DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN disampaikan pada: Sosialisasi Petunjuk Teknis Pelaksanaan DAK Bidang Kehutanan Tahun 2014 Kementerian Kehutanan Jakarta, 6 Februari 2014
O U T L I N E 1. Pola Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah 2. Transfer ke Daerah 3. Trend Transfer ke Daerah Tahun 2008 2013 4. Transfer ke Daerah Tahun 2014 5. Arah Kebijakan Transfer ke Daetah Tahun 2014 6. Dana Alokasi Khusus (DAK) Pengertian dan Tujuan DAK Arah Kebijakan Umum DAK Tahun 2014 Kebijakan Affirmative Kepada Daerah Tertinggal Alokasi DAK Tahun 2014 Kriteria Perhitungan Alokasi DAK Penganggaran dan Penggunaan DAK Mekanisme Penyaluran DAK 8. DAK Kehutanan 9. Anggaran Transfer ke Dearah di Bidang Kehutanan
POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH PEMERINTAH PUSAT Mendanai kegiatan 6 Urusan (Absolut) DAERAH diselenggarakan Sendiri oleh Pemerintah Belanja Pemerintah Pusat Melalui Angg.K/L Mendanai kegiatan di luar 6 Urusan Absolut Sebagian dapat diselenggarakan Sendiri oleh Pemerintah Sebagian dapat diselenggarakan melalui asas Dekonsentrasi Sebagian dapat diselenggarakan melalui asas Tugas Pembantuan Mendanai Program Nasional PNPM ; Jamkesmas Belanja APBN Melalui Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (APP) Subsidi ; BLT Transfer ke Daerah Dana Perimbangan Dana Otsus Dana Penyesuaian DBH DAU DAK Pajak SDA Penyelenggaraan Desentralisasi (Masuk APBD)
TRANSFER KE DAERAH TRANSFER KE DAERAH Dana Perimbangan Dana yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal, yang terdiri dari: 1. DBH, dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi 2. DAU, dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. 3. DAK, Dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional Dana Otsus & Penyesuaian Dana Otsus Dana Penyesuaian Dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah sebagaimana ditetapkan dalam UU Otsus Dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu sesuai peraturan perundangan 4
TREN TRANSFER KE DAERAH TAHUN 2008-2013 Keterangan: Tahun 2008 2010 data diambil berdasarkan LKPP Tahun 2011 data realisasi unaudited Tahun 2012 data pagu APBN dalam miliar rupiah Komponen Transfer 2008 2009 2010 2011 2012 2013 DAU 179.5 186.4 203.6 225.5 273.8 311.1 DAK 20.8 24.7 21 24.8 25.9 31.7 DBH 78.4 76.1 92.2 96.9 111.5 102.7 Dana Otsus 7.5 9.5 9.1 10.4 11.9 13.4 Dana Penyesuaian 6.2 11.8 18.9 53.7 57.4 70.4 Total 292.4 308.6 344.7 411.3 480.6 529.4 5
TRANSFER KE DAERAH APBN 2014 487,93 Dana Perimbangan TRANSFER KE DAERAH 592,55 Dana Otsus & Penyesuaian 104,62 16,15 Dana Otsus Dana Penyesuaian 87,95 Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Otsus Papua Dana Otsus Papua Barat 4,78 2,05 Dana Otsus Aceh Dana Infras Otsus Papua 6,82 2,00 Dana Infras Otsus PaBarat 0,50 Dana Keistimewaan DIY 0,52 Tamb Penghasilan Guru Tunjangan Profesi Guru Bantuan Op Sek (BOS) Dana Insentif Daerah (DID) 113,71 341,22 33,00 1,85 60,54 24,07 1,38 Dana P2D2 0,09 DBH Pajak DBH PBB DBH PPh DBH CHT DBH SDA Kehutanan Pertum Perikanan Migas Panas Bumi 51,79 23,86 25,71 2,21 61,92 2,57 19,84 0.20 38,85 0,47 6
ARAH KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH 2014 1. Meningkatkan kapasitas fiskal daerah serta mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah, serta antar daerah. 2. Meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan ketepatan waktu pengalokasian dan penyaluran anggaran transfer ke daerah. 3. Meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah. 4. Mendukung kesinambungan fiskal nasional. 5. Meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan pembangunan daerah. 6. Meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan. 7. Meningkatkan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap jenis dana transfer tertentu guna meningkatkan kualitas belanja daerah. 7
