II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU

BAB II DATA DAN ANALISA

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota, berupa kawasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

DAUR HIDUP HEWAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD. Disusun oleh: Taufik Ariyanto /

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

YOGYAKARTA BUTTERLY PARK AND CONSERVATION BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. BAGIAN TUBUH TUMBUHAN/HEWAN DAN FUNGSINYA SERTA DAUR HIDUP HEWAN Latihan soal 11.3

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

ABSTRAK KEMELIMPAHAN DAN POLA DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KELURAHAN SELAT TENGAH KECAMATAN SELAT KABUPATEN KAPUAS.

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU. menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

NASKAH PUBLIKASI BUTTERFLY PARK DI KARANGANYAR

Jawaban. 1 Metamorfosis Sempurna (Holometabola)

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

PENDAHULUAN GLOBAL WARMING - BIODIVERSITAS MAF - BIOLOGI UNAIR 1 DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP BIODIVERSITAS DAN EKOSISTEM

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

BAB I PENDAHULUAN. mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006).

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiversitas ( Biodiversity

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2

Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPH Lawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

DAUR HIDUP BERAGAM JENIS HEWAN

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

TINJAUAN PUSTAKA Peranan dan Fungsi Kupu-kupu Ekologi Kupu-kupu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Panduan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka 2 Ibid

BAB II KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG. pada sayapnya. Lepidoptera sendiri terbagi menjadi 2 yaitu kupu-kupu yang

bio.unsoed.ac.id Di dalam konsep Agrowisata, usaha pertanian unggulan dikembangkan a. Latar belakang 1. PENDAHULUA}{

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau di Yogyakarta Open space atau ruang terbuka menurut William, et al. (1969), merupakan suatu daerah hijau yang relatif tidak berkembang dan disediakan dalam suatu pembangunan fisik untuk mengurangi perasaan sesak. Fungsi ruang terbuka adalah sebagai penghasil oksigen serta pengeliminir gas gas buang kendaraan, sebagai tempat rekreasi, konservasi lahan dan konservasi sumber daya alam serta dapat juga sebagai cagar budaya. Fungsi tersebut dapat terwujud sebagian ataupun secara keseluruhan tergantung kondisi serta pengelolaannya. Keberadaan lokasi tersebut diyakini mampu mengurangi tekanan panas (thermal stress), sehingga memberikan efek positif berupa perasaan nyaman dan segar pada tubuh serta tidak kalah penting adalah adanya efek psikologis berupa situasi yang menyenangkan. Ruang terbuka hijau (RTH) kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, dan kawasan hijau pekarangan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat berfungsi sebagai habitat kehidupan liar dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Hutan kota dapat menciptakan lingkungan alami dan keanekaragaman tumbuhan dapat menciptakan ekosistem lokal yang akan menyediakan tempat dan makanan untuk burung dan binatang lainnya (Mendai, 2005).

Ruang Terbuka Hijau adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, Ruang Terbuka Hijau juga dapat menunjang kelestarian air dan tanah. Ruang Terbuka Hijau di tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lansekap kota (Hakim, 2000). Pemanfaatan ruang terbuka di kota Yogyakarta bersifat menyebar pada beberapa spot atau titik tertentu. Ruang terbuka ini dapat diklasifikasikan sebagai public open space (Hardjowisastro, 2009). Di tengah kota Yogyakarta terdapat sebuah alun-alun yang berupa lapangan luas. Lapangan tersebut digunakan masyarakat untuk kegiatan formal, aktivitas olah raga, dan lainya. Untuk ruang terbuka yang lain yaitu lahan pertanian terdapat sekitar 40% di kota Yogyakarta. Lahan pertanian terutama terdapat di bagian utara dan selatan kota dengan lokasi yang terbesar. Sedangkan di kawasan tengah kota tidak ada lahan pertanian diakibatkan padatnya lahan terbangun di kawasan tersebut (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta, 2007). Pertumbuhan penduduk Yogyakarta, sebagai pusat dari segala kegiatan, meningkat setiap tahunya. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2004 meningkat sebanyak 0,24%. Sejalan dengan kondisi tersebut masalah lingkungan hidup yang dihadapi juga semakin berkembang dan kompleks. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat seperti kegiatan pariwisata, pertanian, industri, perdagangan, pembangunan serta transportasi telah memberikan tekanan terhadap sumberdaya yang ada. Tekanan tersebut memunculkan berbagai isu lingkungan

