BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang proyek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Kasus Proyek

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

I.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Medan Culinary Center Arsitektur Rekreatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

STUDIO TUGAS AKHIR (TKA- 490) ARSITEKTUR METAFORA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB 1

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Medan_Electronic_Mall

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

AKADEMI SEPAKBOLA INTERNASIONAL LIVERPOOL FC MEDAN 04/24/2014 BAB 1 PENDAHULUAN

GALERI ARSITEKTUR JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

Universitas Sumatera Utara

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

masjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kegiatan pariwisata yang saat ini belum digali dan dikelola secara baik di antaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Xiang Shan Meditation Center

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

Pusat Peragaan IPTEK Biologi Medan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. PLANETARIUM SEMARANG Bentara Alam Gumilang / L2B LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

Kasino Hotel di Bintan Kasino Hotel BAB I PENDAHULUAN. Suwanti Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang proyek Sejarah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Adapun ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dari sejarah, kita dapat mempelajari latar belakang suatu masyarakat atau sebuah kota. Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, karena setiap kejadian sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menyebabkan berlangsungnya suatu kejadian sejarah sehingga tidak mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi. Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian di masa lampau tidak dapat secara sempurna diterapkan untuk kejadian di masa sekarang. Tetapi banyak yang menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah tetap dapat dan harus diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum dapat dengan seksama diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi pelajaran yang penting. Berbicara mengenai sejarah, ada banyak cara untuk mengenangnya dan mengingatnya. Museum merupakan salah satu upaya untuk mengingatkan masyarakat sebuah kota akan sejarahnya. Sejarah merupakan jati diri masyarakat, maka penting bagi masyarakat sebuah kota untuk mengetahui perjalanan sebuah kota hingga menjadi seperti sekarang. Museum merangkum apa yang tersisa dari zaman dahulu baik berupa bendabenda peninggalan maupun kisah-kisah penting akan sebuah kota. Museum juga terdiri dari beberapa jenis dan klasifikasi. Jadi ada banyak jenis cara dalam membungkus sebuah sejarah ke dalam wujud sebuah museum. 1

Pelajaran sejarah Kota Medan itu penting untuk mendidik agar warga kota Medan (dari segala usia, terutama kalangan muda) mengetahui karakter dan sejarah kotanya guna menimbulkan kecintaan terhadap daerahnya. Selama ini, banyak warga kota Medan yang tidak mengenal dan merasa asing dengan sejarah kotanya. Padahal itu penting agar kelak bisa lebih mencintai asal usul kota kelahirannya yang akan berguna untuk mengembangkan kota ini ke arah yang lebih baik ke depannya. Penulis mengambil satu contoh kasus untuk memperkuat latar belakang pengerjaan proyek ini. Salah satunya yaitu, tidak banyak yang mengetahui kisah Guru Patimpus, pendiri kota Medan. Mantan Panglima Perang di Hatorusan itu tak lama memimpin. Usai memerintah di Bakkara selama 10 tahun (1540-1550), tanpa sebab-musabab yang pasti, dia secara diam-diam mengasingkan diri ke Karo di Aji Jahe (di sekitar Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo sekarang). Di desa inilah Guru Patimpus sebagai anak sulung lahir dan tumbuh dewasa (akhir abad ke-16). Ayah Guru Patimpus bernama Si Raja Hita. Dalam versi Toba sejarah Guru Patimpus dikenal bermarga Sinambela. Ada pula yang sepakat beliau bermarga Sembiring Pelawi, karena lama hidup di dataran Karo. Kisah sentral peran Guru Patimpus mendirikan Kota Medan tidak dapat dilepaskan dari usahanya mengalahkan kehebatan seorang Jawi di Kota Bangun. Demikian sedikit gambaran mengenai kisah Guru Patimpus namun tak banyak yang tahu mengenai kisah ini tentunya. Lalu apa pentingnya generasi muda mengingat dan membina hubungan waktu dengan masa lampau? Penulis berpendapat bahwa penting jika generasi muda memahaminya dari sudut pandang pengetahuan. Atau dengan kata lain ketertarikan generasi muda memahami masa lalu kota didorong oleh rasa ingin tahu tentang bagaimana dan mengapa ia bisa hadir dan terasa melekat. Mengetahui sejarah sejatinya sebagai perekat antar warga penghuni kota. Rasa kesatuan dan memiliki kota tercermin dalam pengetahuan tentang sejarah berdirinya kota tersebut. Beberapa sosiolog terkemuka menyebut bahwa masyarakat kota sebagai satu sistem adalah cerminan dari masing-masing personalnya. Cara berpikir kota adalah cara berpikir warganya, termasuk elemen politik sebagai pembentuk kebijakannya. Lalu apa hubungannya dengan proyek museum patung lilin yang bernama Medan Wax Sculpture Museum ini jika warga kota Medan tahu kisah tokoh-tokoh dalam perjalanan sejarah kota Medan seperti Guru Patimpus misalnya? Museum ini akan berisikan tokoh-tokoh dalam perjalanan sejarah kota Medan dari zaman dulu hingga tokoh penting kota Medan dari era modern dari berbagai bidang dan menceritakan perjuangan, karakter, sifat, dan prestasi yang telah dicapai mereka dalam hidup mereka agar 2

