DEFINISI TEORI, HIPOTESIS, MODEL, KONSTRUK, HUKUM DAN PRINSIP-PRINSIP. Jenis-Jenis Belajar. Belajar dan Survival. Studi Sistematis Terhadap Belajar

dokumen-dokumen yang mirip
BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN TENTANG BELAJAR. Matrikulasi Fakultas Psikologi Program Pasca Sarjana UMBY

SE S J E A J R A A R H DA D N A N A L A I L R I A R N A N PSI S KO K LOGI G Pertemuan 4

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan II: Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Psikologi

SEJARAN DAN ALIRAN PSIKOLOGI. Pertemuan 4

Filsafat Ilmu dan Logika

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING

ALIRAN FUNGSIONALISME

Pengenalan Konsep Kognitif 1

Filsafat dan Teori Pendidikan. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

PSIKOLOGI KOGNITIF (Diringkas oleh Hanna Widjaya Dosen PPS Unpad Bandung)

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

Persepsi, Memori, Daya Bayang, Bahasa, Penyelesaian Masalah, Pemahaman/Penalaran, Pmbuatan Keputusan

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

Psikologi Fungsionalisme

Sejarah dan Aliran Psikologi

Pengantar Psikologi Sosial. Pertemuan 1

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan VI: Fungsionalisme

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

idealisme: suatu aliran filsafat yang cara pandangnya sama dengan rasionalisme.

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan IV: Psikologi Baru (The New Pscychology)

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

SADAR Berkaitan dengan fungsi pikiran dimana seseorang/individu menyadari pengalaman-pengalaman mentalnya seperti persepsi, emosi, berpikir, dll.

I. DASAR-DASAR PENGETAHUAN

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

Filsafat Ilmu dan Logika

Sejarah dan Aliran Psikologi

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

KAJIAN FILSAFAT TERHADAP KEBENARAN SAINS. Makalah. Matakuliah: Filsafat Ilmu. Oleh: Kelompok II. Anggota: Syahid Ismail ( )

MATERI : 1. Human Information Processing 2. Persepsi 3. Pattern Recognition & Pandemonium 4. Perhatian 5. Memori 6. Mnemonic

PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME

BAB III ASPEK-ASPEK KAWASAN MORAL

Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri

Resume 5# Pengembangan Kurikulum Yasyfa Harashta/ /TP-B 2015

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

DISUSUN OLEH: DEFI DESIANA ( ) MOHAMAD RISTYO NUGROHO ( ) NOVI TRISNA ANGGRAYNI ( ) YOSSY MAHALA CHRISNA S

PRAGMATISME (1) Pragmatisme:

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU

Sejarah Perkembangan Ilmu

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Sumber Yusuf Lubis dan Doni Ardian, Pengantar Filsafat Ilmu, hal 27-37

Hubungan Sains dan Agama

A. Filasafat Ilmu sebagai Akar Metodologi Penelitian

DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

Week 2 Metode Ilmiah

Carl Rogers, Abraham Maslow

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perspektif / Paradigma Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEORI PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU. Ismail Hasan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

Pendekatan penelitian disebut juga dengan desain penelitian yakni rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Soemartono,

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan III: Pengaruh Ilmu Fisiologi/Faal Terhadap Perkembangan Ilmu Psikologi

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

A. Proses Pengambilan Keputusan

1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;

METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN

PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

Pertemuan ke-3 TRADISI - TRADISI DALAM TEORI KOMUNIKASI

Falsafah ialah satu disiplin ilmiah yang mengusahakan kebenaran yang bersifat umum dan mendasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

Sejarah dan Aliran Psikologi

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU

PERKEMBANGAN HISTORIS PSIKOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008

Starlet Gerdi Julian / /

METODOLOGI PENELITIAN

Behaviorisme. Disusun oleh: Dr. phil. Hana Panggabean

Perspektif dalam Ilmu Komunikasi

MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI JUMLAH SKS : 3 SKS MATA KULIAH PRASARAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI

BAB II TINDAKAN SOSIAL - MAX WEBER. yang menonjol, dan setiap gagasan yang mengancamnya akan disingkirkan

