Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi

dokumen-dokumen yang mirip
Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Motivasi dan Preferensi Gender

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Rumah Impian Mahasiswa

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Kafe Ideal. Devi J. Tania. Abstrak

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Lingkungan Rumah Ideal

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Penilaian Jalur Pedestrian oleh Masyarakat Urban dan Kriteria Jalur Pedestrian yang Ideal Menurut Masyarakat

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

Ruang Favorit dalam Rumah

Preferensi Pasangan Berlibur Terhadap Jenis Penginapan dan Keadaan Interior

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Korespondensi Permasalahan dan Pemilihan Tempat di Alunalun sebagai Ruang Terbuka Publik

Preferensi Hunian yang Ideal Bagi Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

Pengaruh Kepuasan Berhuni terhadap Keinginan Pindah pada Hunian Sewa

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

Penilaian Kinerja Ruang Terbuka Sunken Court ITB

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis untuk bisa tetap eksis di bidang usahanya. Secara umum tujuan dari pelaku

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

Mushola di dalam Rumah

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Preferensi Ruang Hobi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Analisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan Furnitur dan Aksesoris

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

BAB I PENDAHULUAN. banyak cafe yang menawarkan konsep one stop shopping pengunjung dapat

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tempat dengan Desain Menarik di Bandung

BAB I PEND AHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jika berbicara tentang Aceh tentunya salah satu khas dan terkenal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Eksternalitas Penggunaan Ruang Publik sebagai Pasar Kaget (Pop-up Market) bagi Masyarakat Dewasa Muda Kota Bandung

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Penerapan Teknologi BIM di Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen diduga muncul dikarenakan harga dan store atmosphere

LAMPIRAN 1 DAFTAR WAWANCARA

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan jaman cafe telah memiliki banyak konsep.

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari penduduk yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, usia anak

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi Nisa Farasa (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. (2) Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. Abstrak Di Indonesia kafe tidak lagi hanya menjadi tempat untuk menjual makanan dan minuman saja. Kafe telah berkembang menjadi gaya hidup masyarakat modern. Kafe menjadi salah satu tujuan melepas penat setelah seharian bekerja atau sekedar berinteraksi dengan teman.seseorang dapat merasa betah berada di sebuah kafe hanya untuk menikmati secangkir kopi dalam waktu berjamjam.tentunya kondisi fisik, lingkungan, dan interaksi sosial yang terjadi didalam kafe ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kebetahan seseorang ditinjau dari gender. Artikel penelitian ini bertujuan mengungkap faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi kebetahan seseorang untuk berada di sebuah kafe bila gender berbeda. Masyarakat umum akan dipilih menjadi subjek penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui metode survei kuesioneronline yang dibagikan secara bebas (non-random sampling). Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.hasil analisis mengungkapkan daya tarik desain bangunan merupakan faktor dominan yang me-nyebabkan kebetahan seseorang berada di kafe. Kata-kunci : kafe, kebetahan, daya tarik, gaya hidup,kondisi fisik. Pengantar Saat ini kebiasaan untuk pergi ke kafe menjadi salah satu fenomena yang sedang terjadi di kalangan remaja ataupun orang dewasa.kafe yang dahulu hanya sebuah tempat untuk menjual makanan kecil dan minuman sekarang menjadi tempat paling diminati masyarakat untuk menghabiskan waktu luang. Seseorang betah selama berjam-jam berada di sebuah kafe. Berbagai aktifitas seperti membaca buku, menonton bola bersama, atau hanya sekedar berinteraksi dengan teman dapat dilakukan di sebuah kafe. Ditambah maraknya kegiatan foto-grafi dan sosial media yang akhir-akhir ini men-jadi minat masyarakat. Masyarakat dapat mengunduh dengan mudah foto bangunan yang me-reka datangi atau sekedar berbagi moment. Tak jarang kini banyak terdapat kafe dengan konsep yang sedikit berbeda, demi alasan kepuasan konsumen yang datang, dan tentu menyediakan spot-spot menarik bagi pengunjung untuk berfoto. Banyak hal yang dilakukan pemilik kafe untuk membuat suasana kafe menjadi nyaman sehingga pengunjung merasa betah.dapat dilihat dari segi daya tarik bangunan, variasi makanan, ataupun fasilitas yang memadai pada sebuah kafe. Pada artikel sebelumnya yang di tulis oleh Rachman & Kusuma (2014) dinyatakanbahwa kebetahan merupakan kondisi psikologis dimana manusia merasa nyaman dan puas pada suatu tempat sehingga senang untuk tinggal berlamalama pada tempat tersebut.nyaman dalam hal ini terkait faktor fisik dan non-fisik tempat. Pada Indra (2001) saat melakukan evaluasi paskahuni pada rumah susun sederhana Kota Bandar Baru Kemayoran digambarkan kebetahan sebagai perasaan senang manusia yang meng-huni suatu tempat yang dalam hal ini adalah rumah susun dan dili-hat dari waktu yang di-habiskan pada suatu tempat, lama tinggal, dan tidak adanya keinginan untuk pindah. Berbeda lagi dengan Purwantini (1988) mengenai kebetahan pada rumah susun, ia mendefinisikan kebetahan yakni perbuatan sebagai pencermin-an dari kondisi psikologis penghuni, karena sudah Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 E 029