menimbulkan kecintaan warga kota Medan terhadap kota kelahirannya sendiri yang lebih lanjutnya akan bermanfaat unutk dijadikan pedoman dan menjadi panutan agar warga kota Medan terutama kalangan muda semakin berkembang dan termotivasi karakter serta citacita hidupnya. Berbicara mengenai tema perancangan, penulis ingin mengangkat sebuah sejarah kota Medan yaitu sejarah Kerajaan Haru yang berdiri di Deli Tua ke dalam tema proyek Medan Wax Sculpture Museum. Demikian fakta sejarah yang ada mengenai Kerajaan Haru, namun penulis ingin merancang Medan Wax Sculpture Museum ini berdasarkan sejarah Kerajaan Haru namun dibalut alur cerita Legenda Putri Hijau, yang menurut penelitian merupakan suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, namun adanya unsur-unsur pseudo-historis, yakni anggapan kejadian dan kekuatan yang digambarkan luar biasa dalam kisah Putri Hijau cenderung merupakan tambahan dari kisah yang sebenarnya tentang Kerajaan Haru dengan tujuan euhemerisme yakni menimbulkan kekaguman para pendengarnya. Jadi, legenda ini akan diterapkan dengan menggunakan tema arsitektur metafora untuk mentransformasikan kisah Putri Hijau ke dalam perancangan bangunan museum ini. Legenda (Latin : legere) sendiri memiliki pengertian cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang enpunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Meninjau penting tidaknya kedudukan Legenda Putri Hijau dalam sejarah kota Medan, legenda ini sendiri adalah kisah kepahlawanan (folkhero) yang dikenal dan berkembang luas dalam empat suku yaitu Melayu, Karo, Aceh, dan Simalungun. Jadi berbicara mengenai sejarah kota Medan, Legenda Putri Hijau memiliki peranan yang penting dalam asal mula sebuah kota Medan. Sampai saat ini belum ada museum patung lilin seperti ini di Indonesia, sehingga keberadaan Medan Wax Sculpture Museum ini akan menambah ragam museum di Indonesia yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan wisata bagi masyarakat Medan maupun menarik minat turis mancanegara. Selain itu, museum ini juga diharapkan dapat menjadi cerminan jati diri kota Medan dan memperkenalkannya pada masyarakat kota Medan maupun luar kota Medan. 3

