SKRIPSI SYLVIA ANJANI NIM. D

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI SYLVIA ANJANI NIM. D"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA YANG TERPAJAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) DI PENGASAPAN IKAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KELURAHAN KETAPANG KECAMATAN KENDAL SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Industri (K3LI) SYLVIA ANJANI NIM. D PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 213 i

2 ii

3 213 Hak Cipta Skripsi Ada Pada Penulis iii

4 iv

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayahnya Bapak dan Ibu ku tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan doa dan restu serta kasih sayang dan segala pengorbanannya Kedua kakakku yang selalu memberikan semangat Sahabat-sahabat ku yang selalu menemaniku Seluruh dosen pembimbing v

6 RIWAYAT HIDUP Nama : Sylvia Anjani Tempat, tanggal lahir : Kendal, 22 Januari 1991 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Jln. Pemuda No. 2 Kendal Riwayat Pendidikan : 1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal, tahun SD Negeri Pegulon 2 Kendal, tahun SMP Negeri 2 Kendal, tahun SMA Negeri 1 Cepiring Kendal, tahun Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun Credit Transfer Students di Universitas Diponegoro Semarang, Februari- Juli Student Mobility di Burapha University Thailand, November 212-Maret 213 vi

7 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan Judul Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Subyektif Pada Pekerja Yang Terpajan Tekanan Panas (Heat Stress) Di Pengasapan Ikan Industri Rumah Tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini, banyak memperoleh bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada : 1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, sebagai Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Suharyo, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Eni Mahawati, SKM, M.Kes selaku pembimbing Eko Hartini, ST, M.Kes selaku dosen wali dan pembimbing Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberi ilmunya untuk kami. 7. Seluruh pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian saya. vii

8 8. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Nur Hidayat dan Ibu Herni Prihatin yang selalu memberikan doa dan dukungannya dalam segala hal. 9. Kedua kakaku tercinta, Hernieka Nur Etikawati dan Putri Pratiwi, SE, MM yang telah memberikan doa dan semangatnya. 1. Lukman Adi Setiawan, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doanya. 11. Teman-teman terbaikku Riyan Perwitaningsih, S.KM, Fuji Anisa, S.KM, Dewi Istiharini, Tika Fahmi, Desyan Tonga, Sobib, Mahda, Hanif, Andi dan teman-teman F. Kes Udinus 29 semuanya. 12. Teman-teman seperjuanganku di Undip dan di Burapha University Thailand Riana Yulfarida, Dian Puspita dan Rahmita. 13. Singgih, S.KM, petugas Hiperkes yang telah membantu menggambil pengukuran iklim kerja di lokasi penelitian. 14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis memohon kehadirat Allah SWT, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi di Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Semarang, 4 Oktober 213 Penulis viii

9 SYLVIA ANJANI PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 213 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA YANG TERPAJAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) DI PENGASAPAN IKAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KELURAHAN KETAPANG KECAMATAN KENDAL xvi + 7 halaman + 22 tabel + 4 gambar + 8 lampiran Tekanan panas merupakan kombinasi dari suhu udara, kelembaban, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi yang dihubungkan dengan proses produksi panas tubuh. Berdasarkan survei awal pada pekerja yang terpajan tekanan panas mengeluhkan kelelahan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. Penelitian ini menggunakan metode survei dan pengukuran tekanan panas dengan pendekatan Cross Sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan Questemp. Data primer dan sekunder diolah dan dianalisis menggunakan metode Pearson Correlation dan Rank Spearman. Sampel dan populasi yang digunakan yaitu sebanyak 6 rumah industri pengasapan ikan dan 28 pekerja di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. Hasil penelitian menunjukkan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) di pengasapan ikan melebihi nilai ambang batas yaitu 29.7 o C dengan kategori beban kerja sedang dengan waktu kerja 75%-1%. Menurut hasil analisis uji statistik tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas ( -value.111). Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas ( -value.353). Tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas ( -value.549). Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas ( -value.559). Ada hubungan antara aklimatisasi dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas ( -value.18). Pemilik industri rumah tangga pengasapan ikan sebaiknya lebih memperhatikan kesehatan pekerjanya seperti menyediakan baju kerja yang ringan dan cepat menyerap keringat serta menyediakan air minum yang mudah dijangkau oleh pekerjanya. Kata kunci : keluhan subyektif, tekanan panas, pengasapan ikan, ISBB Kepustakaan : 29 buah, ix