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe : Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi merasa senang di suatu tempat yang dicerminkan melalui lama tinggal, rencana penghunian, dan kepuasan penghunian. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kebetahan seseorang berada di sebuah kafe merupakan suatu kondisi psikologis seseorang karena merasa nyaman, senang, dan puas dengan segala suasana dan fasilitas yang ada sehingga seseorang tanpa sadar telah menghabiskan waktunya lama di kafe tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor terbesar seseorang merasa betah berada di dalam sebuah kafe.diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai dasar pemilik kafe dalam mempertimbangkan elemen-elemen pendukung kafe yang mempengaruhi kebetahan pengunjung yang datang. Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif (Creswell, 2008) dengan kategori sifat penelitian eksploratif (Groat & Wang, 2002) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi kebetahan seseorang berada di sebuah kafe. Metode Pengumpulan Data Metode yang di gunakan adalah melalui pendekatan Grounded Theory (Creswell, 1998). Datadikumpulkan melalui kuesioneronlineyang berisi pertanyaan-pertanyaan bersifat terbuka (open ended) yang disusun dengan tujuan untuk menggali lebih dalam apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh responden tentang kebetahan (Creswell,2008). Pengambilan data melalui kuesioner online, disebarkan pada hari Kamis, 17 September 2015 dan berakhir pada hari Minggu, 27 September 2015. Data yang didapat 85 responden, 36 responden laki-laki dan 49 responden perempuan (Lihat pada diagram 1). Rentang umur yang di dapat 97,6% berumur 20-30 tahun, sisanya <20 tahun. Diagram 1. Histogram Karakteristik Jenis Kelamin Responden Sampel dipilih dengan metode non-random sampling yaitu menggunakan accidental sampling (Kumar, 2005). Pengumpulan dengan menggunakan kuesioner online ini dilakukan karena pertimbangan bahwa yang akan menjadi responden adalah kalangan remaja sampai dewasa yang fasih mengakses internet. Selanjutnya responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terbuka mengenai motivasi mereka pergi ke kafe hingga opini mereka mengenai faktor fisik maupun non-fisik dari sebuah kafe yang membuat mereka betah. Dengan begitu responden dapat menjawab lebih bebas dan tepat sesuai dengan kondisi yang mereka rasakan masing-masing. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini terdapat 3 tahapan analisis yaituopen coding, axial coding dan selective coding (Creswell, 1998). Berikut 3 tahapan tersebut : - Tahap open coding, yaitu merupakan tahap mengidentifikasikan kata kunci yang didapat dari jawaban para responden mengenai faktor kebetahan di kafe. - Tahap axial coding, yaitu membuat kategorikategori dari kata kunci yang didapat dari tahapan sebelumnya. Untuk mengurangi kemungkinan bias dalam pengategorian, pengategorian dapat dilakukan bersama-sama dengan orang lain misalnya dengan teman (lihat gambar 1). E 030 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