DANA ALOKASI KHUSUS
PENGERTIAN DAN TUJUAN DAK (1) PENGERTIAN: Dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional. TUJUAN: Membantu daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat, dan untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran prioritas nasional. 9
PENGERTIAN DAN TUJUAN DAK (2) Daerah Tertentu sebagaimana dimaksud adalah daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Membantu dalam arti bukan penyediaan dana yang utama dan/atau bukan menggantikan yang semua sudah ada. Demikian juga hanya diberikan kepada daerah/bidang yang menurut kebijakannnya harus dibantu Kegiatan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah mengutamakan kegiatan pembangunan dan/atau pengadaan dan/atau peningkatan dan/atau perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang. Urusan daerah, bukan kewenangan pusat/ Kementerian/lembaga. Program yang menjadi prioritas nasional sebagaimana dimaksud dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun anggaran bersangkutan. RKP disetujui DPR, selanjutnya dimuat dalam Nota Keuangan dan RAPBN. 10
KEBIJAKAN UMUM DAK 1. Membantu daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat untuk mendorong pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). 2. Membantu daerah dalam membiayai kegiatan tertentu dalam rangka pencapaian sasaran prioritas nasional. 3. Menyempurnakan penyusunan kebijakan DAK yang berbasis output sesuai dengan RPJMN. 4. Meningkatkan koordinasi penyusunan Juknis agar lebih tepat sasaran dan tepat waktu. 5. Meningkatkan sinkronisasi dan sinergitas pelaksanaan DAK baik di pusat maupun di daerah. 6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan DAK melalui koordinasi perencanaan dan pengelolaan DAK di berbagai tingkatan pemerintahan (mulai dari Musrenbangda); 7. Mendukung upaya percepatan pelaksanaan kegiatan di daerah dalam rangka mewujudkan output dan outcome yang diharapkan; 8. Menggunakan kinerja pelaporan pelaksanaan DAK dari daerah sebagai salah satu pertimbangan dalam pengalokasian DAK; 9. Meningkatkan koordinasi dan kualitas pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK. 11
KEBIJAKAN AFFIRMATIVE DAK KEPADA DAERAH TERTINGGAL Melanjutkan affirmative policy kepada 183 daerah tertinggal, melalui: 1. Pemberian alokasi DAK Tambahan bagi daerah tertinggal sebesar Rp2,8 Triliun untuk DAK Bidang Infrastruktur Dasar, yaitu: Infrastruktur Jalan; Infrastruktur Irigasi; Infrastruktur Air Minum; dan Infrastruktur Sanitasi. 2. Dana Pendamping untuk DAK Tambahan diatur berdasarkan kemampuan keuangan daerah, yaitu: Kemampuan Keuangan Daerah Rendah Sekali, diwajibkan menyediakan dana pendamping paling sedikit 0% (nol persen); Kemampuan Keuangan Daerah Rendah, diwajibkan menyediakan dana pendamping paling sedikit 1% (satu persen); Kemampuan Keuangan Daerah Sedang, diwajibkan menyediakan dana pendamping paling sedikit 2% (dua persen); dan Kemampuan Keuangan Daerah Tinggi, diwajibkan menyediakan dana pendamping paling sedikit 3% (tiga persen). 12