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Perkembangan Sepanjang Hayat

Etika dan Filsafat. Komunikasi

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Ringkasan Artikel Social Paradigm and Organizational Analysis Chapter 1-3

BAB III METODOLOGI PENELTIAN. terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

FILSAFAT MANUSIA. Intelek dan kehendak manusia. Masyhar Zainuddin. Modul ke: Fakultas Fakultas. Program Studi Pendidikan Psikologi

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

Transkripsi:

Tugas MK. Teori Belajar dan Pembelajaran DEFINISI TEORI, HIPOTESIS, MODEL, KONSTRUK, HUKUM DAN PRINSIP-PRINSIP Oleh: Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Belajar dan Perubahan Perilaku Menurut Kimble (1961:6), belajar merupakan perubahan yang bersifat relatif permanen di dalam potensi behavioral/ perilaku yang terjadi akibat dari praktik yang diperkuat. Belajar diukur berdasarkan perubahan perilaku yang dapat diamati. Perubahan bersifat sementara (relatif permanen) Tidak harus terjadi perubahan langsung setelah belajar Perubahan akan terjadi melalui latihan dan praktik terus menerus. Jenis-Jenis Belajar Pengkondisian Klasik, dimana stimulus tak bersyarat disebut penguatan (reinforcement) karena seluruh prosedur pengkondisian sangat bergantung. Manusia tidak punya kontrol atas penguatan itu, sehingga penguatan tidak bergantung pada perilaku manusia. Pengkondisian Instrumental, dimana manusia harus bertindak dengan cara tertentu sebelum perilaku diperkuat, sehingga penguatan bergantung perilaku manusia. Dalam pengkondisian intrumental, perilaku adalah instrumen penting untuk mendapatkan penguat /reinforcement. Belajar dan Survival Manusia sebagai makhluk hidup dilahirkan dengan mekanisme homeostatis dan gerak refleks untuk bertahan hidup (survival) Agar bisa survive dan bertahan hidup, manusia tidak bisa hanya mengandalkan homeostatis dan refleks, tetapi harus berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi lingkungan dilakukan melalui proses mempelajari lingkungan, sehingga dapat menyesuaikan diri. Pendekatan untuk Studi tentang Belajar Belajar hanya dapat diamati secara tidak langsung melalui perubahan perilaku, sehingga saat mengkaji belajar perlu pengamatan perilaku. Namun karena sulitnya melakukan pengamatan secara langsung, maka dilakukan metode pendekatan naturalistic observation. Terdapat 2 kekurangan observasi naturalistik, pertama situasi kelas yang komples sehingga sulit untuk diamati dan dicatat secara detail. Kedua, adanya kecenderungan untuk klasifikasi peristiwa terlalu komprehensif, sehingga klasifikasi sederhana dapat menjadi kompleks jika diteliti secara mendalam. Studi Sistematis Terhadap Belajar Pembahasan proses belajar menjadi ilmiah, sehingga diperlukan metode ilmiah untuk mempelajarinya. Ilmu pengetahuan ilmiah merupakan kombinasi padangan rasionalisme (pengetahuan dengan pikiran) dan pandangan empirisme (pengalaman indrawi). Semua teori ilmiah, diawali dan diakhiri dengan pernyataan tentang kejadian yang dapat diamati. Hubungan yang konsisten antara dua atau lebih kejadian yang dapat diamati tersebut merupakan kaidah ilmiah. Ilmu pengetahuan ilmiah juga harus memiliki fungsi sintesis (penjelasan sistematis) dan fungsi heuristik (membuka jalan ke riset selanjutnya). Eka Kurnaiwan A.P 1