Nisa Farasa Dari kata kunci tersebut telah teridentifikasi kata-kata/frasaapasaja yang diwakili oleh kata kunci tersebut.kata kunci berinteraksi dengan teman yaitu kata kunci dengan frekuensi paling banyak mewakili kata-kata/frasaseperti mengobrol, nongkrong, hang-out, meet-up dengan teman, bercengkrama, termasuk di dalamnya bertemu dengan pacar (lihat pada table 1) Tabel 1. Representasi dari Kata Kunci Motivasi Pergi ke Kafe dengan Jumlah Terbanyak Gambar 1. Proses Analisis Axial Coding yang dilakukan bersama-sama dalam workshop. - Tahap selective coding, yaitu mendeskripsikan hubungan antar kategori yang memiliki kedekatan. Hubungan antar kategori ini dilakukan dengan analisis korespondensi. Analisis dan Interpretasi Motivasi Pergi ke Kafe Dari hasil dari open coding mengenai motivasi seseorang pergi ke kafe dapat diketahui bahwa terdapat 11 kata kunci yang teridentifikasi dengan total frekuensi 177(diagram 2). Kata kunci yang paling banyak muncul adalah berinteraksi dengan teman (71 kata kunci) dan motivasi untuk makan dan minum (24 kata kunci). Selain itu terdapat beberapa kata kunci yang sering muncul yaitu belajar (20 kata kunci), refreshing (13 kata kunci), mengerjakan pekerjaan (12 kata kunci), dan pertemuan (12 kata kunci). Menggunakan Internet Kegiatan Hiburan Eksperimen Refreshing Makan dan Minum Berfoto Pertemuan Belajar Mengerjakan Pekerjaan Berinteraksi dengan Keluarga Berinteraksi dengan Teman Diagram 2. Frekuensi Kata Kunci Motivasi Responden Pergi ke Kafe 4 4 3 4 10 13 12 12 24 20 71 0 50 100 Kata Kunci Berinteraksi dengan teman Makan dan Minum Belajar Dari hasil mengidentifikasi kata kunci, berdasarkan hasil sebelumnya, kata kunci tersebut dapat dikategorikan kembali.pengategorian kata kunci ini disebut tahap analisis axial coding. Pengategorian ini mengacu pada kedekatan makna yang sama. Faktor Penyebab Betah Kalimat yang diwakili - Mengobrol - Nongkrong - Hang out - Meet up dengan teman - Bercengkrama - Bertemu pacar - Makan - Minum - Mengerjakan tugas - Baca buku - Berdiskusi Selanjutnya, dari hasil analisis alasan penyebab betah, faktor apa yang membuat seseorang merasa betah berada di sebuah kafe diketahui terdapat 67 kata kunci dari 13 kategori. Kategori yang teridentifikasi paling banyak adalah kenyamanan (51 responden) kemudian pemilihan menu (39 responden), daya tarik desain (36 responden), adanya fasilitas tambahan (30 responden) dan fasilitas hiburan (23 responden). (lihat pada diagram 3) Responden 18 : Tidak terlalu bising, ruangan yang nyaman atau view yang bagus, makanan yang enak dan murah, adanya fasilitas toilet atau mushola, koneksi internet gratis. Responden 54 : Konsep unik dan nyaman serta makanan yg enak. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 E 031