Tidak seperti halnya di museum patung lilin Madame Tussaud s yang menampilkan berbagai orang-orang terkenal dan superstar yang telah mengubah sejarah dunia dan melegenda, dalam Medan Wax Sculpture Museum ini, sejarah akan ditampilkan dalam patung-patung lilin tokoh-tokoh yang berperan penting dalam sejarah kota Medan dan memberikan kontribusi yang berharga kepada kota Medan. Tidak hanya sebatas itu, Medan Wax Sculpture Museum ini juga akan berisikan patung-patung lilin orang-orang kelahiran kota Medan atau Sumatera Utara yang telah mengukir prestasi nasional. Masih banyak lagi yang lainnya seperti, tokoh-tokoh dalam Legenda Putri Hijau tentunya yang turut menjadi bagian sejarah kota Medan dalam perjalanan bangkit dan jatuhnya Kerajaan Haru yang kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Deli. Medan Wax Sculpture Museum ini akan lebih berfokus pada replika tokoh lokal Medan, yang meskipun di dalamnya nanti juga akan tetap menampilkan tokoh-tokoh luar kota Medan ataupun luar Indonesia yang memiliki ikatan erat dengan sejarah kota Medan. Dan pada akhirnya museum ini akan menjadi sesuatu yang benar-benar mencerminkan ciri khas dan jati diri kota Medan. 1.2. Tujuan Proyek Tujuan perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah : Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat Medan maupun luar kota Medan tentang para tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan di berbagai bidang. Membangkitkan semangat generasi muda kota Medan untuk meneladani dan melanjutkan pengabdian para tokoh tersbut dalam bidangnya masing-masing. Sebagai media untuk mengingat, mengenang, maupun menghormati tokoh-tokoh terkenal maupun yang belum banyak dikenal yang telah berjasa dalam perjalanan sejarah kota Medan. Sebagai sarana kultural, edukatif, rekreatif, maupun inspiratif. Menjadi pendorong untuk lebih menggalakkan pembangunan nasional dan meningkatkan mutu kehidupan bangsa. Memberikan suatu wadah bagi kreatifitas pematung untuk mengembangkan keterampilannya dalam menghasilkan patung lilin. Memperkuat rasa cinta terhadap kota Medan. 4

Membantu pemerintah untuk mengembangkan sektor pariwisata, karena museum ini memiliki daya tarik tersendiri yang dapat mengundang kedatangan wisatawan lokal di berbagai daerah maupun wisatawan mancanegara. Membantu pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi tenaga-tenaga terampil. 1.3. Fungsi Proyek Fungsi perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah : Sebagai sarana informasi untuk mengenal tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan Memberikan wadah bagi masyarakat yang ingin melihat dari dekat para tokoh secara 3 dimensi / nyata. Memperkenalkan siapa saja tokoh-tokoh penting dalam perjalanan sejarah kota Medan. Media untuk menikmati karya manusia, khusunya seni patung. Menumbuhkan sikap untuk lebih menghargai dan menghormati para tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan. Menjadi tempat wisata alternatif di kota Medan khususnya dan Indonesia pada umumnya. 1.4. Manfaat Proyek Manfaat perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah : Menjadi pusat informasi dan pengetahuan akan tokoh-tokoh penting di kota Medan. Membantu pemerintah dalam sektor pariwisata, karena museum ini juga sebagai objek wisata di kota Medan, baik bagi turis lokal maupun turis asing. Mempopulerkan pembuatan patung dari lilin sebagai salah satu alternatif bahan, untuk memperkaya seni patung yang sudah ada di Indonesia. Menjadi salah satu tempat rekreasi di kota Medan bagi masyarakat. 5

