repository.unisba.ac.id BAB III METODOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

Identifikasi Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

Gambar 2.5: Hasil uji sensitivitas 2.4. HASIL ANALISIS

Gambar 2. Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

PROSPEK TANAMAN PANGAN

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut harus dapat dipenuhi agar hidup dapat berlanjut.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2014 dan ANGKA RAMALAN I 2015)

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Sumatera Utara ( )

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. lahan sawah diketahui bahwa kebutuhan lahan sawah domestik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

ANGKA RAMALAN II 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

ANGKA TETAP 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

11. TINJAUAN PUSTAKA

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

METODOLOGI PENELITIAN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

ANGKA SEMENTARA 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2014)

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENYEDIAAN PANGAN DI WILAYAH JAWA TIMUR BAGIAN TENGAH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. Angka. 2. Angka Kering. beras atau. meningkat. meningkat dari 1,4. diperkirakan akan. Produksi ubi kayu 2010.

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

MODEL KELEMBAGAAN PERTANIAN DALAM RANGKA MENDUKUNG OPTIMASI PRODUKSI PADI

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

BAB I PENDAHULUAN. berwawasan lingkungan, transparan, akuntabel, dan berkeadilan. Irigasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI Metode dilakukan diantaranya untuk pengetahuan pelaksanaan penelitian, dan menyusun penelitian sesuai dengan metode ilmiah yang ada,dalam klasifikasinya metode terbagi menjadi tiga diantaranya pendekatan studi, metode pengumpulan data dan metode analisis, berikut dibawah ini adalah penjelasnnya mengenai komponen diatas. 3.1 Metode Pendekatan Studi Metode pendekatan studi dalam penelitian ini berdasarkan pada aspekaspek yang berpengaruh dan menjadi bahan untuk melakukan analisis dan perumusan hasil studi, antara lain : 1. Tinjauan terhadap aspek fisik lahan dan identifikasi kebutuhan air irigasi di Kabupaten karawang termasuk alih fungsi lahan serta dampak wilayah sekitarnya. 2. Tinjauan terhadap kebutuhan beras saat ini, terkait kebutuhan beras penduduk kabupaten karawang serta suplai beras untuk nasional. 3.2 Metode Pengumpulan Data 3.2.1 Metode Pengumpulan Data Primer Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer adalah obeservasi terhadap suatu wilayah yang menjadi lokasi penelitian. 3.2.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari hasil laporan / penelitian yang dipublikasikan bisa berupa buku ataupun artikel dsb. Seperti : karawang dalam angka dan hasil penelitian lainnya. Untuk mendapatkan datanya bisa langsung mengunjungi instansi terkait ataupun melalui internet. 3.3 Metode Analisis Dalam metode analisis ini terbagi menjadi dua metode, yaitu metode analisis kualitatif dan metode analisis kuantitatif. 49

3.3.1 Metode Analisis Kualitatif Metode analisis kualitatif adalah analisis yang berbasis pada kerja pengelompokan berupa kata, frase, atau kalimat yang menunjukan beberapa teori selain angka. Analisis kualitatif ini juga lebih menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu). Metode analisis kualitatif yang digunakan pada permasalahan ini bersifat eksploratif dan mengkaji hubungan kausalistik (adanya hubungan sebab-akibat). 3.3.2 Metode Analisis Kuantitatif Metode analisis kuantitatif adalah analisis yang berbasis pada kerja hitung-menghitung angka. Angka yang diolah disebut input yang menghasilkan output yang berupa angka. 3.3.2.1 Analisis Proyeksi Penduduk Garis Regresi Cara ini lazim juga disebut dengan metode selisih kuadrat minimum (least square). Cara ini dianggap penghalusan cara ekstrapolasi garis lurus, karena garis regresi memberikan penyimpangan minimum atas data penduduk masa lampau (dengan mengganggap ciri perkembangan penduduk di masa lampau berlaku unsuk masa mendatang). P t+x = a + b (X) P t+x = jumlah penduduk pada tahun (t+x) X = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar a, b = konstanta. a =. B =. 3.3.2.2 Analisis Surplus Defisit Perhitungan analisis surplus defisit gabah yang ada dikabupaten karawang untuk mengetahui surplus atau sisa beras untuk pemenuhan beras tingkat nasional. Dengan asumsi antara lain : Standar konsumsi beras kabupaten karawang 99 kg/kapita/tahun. 50

