Lampiran. FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015 Latar Belakang TFCA Kalimantan adalah kemitraan antara Pemerintah Amerika Serikat (USG), Pemerintah Indonesia (GOI), The Nature Conservancy (TNC), dan World Wide Fund for Nature (WWF) untuk melindungi keanekaragaman hayati yang penting secara global, menjaga karbon hutan, dan meningkatkan penghidupan masyarakat dengan cara yang konsisten dengan upaya konservasi hutan itu sendiri di Kalimantan. Program ini secara khusus mendukung pelaksanaan 2 program skala besar yang telah ada sebelumnya, yaitu Heart of Borneo (HoB) dan Berau Forest Carbon Program (Program Karbon Hutan Berau atau PKHB) dengan tetap membuat investasi strategis yang relevan dengan tujuan TFCA Kalimantan di luar kabupaten sasaran. Dalam program HoB, Kutai Barat, Mahakam Ulu (sebagai akibat dari pemekaran wilayah Kabupaten Kutai Barat), dan Kapuas Hulu merupakan tiga kabupaten sasaran yang akan diprioritaskan untuk mendapatkan pendanaan sehingga secara keseluruhan TFCA Kalimantan bekerja di 4 kabupaten, yaitu: Berau, Mahakam Ulu, dan Kutai Barat di Provinsi Kalimantan Timur dan Kapuas Hulu di Provinsi Kalimantan Barat. Diharapkan bahwa 80% dari dana TFCA Kalimantan akan dialokasikan secara merata antara dua program besar tersebut, dan bahwa 20% dari dana tersebut akan tersedia untuk investasi strategis di luar 4 kabupaten sasaran. PKHB merupakan program kemitraan antara Pemerintah Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, Kementerian Kehutanan, berbagai lembaga pemerintah lainnya, lembaga swadaya masyarakat serta lembaga donor untuk bersama-sama mengembangkan program percontohan pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan serta peningkatan stok karbon melalui kegiatan pengelolaan hutan secara lestari, konservasi hutan, restorasi ekosistem, dan rehabilitasi hutan (REDD+). PKHB bertujuan untuk mencapai pengurangan emisi dan peningkatan stok karbon sekitar 10 juta ton CO2 selama periode lima tahun (2011 2015) atau berkurang sedikitnya 10% dari business as usual/tanpa rencana aksi, khususnya dari sektor kehutanan dan perubahan lahan dengan menerapkan berbagai strategi, baik strategi untuk mendukung terbangunnya atau penguatan kondisi pemungkin, dan strategi berbasis tapak, seperti strategi pengurangan emisi di kawasan hutan produksi. Strategi-strategi tersebut dibangun bersama-sama dengan para pemangku kepentingan kunci, baik di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional sejak tahun 2009 dimana strategi-strategi tersebut berhasil difinalisasi dalam sebuah Rencana Strategis PKHB yang disetujui oleh Bupati Berau pada bulan Maret 2011. Lebih lanjut, berdasarkan Rencana Strategis PKHB tersebut, strategi-strategi yang bersifat lebih rinci juga telah dibangun oleh para pemangku kepentingan kunci di Berau, seperti strategi pelibatan masyarakat, strategi pengelolaan hutan lindung, dan strategi pengelolaan hutan produksi. Penjelasan lebih lengkap tentang PKHB dapat dilihat dalam Rencana Strategis PKHB dan dokumen-dokumen strategis lainnya yang dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org PKHB akan mencapai tujuan pengurangan emisi sebagaimana tersebut di atas dengan memberikan bantuan teknis kepada para pengelola lahan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Secara khusus, TFCA Kalimantan akan mendukung pencapaian tujuan PKHB tersebut dengan memberikan pendanaan kepada lembaga nirlaba dimana lembaga nirlaba tersebut diharapkan dapat bekerja sama dengan para pengelola lahan. TFCA Kalimantan akan menyalurkan dana hibah siklus 3 pada tahun 2015 dengan fokus-fokus sebagaimana dijelaskan di bawah.