ALOKASI DAK TA 2014 No Bidang DAK dalam miliar rupiah Pembagian Pagu DAK 2014 DAK DAK Tambahan Total 1 Pendidikan 10.041,30-10.041,30 2 Kesehatan 3.129,90-3.129,90 3 Infrastruktur Jalan 4.414,63 1.691,13 6.105,76 4 Infrastruktur Irigasi 1.654,98 633,98 2.288,96 5 Infrastruktur Air Minum 640,11 245,21 885,32 6 Infrastruktur Sanitasi 599,58 229,68 829,26 7 Prasarana Pemerintahan Daerah 499,74-499,74 8 Kelautan dan Perikanan 1.851,91-1.851,91 9 Pertanian 2.579,56-2.579,56 10 Lingkungan Hidup 548,10-548,10 11 Keluarga Berencana 462,91-462,91 12 Kehutanan 558,46-558,46 13 Sarana Perdagangan 730,99-730,99 14 Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal 754,74-754,74 15 Energi Perdesaan 467,94-467,94 16 Perumahan dan Permukiman 234,80-234,80 17 Keselamatan Transportasi Darat 235,94-235,94 18 Transportasi Perdesaan 301,34-301,34 19 Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan 493,07-493,07 Total 30.200,00 2.800,00 33.000,00
KRITERIA PENGALOKASIAN DAK KRITERIA UMUM Kriteria Umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah, yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi belanja pegawai negeri sipil daerah. Diprioritaskan untuk daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan rendah atau dibawah rata-rata nasional KRITERIA KHUSUS Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah. Untuk daerah provinsi, kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat serta seluruh daerah tertinggal diprioritaskan mendapatkan alokasi DAK KRITERIA TEKNIS Kriteria teknis dirumuskan oleh kementerian teknis terkait, yang disusun berdasarkan indikator-indikator teknis pada masing-masing bidang/kegiatan yang akan didanai oleh DAK. Kriteria teknis dirumuskan melalui indeks teknis. 14
MEKANISME PENGALOKASIAN DAK Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu: (1) Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; (2) Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing Daerah. Penentuan Daerah Tertentu harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. 15
Jenis, Waktu dan Penyedia Data DAK PAD T- 2 Daerah & Kemenkeu Kriteria Umum DAU DBH T- 2 T-2 Kemenkeu Kemenkeu Belanja Gaji PNSD T-2 Daerah & Kemenkeu Daerah Tertinggal T-1 KPDT Kriteria Khusus Daerah Perbatasan Daerah Rawan Bencana T-1 T-1 BNPP BNPB Da Ketahanan Pangan T-1 Kementan Da Potensi Pariwisata T-1 Kemenparekraf Daerah Pesisir T-1 KKP Kriteria Teknis Kondisi Infrastruktur Per Bidang Per daerah T-1 K/L terkait 16
PENGANGGARAN DAN PENGGUNAAN DAK Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan segera setelah UU APBN diterbitkan. Berdasarkan penetapan alokasi DAK, menteri teknis menyusun Petunjuk Teknis Penggunaan DAK, paling lambat 2 (dua) minggu setelah PMK ditetapkan. Daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan DAK di dalam APBD. Penggunaan DAK dilakukan sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan DAK. DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas 17
DANA PENDAMPING Daerah penerima DAK wajib menganggarkan Dana Pendamping dalam APBD sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari besaran alokasi DAK yang diterimanya. Dana Pendamping digunakan untuk mendanai kegiatan yang bersifat kegiatan fisik. Daerah dengan kemampuan keuangan tertentu tidak diwajibkan menganggarkan Dana Pendamping. Yang dimaksud daerah dengan kemampuan keuangan tertentu adalah daerah yang selisih antara penerimaan umum APBD dan Belanja Pegawainya sama dengan 0 (nol) atau negatif. 18