Produksi dan produktivitas tetap, dengan menggunakan data tahun terakhir. Indeks penggunaan lahan tetap, dengan menggunakan data tahun terakhir. a. Pertumbuhan Produktivitas (Produksi dan Produktifitas Padi) produktivitas. Total produksi padi merupakan perkalian antara luas areal panen dengan Persamaan produksi padi dirumuskan sebagai berikut: QPt = LAPt x Qt Persamaan produktivitas dirumuskan sebagai berikut: Qt = QPt/LAPt QPt : Produksi padi tahun ke t (ton) LAPt : Luas areal panen tahun ke t (ha) Qt : Produktivitas tahun ke t (ton/ha) b. Kebutuhan Konsumsi penduduk (beras) Kk = Sk x yt Kk = kebutuhan konsumsi penduduk (Kg/kapita/tahun) Sk = standar konsumsi (Kg/kapita/tahun) yt = Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa) c. Kebutuhan gabah Kg = Kk x 100 / 62,74 Kg = kebutuhan gabah (ton) Kk = konsumsi beras (ton/kapita/tahun) Nilai 62,74 adalah faktor konversi beras ke GKG berdasarkan pada hasil survei susut panen dan pasca panen gabah beras kerjasama BPS dan Kementan (2009). d. Intensitas Pertanaman IP = e. Produksi gabah dalam 1 ha Pg = Qt x IP 51

Pg = Produksi gabah per hektar (ton/tahun) Qt = Produkstivitas (ton/ha) IP = Intensitas Pertanaman f. Analisis Kebutuhan Luas Lahan Sawah Ks = Kg / Pg Ks = Kebutuhan lahan sawah Kg = Kebutuhan Gabah (ton) Pg = Produksi gabah per hektar (ton/tahun) 3.3.2.3 Analisis Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik Peta Kemiringan Peta Ketinggian Peta Satuan Penggunaan Lahan Peta Jenis Tanah Peta Rawan Banjir Peta Zone Agroklimat Klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif, tergantung dari kelengkapan data yang tersedia. Kerangka sistem klasifikasi dibagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit. Ordo menunjukkan kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable). Kelas menunjukkan tingkat kesesuaian lahan suatu lahan, pada klasifikasi ini digolongkan menjadi Kelas S1 (Highly Suitable), S2 (Moderately Suitable), S3 (Marginally Suitable), N1 (Currently Not Suitable) dan N2 Permanently Not Suitable) (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007 dalam Dwi 52

Ratnawati Christina Identifikasi Lahan Potensial Untuk Mendukung Usulan Perencanaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Studi Kasus Di Provinsi Jawa Barat) Tesis pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor 2011). Kelas S1 : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. Kelas S2 : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Kelas S3 : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. Kelas N, lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi. Sub kelas menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masing-masing kelas sementara unit menunjukkan perbedaan perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub kelas. 3.3.2.4 Analisis Ketersediaan Air Irigasi Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kegunaan dari analisis ini sebagai faktor penunjang dalam produktifitas padi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Tujuan menghitung kebutuhan air adalah untuk menaksir setepat mungjin kebutuhan yang harus diberikan pada tanaman mulai dari tempat pengambilan sampai ke lahan dalam jumlah yang cukup. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan air adalah jenis tanaman, iklim, jenis dan keadaan tanah, pola pertnaman, cara pemberian, keadaan jaringan irigasi dan luas areal pertanian. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan 53

selama pemakaian. Sehingga kebutuhan air dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudjarwadi 1990 dalam jurnal http://repository.ipb.ac.id/).: KAI = ET + KA + KK KAI = Kebutuhan air Irigasi ET = Evapotranspirasi KA = Kehilangan air KK = Kebutuhan Khusus Dalam menentukan kebutuhan air tanaman padi sawah metoda pendekatan yang dipakai adalah metoda pendekatan agrohidrologi. Yang berarti perhitungan didasarkan pada data agroklimat, yaitu data kebutuhan tanaman akan air dalam hubungannya dengan lingkungan iklim dan tanah (satuan = mm/hari atau m 3 /hari/ha atau lt/dt/ha). Q1 = H x A / T x 10.000 Q1 = Kebutuhan air irigasi (lt/dt/ha) H = Ketebalan air / tinggi genangan (m/hari) A = Luas areal (ha) T = Lama pemberian air (hari atau detik) 10.000 = konversi satuan mm/hari menjadi liter/detik/ha 54