Eksperimen Belajar Eksperien belajar dapat ditentukan dalam jumlah keputusan Arbitrer yang diringkas menjadi delapan keputusan: 1.Apa aspek yang akan diteliti dari proses belajar 2.Pemilihan teknik idiografis atau nomotetis 3.Pemilihan subjek (manusia atau nonmanusia) 4.Pemilihan teknik korelasi atau teknik eksperimental 5.Variabel independen mana yang harus dikaji? 6.Seberapa banyak level bebas yang akan diteliti 7.Pemilihan variabel bebas 8.Analisis dan interpretasi data Penggunaan Model Penggunaan model adalah untuk menyederhanakan proses dan menjadikannya menjadi lebih mudah dipahami. Model dipakai untuk menunjukkan bagaimana sesuatu seperti sesuatu yang lain, sedangkan teori berusaha mendeskripsikan proses yang mendasari fenomena yang kompleks. Ada dua pandangan mengenai ilmu pengetahuan Pandangan Kuhn Pandangan Popper Pandangan Kuhn Kuhn memusatkan perhatian pada sudut pandang sebagai paradigma yang menyediakan kerangka umum untuk riset empiris dan tidak sekedar teori terbatas. Paradigma merupakan cara memandang subjek dengan problem tertentu dan menunjukkan aktivitas pemecahan. Aktivitas pemecahan masalah tersebut disebut normal science (ilmu pengetahuan normal). Kelebihan, fenomena menjadi fokus paradigma, sehingga dieksplorasi menyeluruh. Kekurangan, ilmuwan tidak melihat cara lain sehingga jarang membuka paradigma baru. Pandangan Popper Popper berpendapat bahwa aktivitas ilmiah tidak berawal dari observasi empiris, namun berawal dari problem. Problem akan menentukan observasi mana yang akan dilakukan oleh peneliti, yang selanjutnya mengajukan solusi persoalan, dengan teori ilmiah sebagai usulan solusi atas problem. Teori ilmiah memiliki principle of refutability, dimana teori ilmiah harus memberikan prediksi spesifik tentang apa yang terjadi dalam situasi tertentu. Pandangan Kahn vs Pandangan Popper Epistemologi dan Teori Belajar Kuhn dan Popper memiliki pandangan yang berbeda, sehingga Robinson (1986) berusaha menyatukan perbedaan antara pandangan Kuhn dan Popper dengan memandang Kuhn mendeskripsikan apa itu ilmu pengetahuan secara historis, dan memandang Popper mendeskripsikan seperti apakah ilmu pengetahuan itu seharusnya. Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan. Hakikat pengetahuan yang bertahan sampai sekarang dipengaruhi pandangan Plato dan Aristoteles. Plato percaya bahwa pengetahuan adalah diwariskan (nativisme) Aristoteles mengemukakan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi dan tidak diwariskan (empirisme) Eka Kurnaiwan A.P 2

