanyak 91,07% dan tepat lama pemberian sebanyak 88,39%. Evaluasi kerasionalan terhadap variabel tepat dosis dilakukan dengan membandingkan jumlah dosis yang diberikan kepada pasien dengan beberapa standar terapi yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan dosis. Berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan beberapa jenis antibiotika yang diberikan pada pasien dengan dosis yang tidak sesuai dengan standar, yakni gentamisin, kloramfenikol, sefotaksim, amoksisilin dan seftriakson. Lama pemberian antibiotika untuk penderita pneumonia anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou umumnya 7-10 hari (Anonim 2011; Wantania, 2001). Data tentang terapi antibiotika pada pneumonia menunjukkan bahwa durasi tiga hari sudah cukup sehingga WHO merekomendasikan penggunaan antibiotika untuk tiga hari pada pneumonia ringan (Gulani, 2009). PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 penderita pneumonia anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, dapat disimpulkan bahwa jenis antibiotika yang paling banyak digunakan untuk pengobatan pneumonia anak ialah kombinasi antibiotika ampisilinkloramfenikol, yakni pada 14 penderita (26,42%). Evaluasi penggunaan antibiotika yang rasional berdasarkan kriteria tepat pasien (100%), tepat indikasi (100%), tepat obat (100%) dan penggunaan antibiotika yang tidak rasional pada kriteria tepat dosis (8,93%) dan tepat lama pemberian (11,61%). DAFTAR PUSTAKA Ambwani. 2006. Rational Drug Use. Health Admonistrator. XIX: 1: 5-7 Anonim. 2008. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 253

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. British Thoracic Society. 2011. British Thoracic Society Guidelines For The Management Of Community Acquired Pneumonia In Children. Thorax 2011;66 (Supplement 2): 1-23.Hardon A, Brudon- Jakobowicz, A.Reeler. 1992. How To Investigate Use of Drug Use In The Community. WHO Drug Action Programme on Essential Drugs, Geneve. Gulani, A., H. P. S. Sachdev. 2009. Effecteness of Shortened Course ( 3 Days) of Antibiotics for Treatment of Acute Otitis Media in Children. WHO, Switzerland.Kaye, D., F. Rose. 1983. Fundamental of Internal Medicine. The Mosby Company, London. Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut Edisi 1. Pustaka Obor Populer, Jakarta. Pudjiadi, A. H., B. Hegar, S. Handryastuti, N. S. Idris, E. P. Gandaputra, E. D. Harmoniati. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. IDAI, Jakarta. Sigalingging. 2011. Karakteristik Penderita Penyakit Pneumonia Pada Anak di Ruang Merpati II Rumah Sakit Umum Herna Medan. Jurnal Darma Agung. J- DA, 69 78. Uekert, S. J., G. Akan, M. Evans, Z. Li, K. Roberg, C. Tisler, D. DaSilva, E. Anderson, R. Gangnon, D. B. Allen, J. E. Gern, R. F. Lemanske. 2006. Sex-Related Differences in Immune Development and The Expression of Atopy in Early Childhood. J Allergy Clin Immunol 118; 6: 1375-1381. Wantania, J. M. 2001. Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Anak RSUP Manado, Bagian Ilmu Kesehatan Anak: 197-198. 254