PERANAN TROMBOSIT DALAM PATOGENESIS MALARIA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA INFEKSI MALARIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

NASKAH PUBLIKASI IVANNA I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

DEFINISI KASUS MALARIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB I P E N D A H U L U A N. A. Latar Belakang

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEK EKSTRAK BIJI Momordica charantia L TERHADAP LEVEL GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE SERUM MENCIT SWISS YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi perhatian masyarakat dunia termasuk didalamnya negara Indonesia. Di

Membandingkan Status Hematologis Pasien Malaria Falciparum dengan Vivax di RSUP M. Djamil Januari 2011 Maret 2013

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. penularan malaria masih ditemukan di 97 negara dan wilayah. Saat ini sekitar 3,3

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

Daftar Pustaka. Arubusman M., Evaluasi Hasil Guna Kombinasi. Artesunate-Amodiakuin dan Primakuin pada Pengobatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. malaria berat berbeda berdasarkan lokasi geografis dan umur penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

HASIL DAN PEMBAHASAN

B A B PENDAHULUAN. terutama di daerah tropik dan subtropik. Insiden infeksi VD yang meliputi

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK PERAN TROMBOSIT DALAM PATOGENESIS MALARIA SEREBRAL (STUDI PUSTAKA)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Malaria adalah penyakit yang disebabkan infeksi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini

GAMBARAN KLINIS DAN TATALAKSANA PASIEN RAWAT INAP MALARIA FALCIPARUM DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu penelitian Hammon, dkk (1956) berhasil menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke,

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti

Keywords: Characteristics, Malaria Parasites Positive, RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Riche Anggresti 1, Nuzulia Irawati 2, Roza Kurniati 3

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini. sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk

Transkripsi:

Tinjauan Pustaka PERANAN TROMBOSIT DALAM PATOGENESIS MALARIA Diana Natalia Abstrak Malaria merupakan penyakit endemik di Indonesia dan mempengaruhi hampir seluruh komponen darah. Anemia dan trombositopenia merupakan komplikasi malaria terkait hematologi yang paling sering, dan mendapat banyak perhatian pada literatur ilmiah karena berhubungan dengan mortalitas. Penurunan jumlah trombosit berkaitan dengan berbagai penyebab diantaranya lisis dimediasi imun, sekuestrasi pada limpa, gangguan pada sumsum tulang dan fagositosis oleh makrofag. Infeksi malaria menyebabkan abnormalitas pada struktur dan fungsi trombosit. Kejadian trombositopenia dapat dijadikan petunjuk penting malaria akut. Kata kunci: anemia, malaria, trombositopenia Abstract Malaria are endemic infection in Indonesia and are commonly associated with hematological abnormalities. Anemia and thrombocytopenia are the most common complication of malaria, and has been reported because its mortality. Thrombocytopenia is caused by immune lysis mechanism, spleen s sequestration, defect in bone marrow and macrophage phagocytosis. Malaria infection causes the abnormality in the structure and function of platelets. The presence of thrombocytopenia is important as an indicator of acute malaria. Keywords: anemia, malaria, thrombocytopenia Afiliasi Penulis : Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat, Korespondensi : Diana Natalia, email : dnat_2005@yahoo.com, Telp \ HP : 081382311690 219

