ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

PROSES PEMBUATAN PAKAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch)

BAB III BAHAN DAN METODE

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

BAB III BAHAN DAN METODE

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Peracikan dan Pemberian Pakan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama

Pengumpulan daun apu-apu

III. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

II. BAHAN DAN METODE. Keterangan : Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian

II. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

OLEH: YULFINA HAYATI

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2013 di Balai Benih Ikan (BBI)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

BAB III BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Materi

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

Hormon Jantanisasi Ikan Untuk Sex Reversal Ikan Jantan dan Pelet Stimulan Pakan Ikan (SPI) Untuk Pembesaran Ikan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

PENGUJIAN KUALITAS BAHAN BAKU DAN PAKAN SITI ASLAMYAH

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

METODE. Bahan dan Alat

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tahapan pertama adalah tahapan persiapan sampel formulasi berupa

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

II. BAHAN DAN METODE

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. KERUPUK RUMPUT LAUT SERASI (Sehat dan Bernutrisi) BIDANG KEGIATAN : PKM KEWIRAUSAHAAN

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi udang di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menyatakan, pencapaian produksi udang nasional pada tahun 2012 adalah sebesar 415.703 ton atau naik 4% dari produksi udang nasional pada tahun 2011. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) memproyeksikan peningkatan produksi udang nasional pada tahun 2014 adalah meningkat 14% menjadi 699.000 ton, terdiri dari udang windu 188.000 ton dan 511.000 ton udang vannamei (SCI, 2013) Proyeksi peningkatan produksi udang nasional ini akan berdampak terhadap peningkatan ketersediaan benih udang yang berkualitas. Kuantitas dan kualitas produksi benih udang bergantung pada kualitas induk. Perbaikan mutu induk salah satunya dapat dilakukan dengan pemberian pakan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik (Haryati dkk, 2010). Menurut Benzie (1997), induk udang yang diberi pakan campuran antara pakan buatan dan pakan alami akan menghasilkan larva yang lebih baik dibandingkan dengan induk yang hanya diberi pakan buatan. Salah satu pakan yang berkualitas bagi induk udang adalah dengan memanfaatkan cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai bahan baku moist pellet karena memiliki kandungan protein sebesar 65,63% dari bahan kering (BK) (Damayanti dkk, 2008) dan asam amino prolin sekitar 15% dari total 62 asam amino (Cho et al., 1998 dalam Hayati dkk, 2011). Berdasarkan hal tersebut, cacing tanah (Lumbricus rubellus) menjadi salah satu alternatif yang potensial untuk dijadikan bahan baku moist pellet sebagai pakan calon induk udang windu. Moist pellet merupakan jenis pakan buatan berbentuk pellet yang masih dalam kondisi basah dan memiliki kandungan air sekitar 35 %, sementara dry pellet memiliki kandungan air sekitar 10 % serta memiliki tekstur lebih keras (AFD, 2009). Moist pellet memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan dry pellet yakni memiliki stabilitas yang lebih baik di dalam air sehingga tidak cepat hancur ketika pakan berada di dasar perairan. Hal ini berbeda dengan dry pellet,

yang segera hancur beberapa saat setelah pakan terendam sehingga akan meninggalkan sedikit sisa pakan (Jompa dkk, 2013). Cara pembuatan moist pellet hampir sama dengan pembuatan dry pellet. Pembuatan moist pellet meliputi tahap penurunan ukuran partikel (penepungan), pencampuran awal (pre mixing), pelleting dan tanpa dilakukan pengeringan. Moist pellet yang telah dibuat harus segera digunakan, apabila tidak digunakan harus disimpan dalam lemari pendingin dan tidak lebih dari lima hari (Sim et al., 2005). Tujuan Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk mengetahui teknik pembuatan moist pellet berbahan baku cacing tanah (Lumbricus rubellus) untuk pakan calon induk udang windu (Penaeus monodon) dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan calon induk udang windu serta mengetahui analisa usaha produksi moist pellet berbahan baku cacing tanah (Lumbricus rubellus) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara Provinsi jawa Tengah. Manfaat Manfaat Praktek Kerja Lapang ini adalah mahasiswa mendapat gambaran secara langsung tentang lingkungan kerja yang sebenarnya dan mempraktekkan secara langsung pembuatan moist pellet dengan bahan baku cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai pakan calon induk udang windu (Penaeus monodon) Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 20 Januari 15 Februari 2014. Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif yakni dengan melakukan pengamatan langsung sehingga diperoleh data primer dan sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan partisipasi aktif, wawancara dan observasi.