Plato (427-347 SM) Pandangan Plato banyak dipengaruhi oleh kaum pythagorean yang percaya bahwa semesta diatur oleh hubungan numerik yang mempengaruhi dunia fisik. Dunia fisik memiliki ide dan bentuk abstrak. Untuk mendapatkan informasi tentang ide tidak menggunakan indra tetapi mata pikiran. Plato berpenddapat tiap manusia memiliki jiwa yang bersifat pengetahuan murni. Untuk mendapat pengetahuan melalui perenungan mata pkiran dengan reminiscene (kenangan) Plato menyakini nativisme (pengetahuan yang diwariskan) dan rasionalisme (penalaran) Aristoteles (384-322 SM) Perbedaan dasar pemikiran Aristoteles dibanding Plato adalah sikap terhadap informasi indrawi. Aristoteles menganggap informasi indrawi adalah basis dari ilmu pengetahuan (empirisme), yang harus diungkap melalui pemikiran aktif/ penalaran (rasionalismm) Pengalaman indrawi akan menstimuli ide lain, dimana hubungan antar ide tersebut dijelaskan melalui hukum asosiasi (associationism) Rene Descartes (1596-1650) Berusaha mengkaji semua penelitian filsafat dengan sikap ragu karena ragu maka berpikir karena berpikir maka saya ada Descartes memisahkan antara pikiran dan tubuh, tubuh manusia seperti mesin/binatang, namun pikiran adalah atribut khas manusia. Pikiran bersifat bebas dan dapat menentukan tindakan tubuh. Walaupun tindakan fisik terjadi saat pikiran menyebabkan perilaku, pengalaman indrawi juga bisa menimbulkan perilaku (gerak refleks). Descartes mengajak fisiolog menggunakan metode pembedahan dan mempelajari manusia sehingga membuka jalan fisiologi dan psikologi komparatif. Thomas Hobbes (1588-1679) Menentang gagasan ide bawaan adalah sumber pengetahuan. Kesan indra adalah sumber pengetahuan (filsafat empirisme dan asosiasionisme) Perilaku manusia dikontrol oleh hasrat keinginan dan keengganan. Hobbes berpendapat, pada dasarnya manusia egois dan agresif, sehingga manusia membentuk sistem politik dan masyarakat, bukan karena berteman, tetapi untuk menghindari pertikaian masing-masing karena keinginannya sendiri. John Locke (1632-1704) George Berkeley (1685-1753) Menentang ide bawaan. Menurutnya pikiran terdiri dari ide, dan ide datang dari pengalaman John Locke berpendapat pikiran bayi saat lahir adalah tabula rasa sebuah lembaran kosong, dan pengalamanlah yang menisinya (empiris). Walaupun ide-ide berasal dari pengalaman, ide tersebut dikombinasi melalui refleksi. Locke membedakan kualitas primer dan sekunder. Kualitas primer adalah karakteristik dunia fisik, sedangkan kualitas sekunder menyebabkan pengalaman psikologis yang tidak ada padanannya di dunia fisik. Menyatakan ada yang kurang dengan dualisme pandangan Locke. Manusia hanya bisa merasakan kualitas sekunder yang akan ada ketika dipersepsi. Apa yang disebut kualitas primer, seperti bentuk dan ukuran sebenarnya hanya kualitas sekunder. Berkeley tetap dianggap penganut empiris karena pikiran berdasarkan pengalaman. Eka Kurnaiwan A.P 3

David Hume (1711-1776) Sepakat dengan Berkeley, Hume menyatakan bahwa manusia tidak bisa merasa pasti tentang lingkungan fisik. Pikiran manusia tidak lebih dari arus ide, memori, imajinasi, asosiasi dan perasaan. Hukum alam juga konstruk dari imajinasi yang berasal dari kesan dan ide perasaan, sehingga tidak satupun yang dapat diketahui dengan pasti. Pengetahuan didasarkan pada interpretasi atas pengalaman subjektif. Immanuel Kant (1724-1804) Merekonsiliasikan dua sudut pandang yang menyatakan bahwa rasionalisme hanya berkaitan dengan manupulasi konsep. Empirisme hanya membatai pengetahuan pada pengalaman indrawi dan derivikasinya. Kategori pemikiran bukan bagian dari pengalaman indrawi, sehingga merupakan innate catagories of tought (kategori pemikiran bawaan) Apa yang dialami depengaruhi oleh pengalaman indrawi yang disebabkan dunia empiris. Kant mempertahankan rasionalisme, nativisme dengan tidak mereduksinya ke pengalaman indrawi saja. John Stuart Mill (1806-1873) Menganut empiris dan asosiasionis. Menyatakan bahwa beberapa ide sederhana dikombinasikan menjadi totalitas baru yang benar-benar berbeda. Thomas Hobbes (1588-1679) Menentang gagasan ide bawaan adalah sumber pengetahuan. Kesan indra adalah sumber pengetahuan (filsafat empirisme dan asosiasionisme) Perilaku manusia dikontrol oleh hasrat keinginan dan keengganan. Hobbes berpendapat, pada dasarnya manusia egois dan agresif, sehingga manusia membentuk sistem politik dan masyarakat, bukan karena berteman, tetapi untuk menghindari pertikaian masing-masing karena keinginannya sendiri. Teori belajar juga dipengaruhi historis lain, misalnya Thomas Reid (1710-1796) yang menyatakan pemikiran memiliki kekuatan yang terdiri dari 27 fakultas pikiran, yang kebanyak bersifat bawaan. Pandangan psikologi fakultas ini merupakan campuran nativisme, rasionalisme dan empirisisme realitas seperti yang dilihat (naive realism) Menurut Franz Joseph Gall (1758-1828) menguji bentuk tengkorak dan mengembangkan diagram bagian otak, serta mempengaruhi bahwa pikiran akan bertambah kuat dengan latihan, sama seperti orot dan latihan beban. Dengan belajar akan memperkuat kemampuan penalaran Charles Darwin (1809-1882) mendukung gagasan evolusi biologis yang mengubah pemikiran tentang sifat manusia, yang kini dilihat sebagai kombinasi dari warisan biologis dan pengalaman hidup. Eka Kurnaiwan A.P 4