yang berdampak lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Isu-isu lingkungan tersebut antara lain adalah meningkatnya alih fungsi hutan, menyempitnya ruang terbuka hijau, pencemaran lingkungan oleh sampah dan limbah, kerusakan terumbu karang, dan menurunnya kualitas dan kuantitas air (Hardjowisastro, 2009). Dampak yang ditimbulkan dari tekanan tersebut berkaitan dengan degradasi biodiversitas antara lain berupa berkurangnya jenis dan jumlah tumbuhan serta satwa, terjadi degradasi plasma nutfah, kerusakan lingkungan akibat pencemaran limbah dan polusi. Berkurangnya tumbuhan dan satwa ini juga disebabkan karena habitat tumbuhan dan satwa tersebut telah beralih fungsi menjadi pemukiman dan sarana umum sehingga secara langsung akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas habitat makhluk hidup (Anonim, 2008). B. Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keanekaragaman jenis tanaman, binatang, dan mikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem. Keanekaragaman hayati sering dibedakan menjadi keanekaragaman genetik, jenis dan ekosistem (Yaherwandi, 2005). Menurut Odum (1993) keanekaragaman merupakan hal yang penting dalam mempelajari suatu komunitas, baik tumbuhan maupun hewan. Keanekaragaman jenis merupakan sesuatu yang paling mendasar dan menarik dalam ekologi, baik teori maupun terapan. Pengukuran keanekaragaman jenis tidak terlepas dari dua komponen, yaitu jumlah jenis dan kesamaan atau

kemerataan. Di Indonesia suatu keanekaragaman hayati dapat dikatakan tinggi apabila memiliki nilai indeks keanekaragaman jenis lebih dari 3,5 pada ekosistem magrove (Soerianegara, 1996). Soerianegara (1996), menambahkan bahwa keanekaragaman jenis tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jenis, tetapi ditentukan juga oleh banyaknya individu dari setiap jenis. Jenis serangga seperti ngengat dan kupu-kupu, mempunyai dua sayap yang mirip membrane yang penuh sisik. Kupu-kupu aktif pada siang hari, sedangkan ngengat aktif pada malam hari (Borror,et al., 1992). Alat mulut larva bersifat menggigit, mengunyah, sedangkan alat mulut imagonya bertipe menghisap. Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan atau penghisap madu atau nektar (Chrismana, 2008). Anggota Lepidoptera terbagi menjadi beberapa sub-ordo, di antaranya menurut Borror,et al., (1992), Lepidoptera terbagi dalam 5 sub-ordo, yaitu Zeugloptera, Dacnonypha, Exoporia, Monotrysia, dan Dirtrysia. Beberapa ahli sebelumnya telah membagi ordo tersebut menjadi 2 sub-ordo, yaitu Rhopalocera dan Heterocera. Pembagian tersebut didasarkan perbedaan antara kupu kupu dan ngengat (Borror et al., 1992; Feltwell, 1986). Jumlah spesies anggota Lepidoptera menurut Gullan dan Cranston (1995), telah teridentifikasi sekitar 140.000 spesies yang terbagi dalam 70 famili yang berbeda. Siklus hidup kupu-kupu dijalani dalam empat fase, yaitu fase telur, fase larva, pupa, dan imago (dewasa). Penampilan, peranan, dan aktivitas dari masingmasing fase berbeda. Telur dapat ditemukan di bawah permukaan daun