1.5. Sasaran Proyek Sasaran dari proyek ini ditujukan bagi seluruh kalangan masyarakat dari semua golongan dan usia, khususnya masyarakat kota Medan, dan wisatawan domestik dan mancanegara pada umunya. 1.6. Permasalahan dan Ruang Lingkup Proyek Permasalahan yang dihadapi pada perancangan Medan Wax Sculpture Museum adalah : Bagaimana mewujudkan desain bangunan pada judul proyek ini sehingga sesuai dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek. Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi bangunan dan prinsip-prinsip estetika dalam teori arsitektur. Pemilihan lokasi proyek agar sesuai dengan peruntukan fungsi bangunan berdasarkan literatur dan tata ruang pada kawasan lokasi. Ruang lingkup perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah: Merupakan museum sejarah dengan fungsi utama di bidang pendidikan dengan menyediakan informasi tentang tokoh-tokoh yang memberikan kontribusi penting bagi kota Medan dan sejarahnya. Selain itu juga dapat menjadi salah satu tempat rekreasi baik bagi masyarakat setempat maupun wisatawan lokal dan asing. Objek koleksi yang dihadirkan yaitu tokoh yang berperan penting dalam sejarah kota Medan, tokoh kelahiran kota Medan yang telah mengukir prestasi nasional, tokoh dalam Legenda Putri Hijau dan legenda-legenda lain yang turut menjadi bagian sejarah kota Medan, serta tokoh luar kota Medan ataupun luar Indonesia yang memiliki ikatan erat dengan sejarah kota Medan. Proyek ini bersifat non-profit oriented, dimana aspek besarnya modal dan masalah pengembalian biaya tidak disinggung. 6

Untuk biaya operasional museum ini diperoleh dari penjualan tiket masuk pengunjung, cafeteria, toko-toko souvenir, serta hasil pembayaran apabila objek difoto/diliput untuk media cetak dan media elektronik. Perencanaan dan perancangan proyek ini serta pelaksanaannya dianggap menyeluruh secara total, bukan secara bertahap dan segala perencanaan dan perancangan proyek ini diproyeksikan pada perkembangan jauh ke depan. Yang ditekankan dalam proyek ini adalah dari segi lingkup bidang arsitektur dengan penekanan pada ide dan pengolahan perancangan dan syarat yang ditentukan dan peraturan yang berlaku saat ini dengan tidak meninggalkan nilainilai segi estetika dan budaya yang ada. 1.7. Metode Pengumpulan Data Mengingat bahwa sampai pada saat ini proyek semacam ini belum pernah ada di Indonesia, maka pengumpulan data yang dilakukan untuk tugas akhir ini lebih banyak dilakukan melalui studi literatur dan survey lapangan, sedangkan studi banding tetap dilakukan, namun objek yang dijadikan pemanding berada di luar Indonesia. Studi Literatur Studi pengenalan dan pengumpulan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan proyek baik dari majalah, buku, artikel yang relevan, kamus maupun melalui media internet untuk memperoleh informasi mengenai proyek-proyek serupa yang terdapat di luar negeri. Survey Lapangan Pengamatan langsung ke lokasi atau site yang dipilih dengan tujuan untuk mengetahui secara langsung keadaan lahan yang sebenarnya, mengenal potensipotensi yang dapat dimanfaatkan dan permasalahan-permasalahan apa saja yang harus dipecahakan. Serta kendala-kendala yang ada, baik yang dapat dimanfaatkan maupun yang harus dihindari. Studi Banding Dengan melakukan pengamatan dan pengumpulan data serta langsung dari proyek sejenis yang pernah / telah ada / dibuat. Hal ini sebagai acuan maupun perbandingan dalam membuat desain yang nantinya merupakan perkembangan dari studi yang telah dilakukan. 7