PENDAHULUAN Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium di dalam darah. 1 Malaria merupakan penyakit endemik di lebih dari 100 negara di Afrika, Asia, Oceania dan Amerika Selatan dan Tengah serta di beberapa kepulauan Karibia. 2 Malaria juga merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pemerintah memandang masalah malaria masih sebagai ancaman terhadap status kesehatan masyarakat terutama pada rakyat miskin yang hidup di daerah terpencil. 3 Malaria mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita dan ibu melahirkan, serta menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Besarnya angka kasus baru malaria tahun 2009/2010 di seluruh Indonesia adalah 22,9. Kalimantan Barat termasuk dalam 10 besar kasus baru malaria dengan nilai 53,1. 4 Infeksi kronis Plasmodium falciparum dapat menyebabkan komplikasi malaria berat, seperti malaria serebral, malaria algid, anemia berat, gagal ginjal, edema paru hingga Acute Respiratory Distress Syndrome, hipoglikemia, syok, Disseminated Intravascular Coagulation, dan kelainan hati. 2,5 Penelitian di Bangkok menunjukkan kadar trombosit secara signifikan lebih rendah pada kasus malaria berat dibanding malaria tanpa komplikasi. 6 Sedangkan penelitian di Nigeria terhadap malaria pada anak menyebutkan bahwa derajat trombositopenia dapat menjadi alat yang berguna untuk menentukan derajat keparahan malaria dimana rerata jumlah trombosit menurun secara signifikan sesuai dengan peningkatan derajat parasitemia pada malaria. 7 Di Indonesia masih menilai kadar hemoglobin sebagai indikator malaria berat, padahal infeksi Plasmodium juga mempengaruhi kadar trombosit dalam darah tepi, dan berhubungan dengan patogenesis malaria berat. METODE Artikel ini ditulis berdasarkan hasil pene-lusuran dan review kepustakaan mengenai peran trombosit dalam patogenesis malaria. HASIL DAN PEMBAHASAN Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh spesies Plasmodium yang menyerang dan berkembang biak dalam eritrosit dengan vektor nyamuk Anopheles betina, yang menularkan bentuk sporozoit malaria melalui gigitan nyamuk. Infeksinya dapat bersifat akut ataupun kronis, tergantung dari jenis spesies Plasmodium yang menginfeksi. 1,3,8 Epidemiologi Malaria Malaria ditemukan di daerahdaerah yang terletak pada posisi 64 o Lintang Utara sampai 32 o Lintang Selatan. Penyebaran malaria pada ketinggian 400 meter di bawah permukaan laut dan 2600 meter di atas permukaan laut. 5 Malaria merupakan penyakit endemik di lebih dari 100 negara di Afrika, Asia, Oceania dan Amerika Selatan dan Tengah serta di beberapa kepulauan Karibia. 2 Data WHO menyebutkan tahun 2008 terdapat 544.470 kasus malaria positif di Indonesia, sedangkan pada tahun 2009 terdapat 1,1 juta kasus malaria klinis, dan pada tahun 2010 meningkat 220

lagi menjadi 1,8 juta kasus malaria klinis dan telah mendapatkan pengobatan. 9 Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, Indonesia bagian timur seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa daerah di Sumatra seperti Lampung, Bengkulu, Riau. Di daerah Jawa dan Bali walaupun endemisitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai letupan kasus malaria, dan tentu saja hal ini disebabkan mudahnya transportasi untuk mobilisasi penduduk, sehingga sering menyebabkan timbulnya malaria impor. 10 Etiologi Malaria Parasit penyebab malaria adalah spesies Plasmodium. Plasmodium adalah parasit yang termasuk filum Protozoa, kelas sporozoa. 11 Terdapat lima spesies Plasmodium pada manusia yaitu: Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana benigna). Plasmodium falciparum menimbulkan malaria falciparum (malaria tropika, malaria tersiana maligna). Plasmodium malariae menimbulkan malaria kuartana, dan Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale. 6,8 Plasmodium knowlesi merupakan spesies parasit malaria yang ditemukan pada kera, yang menyerupai Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae, yang pada tahun 1965 di Malaysia dilaporkan spesies ini dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan gejala klinis. 6 Di Indonesia, jenis ini telah ditemukan di daerah Kalimantan Selatan. Plasmodium pada manusia menginfeksi sel darah merah dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu Anopheles betina. 1 Patogenesis Malaria Patogenesis malaria berat sangat kompleks, melibatkan faktor parasit, faktor pejamu, dan faktor sosial lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling ringan (asimptomatik) hingga yang paling berat yakni malaria dengan komplikasi gagal organ. 4 Perhatian utama dalam patogenesis malaria berat adalah sekuestrasi eritrosit berisi parasit stadium matang ke dalam mikrovaskular organ-organ vital. Faktor lain seperti induksi sitokin TNF-α dan sitokin-sitokin lainnya oleh toksin parasit malaria dan produksi nitrit oxide (NO) juga diduga mempunyai peranan penting dalam patogenesis malaria berat. 1 Perkembangan malaria berat merupakan hasil dari kombinasi faktorfaktor spesifik parasit seperti adhesi dan sekuestrasi dalam pembuluh darah dan dilepaskannya molekul-molekul bioaktif bersamaan dengan respon peradangan pejamu. 12 Interaksi sel dalam patogenesis malaria disajikan dalam gambar 1. Gambar 1. Interaksi sel dalam patogenesis malaria 13 221