A. FOKUS PROGRAM BAGI PENYALURAN DANA HIBAH REGULER 1. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat Melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan PKHB merupakan salah satu strategi penting dalam upaya untuk mengurangi emisi dari sektor kehutanan dan perubahan lahan dimana banyak masyarakat di Berau masih menggantungkan kehidupan mereka dari pemanfaatan dan pengelolaan hutan dan lahan. Strategi pelibatan masyarakat dalam PKHB mencakup pendampingan masyarakat dan pemberian dana hibah kepada masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan untuk memitigasi dampak dari perubahan iklim, temasuk mengurangi skala dan intensitas dari berbagai kegiatan mata pencaharian yang menghasilkan emisi karbon yang tinggi dan membangun berbagai pilihan mata pencaharian yang berdampak emisi rendah. Dalam melaksanakan strategi ini, sebuah pendekatan pelibatan masyarakat dalam PKHB yang disebut sebagai SIGAP-REDD+ (Aksi Inspiratif Warga untuk Perubahan dalam REDD+) telah dikembangkan. Pendekatan ini memastikan pengelolaan sumber daya alam berbasis wilayah kampung dan dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai faktor penting, seperti ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Dengan demikian, penerapan SIGAP REDD+ diharapkan berdampak positif terhadap peningkatan kehidupan masyarakat, pemeliharaan identitas budaya, dan pengelolaan sumber daya alam yang berbasis kampung. Saat ini, TNC telah menerapkan pendekatan SIGAP REDD+ di 2 kampung di Berau dimana ke-2 kampung ini menjadi model bagi pengelolaan sumber daya alam yang rendah emisi. Lebih lanjut, erdapat sekitar 10 lembaga lain yang menggunakan pendekatan ini di sekurang-kurangnya 20 kampung lainnya di Berau untuk mendukung PKHB. Pada siklus 3 tahun 2015 ini, TFCA Kalimantan akan memberikan pendanaan untuk pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat dengan menggunakan pendekatan SIGAP-REDD+ di kampung-kampung yang (a) berada di dalam dan sekitar kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Berau Barat sebagaimana tersebut dalam Tabel 1 dan Gambar 1; dan (b) kawasan mangrove sebagaimana tersebut dalam Tabel 2 dan Gambar 2, tanpa menutup kemungkinan adanya usulan kampung lain yang diusulkan oleh calon penerima hibah. Dana TFCA Kalimantan juga akan diberikan kepada lembaga nirlaba yang akan mendukung peningkatan kapasitas lembaga-lembaga pengguna SIGAP REDD+ dalam menggunakan berbagai alat bantu dan metode pendampingan, dan memfasilitasi proses berbagi pembelajaran di antara mereka. Pendekatan SIGAP REDD+ ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org Tabel 1. Lokasi Kampung di Dalam dan Sekitar KPHP Berau Barat No. Nama Kampung Lokasi 1 Long Sului Kec. Kelay 2 Panaan Kec. Kelay 3 Long Oking/Punan Segah Kec. Segah 4 Long Pay/Punan Mahkam Kec. Segah 5 Long Ayan Kec. Segah 6 Tepian Buah Kec. Segah 7 Apou Indah Kec. Segah 8 Siduung Kec. Segah 9 Labanan Makarti Kec. Gunung Tabur 10 Bena Baru Kec. Sambaliung 11 Long Lanuk Kec. Sambaliung
Gambar 1. Lokasi Kampung di Dalam dan Sekitar KPHP Berau Barat Gambar ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org Tabel 2. Lokasi Kampung di Sekitar Kawasan Mangrove di Kab. Berau No. Nama Kampung Lokasi 1 Kasai Kec. Derawan 2 Tembudan Kec. Batu Putih 3 Batu Putih Kec. Batu Putih 4 Sumber Agung Kec. Batu Putih 5 Lobang Kelatak Kec. Batu Putih 6 Ampenan Medang Kec. Batu Putih