10 UNDERGRADUATE OF PUBLIC HEALTH HEALTH FACULTY DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY SEMARANG 213 ABSTRACT SYLVIA ANJANI FACTORS RELATED TO THE SUBJECTIVE COMPLAINTS IN WORKERS EXPOSED PRESSURE HEAT STRESS IN FISH CURING HOME INDUSTRY KETAPANG VILLAGE KENDAL DISTRICT xvi + 7 pages + 22 table + 4 pictures + 8 attachment Heat stress is a combination of air temperature, humidity, air velocity and temperature of the radiation which is connected with the body's heat production. Based on first survey on worker exposed pressure heat complained of fatigue. The purpose of this study to analyze the factors relationship with subjective complaints in workers exposed to heat stress in fish curing home industry Ketapang village Kendal District. This study uses survey and measurement of heat stress with the Cross- Sectional approach. Research instruments used quesionaire and questemp. Primary and secondary data were processed and analyzed using Pearson Correlation and Spearman Rank. Sample and population used as many as 6 houses and 28 workers in fish curing home industries Ketapang Village Kendal District. The results showed in fish curing Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) exceeds a threshold value that is 29.7 o C with medium workload category with a time of 75% -1% working. According to the results of statistical analysis there is no relationship between heat stress with subjective complaints in workers exposed to heat stress ( -value.111). There is no relationship between the sexes with subjective complaints in workers exposed to heat stress ( -value.353). There is no relationship between age and subjective complaints in workers exposed to heat stress ( -value.549). There is no relationship between working period with subjective complaints in workers exposed to heat stress ( value.559). There is a relationship between acclimatization with subjective complaints in workers exposed to heat stress ( -value.18). Owners of home industry should be more attention to fish curing health workers such as provide work clothes that are light and quick to absorb sweat and provide drinking water that is easily accessible by workers. Keywords Literature : subjective complaints, heat stress, fish curing, WBGT : 29 items, x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN HAK CIPTA... ii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi PRAKATA... vii ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 E. Keaslian Penelitian... 5 F. Lingkup Penelitian... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kondisi Lingkungan Kerja Pengasapan Ikan Tekanan Panas xi

12 4. Dampak Tekanan Panas Respon Tubuh Terhadap Tekanan Panas Pengukuran Tekanan Panas Parameter Tekanan Panas Keadaan Akibat Gangguan Pajanan Tekanan Panas Pengendalian Tekanan Panas di Tempat Kerja B. Kerangka Teori BAB III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep B. Hipotesis C. Jenis Penelitian D. Variabel Penelitian E. Definisi Penelitian... 3 F. Populasi dan Sampel G. Pengumpulan Data H. Pengolahan Data I. Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian B. Pola Kerja dan Alur Proses Pengasapan Ikan... 4 C. Gambaran Lokasi D. Analisis Univariat E. Analisis Bivariat xii

13 BAB V. PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian B. Pengukuran Tekanan Panas C. Uji Hubungan Tekanan Panas dengan Keluhan Subyektif... 6 D. Uji Hubungan Jenis Kelamin dengan Keluhan Subyektif E. Uji Hubungan Umur dengan Keluhan Subyektif F. Uji Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Subyektif G. Uji Hubungan Aklimatisasi dengan Keluhan Subyektif BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Keaslian Penelitian Nilai Ambang Batas Iklim Kerja ISBB Kriteria Beban Kerja Variabel, Definisi Operasional, Skala Hasil Uji Normalitas Data Uji Statistik Hipotesis Penelitian Hasil Pengukuran Iklim Kerja Distribusi Frekuensi Tekanan Panas Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Distribusi Frekuensi Umur Distribusi Frekuensi Masa Kerja Distribusi Frekuensi Pengaruh Lingkungan Panas Distribusi Frekuensi Keadaan Panas yang Mengganggu Distribusi Frekuensi Cara Mengatasi Panas Distribusi Frekuensi Keluhan Subyektif Distribusi Frekuensi Keluhan Subyektif Dari Tiap Lokasi Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Keluhan Subyektif Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Keluhan Subyektif Hubungan Antara Umur Dengan Keluhan Subyektif Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Keluhan Subyektif Aklimatisasi Hubungan Antara Aklimatisasi Dengan Keluhan Subyektif 52 xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kerangka Teori Kerangka Konsep Peta Daerah Penelitian Diagram Alur Proses Pengasapan Ikan 4 xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Persetujuan Menjadi Responden 2. Kuesioner Penelitian 3. Surat Permohonan Ijin Penelitian Kesbanglinmas Kabupaten Kendal 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian Bappeda Kabupaten Kendal 5. Lembar Hasil Pengukuran Iklim Kerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal 6. Data Responden Penelitian 7. Hasil Analisa Data 8. Dokumentasi Penelitian xvi

