ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

Tata Udara, Penerangan dan Bising dalam Pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

IV-138 DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

KEDARURATAN LINGKUNGAN

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehat anda untuk jangka panjang (kecuali dalam kondisi tertentu ketika tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan.menurut Sarwono (2005) lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang

BAB II TINJAUAN TEORI

Dasar Manajemen Lingkungan

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES DENGAN MEMPERHATIKAN LINGKUNGAN DAN KETELITIAN KERJA OPERATOR

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEJARAH & PERKEMBANGAN

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

SKRIPSI SYLVIA ANJANI NIM. D

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT TERPAPAR PANAS ANTARA TENAGA KERJA BAGIAN OVEN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

ABSTRACT. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every minutes after drink mineral water.

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MUSIK TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA BATIK TULIS DAN CAP DI BATIK PUTRA LAWEYAN

ABSTRACT. Keyword: subjective complaints, heat stress, fish curing, WBGT

HUBUNGAN STRES DAN BIOKIMIA NUTRISI PADA TERNAK OLEH : NOVI MAYASARI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAD PADJADJARAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR

PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP 51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sedang berjalan saat ini di Indonesia. Pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI PEMBUATAN BATU BATAA DS. SUKOREJO SRAGEN SKRIPSI

STUDI LITERATUR TENTANG LINGKUNGAN KERJA FISIK PERKANTORAN

LAPORAN KHUSUS. Oleh : DYAH LISTIA NINGRUM NIM R

Transkripsi:

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA Indah Pratiwi* Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos I Pabelan, Surakarta. * Email: Indah.Pratiwi@ums.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi lingkungan kerja fisik dan gangguan kesehatan yang dirasakan pekerja pembuat gerabah di Kasongan Bantul Jogjakarta. Lingkungan kerja fisik apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan potensi bahaya fisik, meliputi: kebisingan (noise), radiasi, pencahayaan, getaran, tekanan panas. Pembuatan gerabah dilakukan didalam maupun di luar ruangan, melalui 5tahapan aktivitas, yaitu: proses penggilingan, proses pembentukan, proses pembakaran, proses pengecatan, dan proses pengepakan. Pada penelitian ini, metode yang dilakukan adalah menyebarkan kuisioner lingkungan kerja fisik dan gangguan kesehatan pekerja kepada 170 responden pada ke-5 aktivitas diatas. Pada lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan pekerja secara langsung dan sembilan item pertanyaan untuk gangguan kesehatan. Hasil pengolahan data yang diperoleh adalah : 52,35% menyatakan kondisi tempat kerja (didalam/diluar ruangan) terlalu berdebu, 47,65% responden menyatakan terlalu panas, sedangkan hanya 5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin. Pada gangguan kesehatan yang dirasakan pekerja, adalah 57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah yang lebih cepat dan mulut terasa kering (dehidrasi) dan 44,71% responden menyatakan sering menyatakan pegal di daerah mata sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan mengalami dada sesak atau sakit (chest tightness/pain). Kata kunci: lingkungan kerja, gangguan kesehatan, industri gerabah 1. PENDAHULUAN Penyerapan tenaga kerja, peran UMKM di Indonesia pada tahun 2011 tercatat sebesar 101.722.458 orang atau 97,24 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, meningkat 2,33 persen atau 2.320.683 orang dari tahun 2010. Untuk sektor ekonomi tahun 2011 penyerapan tenaga kerja terbesar adalah sektor Industri Pengolahan pada usaha kecil yaitu sebanyak 1.163.195 orang atau 29,65 persen, sedangkan pada usaha menengah sebanyak 1.231.298 orang atau 43,28 persen (Kementrian Koperasi & UMKM, 2012). Industri gerabah, yang sering disebut dengan tembikar atau keramik, merupakan salah satu jenis usaha yang menjadi komoditi unggulan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Menggunakan teknologi yang sederhana dan dikerjakan dengan tangan, kemudian dikeringkan, dibakar dengan tungku tradisional ternyata mampu mendatangkan keuntungan yang besar. Bagi Daerah Istimewa Yogyakarta, keberadaan industri gerabah di Kasongan telah menjadikan salah satu ciri khas wilayah ini yang dikenal tidak saja karena mutu yang tinggi, desain yang variatif dan kualitas yang bagus, tetapi juga dari nilai ekspornya yang tinggi. Jumlah UMKM industri pengolahan pembuatan gerabah di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di sentra Kasongan berjumlah 582 unit dari 1.410 unit jumlah UMKM dengan total penyerapan tenaga kerja sekitar 2.500 orang. Proses pembuatan gerabah mengalami 5 tahapan, yaitu : (1) proses pencampuran yaitu penggilingan bahan baku, (2) proses pembentukan menggunakan 3 cara, yaitu teknik putar, teknik cetak, teknik pin spilin, (3) proses pembakaran, (4) proses finishing melalui pewarnaan/pengecatan, (5) proses pengepakan. Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (homoeotermis) oleh suatu sistem pengatur tubuh (thermoregulatory system). Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi, menilai dan mengevaluasi lingkungan kerja fisik I-65

Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.) 2) Mengetahui gangguan kesehatan yang dirasakan pekerja 2. TEORI Menurut Pulat, 1992 dalam Tarwaka, dkk (2004:35), bahwa reaksi fisiologis tubuh (heat strain) karena peningkatan temperature udara diluar comfort zone sebagai berikut: a. Gangguan perilaku dan performansi kerja, ditandai dengan terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian, kurang produktif. b. Dehidrasi, kondisi akibat tubuh kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan pergantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. c. Heat Ras, keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat yang berlebihan akibat kondisi kulit yang terus basah. d. Heat Cramp, merupakan kondisi kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium. e. Heat Syncope atau Faintin, keadaan yang disebabkan karena aliran darah keotak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawa kepermukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi. f. Heat Exhaustion, keadaan yang terjadi akibat tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan kehilangan garam. Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan dan membandingkan dengan standar yang diperbolehkan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar (Tarwaka, dkk, 2004:37). Secara ringkas teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas di tempat kerja dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi 2) Mengurangi beban panas radian dengan cara: a) Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas. b) Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas c) Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan panas. 3) Mengurangi temperatur dan kelembaban melalui ventilasi pengeceran (dilution ventilation) atau pendinginan secara mekanis (mechanical cooling) 4) Meningkatkan pergerakan udara 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan dengan cara: a) Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari b) Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan c) Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai ISBB 2.1 PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA PANAS Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan dan membandingkan dengan standar yang diperbolehkan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar (Tarwaka, dkk., 2004:37). 3. HASIL PENELITIAN Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan riil tempat kerja dan membandingkan dengan standar dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan kondisi lingkungan kerja tersebut. Penilaian iklim kerja dilakukan dengan melakukan pengukuran pada tempat kerja dengan menggunakan Quesstemp baik didalam ruangan maupun diluar ruangan mencakup beberapa titik I-66

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X pengukuran Penilaian iklim kerja ini meliputi ISBB (Indek Suhu Basah dan Bola), Suhu Bola, Suhu Basah dan Suhu Kering, seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 : Hasil Pengukuran Iklim kerja No Area WBGTB GGlobe Temp Dry Bulb Wet Bulb T Standar WBGT Waktu Kerja (jam/hari) 1 R. Produksi 1 28.2 31.57 30.15 27.04 Sedang 7 2 R. Produksi 2 28.43 30.99 30.04 26.54 Sedang 7 3 R. Produksi 3 28 30.92 30.53 26.68 Sedang 7 4 R. Prod. Luar 28.26 31.79 31.32 26.66 Sedang 7 5 Pembakaran 25.47 29.37 29.23 24.33 Berat 7 Keterangan: R1 : Ruang Produksi 1 R2 : Ruang Produksi 2 R3 : Ruang Produksi 3 WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) adalah tingkat ISBB Globe Temperature adalah tingkat panas radiasi Dry Bulb adalah tingkat suhu kering alami Wet Bulb adalah tingkat suhu basah alami Dari Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa ISBB (Indek Suhu Basah dan Bola) pada ruang produksi 1, 2, 3 dan ruang produksi luar tergolong dalam kategori beban kerja yang sedang dengan 75 % kerja dan 25 % istirahat (7 jam/hari dengan istirahat 1 jam). Sedangkan pada pekerja bagian pembakaran termasuk dalam kategori beban kerja yang berat karena tidak sesuai dengan waktu kerja dan waktu istirajat dengan tingkat ISBB tersebut, dengan demikian perlu dilakukan pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang tepat menginggat beban pekerjaan yang tinggi (berat). Tabel 2 : Lingkungan Kerja Fisik No Kondisi Lingkungan Kerja Ya (%) Tidak(%) 1 Terlalu Kering 34,71 65,29 2 Terlalu Lembab 11,18 88,82 3 Terlalu Panas 47,65 52,35 4 Terlalu Dingin 5,29 94,71 5 Terlalu Berasap 37,06 62,94 6 Terlalu Berdebu 52,35 47,65 7 Sirkulasi Udara Tidak Bagus 25,29 74,71 8 Terdapat Bau Tidak Sedap 27,65 72,35 9 Terlalu Sempit 31,18 68,82 10 Penerangan Kurang Jelas 10,59 89,41 Pada lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan pekerja secara langsung lihat tabel 2. Hasil pengolahan data yang diperoleh adalah : 52,35% menyatakan kondisi tempat kerja (didalam/diluar ruangan) terlalu berdebu dikarenakan mereka I-67

Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.) bekerja menggunakan tanah liat dan sistem ventilasi tidak ada, 47,65% responden menyatakan terlalu panas karena sistem penghawaan di dalam ruangan tidak ergonomis. Sedangkan hanya 5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin. Untuk pie diagram pada gambar 1. Gambar 1: Lingkungan Kerja Fisik Pada gangguan kesehatan terdapat sembilan item pertanyaan untuk gangguan kesehatan pada tabel 3, yang dirasakan pekerja, adalah 57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah yang lebih cepat dan mulut terasa kering (dehidrasi) dikarenakan ruangan produksi yang terlalu berdebu dan panas dan 44,71% responden menyatakan sering menyatakan pegal di daerah mata karena kondisi yang berdebu sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan mengalami dada sesak atau sakit (chest tightness/pain). Tabel 3 : Gangguan Kesehatan No Gangguan Kesehatan Ya (%) Tidak (%) 1 Sulit bernafas/gangguan pernafasan (Breathing Difficulties) 28,24 71,76 2 Tenggorokan sakit dan kering (Dry/sore throat) 28,24 71,76 3 Dada sesak/sakit (Chest tighteness/pain) 20,59 79,41 4 Iritasi mata/mata merah dan pedih (Eye irritation) 31,76 68,24 5 Pusing disekitar daerah mata (Headache) 28,24 71,76 6 Pegal daerah mata 44,71 55,29 7 Kulit terasa kering (Dry Skin) 40 60,00 8 Biang keringat/gatal pada kulit (Heat Rash) 36,47 63,53 9 Cepat lelah dan mulut terasa kering (Dehidrasi) 57,65 42,35 I-68

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X Gambar 2 : Gangguan Kesehatan Kondisi lingkungan tempat kerja sangat berpengaruh terhadap suasana kerja, kesehatan serta keselamatan bagi pekerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Evaluasi lingkungan kerja dapat dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan kerja. Berikut hasil pengkuran kondisi lingkungan kerja di UMKM Gerabah Jogjakarta. Pengaruh pemamparan iklim kerja yang melebihi batas standar akan menyebabkan ketidak nyamanan pekerja dan gangguan kesehatan yang meliputi: a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti kelelahan, sering melakukan istirahat curian dan lain-lain. b. Dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan pergantian cairan tubuh yang tidak cukup. c. Meningkatnya denyut jantung, temperatur kulit dan suhu inti tubuh serta gejala vasodilatasi (pengembangan pembuluh darah). 4. KESIMPULAN Lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan pekerja secara langsung, hasil pengolahan data yang diperoleh adalah : 52,35% menyatakan kondisi tempat kerja (didalam/diluar ruangan) terlalu berdebu, 47,65% responden menyatakan terlalu panas, sedangkan hanya 5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin. Gangguan kesehatan terdapat sembilan item pertanyaan yang dirasakan pekerja, adalah 57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah yang lebih cepat dan mulut terasa kering (dehidrasi) dan 44,71% responden menyatakan sering menyatakan pegal di daerah mata sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan mengalami dada sesak atau sakit (chest tightness/pain). I-69

Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.) REFERENSI Kementrian Koperasi & UMKM, 2012, Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012 Pratiwi, 2009, Pengembangan Metode dan Peralatan Kerja Industri Mebel Kayu Mangga dengan Pendekatan Ergonomi pada Pengrajin Mebel di Gatak Sukoharjo, Seminar Nasional Teknik Industri Universitas Hasanudin, Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas I-70