inangnnya. Larva atau ulat merupakan fase makan, yang bisanya memakan daun tanaman inangnya. Dalam masa hidupnya larva mengalami beberapa kali tahapan moulthing yaitu pengelupasan dan pergantian kulit yang disebut fase instar. Proses untuk menjadi pupa didahului oleh adanya moulthing pada instar terakhir. Kulit pupa yang baru berganti ini masih basah dan lunak. Setelah kurang lebih satu minggu kulit pupa akan mengeras. Setelah fase pupa, lahirlah imago. Sehari setelah menetas, imago sudah dapat melakukan kopulasi. Seekor betina hanya dapat dikawini oleh seekor imago jantan. Imago betina yang akan bertelur mencari daun untuk meletakkan telurnya (Karangan, 1996). Jenis serangga yang umum ditemukan pada ruang terbuka hijau di Jakarta ialah capung, kupu-kupu, belalang, kumbang dan lain-lain (Kristanto, dan Momberg, 2008). Kawasan ruang terbuka hijau yang ada di Yogyakarta relatif sedikit dibanding kota-kota yang lain, adapun yang masih tersisa yaitu di kabupaten Sleman. Terdapat hutan kota dan lahan pertanian yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, kawasan tersebut relatif lebih hijau dibandingkan kawasan pusat kota Yogyakarta, sehingga kekayaan jenis serangga masih banyak ditemukan terutama kupu-kupu. Penelitian yang dilakukan pada salah satu ruang terbuka di Yogyakarta yaitu KRKB Gembira Loka, ditemukan kupu-kupu yang tercakup dalam 13 jenis dari 6 famili, yaitu Papilionidae, Satyridae, Hesperiidae, Nymphalidae, Pieridae, dan Danaidae (Tabel 1) (Lim,2002). Keberadaan kupu-kupu dalam lokasi seluas 20,4 hekter di tepi perkotaan tersebut mengindikasikan masih adanya faktor pendukung bagi keberadaannya.

Tabel 1. Jenis kupu-kupu yang ditemukan di Gembira Loka Yogyakarta Famili Jenis Papilionidae Papilio demoleus L. Papilio memnon L. Papilio polytes L. Graphium agamemnon L. Graphium eurypylus L. Nymphalidae Apatura parisatis Westw. Hypolimnas bolina L. Dananidae Euploea tullious Fab. Danaus chrysippus L. Satyridae Elymnias hypermnestra L. Hesperiidae Osmodes thora Plotz. Pieridae Terias hecabe Fab. Catopsilia pomona Fab Sumber : Lim (2002) C. Fungsi dan Manfaat Ekologis Kupu-kupu Menurut Nakamuta, dkk (2008), kupu-kupu merupakan salah satu kelompok serangga yang dapat dipakai sebagai indikator perubahan lingkungan. Kupu-kupu relatif mudah diidentifikasi dan menunjukkan preferensi habitat yang tinggi di daerah yang terbuka (dengan panas matahari yang kuat, seperti padang alangalang), sampai daerah yang gelap, teduh, atau terlindungi seperti di kawasan hutan primer (hutan rimba). Secara garis besar dapat dikatakan bahwa prefernsi habitat atau karakter ekologi setiap kupu-kupu dapat mencerminkan keadaan habitatnya (Noerdjito dan Erniwati, 2008). Kupu-kupu merupakan salah satu jenis satwa liar bangsa serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap. Di alam kupu-kupu memiliki nilai penting, yaitu sebagai penyerbuk pada proses pembuahan bunga. Hal ini secara ekologis turut memberi andil dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati (Supriyanto, 1997).

Perubahan iklim dapat mengancam eksistensi beberapa spesies. Untuk mendeteksi sejauh mana dampak perubahan iklim tersebut, dibutuhkan bioindikator yang tepat. Kupu-kupu adalah salah bioindikator yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur pengaruh perubahan iklim terhadap biodiversitas (Karangan, 1996). Penelitian Yunita (2009) tentang distribusi kupu-kupu pada berbagai ketinggian tempat dari permukaan laut di gunung Tangkuban Perahu, diperoleh 28 jenis kupu-kupu dari 4 famili (Papiliodea, Nymphalidae, Lycaenidae, dan Pieridae). Indeks keanekaragaman meningkat seiiring dengan menurunnya ketinggian tempat. D. Agihan dan Habitat Kupu-kupu Umumnya kupu-kupu dapat ditemukan pada setiap habitat. Habitat merupakan suatu tempat yang digunakan untuk makan, minum, berlindung, bermain, dan berkembang biak (Odum, 1993). Komponen habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu adalah tersedianya vegetasi sebagai sumber makanan, sebagai tempat berlindung dari serangan predator atau gangguan lainnya dan tempat untuk berkembang biak (Vane-Wright dan Ackery, 1989). Menurut Aidid (2001), komponen habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu adalah faktor cahaya yang cukup, udara yang bersih atau tidak terpolusi dan air sebagai materi yang dibutuhkan untuk kelembaban lingkungan dimana kupu-kupu tersebut hidup. Populasi kupu-kupu pada suatu daerah tergantung pada agihan dan perkembangan botani daerah tersebut., selanjutnya