MEKANISME PENYALURAN DAK Penyaluran DAK dilakukan secara bertahap: I. TAHAP I: II. III. Sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pagu alokasi; Paling cepat pada bulan Februari setelah daerah menyampaikan Perda APBD, Laporan Penyerapan Tahap III tahun anggaran sebelumnya, Laporan DAK tahun anggaran sebelumnya, & Surat Pernyataan Penyediaan Dana Pendamping. TAHAP II: Sebesar 45% (empat puluh lima persen) dari pagu alokasi; Dilaksanakan setelah Daerah menyampaikan Laporan penyerapan Penggunaan DAK Tahap I (penyerapan minimum 90%). TAHAP III: Sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pagu alokasi; Dilaksanakan setelah Daerah menyampaikan Laporan penyerapan Penggunaan DAK Tahap II (penyerapan minimum 90%) Laporan Realisasi Penyerapan DAK Tahap I atau Tahap II diterima DJPK paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tahun anggaran berakhir. Dalam hal DAK Tahap II dan/atau Tahap III tidak dapat disalurkan sebagai akibat terlampauinya batas waktu yang ditentukan, maka pendanaan dan penyelesaian kegiatan DAK dan/atau kewajiban kepada pihak ketiga atas pelaksanaan kegiatan DAK menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. 19
DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KEHUTANAN
Alokasi (Rp miliar) TREN ALOKASI DAK BIDANG KEHUTANAN TA 2008 - TA 2014 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 0,000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Provinsi 0,000 0,000 6,000 23,927 20,000 26,971 27,923 Kab/Kota 100,000 100,000 244,000 439,289 469,763 512,448 530,537 Total 100,000 100,000 250,000 463,216 489,763 539,419 558,460 21
Jumlah Daerah Perkembangan Jumlah Daerah Penerima DAK Bidang Kehutanan TA 2008 - TA 2014 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Provinsi 0 0 6 22 20 20 25 Kab/Kota 100 100 232 399 362 364 357 Total 100 100 238 421 382 384 382 22
PENYERAPAN DAK KEHUTANAN DI DAERAH Tahun Pagu Realisasi Sisa Rp miliar Rp miliar % Rp miliar % 2008 100,000 78,131 78,13% 21,869 21,87% 2009 100,000 89,685 89,69% 10,315 10,31% 2010 250,000 221,154 88,46% 28,846 11,54% 2011 463,216 353,788 76,38% 109,429 23,62% 2012 489,763 440,411 89,92% 49,352 10,08% Catatan : Data realisasi penyerapan DAK s.d. akhir Desember tahun bersangkutan 23
Arah Kebijakan dan Ruang Lingkup Kegiatan DAK Kehutanan TA 2014 Arah Kebijakan : (i) Peningkatan operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP); (ii) Peningkatan Daya Dukung DAS; (iii) Perlindungan Hutan dan Kawasan Esensial; (iv) Pemberdayaan masyarakat. Ruang lingkup kegiatan : (i) Operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi; (ii) Rehabilitasi Hutan dan Lahan; (iii) Pemeliharaan dan pengamanan tanaman hasil rehabilitasi tahun sebelumnya (T-2) dan T-1); (iv) Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana pengamanan hutan; dan (v) Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan. 24
ANGGARAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DI DAERAH
POTENSI PENDANAAN URUSAN KEHUTANAN DI DAERAH MELALUI DANA TRANSFER KE DAERAH (dalam miliar rupiah) Tahun Jenis Dana Transfer DAK Kehutanan* DBH Kehutanan-DR** DBH Kehutanan- Non DR** TOTAL 2008 100,00 538,64 819,36 1.458,00 2009 100,00 485,55 515,85 1.101,40 2010 250,00 848,87 704,02 1.802,89 2011 463,22 682,88 776,27 1.922,36 2012 489,76 597,56 858,32 1.945,65 2013 539,42 548,13 599,93 1.687,48 *) Berdasarkan pagu alokasi dalam PMK tentang Pedoman Umum dan Alokasi DAK **) Berdasarkan Realisasi Penyaluran dari RKUN ke RKUD 26
PENGANGGARAN BELANJA LANGSUNG URUSAN KEHUTANAN DALAM APBD Tahun Total Belanja Langsung Urusan Kehutanan* Potensi Pendanaan dari Transfer DAK & DBH Kehutanan Pendanaan dari Sumber Lain (Rp miliar) (%) (Rp miliar) (%) 2008 2.317,99 1.458,00 62,90% 860,00 37,10% 2009 2.177,41 1.101,40 50,58% 1.076,01 49,42% 2010 2.127,12 1.802,89 84,76% 324,24 15,24% 2011 2.294,35 1.922,36 83,79% 371,99 16,21% 2012 2.835,09 1.945,65 68,63% 889,45 31,37% 2013 3.144,58 1.687,48 53,66% 1.457,10 46,34% *) akumulasi dari Anggaran Belanja Langsung (bel. Pegawai, bel. Barang & Jasa, bel. Modal) APBD Prov, Kab, & Kota; diolah dari SIKD, DJPK-Kemenkeu 27