BAB V KESIMPULAN. Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang program TRI 1975 dengan tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Industri Gula Indonesia 2.2. Karakteristik Usahatani Tebu

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS)

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

DWIYANlP HENDRAWATL Efisiensi Pengusahaan Gula Tebu di Lahan Sawah Dengan Analisis Biaya Sumberdaya Domestik (Dibawah biiigan RITA NJRMALINA SURYANA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan TA Dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan TA Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon. Bandung, 14 Maret 2018

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

Hasil Wawancara. Tanggal : 26 Februari 2015 Informan : Bpk. Suyono Jabatan : Asisten Menejer Divisi Tanaman

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. impor gula. Kehadiran gula impor ditengah pangsa pasar domestik mengakibatkan

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

Draf RUU SBT 24 Mei 2016 Presentasi BKD di Komisi IV DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan pada periode berikutnya. Jika tidak dilakukan penentuan. solusi terbaik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TAHUN 2004 DAN PROSPEK TAHUN 2005

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

yang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005).

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

Alang-alang dan Manusia

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

Pendahuluan. Rakornas Bidang Pangan Kadin 2008

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau

LAPORAN AKHIR PENELITIAN MANFAAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PERKEBUNAN RAKYAT PADA TANAMAN KOPI, TEH DAN LADA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebelum tahun an, mata pencaharian pokok penduduk Kecamatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

Program Bimas lntensifikasi Tebu Rakyat (TR1) adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. berbagai macam produk baik dari sektor hortikultura maupun perkebunan. Seiring

I. PENDAHULUAN. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an.

KODE JUDUL : X.47 SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING MOCH ROMLI

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN KEMITRAAN PETANI TEBU DENGAN PG. KREBET BARU:PERILAKU EKONOMI PETANI TEBU. Fadila Maulidiah

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang program TRI 1975 dengan tujuan meningkatkan produksi gula nasional dan meningkatkan pendapatan petani tebu. Program tersebut merupakan perubahan yang direncanakan oleh pemerintah, maka hendaknya sistem menejemen perubahan sosial benar-benar disiapkan secara mantap agar tujuan dalam program tersebut bisa tercapai. Mekanisme pelaksanaan Program TRI di Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon dibentuk dari tingkat kabupaten sampai dengan kelompok tani yang melibatkan beberapa unsur diantaranya UPP-TRI, PG, BRI, KUD dan kelompok tani. Pemerintah juga memberikan kemudahan dalam modal agar para petani lebih bergairah untuk menanam tebu. Hal tersebut menandakan bahwa telah ada mekanisme pengawasan yang baik dan sistem hierarki yang jelas oleh pemerintah. Namun menejemen/kelembagaan TRI tidak berjalan sebagaimana mestinya, banyak hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan antara lain koordinasi antar lembaga masih kurang dalam pembinaan kepada kelompok tani sehingga kadangkadang menyulitkan terhadap pencairan kredit kepada petani. Keterlambatan ini mempengaruhi terhadap mutu pekerjaan kelompok tani dalam hal pemeliharaan tanaman tebu. Selain itu, pemerintah belum bisa menekan harga pupuk yang begitu mahal, sehingga petani memperoleh kualitas pupuk yang jelek yang mengakibatkan 136

137 mutu tebu menjadi rendah. Distribusi tebu dari petani ke pabrik gula tidak berjalan dengan lancar misalnya dalam proses tebang angkut seringkali terjadi keterlambatan dalam jadwal tebang. Hal tersebut dikarenakan mesin yang digunakan PG untuk menggiling tebu merupakan mesin lama sehingga untuk menampung tebu yang begitu banyak, PG belum optimal dalam proses pengolahan tebu menjadi gula. Dalam hal ini pemerintah tidak memfasilitasi dengan baik dalam mendistribusikan tebu dari petani ke pabrik gula. Selama kurun waktu 1975-1997 atau sejak dilaksanakannya program TRI, Jumlah produksi TRI di wilayah PG. Sindanglaut Kecamatan Lemahabang menunjukan perubahan yang tidak signifikan. Penurunan jumlah produksi tebu terjadi karena mutu pemeliharaan tanaman yang masih rendah disamping juga faktor alam yang cukup berpengaruh yaitu iklim yang tidak menentu dan banyaknya tanaman yang terserang hama sehingga menyebabkan gagal panen serta kurang terlibatnya secara aktif semua anggota kelompok TRI yang sebagian besar masih dipraktekan dalam bentuk kelompok kolektif dimana hampir semua pekerjaan ditangani sendiri oleh ketua kelompok yang mengakibatkan partisipasi petani kurang. Kesediaan petani dalam mengikuti program TRI lebih banyak karena unsur keterpaksaan dari pada inisiatif sendiri. Para petani menginginkan sebaiknya Inpres tersebut dicabut agar petani tebu tidak menderita lagi. Sebagai bukti petani menderita adalah adanya kenyataan bahwa program tersebut telah diselewengkan dan banyak pihak yang diuntungkan, seperti banyaknya lahan petani yang dikuasai oleh oknumoknum tertentu. Oknum/cukong tersebut dengan modal yang mereka miliki telah