Perilaku manusia dikaji seperti aspek alam lainnya sehingga untuk studi tentang manusia dapat menggunakan proses asosiatif ketika berlangsung. Herman Ebbinghaus (1850-1909) mengamati proses asosiatif ketika berlangsung dan secara sistematis mempelajari kondis-kondisi yang mempengaruhi perkembangan asosiasi. Ebbinghaus menemukan hukum frekuensi, bahwa semakin sering pengalaman terjadi, semakin mudah untuk diingat dan dilakukan lagi. Voluntarisme Dipelopori oleh Wilhelm Maximillian Wundt (1832-1920) Tujuan Wundt adalah mempelajari kesadaran ketika dialami langsung dan mempelajari produk kesadaran seperti pencapaian kultural. Wundt berpendapat bahwa kesadaran langsung dapat dipelajari secara ilmiah sebagai fungsi sistematis dari stimuli lingkungan. Tujuan eksperimen adalah mempelajari pikiran manusia, dimana manusia memperhatikan selektif tentang pikiran (appersepsi) yang daat diatur sekehendaknya dalam beberapa kombinasi sitesis kreatif. Strukturalisme Dipelopori oleh Edward Titchener (1867-1927), yang dalam menganalisis elemen pikiran menggunakan alat utama introspeksi. Agar tidak salah menggunakan teknik introspeksi maka subjek eksperimental perlu dilatih. Latihan dengan cara melaporkan immediate experiment saat mempersepsi objek namun tidak melaporkan interpretasi objek tersebut. Strukturalisme mengabaikan doktrin evolusi dan psikologi terapan yang sedang populer saat itu, sehingga strukturalisme cepat ditinggalkan. Fungsionalisme Dipelopori oleh William James (1842-1910), yang menekankan pada kegunaan kesadaran dan perilaku dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan Menurut James, mempelajar psikologi secara ilmiah merupakan hal penting karena manusia adalah makhluk rasional dan irasional (emosional) Kontribusi utama fungsionalis untuk teori belajar adalah mempelajari hubungan kesadaran dengan lingkungan yang dikaitkan dengan survival. Fungsionalis juga tertarik pada psikologi terapan dan berusaha memperbaiki informasi yang dipakai untuk meningkatkan kondisi manusia. Behaviorsime Dipelopori oleh John B. Watson (1878-1958), yang menyatakan bahwa agar ilmiah, maka ilmu psikologi perlu pokok persoalan yang stabil dan dapat diukur secara reliabel. Pokok persoalan tersebut adalah perilaku/behaviour Perilaku adalah apa yang kita lihat dan karena itulah perilaku adalah apa yang dipelajari. Pandangan ini bertalian dengan naturalisme Amerika dan sebagian aliran pragmatism (Lorens, 2002:122) Behaviorsime Menurut behaviorisme, psikologi merupakan cabang eksperimen objektif murni dan ilmu alam. Tujuannya adalah prediksi dan kontrol perilaku. Watson memandang behaviorisme sebagai cara untuk menghilangkan kebodohan dan takhayul dari eksistensi manusia, sehingga membuka jalan bagi kehidupan yang lebih rasional dan bermakna. Poin utama adalah perilakulah yang seharusnya dipelajari, karena perilaku dapat dikaji secara langsung. Kjadiankejadian mental seharusnya diabaikan karena tidak bisa dikaji secara langsung. Sejak muncul teori Watson, maka semua psikolog mempelajari perilaku, termasuk psikolog kognitif juga menggunakan perilaku untuk mengukur kejadian kognitif. Eka Kurnaiwan A.P 5