17 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini memberikan berbagai dampak positif, yaitu terbukanya lapangan kerja dan meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Namun dampak negatif juga tidak dapat dielakkan, salah satunya adalah risiko terhadap penyakit akibat kerja yang timbul dari proses pengolahan atau industri. 1 Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat bekerja pada kondisi yang tidak nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Menurut data International Labor Organitation (ILO) yang diterbitkan dalam peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sedunia pada 28 April 21, tercatat setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sekitar 27 juta kasus kecelakaan kerja dan terjadi sekitar 16 juta orang menderita penyakit akibat kerja pertahun di seluruh dunia. 2 Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan. 3 Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 213, observasi dan wawancara dengan pemilik usaha pengasapan ikan di industri rumah tangga Ketapang kota Kendal, 1

18 2 menyebutkan bahwa pekerja pengasapan ikan tersebut terdiri dari pria dan wanita. Usaha pengasapan ikan tersebut dilakukan secara turun temurun sehingga dapat dikatakan merupakan suatu keahlian. Proses produksi berlangsung selama ± 4 jam yaitu mulai dari pukul WIB tanpa istirahat. Proses pengasapan ikan tersebut masih sederhana menggunakan tungku besar berukuran kurang lebih lebar 1 meter, panjang 2 meter dan tingginya 7 meter. Menggunakan bahan bakar tempurung kelapa. Dari hasil pengukuran suhu ruang pada proses pengasapan tersebut dengan menggunakan thermometer ruang menghasilkan panas di lingkungan kerja dengan suhu 4 o C. Dari beberapa pekerja mengeluhkan timbulnya kelelahan kerja. Pengaruh produksi panas apabila tidak seimbang dengan panas yang dikeluarkan tubuh, akan menghasilkan kondisi kerja yang tidak nyaman. 3 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sukmal Fahri dan Eko Pasha (21), kebisingan dan tekanan panas dengan perasaan kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian Drilling Pertamina EP Jambi menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tekanan panas dengan perasaan kelelahan kerja di Bagian Driling UBEP Kenali Asam Jambi. 3 Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Firy Triyanti (27), menyebutkan bahwa suhu yang tinggi dapat menurunkan jumlah produksi urin, sehingga kepekatan urin akan meningkat (hipersaturasi urin) yang merupakan faktor resiko terjadinya batu di saluran kemih. 4 Memperhatikan besarnya potensi penyakit akibat kerja yang ditimbulkan oleh kondisi lingkungan kerja di pengasapan ikan yang terpajan tekanan panas (heat stress). Maka perlu adanya pendekatan,

19 3 untuk mengetahui keluhan subyektif yang dialami pekerja sehingga dapat diketahui secara spesifik penyebabnya dan dilakukan pencegahan secara optimal. Berdasarkan latar belakang diatas, perlu diteliti tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) pengasapan ikan di industri rumah tangga pengasapan ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal, sehingga diharapkan hasilnya nanti dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan produktifitas pekerja. B. Perumusan Masalah Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.

20 4 2. Tujuan Khusus a. Mengukur tekanan panas (heat stress) didalam ruang kerja pengasapan ikan di industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. b. Mendeskripsikan umur, jenis kelamin, masa kerja dan aklimatisasi pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. c. Mendeskripsikan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. d. Menganalisis faktor tekanan panas, umur, jenis kelamin, masa kerja dan aklimatisasi dengan keluhan subyektif pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) yang dialami pekerja di lingkungan kerja pengasapan ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. D. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Sebagai bahan untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai keluhan subyektif pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di industri rumah tangga pengasapan ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.

21 5 b. Bagi Akademik Sebagai bahan referensi di perpustakaan dan sebagai tolok ukur dalam menyerap pengetahuan di bidang kesehatan untuk meningkatkan mutu pendidikan. c. Bagi pemilik usaha Sebagai langkah antisipasi terhadap gangguan kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Judul Peneliti Variabel Hasil Penelitian 1. Hikmah Ridha Siregar Upaya Pengendalian Efek Fisiologis Akibat Heat Stress Pada Pekerja Industri Kerupuk Tiga Bintang Kecamatan Binjai Utara Tahun 28 a. Tekanan Panas b. Pengaturan waktu istirahat c. Pemberian jus jambu biji Hasil penelitian menunjukan bahwa besar tekanan panas rata-rata pada bagian penggorengan industri kerupuk Tiga Bintang yaitu 32,9 o C, keluhan subyektif yang dirasakan pekerja yaitu kelelahan 5%, pusing 27,8%, dan kaku/kram otot 11,1%, pengaturan waktu istirahat dan pemberian jus jambu biji berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan temperatur tubuh pekerja bagian penggorengan industri kerupuk Tiga Bintang.