Hasil dan Pembahasan Pembuatan Moist Pellet Berbahan Baku Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Persiapan Alat dan Bahan Alat alat yang diperlukan dalam pembuatan moist pellet antara lain blender, neraca analitik, mixer, mesin pencetak pellet, drum dryer. Blender berfungsi untuk menghaluskan bahan yang masih memiliki tekstur kasar. Neraca analitik digunakan untuk menimbang masing masing bahan sesuai dengan formula yang telah disusun serta gelas ukur digunakan untuk menakar bahan yang bersifat cair. Mixer digunakan untuk mencampur bahan hingga merata. Mesin pencetak pellet menggunakan alat penggiling daging yang berfungsi untuk mencetak adonan menjadi butiran pellet. Drum dryer yang dilengkapi dengan pemanas berfungsi untuk meningkatkan kekompakan butiran pellet dan membuat permukaannya menjadi lebih halus sehingga memiliki daya tahan dalam air (water stability) lebih lama. Bahan penyusun moist pellet dibedakan menjadi bahan pokok, pelengkap dan binder atau perekat. Bahan pokok moist pellet meliputi tepung cacing, tepung ikan, tepung kedelai, tepung Spirulina sp., telur ayam dan alginat rumput laut. Minyak ikan, vitamin dan mineral termasuk bahan pelengkap, sementara CMC (Carboxymethyle Cellulose) merupakan bahan perekat atau binder. Penggunaan CMC dilakukan karena hasil uji yang dilakukan Laboratorium Pakan BBPBAP Jepara menunjuukkan bahwa CMC memiliki daya rekat yang paling kuat. Hal ini diperlukan sebagai pakan calon induk udang windu karena udang windu memiliki kebiasaan makan yang relatif lambat dan menyebabkan pakan mudah hancur (Heptarina, 2010). Penyusunan Formulasi Penghitungan formulasi moist pellet dilakukan dengan metode excel. Metode excel merupakan penghitungan formulasi dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel. Metode ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain karena lebih cepat dan akurat. Kandungan nutrisi dari masing masing bahan dapat langsung dicantumkan pada tabel di program

Microsoft Excel tersebut sehingga diperoleh hasil berupa formulasi moist pellet dalam satuan kilogram. Susunan formulasi moist pellet dapat dilihat pada tabel berikut : Bahan Tepung Cacing Tepung Ikan Tepung Spirulina sp. Tepung Kedelai Telur Ayam Alginat Susunan Moist Pellet (gram) 100 475 2 350 50 23 TOTAL 1000 Kandungan Nutrisi (Berdasarkan Metode Excel) Protein (%) Lemak (%) Serat (%) Abu (%) 45,60 15,77 2,12 16,11 (Sumber : Laboratorium Pakan Buatan BBPBAP Jepara, 2014) Dari formulasi yang disusun dengan metode excel diperoleh hasil nilai nutrisi untuk protein kasar sebanyak 45,60 %. Nilai protein kasar tersebut sudah memenuhi syarat pakan buatan untuk calon induk udang windu karena mempunyai kandungan protein lebih dari 30 % (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2011). Penepungan Menurut Sutikno (2011) penepungan dilakukan untuk menurunkan ukuran partikel bahan. Pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di BBPBAP Jepara, bahan yang perlu dilakukan penurunan ukuran partikel yaitu cacing tanah (Lumbricus rubellus) serta rumput laut (Euchema cottoni) yang akan diolah menjadi alginat. Pencampuran Bahan yang telah ditimbang sesuai formulasi pakan dimasukkan ke dalam baskom kemudian bahan diaduk menggunakan tangan hingga merata. Berikutnya