Gambar 2. Lokasi Kampung di Sekitar Kawasan Mangrove di Kab. Berau Gambar ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org 2. Pengembangan Usaha Produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Berbasis Masyarakat Pemanenan produk HHBK umumnya dipandang sebagai aktivitas manusia yang memiliki dampak rendah terhadap kerusakan hutan karena pemanenan ini relatif tetap menjaga fungsi hutan dengan baik, seperti sebagai penyerap karbon, pencegah erosi, dan pengatur hidrologi. Oleh sebab itu, pemanenan HHBK dianggap lebih mendukung pengelolaan hutan secara lestari. Lebih lanjut, pemanenan HHBK umumnya digunakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar dan dalam hutan sebagai tambahan terhadap kebutuhan sehari-hari dan pendapatan mereka, termasuk sebagai peyangga ekonomi masyarakat ketika mereka mengalami masa sulit. Berdasarkan alasan-alasan ini, pengembangan HHBK banyak didukung untuk dilaksanakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar dan dalam hutan dalam rangka pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini, untuk mendukung pelaksanaan PKHB, TNC dan para mitra LSM serta KSM telah melakukan upaya pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat yang berdampak rendah emisi dengan menggunakan pendekatan SIGAP REDD+. Sebagaimana tersebut di atas bahwa pendekatan ini berupaya memastikan adanya dampak positif terhadap peningkatan kehidupan masyarakat, pemeliharaan identitas budaya, dan pengelolaan sumber daya alam. Terkait dengan hal tersebut, pengembangkan HHBK merupakan salah satu strategi yang penting dikembangkan untuk mencapai
tujuan tersebut. TFCA Kalimantan akan memberikan pendanaan pada siklus 3 tahun 2015 untuk mendukung pengembangan usaha HHBK di Berau dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Membangun kapasitas masyarakat untuk memanen HHBK yang selaras dengan nilai-nilai perlindungan hutan dan mengolah HHBK sedemikian rupa sehingga mendapat nilai tambah; b. Membangun sentra-sentra HHBK unggulan; dan c. Membangun jaringan pasar berkelanjutan untuk memasarkan produk HHBK, baik di dalam dan luar Kabupaten Berau dengan melibatkan masyarakat kampung dan pihak-pihak kunci yang terkait. Kampung-kampung yang akan dilibatkan dalam pengembangan usaha HHBK diprioritaskan kepada kampung-kampung yang sudah memiliki komitmen pengelolaan sumber daya alam lestari yang terintegrasi dalam perencanaan kampung jangka menengah. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kampung-kampung tersebut telah membangun perencanaan pengelolaan sumber daya alam secara komprehensif dan membangun komitmen untuk melakukan mitigasi dampak perubahan iklim dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari, seperti kampung-kampung yang menggunakan pendekatan SIGAP REDD+ dalam pembangunan kampung mereka sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 3 dan Gambar 3 di bawah. Tabel 3. Prioritas Lokasi Kampung Pengembangan Usaha Produk HHBK No. Nama Kampung Lokasi 1 Long Duhung Kecamatan Kelay 2 Merabu Kecamatan Kelay 3 Merapun Kecamatan Kelay 4 Muara Lesan Kecamatan Kelay 5 Lesan Dayak Kecamatan Kelay 6 Sidobangen Kecamatan Kelay 7 Long Gie Kecamatan Kelay 8 Long Boy Kecamatan Kelay 9 Long Lamcin Kecamatan Kelay 10 Long Pelay Kecamatan Kelay 11 Long Laai Kecamatan Segah 12 Long Ayap Kecamatan Segah 13 Punan Malinau Kecamatan Segah 14 Teluk Sumbang Kecamatan Biduk-biduk 15 Giring-giring Kecamatan Biduk-biduk 16 Biduk-biduk Kecamatan Biduk-biduk 17 Teluk Sulaiman Kecamatan Biduk-biduk 18 Dumaring Kecamatan Dumaring 19 Sumber Mulya Kecamatan Dumaring 20 Biatan Ilir Kecamatan Dumaring 21 Birang Kecamatan Gunung Tabur 22 Batu-batu Kecamatan Gunung Tabur 23 Teluk Semanting Kecamatan Kep. Derawan 24 Pegat Batumbuk Kecamatan Kep. Derawan 25 Tanjung Batu Kecamatan Kep. Derawan