22 6 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Judul Peneliti Variabel Hasil Penelitian 2. Edi Jaswin Hubungan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Tjokro Bersaudara Semarang. a. Tekanan Panas b. Tekanan Darah Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas. Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu adalah pada variabel yang diujikan. Perbedaan penelitian Hikmah Ridha Siregar adalah pada variabel intervensinya yaitu pengaturan waktu istirahat dan pemberian jus jambu biji. Sedangkan perbedaan penelitian Edi Jaswin adalah pada variabel terikatnya yaitu keluhan subyektif. F. Lingkup Penelitian 1. Lingkup Keilmuan Lingkup yang ada dalam penelitian ini termasuk dalam bidang keilmuan Kesehatan Masyarakat. 2. Lingkup Materi Lingkup yang ada dalam penelitian ini termasuk dalam materi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 3. Lingkup Lokasi Penelitian ini berlokasi di pengasapan ikan industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kota Kendal.

23 7 4. Lingkup Metode Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional. 5. Lingkup Sasaran Sasaran dalam penelitian ini pekerja pengasapan ikan di industri rumah tangga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kota Kendal. 6. Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September 213.

24 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kondisi Lingkungan Kerja Gangguan kesehatan dapat terjadi dimana saja, termasuk di lingkungan kerja, yang dialami oleh para pekerja atau tenaga kerja. Namun gangguan ini sebenarnya terjadi akibat ketidakseimbangan antara (1) beban kerja, (2) beban tambahan akibat lingkungan kerja, serta (3) kapasitas kerja. 5 Sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan sebenarnya, suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi, yang berakibat beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja. Terdapat 5 faktor penyebab beban tambahan dimaksud: 6 a. Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara. b. Faktor-faktor kimia yaitu uap, gas, debu, kabut, fume, asap, awan, cairan dan benda padat. c. Faktor biologis, baik dari golongan tumbuhan atau hewan. d. Faktor fisiologis, seperti kontruksi mesin, sikap dan cara kerja. e. Faktor mental-psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan diantara pekerja atau dengan pengusaha, pemilihan kerja dan lain-lain. 8

25 9 Faktor-faktor tersebut dalam jumlah yang cukup dapat mengganggu daya kerja seorang tenaga kerja. Sebagai misal-misal sederhana adalah: a. Penerangan yang kurang cukup intensitasnya adalah sebab kelelahan mata b. Kegaduhan mengganggu daya mengingat, konsentrasi pikiran, dan berakibat kelelahan psikologis. c. Gas-gas dan uap diserap tubuh lewat pernafasan dan mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh dengan akibat penurunan daya kerja. d. Debu yang dihirup ke paru-paru menggurangi penggunaan optimal alat pernafasan untuk mengambil zat asam dari udara. e. Parasit-parasit yang masuk tubuh akibat higene tempat kerja yang buruk menurunkan derajat kesehatan dan juga daya kerjanya. f. Posisi badan yang salah mengurangi hasil kerja, menyebabkan timbulnya kelelahan atau kurangnya fungsi maksimal alat-alat tertentu. g. Hubungan kerja tidak sesuai adalah sebab bekerja secara lamban atau setengah-setengah. 2. Pengasapan Ikan Pengasapan ikan merupakan salah satu cara pengawetan ikan, dengan menggunakan asap sebagai media pengawet. Cara pengawetan ikan dengan proses pengasapan sudah dikenal sejak lama, ikan dapat disimpan lebih lama dan rasanya enak. Pada

26 1 dasarnya, proses pengasapan ikan merupakan gabungan aktivitas: penggaraman, pengeringan dan pengasapan. 7 Di Indonesia, pengawetan ikan secara tradisional masih banyak dilakukan terutama pengasinan, pengeringan, fermentasi serta pengasapan. Hampir 2% dari ikan hasil tangkapan diolah dengan cara pengasapan. 8 a. Prinsip Pengasapan Panas yang dihasilkan dari pembakaran kayu menyebabkan terjadinya proses pengeringan. Suhu yang digunakan untuk pengasapan panas cukup tinggi (7-1 o C selama 3-8 jam) sehingga daging ikan menjadi matang. Selain akibat panas, proses pengeringan terjadi karena adanya proses penarikan air dari jaringan tubuh ikan oleh penyerapan berbagai senyawa kimia yang berasal dari asap. 9 b. Jenis Pengasapan 1) Pengasapan tradisional Pengasapan jenis ini biasanya mengunakan alat yang sederhana, dimana pergerakan dan aliran asap berjalan secara alami dari sumber asap kemudian mengasapi ikan. 2) Pengasapan modern Alat yang digunakan adalah Mechanical Kiln yaitu lemari pengasap dimana sumber pengasapan terpisah dari ruang pengasapan. Pergerakan udara dalam lemari pengasapan dibantu dengan kipas angin sehingga sirkulasi asap mencapai seluruh bagian rak-rak ikan. 1