1.8. Pendekatan Perancangan Pendekatan perancangan adalah sudut pandang seseorang dalam rangka mencoba memecahkan suatu permasalahan perancangan. Atau dapat juga diartikan sebagai metode atau cara untuk merancang, atau sebagai prosedur di dalam merancang. Pada proyek Medan Wax Sculpture Museum ini, pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan metafora Legenda Putri Hijau. Bangunan akan dirancang dengan metafora alur kisah Putri Hijau. Menurut penulis, Legenda Putri Hijau memiliki sebuah ciri khas tersendiri yang merupakan warisan milik masyarakat Sumatera Utara dan memiliki kaitan erat dengan sejarah Kerajaan Haru, Deli Tua, dimana salah satu episode kisah Putri hijau ini pernah terjadi di sekitar Jalan Putri Hijau yang sekarang. Oleh karena itu, metafora legenda ini akan menguatkan citra bangunan akan sesuatu yang memiliki korelasi kuat dengan asal mula sebuah kota Medan. 1.9. Asumsi-Asumsi Proyek pada judul ini bersifat fiktif, maka asumsi-asumsi yang diperlukan untuk mendukung proses perencanaan dan proses perancangan antara lain: Kepemilikan bangunan disumsikan sebagai milik pemerintah daerah yang diperuntukan sebagai lembaga kultural, edukatif, rekreatif, maupun inspiratif yang berada dibawah naungan departemen kebudayaan dan pariwisata. Kegiatan seni mematung dengan lilin semakin meningkat dengan kerjasama antara pemerintah dan instansi pendidikan seperti universitas maupun sekolah. Lokasi tapak diasumsikan berupa lahan kosong dan memenuhi persyaratan fungsi bangunan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan. Kesadaran masyarakat terhadap sejarah kota Medan semakin meningkat. Masyarakat semakin menghargai tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan. Pemerintah mendukung penelitian dan pemeliharaan seni mematung di Indonesia khususnya seni mematung dengan lilin. 8

1.10. Kerangka Berpikir Latar Belakang : Rasa kesatuan dan memiliki kota tercermin dalam pengetahuan tentang sejarah berdirinya kota tersebut. Selama ini, banyak warga kota Medan yang tidak mengenal dan merasa asing dengan sejarah kotanya. Medan Wax Sculpture Museum ini akan menambah ragam museum di Indonesia Judul : Medan Wax Sculpture Museum Tema : Arsitektur Metafora Tujuan dan Manfaat : Memberikan suatu wadah bagi kreatifitas pematung untuk mengembangkan keterampilannya dalam menghasilkan patung lilin. Membangkitkan semangat generasi muda kota Medan untuk meneladani dan melanjutkan pengabdian para tokoh tersbut dalam bidangnya masing-masing. Perumusan Masalah : Bagaimana mewujudkan desain bangunan pada judul proyek ini sehingga sesuai dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek. Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi bangunan dan prinsip-prinsip estetika dalam teori arsitektur. Pemilihan lokasi proyek agar sesuai dengan peruntukan fungsi bangunan berdasarkan literatur dan tata ruang pada kawasan lokasi. Data Perancangan : Data Tapak Studi Literatur Studi Banding Survei Lapangan Wawancara Analisa Tapak (Analisa Fisik) : View, sirkulasi, orientasi, dll. Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik) : Pengguna, alur kegiatan, dll Programming : Program ruang dalam dan ruang luar Konsep Perancangan Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, dan interior Desain Perancangan 9

1.11. Sistematika Penulisan Laporan Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang proyek, tujuan dan manfaat proyek, fungsi proyek, manfaat proyek, sasaran proyek, permasalahan dan ruang lingkup proyek, metode pengumpulan data, pendekatan perancangan, asumsi-asumsi, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan laporan. Bab 2 Deskripsi Proyek, berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tinjauan umum, tinjauan lokasi proyek, dan studi banding fungsi sejenis. Bab 3 Elaborasi Tema, berisi tentang pengertian arsitektur, pengertian metafora, pengertian arsitektur metafora, interpretasi tema, sejarah Kerajaan (H)Aru dan kisah Putri Hijau, dan studi banding tema sejenis. Bab 4 Analisa, berisi tentang analisa fisik, analisa non-fisik, dan program ruang. Bab 5 Konsep, berisi tentang konsep ruang luar, konsep ruang dalam, konsep bentukan masa, dan interior. Bab 6 Hasil Perancangan, berisi gambar-gambar kerja, gambar 3D, dan foto maket. 10