CMC yang berfungsi sebagai binder ditambahkan supaya menambah daya rekat pada butiran pellet yang dihasilkan. Pencampuran bahan penyusun moist pellet dapat dilihat pada gambar berikut : Pencampuran bahan (Sumber : Dokumen Pribadi) Pencetakan Moist Pellet Adonan yang sudah tercampur rata kemudian dicetak menjadi butiran pellet dengan menggunakan mesin pencetak pellet. Ukuran pellet dapat diatur dengan memodifikasi lubang cetakan dengan ukuran yang diinginkan. Pada kegiatan Praktek Kerja Lapang ini, lubang cetakan mesin penggiling menggunakan ukuran 2 mm. Adonan yang akan dicetak harus memiliki kandungan air yang tidak terlalu tinggi supaya hasil cetakan yang keluar dari masing masing lubang cetakan saling terpisah. Cara mencetak pellet yaitu dengan memasukkan bahan sedikit demi sedikit ke dalam lubang mesin pencetak dan hasil cetakan akan keluar dari lubang cetakan dengan bentuk silindris yang panjang. Berikutnya hasil cetakan digerak gerakkan supaya bisa terputus sehingga menjadi bentuk butiran pellet. Selanjutnya, masukkan ke dalam drum dryer yang dilengkapi dengan pemanas untuk meningkatkan kekompakan butiran pellet serta membuat permukaannya lebih halus. Pencetakan moist pellet dapat dilihat pada gambar berikut:

Proses Pencetakan Moist Pellet (Sumber : Dokumen Pribadi) Pengemasan Pada umumnya moist pellet diproduksi untuk langsung diberikan pada ikan/udang. Sebelum dilakukan pengemasan, moist pellet harus diberi antioksidan untuk menghindari kontaminasi jamur atau mikroba karena moist pellet bersifat lembab. Pada kegiatan Praktek Kerja Lapang ini, pengemasan dilakukan dengan menggunakan kantong plastik karena hanya memproduksi moist pellet dalam jumlah kecil. Pengemasan dimaksudkan untuk mempertahankan kualitas pakan, karena dengan pengemasan yang baik proses penurunan kualitas pakan dapat ditekan. Wadah untuk pengemasan pakan sangat bervariasi, diantaranya adalah kertas semen dan plastik tebal untuk kapasitas besar sementara untuk kapasitas kecil menggunakan plastik atau aluminium (Sutikno, 2011). Penyimpanan Penyimpanan dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi jamur atau mikroba pada moist pellet supaya bisa digunakan dalam waktu relatif lama. Menurut Sutikno (2011) tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyimpanan adalah serangga, organisme mikroskopis dan perubahan deterioratif yang akan menyebabkan kehilangan bobot, kualitas dan resiko kesehatan. Perubahan deterioratif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan dan kehadiran serangga dan mikroorganisme. Pada kegiatan Praktek Kerja Lapang

ini, moist pellet disimpan dengan menggunakan lemari es karena dapat menghindari adanya kontaminasi dari jamur atau mikroba sehingga dapat digunakan dalam waktu relatif lebih lama. Pengujian Mutu Kestabilan dalam Air (water stability) Prinsip pengujian kestabilan pakan dalam air adalah persentase bobot pakan yang tertinggal setelah perendaman dalam air dengan kondisi tertentu. Hasil penimbangan berat moist pellet setelah dilakukan perendaman adalah 3,35 gram sehingga diperoleh nilai daya kestabilan pakan dalam air (water stability) 67% sedangkan hasil penimbangan dry pellet setelah dilakukan perendaman adalah 3,8 gram sehingga diperoleh nilai daya kestabilan pakan dalam air 76%. Nilai daya kestabilan dalam air (water stability) moist pellet dalam air yang lebih rendah dari dry pellet sesuai dengan pendapat Wouters et.al (2001) bahwa moist pellet memiliki nilai daya kestabilan dalam air lebih rendah daripada dry pellet. Kecepatan Tenggelam Kecepatan tenggelam adalah waktu yang dibutuhkan pakan bergerak dari permukaan air hingga ke dasar media pemeliharaan (Saade dan Aslamyah, 2009). Dari hasil pengujian diperoleh waktu rata rata yang dibutuhkan moist pellet untuk tenggelam adalah 6 detik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa moist pellet memiliki daya tenggelam yang tinggi sehingga bisa lebih cepat dimanfaatkan oleh calon induk udang windu karena udang windu memiliki kebiasaan makan yang relatif lambat dan menyebabkan pakan mudah hancur (Heptarina, 2010). Daya Respon Pakan Menurut Saade dan Aslamyah (2010), pengujian respon pakan dilakukan dengan menghitung berapa waktu yang dibutuhkan kultivan mendekati pakan uji. Pengujian respon pakan dilakukan untuk mengetahui respon calon induk udang windu terhadap moist pellet yang diberikan. Pada saat calon induk udang diberi moist pellet, dalam waktu 1 menit calon induk udang windu mulai mendekati dan