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe : Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi Responden 69 : Ada live musik, support wifi, apalagi kalo ada terminal listrik untuk sekedar ngecharge hp/laptop, tempat nyaman, bersih, selebihnya soal service. Keberadaan Orang Lain Diagram 3. Frekuensi Kategori Faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe Kategori kenyamanan adalah kategori dengan frekuensi paling banyak mewakili kalimatkalimat responden yang menginginkan kafe bersih, nyaman, penghawaan yang baik, pencahayaan yang cukup, tidak panas, suhu ruang-an sejuk, dan cozy (lihat pada table 2). Tabel 2. Representasi dari Kategori Faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe Jumlah Terbanyak Kategori Kenyamanan Pemilihan Menu Kualitas Pelayanan Fasilitas Hiburan Pemilihan Menu Skala Akrab Fasilitas Ruang Fasilitas Tambahan Privasi Kenyamanan Aksesbilitas Unsur Alam Desain Perabot Daya Tarik Desain Bangunan Kata Kunci 12 - Kafe bersih - Nyaman - Penghawaan baik - Pencahayaan cukup - Kafe tidak panas - Suhu ruangan kafe sejuk - Cozy - Makanan enak - Harga yang terjangkau - Ada kopi - Menu variatif - Inovasi baru untuk makan dan minuman - Menu tidak umum dapat ditemui di kafe lain E 032 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 3 3 7 9 16 14 19 23 30 36 39 51 0 10 20 30 40 50 60 Daya Tarik Desain - Desain bisa buat selfie - Tema desain unik - Desain tidak aneh-aneh - Desain minimalis - Pemilihan warna cat yang soft - Interior menarik - Tata ruang yang bagus dan simple namun elegan - Menggunakan ornamen kayu Tahap berikutnya adalah tahap selective coding pada tahap ini dapat diketahui hubungan antar kategori yang didapat dari analisis sebelumnya. Selective coding dilakukan menggunakan analisis korespondensi untuk mengetahui kategori kunci mana saja yang sering disebutkan secara bersamaan.hasil analisis ini dapat di lihat pada diagram 4. Pada diagram tersebut dibandingkan antara kategori faktor motivasi menurut perbedaan gender. Dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa terdapat kata kunci-kata yang sering disebutkan oleh responden laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Motivasi pergi ke kafe menurut responden perempuan cenderung berdekatan dengan melakukan kegiatan belajar.kata kunci dari belajar meliputi kegiatan seperti mengerjakan tugas, membaca buku, dan berdiskusi.kemudian diikuti dengan berfoto, bereksperimen, makan dan minum. Sedangkan motivasi pergi ke kafe dari sudut pandang responden laki-laki kata kunci yang paling berdekatan adalah pertemuan, dimana kata kunci pertemuan adalah kata kunci yang mewakili kegiatan sepertirapat, bertemu klien, bertemu dengan rekan kerja, dan janjian. Dapat diinterpretasikan bahwa responden perempuan memiliki kecenderungan bersifat tekun menghabiskan waktu untuk belajarnya di tempat lain selain di rumah. Hal ini dimungkin terjadi jika seseorang merasa nyaman dengan situasi beberapa kafe yang kondusif untuk belajar.sedangkan pada responden laki-lakiyang memiliki sifat profesionalitas dalam bekerja, mereka cenderung memilih tempat yang santai dan rilekssaat bertemu dengan klien atau rekan

kerja dikarenakan seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan baik dengan adanya suasana yang mendukung. Belajar (20) Perempuan Bereksperimen (4) Makan dan Minum (24) Berfoto (3) Mengerjakan Pekerjaan (12) Berinteraksi dengan Teman (71) Berinteraksi dengan Keluarga (4) Menggunakan Internet (10) Kegiatan hiburan (4) Pertemuan (12) Laki-laki Refreshing (13) Diagram 4. Dendogram Faktor Motivasi pergi ke Kafe dengan Gender Sedangkan pada kategori faktor yang menyebabkan kebetahan di kafe, pada responden perempuan kategori paling dekat adalah desain perabot dan aksebilitas.desain perabot mewakili kata kunci furniture yang bagus, sofa yang nyaman, tempat duduk bukan dari bahan keras, dan jarak tempat duduk dengan meja yang sesuai.kecenderungan ini bisa dikarenakan perempuan memiliki minat lebih pada pemilihan perabotan, sehingga mereka gemar berbenah diri agar dalam melakukan kegiatan mereka merasa nyaman. Kategori pada responden laki-laki faktor kebetahan pada kafe yang mendekati adalah fasilitas ruang, skala akrab, unsur alam, dan keberadaan orang lain. Fasilitas ruang mewakili kata kunci ada smoking area, ada mushola, WC bersih dan wangi, dan ruang kafe buka 24 jam. Hal yang menarik terdapat pada kedekatan variable pada responden laki-laki dengan kategori keberadaan orang lain. Pada kategori ini, keberadaan orang lain mewakili kata kunci bisa cuci mata, pengunjungnya ramai, banyak cewek bening. Kecenderungan laki-laki terhadap lawan jenisnya diungkapkan lebih terbuka dibanding perempuan.mereka mampu menyampaikan bahwa hal ini salah satu yang menjadi faktor kebetahan di Nisa Farasa kafe pada laki-laki (dapat dilihat pada diagram 5). Aksesibilitas (9) Desain Perabot (14) Perempuan Daya Tarik Desain Bangunan (36) Privasi (16) Fasilitas Hiburan (23) Kenyamanan (51) Kualitas Pelayanan (19) Fasilitas Tambahan (30) Pemilihan Menu (39) Fasilitas Ruang (7) Laki-laki Skala Akrab (3) Unsur Alam (12) Keberadaan Orang Lain (3) Diagram 5. Dendogram Faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe dengan Gender Jika ditinjau dari gender, segi motivasi pergi ke kafe, dan faktor yang mempengaruhi kebetahan di kafe digabungkan maka kedekatan pada ketiga variable tersebut dapat dilihat pada diagram 6 di bawah ini. Pada responden perempuan kedekatan pada variable kegiatan belajar dan berfoto sedangkan faktor yang mempengaruhi kebetahan bagi perempuan adalah daya tarik desain bangunan dan privasi.dari analisis yang terjadi sangat masuk akal jika perempuan menjadikan motivasi pergi ke kafe untuk belajar dan berfoto. Responden laki-laki cenderung menjadikan kegiatan pertemuandan refreshing sebagai motivasi mereka pergi ke kafe.sedangkan faktor yang mempengaruhi kebetahan dapat ditinjau dari kategori fasilitas ruangan, unsur alam, dan skala akrab. Sedangkan kata kunci kegiatan hiburan yang mewakili kegiatan menonton bola bersama dan live accoustic cenderung di pengaruhi keberadaan orang lain menjadi faktor utama kebetahan responden laki-laki berada pada sebuah kafe (lihat pada diagram 6). Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 E 033