Gambar 3. Prioritas Lokasi Kampung Pengembangan Usaha Produk HHBK Gambar ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org 3. Konservasi Habitat Orang Utan Ancaman terhadap orang utan di Kalimantan saat ini terus meningkat. Ancaman utama terhadap keberadaan orang utan ini, antara lain, menurunnya habitat orang utan akibat konversi penggunaan lahan dan perubahan iklim, fragmentasi habitat orang utan, dan perburuan terhadap orang utan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wich (2008), total populasi orang utan di Kalimantan diperkirakan 41,000 ekor dan jumlah ini diperkirakan akan terus menurun akibat ancaman-ancaman ini. Secara khusus di Kalimantan Timur, populasi orang utan diperkirakan mencapai 4,800 ekor dan lebih dari 78% habitatnya berada di luar kawasan konservasi (Rijksen and Meijaard, 1999), seperti di Hutan Lindung Wehea (38,000 ha [22,000 ha terdapat di wilayah Kabupaten Kutai Timur dan sisanya masuk wilayah Kabupaten Berau]), Hutan Lindung Sungai Lesan di Kabupaten Berau (11,000 ha), kawasan hutan produksi, dan perkebunan kelapa sawit. Sisanya berada di kawasan konservasi, yaitu Taman Nasional Kutai (dengan luas area 190,000 hektar) dan Cagar Alam Muara Kaman (62,000 ha). Diperkirakan beberapa tahun ke depan, pertumbuhan pembangunan sektor industri perkebunan akan
semakin berkembang di Kalimantan Timur, terutama untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit komersial dan modern yang memerlukan lahan cukup luas dari areal hutan; begitu halnya dengan semakin luasnya pembukaan areal pertambangan di kawasan berhutan. Terkait dengan hal tersebut, TFCA Kalimantan akan memberikan pendanaan pada siklus 3 tahun 2015 untuk mendukung konservasi habitat orang utan di Kalimantan Timur, khususnya di Kabupaten Berau dalam kerangka PKHB sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 4 di bawah. Dukungan pendanaan akan diberikan kepada konservasi habitat orang utan dengan menerapkan strategi terpadu yang meliputi: a. Pemetaan dan karakterisasi populasi orang utan; b. Integrasi hasil penelitian populasi dan habitat orang utan kedalam perencanaan pembangunan kabupaten dan/atau provinsi; c. Memperkuat pengelolaan habitat orang utan dengan melibatkan para pemangku kepentingan kunci, seperti pemegang izin konsesi kehutanan, pengelola perkebunan kelapa sawit, dan masyarakat; dan/atau d. Meningkatkan pendanaan bagi konservasi habitat orang utan, baik melalui mekanisme pendanaan pemerintah dan/atau pendanaan swasta (seperti RSPO). Strategi konservasi orang utan dalam kerangka PKHB yang lebih rinci dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org Gambar 4. Distribusi Habitat Orang Utan di Kab. Berau Gambar ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org
4. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar, Indonesia saat ini mengalami tantangan yang cukup serius terkait dengan deforestasi dan degradasi hutan. Pemanenan kayu yang tidak lestari, konversi kawasan berhutan menjadi perkebunan kelapa sawit, dan pengembangan perkebunan lainnya dalam skala besar merupakan pemicu terbesar dari terjadinya deforestasi dan degradasi hutan. Hal ini menyebabkan tidak saja berkurangnya atau bahkan hilangnya spesies-spesies tertentu, namun juga meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer. Diperkirakan 17% dari total jumlah emisi gas rumah kaca berasal dari deforestasi, degradasi hutan, dan perubahan penggunaan lahan. Pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) merupakan salah satu strategi yang dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengurangi deforestasi dan degradasi hutan. Jika strategi ini dilaksanakan dengan konsisten, PHPL tidak saja dapat memberikan keuntungan dari aspek ekonomi, namun juga dari aspek lingkungan, sosial, dan budaya. PHPL dapat melindungi keanekaragaman