138 membeli hak petani sebagai peserta TRI. Program tersebut cenderung membawa kepentingan ekonomi-politik negara atas kebijakan tujuan industri gula secara nasional daripada pemihakan terhadap nasib petani tebu. Selama Inpres TRI tidak dicabut petani tebu tetap menderita dan sengsara, karena dalam prakteknya segala hal menyangkut tebu mulai dari penyediaan lahan, proses tebang dan angkut tebu serta penggilingan diatur dan dikuasai oleh pemerintah. Hal tersebut menunjukkan kenyataan bahwa kehidupan petani belum beranjak dari kemiskinan. Pelaksanaan program TRI di Kecamatan Lemahabang telah mengalami berbagai hambatan, oleh karena itu pemerintah melakukan upaya dalam rangka peningkatan produktivitas tanaman tebu antara lain melakukan pembinaan terhadap kelompok tani yang dilakukan oleh UPP-TRI Sindanglaut guna menumbuhkan kemauan dan kemampuan petani sehingga timbul peran aktif mereka dalam menangani program TRI. Selain itu, petani TRI telah menerapkan teknologi anjuran dalam Sapta Usahatani Tebu yang merupakan pembaharuan dalam teknologi budidaya tanaman tebu, sehingga pada tahun 1983-1990 jumlah produksi tebu yang dikelola beberapa kelompok tani di Kecamatan Lemahabang mulai mengalami peningkatan. Adapun perubahan sosial ekonomi yang dialami para petani tebu di Lemahabang yaitu mengalami peningkatan pendapatan, akan tetapi belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pendapatan yang diperolehnya itu merupakan hasil kerja keras dalam mengikuti anjuran Sapta Usahatani dari UPP TRI Sindanglaut dan usaha sampingan lainnya. Selain berdampak pada peningkatan

139 pendapatan, petani tebu juga mengalami perubahan sosial diantaranya petani sudah mempunyai suatu pemahaman yang lebih baik lagi kaitannya dengan inovasi petani dalam menanam tebu, serta timbul rasa kebersamaan diantara petani untuk menjadi seorang petani tebu yang baik dalam kelompok taninya. Kurang mantapnya penyelenggaraan program TRI sesuai tujuan dan sistem sasarannya, kekacauan organisasi, sempitnya pemilikan lahan para petani, besarnya resiko usahatani TRI, tampak menekan minat petani mengikuti program TRI serta menghambat berjalannya proses alih teknologi. Program TRI itu sebenarnya program yang bagus, akan tetapi bagi petani dengan model/sistem yang seperti itu belum nampak dimengerti oleh seluruh petani di Kecamatan Lemahabang mengingat kemampuan yang dimiliki dari seorang petani terbatas. Program dari pemerintah itu belum tentu bisa memberikan dampak yang positif terhadap situasi keadaan yang ada di Lemahabang, sehingga Program TRI di Kecamatan Lemahabang dapat dikatakan belum sepenuhnya berhasil. 5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, usaha tani TRI di Kecamatan Lemahabang belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Oleh karena itu, untuk pemerintah daerah khususnya pemerintah daerah Kabupaten Cirebon agar lebih memperhatikan nasib para petani tebu dan buruhtani tebu yang selama ini belum terentaskan. Dengan adanya pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakatnya khususnya para petani diharapkan mampu menjadi petani yang dapat

140 menghasilkan hasil bumi yang berkualitas. Selama ini yang menjadi andalan bagi petani tebu dalam pengelolaan tebu adalah UPP-TRI. Selain itu, pemerintah daerah juga bisa menjadikan budidaya tebu sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal (Mulok) yang ada di sekolah. Langkah ini bertujuan agar budidaya tebu dapat dikenal oleh generasi muda dan tetap dilestarikan, sehingga masyarakat sekitar khususnya generasi muda tidak hanya mengenal kota Cirebon sebagai kota udang tetapi tebu juga merupakan komoditas yang diperhitungkan di Cirebon. Bagi para petani diharapkan dapat lebih jauh terlibat dalam budidaya tebu, agar produksi tebu tetap stabil dan bisa memenuhi konsumsi dalam negeri. Selain itu, diharapkan petani sudah memiliki kesadaran untuk terus meningkatkan taraf hidupnya, karena semakin majunya perkembangan zaman, maka pola pikir masyarakat semakin berkembang. Misalnya dengan menyekolahkan anak-anaknya minimal hingga ke jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU/SMK), bahkan saat ini sudah banyak masyarakat yang menyekolahkan anaknya hingga Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, alangkah lebih baik apabila seluruh pihak baik dari pihak pemerintah, perkebunan yang bersangkutan, beserta seluruh lapisan masyarakat bersama-sama untuk mencari dan menemukan solusi terbaik bagi kelangsungan usahatani tebu agar tidak terjadi kepunahan. Jangan biarkan permasalahan ini berlarut-larut hingga akhirnya semua pihak merasa dirugikan. Kepada seluruh lapisan masyarakat Cirebon khususnya masyarakat Lemahabang untuk tetap terus membantu melestarikan budidaya tebu agar produksinya terus meningkat dan kehidupan petani bisa lebih sejahtera.