Peran Trombosit dalam Patogenesis Malaria Parasit malaria berada dalam darah pada sebagian besar siklus hidupnya sehingga menginduksi perubahan dalam darah. Malaria mempengaruhi hampir seluruh komponen darah. Abnormalitas darah yang telah dilaporkan sehubungan dengan infeksi malaria antara lain anemia, trombositopenia, splenomegali, limfositosis ringan hingga berat serta (dalam kasus yang jarang) Disseminated Intravascular Coagulation (DIC). Anemia dan trombositopenia merupakan komplikasi malaria terkait hematologi yang paling sering, dan mendapat banyak perhatian pada literatur ilmiah karena berhubungan dengan mortalitas. 14 Perubahan jumlah leukosit total tidak signifikan pada malaria. Gambaran leukosit pada penderita malaria beragam, tergantung dari berbagai faktor seperti lamanya infeksi (akut atau kronis), derajat parasitemia, keparahan penyakit, status imunitas pejamu dan infeksi campuran. 5 Kadar leukosit total biasanya normal pada malaria akut, atau terjadi leukopenia pada malaria falciparum akut. Pada kasus anak-anak dan dewasa dengan malaria berat dan komplikasi, dapat terjadi leukositosis. 15 Semua jenis parasit penyebab malaria pada manusia menginfeksi eritrosit. 6 Eritrosit yang terinfeksi akan pecah saat melepaskan merozoit sehingga menyebabkan hemolisis. Kejadian ini terjadi berulang kali dan menyebabkan anemia hemolitik hipokromik mikrositik atau normokromik mikrositik. 9 Meskipun malaria merupakan infeksi pada eritrosit, patofisiologi utama dalam perkembangan malaria berat adalah interaksi antara sel terinfeksi dan endotelium mikrovaskular. 15 Aktivasi sel endotel vaksular dianggap sebagai suatu ciri infeksi malaria yang umum terjadi dan memainkan peranan penting dalam patogenesis malaria dengan meningkatkan sekuestrasi dari eritrosit terinfeksi parasit ke pembuluh darah perifer. Trombosit dan produk aktivasinya terlibat dalam sekuestrasi dari eritrosit terinfeksi pada endotel kapiler dan venula, yang merupakan kunci dari proses patologis malaria berat. 15 Beberapa studi mengaitkan derajat trombositopenia dengan tingkat keparahan malaria. 6 Terdapat beberapa mekanisme yang dipostulasikan sebagai penyebab terjadinya trombositopenia, diantaranya destruksi dimediasi imun, abnormalitas pada struktur trombosit yang diinvasi parasit, apoptosis platelet, DIC (Disseminated Intravascular Coagulation), sekuestrasi pada limpa (splenomegali), gangguan koagulasi, dan stress oksidatif. 4,16,17 Plasmodium falciparum dapat memodifikasi permukaan eritrosit sehingga terdapat tonjolan-tonjolan, yang disebut knob, sehingga eritrosit terinfeksi parasit akan bersifat mudah melekat, terutama pada eritrosit sekitarnya yang tidak terinfeksi, trombosit dan endotel kapiler. 4 Hal tersebut akan menyebabkan pembentukan roset dan gumpalan dalam pembuluh darah yang dapat memperlambat mikrosirkulasi. Akibatnya secara klinis dapat terjadi gangguan fungsi ginjal, otak dan syok. 5 Terdapat beberapa reseptor yang dapat berikatan pada protein PfEMP (Plasmodium falciparum Erythrocyte Membrane Protein) yang terdapat pada knob ertitrosit terinfeksi parasit. Salah satunya adalah reseptor CD36 yang terdapat pada trombosit dan endotel pembuluh darah. Penggumpalan dari eri- 222