hayati, memberikan jasa penyerapan karbon dan resapan air, dan menjadi sumber penghidupan yang bagi masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar hutan. Pada siklus 3 ini, TFCA Kalimantan akan memberikan pendanaan untuk mendukung pelaksanaan PHPL oleh IUPHHK-HA di Berau dalam kerangka PKHB sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 5 di bawah. Pendanaan akan diberikan untuk melaksanakan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Membangun kapasitas pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Hutan Alam (IUPHHK-HA), baik kapasitas manajemen dan pelaksana lapangan untuk melakukan praktik-praktik pembalakan kayu rendah emisi (reduced impact logging carbon atau RIL-C); b. Mendampingi IUPHHK-HA untuk menerapkan praktik-praktik RIL-C secara benar dan konsisten setidaknya di kawasan hutan produksi seluas +/- 1,000 2,000 hektar (1 RKT). Penelitian TNC menunjukan bahwa penerapan praktik-praktik RIL secara benar dapat menurunkan emisi karbon hingga 40% dibandingkan penerapan praktik-praktik pembalakan kayu secara konvensional; c. Melakukan penghitungan pengurangan emisi atas penerapan praktik-praktik RIL-C di kawasan tersebut di atas dengan menggunakan metodologi yang telah terdaftar di Verified Carbon Standard (VCS) (metodologi ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org); dan d. Membangun kebijakan, baik ditingkat nasional dan provinsi, tentang penerapan praktik-praktik pembalakan kayu rendah emisi dalam kerangka mitigasi perubahan iklim (KLHK dan TNC saat ini sedang dalam proses untuk mengkaji kebijakan pemberian insentif bagi IUPHHK-HA yang menerapkan praktik-praktik RIL-C secara benar dan konsisten dimana pada akhirnya berhasil menurunkan emisi karbon hingga sekitar 40%).
Gambar 5. IUPHHK-HA di Kab. Berau Gambar ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org
B. FOKUS PROGRAM BAGI PENYALURAN DANA HIBAH KHUSUS Fokus program bagi penyaluran dana hibah khusus siklus 3 untuk mendukung pelaksanaan PKHB tidak dibatasi sepanjang: 1. Usulan proyek selaras dan berkontribusi terhadap tercapainya tujuan, indikator tujuan, dampak (outcome), dan indikator dampak dari TFCA Kalimantan sebagaimana tertera dalam Rencana Implementasi TFCA Kalimantan 2013 2017; dan 2. Usulan proyek selaras dengan prioritas geografis dan prioritas program PKHB sebagaimana tertera dalam Rencana Implementasi TFCA Kalimantan 2013 2017. Jika pengusul proyek akan mengusulkan proyek yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat dalam PKHB, maka pengusul proyek akan menggunakan pendekatan SIGAP REDD+. Lebih lanjut, jika pengusul proyek akan mengusulkan proyek yang berkaitan dengan pengelolaan hutan lindung dalam PKHB, maka pengusul proyek akan menggunakan Kerangka dan Strategi Pengelolaan Hutan Lindung dalam PKHB. Pendekatan SIGAP REDD+, Kerangka dan Strategi Pengelolaan Hutan Lindung dalam PKHB, dan Rencana Implementasi TFCA Kalimantan 2013 2017 dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org
Referensi Kelompok Kerja PKHB, 2011. Rencana Strategis dan Rencana Aksi Bersama Program Karbon Hutan Berau 2011-2015: Dukungan Berau Bagi Dunia. Tanjung Redeb, Indonesia. Rijksen, H.D and Meijaard, E. 1999. Our Vanishing Relative. The Status of Wild Orangutans at the Close of the Twentieth Century. Kluwer Academic Publisher, Dordrecht, The Netherlands. Sahri. A, M. Helmi, R. Denestiyanto, WA. Nugraha. 2013. Laporan Pemutakhiran Data Hutan Mangrove Kabupaten Berau Tahun 2013 (Laporan Internal). The Nature Conservancy. Berau. Wich, S.A., et al., Distribution and conservation status of the orang-utan (Pongo spp.) on Borneo and Sumatra: how many remain? Oryx, 2008. 42(3): p. 329-339.