mengkonsumsinya. Pengujian tersebut menunjukkan bahwa respon calon induk udang windu terhadap moist pellet yang diberikan relatif cepat. Hal ini disebabkan moist pellet mengandung bahan-bahan yang memberi aroma yang tajam, diantaranya adalah tepung ikan dan tepung cacing yang baru diolah. Menurut Murdinah dkk. (1999) dalam Saade dan Aslamyah (2010), pakan yang baik mempunyai aroma khas yang disukai oleh kultivan. Kelulushidupan (Survival Rate) Selama 14 hari pengamatan, didapatkan SR calon induk udang windu sebesar 100%. Tingkat SR (Survival Rate) yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan cukup baik sehingga dapat berpengaruh positif bagi SR (Survival Rate) ikan/udang (Idha dkk, 2013). Aplikasi Moist Pellet pada Calon Induk Udang Windu Persiapan Media Media yang digunakan untuk calon induk udang windu yaitu bak beton sebanyak 3 buah dengan ukuran 2 x 2 x 1,5 meter yang dilengkapi dengan aerator. Sistem air yang digunakan adalah sistem air mengalir dengan aliran air kecil untuk menghadapi pemadaman listrik sehingga air dapat tetap mengalir. Tahapan persiapan media yaitu pembersihan bak, pengeringan bak dan pengisian air. Pembersihan kolam dilakukan dengan menggunakan sikat untuk membersihkan seluruh sisi bak dari lumut, sisa pakan dan karang yang menempel pada dinding bak. Setelah kotoran disikat, saluran inlet dibuka untuk membilas kotoran yang sudah disikat, sementara saluran outlet tetap dibuka supaya kotoran dari dalam kolam bisa keluar. Pengeringan dilakukan selama satu hari hingga seluruh permukaan kolam mengering. Bak diisi air setinggi satu meter dari saluran inlet dengan sumber air berasal dari bak tendon air laut. Pemberian Moist Pellet Calon induk udang windu dipuasakan selama satu hari setelah ditebar. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan jenis pakan baru pada calon induk udang windu.

Pakan yang diberikan adalah moist pellet dengan bahan baku cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang telah dibuat. Dosis pemberian pakan yang diberikan pada calon induk udang windu yaitu 3% dari berat total tiap bak sehingga jumlah pakan yang diberikan adalah 15 gram. Frekuensi pemberian pakan diberikan dua kali sehari yaitu pukul 08.00 WIB dan pukul 16.00 WIB. Pakan diberikan secara merata di seluruh sisi bak. Evaluasi Pertumbuhan Evaluasi pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui pengaruh pakan terhadap pertumbuhan ikan/udang. Aplikasi pemberian moist pellet pada calon induk udang windu dilakukan selama 14 hari. Calon induk udang windu dilakukan pengukuran panjang rata rata dan berat total setiap tujuh hari sekali. Variabel yang diamati meliputi pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan relatif. Hasil evaluasi pemberian moist pellet menunjukkan bahwa calon induk udang windu mengalami pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan yang relatif tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa moist pellet yang diberikan direspon dengan baik oleh calon induk udang windu. Hal ini disebabkan moist pellet mengandung bahan-bahan yang memberi aroma yang tajam, diantaranya adalah tepung ikan dan tepung cacing yang baru diolah. Menurut Murdinah dkk. (1999) dalam Saade dan Aslamyah (2010), pakan yang baik mempunyai aroma khas yang disukai oleh kultivan. Faktor lain yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan bobot dan laju pertumbuhan relatif adalah moist pellet yang diberikan memiliki kandungan protein sebesar 45,60 %, dimana kebutuhan protein udang windu dalam stadia induk adalah sebesar 35-38 % (FAO, 2013). Analisa Usaha Hasil analisa usaha untuk produksi moist pellet dengan harga jual Rp 75.000/kg dalam satu tahun dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 79.101.000. Usaha produksi moist pellet ini dinyatakan layak karena nilai rasio R/C (Return Cost Ratio) lebih dari 1, yaitu 2,02. Pada usaha produksi moist pellet