dikatakan bahwa agihan dan perkembangan botani berhubungan erat dengan kondisi fisik dan iklim setempat (Vane-Wright dan Ackery, 1989). Menurut Supriyanto (1997), di alam, kupu-kupu banyak dijumpai di daerah tropika, hidup di dalam berbagai tipe habitat, mulai dari daratan rendah sampai ke dataran tinggi. Indonesia merupakan daerah topik yang terdapat pada daerah geologi dan biografi yang amat kompleks di dunia. Pola persebaran jenis kupukupu yang berasal dari dataran Aisa dan benua Australia menyebabkan keanekaragaman jenis kupu-kupu di Indonesia sangat tinggi (Widhiono, 2000). Sulit untuk menentukan batas besarnya populasi kupu-kupu di suatu daerah dengan pasti. Hal ini disebabkan karena sifat mobilitasnya yang sangat tinggi sehingga cenderung melakukan perjalanan (Supriyanto, 1997). Menurut Vane-Wright dan Ackery (1989), larva banyak terdapat pada daerah yang telah menjadi suksesi. Stadium dewasa serangga Lepidoptera menurut Feltwell (1986) tersebar secara lokal, namun ada beberapa jenis melakukan migrasi. Migrasi Lepidoptera dilakukan dengan terbang bersama-sama dalam jarak ratusan bahkan ribuan mil untuk menghindari ganasnya cuaca di tempat asalnya. Usia serangga bervariasi antara dua hingga enam minggu (Lim, 2002). E. Ciri-ciri Morfologis Kupu-kupu mempunyai tubuh yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala (head), dada (torak), dan perut (abdomen). Seperti serangga lainnya, tubuh kupukupu ditopang oleh kerangka luar exsocleton, tempat otot dan organ dalam melekat di sisi bagian dalam. Kepala dan dada dilengkapi dengan otot-otot yang

berperan sebagai alat gerak dari bagian mulut dan sayap (Noerdjito dan Aswari, 2003). Menurut Borror,et al., (1992), pada bagian kepala terdapat mata, mulut, dan sepasang alat sensor berupa antena. Bentuk mulut kupu-kupu seperti tabung yang menggulung, yang berfungsi untuk mengambil sari bunga. Pada bagian rongga dada (torak) terdiri dari tiga bagian ruas badan, yang merupakan tempat tumpuan tiga pasang kaki, sayap sebanyak empat buah (2 pasang) serta dilengkapi otot-otot untuk menggerakan sayap dan kaki. Bagian perut (abdomen) terdiri dari saluran pencernaan dan tempat alat vital lainnya, seperti jantung, alat kelamin, organ reproduksi, dll. F. Siklus Hidup Umur kupu-kupu berkisar antara 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat) minggu. Siklus hidupnya dimulai dari telur, kemudian menjadi larva (ulat). Selanjutnya, larva membentuk kepompong (pupa), baru akhirnya muncul sebagai kupu-kupu/ imago. Imago membutuhkan waktu 3 (tiga) hingga 4 (empat) jam untuk penyempurnaan warna dan pengeringan sayap sebelum siap untuk terbang mencari makan dan pasangan hidupnya. Melalui proses metamorfosis, ulat-ulat itu akan berubah menjadi kepompong sebelum akhirnya bermetamorfosis lagi menjadi kupu-kupu (Noerdjito dan Aswari, 2003).

Gambar 1. Metamorfosa Kupu-kupu (Feltwell, 1986). Uniknya, kupu-kupu berbeda jenis dari satu marga yang sama dapat memiliki tingkat kekerabatan yang berbeda dengan tanaman inang. Ada jenis kupu-kupu tertentu yang dapat meletakkan telurnya di beberapa jenis tanaman, tetapi ada pula yang hanya meletakkan telur di jenis tanaman tertentu (Noerdjito dan Aswari, 2003).