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe : Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi Aksesibilitas (9) Fasilitas Ruang (7) Pemilihan Menu (39) Kualitas Pelayanan (19) Berinteraksi dengan Teman (71) Kenyamanan (51) Fasilitas Tambahan (30) Belajar (20) Bereksperimen (4) Berinteraksi dengan Keluarga (4) Berfoto (3) Mengerjakan Pekerjaan (12) Daya Tarik Desain Bangunan (36) Menggunakan Internet (10) Privasi (16) Perempuan Desain Perabot (14) Makan dan Minum (24) Fasilitas Hiburan (23) Pertemuan (12) Laki-laki Refreshing (13) Unsur Alam (12) Skala Akrab (3) Keberadaan Orang Lain (3) Kegiatan hiburan (4) Diagram 6. Dendogram Faktor Motivasi Pergi ke Kafe, Faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe, dan Gender Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan maka disimpulkan bahwa kebetahan seseorang berada di sebuah kafe merupakan suatu kondisi psikologis seseorang karena merasa nyaman, senang, dan puas dengan segala suasana dan fasilitas yang ada sehingga seseorang tanpa sadar telah menghabiskan waktunya lama di kafe tersebut. validitas dan relibilitas yang baik.karena data yang diambil dalam penelitian masih secara nonrandom sampling alangkah baiknya jika penelitian selanjutnya digunakan metode pengumpulan data secara random sampling, sehingga ada batasan yang jelas misalnya responden yang diambil pada pengunjung kafe tipologi tertentu. Daftar Pustaka Creswell, J.W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Tradition. California: SAGE Publication, Inc. Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Groat, L. & Wang, D. (2002).Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Indra C, R.D. 2001. Evaluasi Pasca Huni Rumah Susun Sederhana Kota Baru Bandar Kemayoran (Ditinjau dari Aspek Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku). Tesis Magister Sains Ilmu Lingkungan (Tidak dipublikasi). Jakarta: Universitas Indonesia Kumar, Ranjit. 2005. Research Metodology, A Step by Step Guide for Beginner. London: Sage Publications. Purwantini, Julianti. 1988. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan Penghuni Rumah Sususn Sewa Harian. Tesis Magister Sains Ilmu Lingkungan (Tidak dipublikasi). Jakarta: Fakultas Paskasarjana Universitas Indonesia. Rachman, R.A. & Kusuma, H.E. (2014). Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku.Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014, Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Sriwi-jaya, Nov. 2014. Gendermemiliki korespondensi dengan kategori faktor kebetahan dan motivasi pergi ke kafe.masing-masing memiliki motivasi berbeda yang dipengaruhi oleh faktor kebetahan yang berbeda juga.perempuan cenderung menjadikan kafe sebagai tempat motivasi mereka belajar dan mengekspresikan diri dalam foto. Sedangkan laki-laki cenderung lebih terbuka dengan faktor kebetahan di kafe yaitu unsur alam, fasilitas ruangan,keberadaan orang lain dan skala akrab. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian sederhana yang masih membutuhkan tingkat E 034 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015