trosit terinfeksi parasit, yang berhubungan dengan keparahan penyakit, terutama dimediasi oleh reseptor CD36 yang diekspresikan oleh trombosit. 12 Penempelan dan agregasi trombosit dapat menyebabkan kegagalan perfusi organ dan hipoksia jaringan. 16 Aktivasi platelet pada malaria falciparum diilustrasikan pada gambar 2. Gambar 2. Aktivasi platelet pada malaria falciparum 18 Limpa memainkan peranan penting dalam respon imun terhadap parasit malaria. Terdapat studi yang menyebutkan terjadi sekuestrasi trombosit dalam limpa selama infeksi akut. 4 Limpa secara normal menyimpan sepertiga trombosit yang dihasilkan, tetapi pada keadaan splenomegali, sumber ini dapat meningkat hingga 80%, dan mengurangi jumlah trombosit yang beredar pada sirkulasi. 19 Pada malaria, IgG yang berhubungan dengan trombosit (plateletassociated IgG, PAIgG) meningkat dan berhubungan dengan trombositopenia. Peningkatan PAIgG juga dapat diartikan sebagai aktivasi platelet. Antibodi antiplatelet tersebut dapat mengaktivasi membran trombosit, menyebabkan pembuangan trombosit oleh sistem retikuloendotelial (RE), terutama pada limpa. 15 Antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit juga menyebabkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatnya penghancuran trombosit oleh makrofag. 19 Makrofag diduga berperan dalam destruksi trombosit, dimana peningkatan macrophage-colony stimulating factor (M-CSF) berhubungan dengan trombositopenia. Trombosit difagosit oleh makrofag teraktivasi pada hati dan limpa. Malaria berat berhubungan dengan kadar M-CSF plasma yang lebih tinggi dari normal. Kadar M-CSF plasma yang meningkat pada malaria, meningkatkan aktivitas makrofag dapat memediasi destruksi trombosit. 17 Masa hidup trombosit pada infeksi malaria berkurang akibat dari ikatan antigen malaria pada trombosit yang diikuti fagositosis yang dimediasi antibodi, atau aktivasi trombosit in vivo. Masa hidup trombosit berkurang menjadi 2-3 hari (normalnya 7-10 hari). 7 Infeksi malaria menginduksi pengeluaran radikal hydroxyl (OH) dari hepar yang mana bertanggung jawab dalam induksi stress oksidatif dan apoptosis. Parasit malaria sendiri dapat mengeluarkan sejumlah besar H2O2 dan O2. 20 Stress oksidatif, melalui lipid peroxidation, menyebabkan kematian trombosit prematur, dan menimbulkan trombositopenia. 15 Membran trombosit kurang tahan terhadap stress oksidatif, diperkirakan peningkatan stress oksidatif dapat meningkatkan lisis trombosit. 20 Penempelan dan agregasi trombosit pada malaria berhubungan dengan peningkatan kadar faktor von Willebrand (vwf) dan defisiensi ADAMTS13. Pada saat terjadi jejas, endotel vaskular menghasilkan vwf, yang akan mengaktivasi sistem koagulasi dan mening- 223

katkan penggunaan trombosit. Selain itu, vwf yang berada di sirkulasi menjadi hipereaktif, yang dikenal sebagai konformasi aktif dari domain vwf A1 yang dapat mengikat trombosit secara spontan. ADAMTS13 merupakan metalloprotease yang bertanggung jawab untuk proteolisis dari multimer ultralarge and prothromnogenic vwf (UL-vWF). Pada pasien malaria, terjadi penurunan aktivitas ADAMTS 13 yang mengakibatkan peredaran UL-vWF, yang selanjutnya akan berikatan dengan trombosit, dan mengakibatkan trombositopenia di perifer. 21 Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falciparum memiliki kemampuan untuk menstimulasi sel endotel secara langsung. Hemolisis eritrosit pada infeksi malaria menghasilkan faktor proagregasi seperti adenosine diphosphate (ADP), yang dapat menimbulkan respon aktivasi dan agregasi trombosit. 15 Abnormalitas pada struktur dan fungsi trombosit digambarkan sebagai konsekuensi infeksi malaria. Sebagian besar pasien dengan malaria berat memiliki gambaran darah tepi trombositopenia, namun tranfusi konsentrat trombosit hanya diindikasikan pada pasien dengan perdarahan sistemik. 20 Berkurangnya peredaran trombosit di sirkulasi pada malaria juga diasumsikan akibat mekanisme dimediasi antibodi. Terjadi peningkatan antibodi antiplatelet IgG pada penderita malaria (baik malaria falciparum maupun vivax) yang mengaktivasi membran trombosit, yang menyebabkan pembuangan trombosit oleh sistem retikuloendotelial, khususnya pada limpa. Dalam limpa, trombosit diduga difagosit oleh makrofag teraktivasi. 15 Penatalaksanaan Pemberian tranfusi trombosit pada penderita malaria tidak diperlukan karena kadar trombosit dapat meningkat seiring dengan pemberian terapi antimalaria. Penelitian di Kamerun terhadap perubahan hematologis yang terjadi setelah pengobatan menunjukkan peningkatan kadar trombosit yang signifikan setelah terapi kombinasi amodiakuin artesunat, dibandingkan sebelum terapi (p < 0,001). 22 SIMPULAN Penurunan jumlah trombosit berkaitan dengan berbagai penyebab diantaranya lisis dimediasi imun, sekuestrasi pada limpa, gangguan pada sumsum tulang dan fagositosis oleh makrofag. Infeksi malaria menyebabkan abnormalitas pada struktur dan fungsi trombosit. Kejadian trombositopenia dapat dijadikan petunjuk penting malaria akut. Namun, pemberian tranfusi trombosit pada penderita malaria tidak diperlukan karena kadar trombosit dapat meningkat seiring dengan pemberian terapi antimalaria. DAFTAR RUJUKAN 1. Harijanto., Malaria. Di dalam: Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed ke-4. Jakarta: Interna Publisher; 2009. 2. Sandjaja, B. Protozoologi Kedokteran. Jakarta: Prestasi Pustaka; 2007. 3. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan 224

Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar; 2010. 5. Sutanto I. Pribadi W. Parasit Malaria. Di dalam: Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Ed ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009 6. Leowattana, W, Tungpukdee N, Thar SK, Nakarisi S, Srivilairit S, Kano S, et al. Changes in Platelet Count in Uncomplicated and Severe Falciparum Malaria, Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2010;41(5):1035-1041. 7. George I, Ewelike-Ezeani C. Haematological Changes in Children With Malaria Infection in Nigeria. JMMS. 2011;2(4):768-771. 8. Soedarto. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto; 2011 9. Dinas Kesehatan Kalimantan Barat. Profil Kesehatan Kalimantan Barat 2010. Pontianak; 2010. 10. Harijanto P. Tatalaksana Malaria untuk Indonesia. Di dalam: Sekretaris Jendral Kemkes RI, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2011;1(1):23-28. 11. Natadisastra D, Agoes R. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC; 2009 12. World Health Organization (WHO). Guidelines for the Treatment of Malaria. 2 nd ed. Jeneva: WHO; 2010 13. Mackintosh C, Beeson J, Marsh K. Clinical Features and Pathogenesis of Severe Malaria. TRENDS in Parasitology. 2004;20(12):597-603. 14. Bashawri LAM, Mandil AA, Bahnassy AA, Ahmed AM. Malaria: Hematological aspect. Annals of Saudi Medicine. 2002;22:372-377. 15. Abdalla S, Pasvol G. Malaria : A Hematological Perspective. London: Imperial College Press; 2004. 16. de Mast Q, Groot E, Lenting PJ, de Groot PG, McCall M, Saurerwein RW et al. Thrombocytopenia and Release of Activated von Willebrand Factor during Early Plasmodium Falciparum Malaria. JID. 2007;196(15):622-628. 17. Bhandary N, Vikram GS, Shetty H. Thrombocytopenia in Malaria: A Clinical Study. Biomedical Research. 2011;22(4):489-491. 18. Greenbaum D, FitzGerald G. Platelets, Pyrexia, and Plasmodia. NEJM. 2009;361(5):526-528. 19. Price S, Wilson L. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed 6. Jakarta: EGC; 2006. 20. Araujo CF, Lacerda MV, Abdalla DS, Lima ES. The Role of Platelet and Plasma Markers of Antioxidant Status and Oxidative Stress in Thrombocytopenia Among Patients with Vivax Malaria. Mem Ist Oswaldo Cruz. 2008;103(6):517-521. 21. Mast Q. Hematological Alterations In Malaria. Oisterwijk: Boxpress BV; 2011. 22. Ngole SIU, Theresa N, Moses S, Thomas N, Manka NE, Titanji VPK. Haematological changes and recovery associated with treated and untreated Plasmodium falciparum infection in children in the Mount Cameroon Region. Journal of Clinical Medicine and Research. 2010; 2(9):143-151. 225