27 11 c. Proses Pengasapan Proses pengasapan berlangsung sebagai berikut. Penggaraman dilakukan dengan jumlah garam yang bervariasi, tergantung pada tujuan yaitu menggunakan garam sebanyak 1-4% selama 2-6 menit. Pencucian ikan bertujuan mengurangi kadar garam pada kulit dan menghilangkan Kristal-kristal garam pada permukaan daging ikan. Selanjutnya ikan disusun di rak-rak, pengasapan panas kemudian pengepakan. 9 Tetapi proses pengasapan di Ketapang tidak melakukan penggaraman dan pengeringan sehingga prosesnya meliputi pembelahan dan pencucian, pemotongan ikan kemudian ikan ditusuk dengan lidi dengan tujuan mencegah daging ikan hancur, menyusun ikan diatas rak-rak, pengasapan dan penjualan. 3. Tekanan Panas Tekanan panas merupakan kombinasi dari suhu udara, kelembaban, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi yang dihubungkan dengan proses produksi panas tubuh. 11 Tekanan panas didefinisikan sebagai reaksi fisik dan psikologi dari pekerja terhadap temperatur lingkungan yang berada di luar comfort zone temperature. Secara konseptual pekerjaan dapat terlaksana jika temperatur berada dalam comfort zone. Dalam comfort zones temperature adaptasi psikologis sangat mudah dan produktivitas pekerja sangat besar tetapi jika temperatur di luar comfort zone, maka pekerja harus bekerja secara aman agar terhindar dari penyakit akibat kerja, baik terhadap tekanan temperatur

28 12 panas maupun dingin. Diluar comfort zone temperature, produktivitas pekerja mengalami penurunan dan risiko kecelakaan akan bertambah. 12 Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (homeotermis) oleh suatu pengaturan suhu (thermoregulatory system). Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat keseimbangan di antara panas yang dihasilkan dari metabolisme tubuh dan pertukaran panas di antara tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam kondisi demam dan lain-lain. 12 Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi, panas radiasi dan panas penguapan. 12 a. Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan menghilangkan panas dari tubuh apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya, dan akan menambah panas kepada tubuh apabila benda-benda sekitar lebih panas dari tubuh manusia b. Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawa oleh udara sekitar tubuh c. Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih panjang dari sinar matahari d. Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat menguap bila udara diluar badan kering dan terdapat aliran angin

29 13 sehingga terjadi pelepasan panas dipermukaan kulit, maka cepat terjadi penguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun. 4. Dampak Tekanan Panas Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk memelihara keseimbangan panas. Reaksi fisiologis tubuh (heat strain) oleh karena peningkatan temperatur udara di luar comfort zone adalah sebagai berikut: 13 a. Vasodilatasi b. Denyut jantung meningkat c. Temperatur kulit meningkat d. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat dan lainlain Selanjutnya apabila pemaparan terhadap tekanan panas terus berlanjut, maka risiko terjadi gangguan kesehatan juga akan meningkat. Menurut Graham (1992) dan Bernard (1996) dalam Tarwaka (24) reaksi fisiologis akibat pemaparan panas yang berlebihan dapat dimulai dari gangguan fisiologis yang sangat sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat serius. Pemaparan terhadap tekanan panas juga menyebabkan penurunan berat badan. Menurut hasil penelitian Priatna (199) dalam Tarwaka (24) bahwa pekerja yang bekerja selama 8 jam/hari berturut-turut selama 6 minggu, pada ruangan dengan Indeks Suhu Basah Bola (ISBB) antara ,1 o C menyebabkan kehilangan berat badan sebesar 4,23%. 13

30 14 Kesakitan akibat pajanan panas yang berlebihan dapat terlihat dari beberapa indikator dan pajanan panas pada pekerja harus segera dihentikan jika terdapat satu atau lebih indikator berikut : 14 (TLV s, 22) a. Terjadinya peningkatan (dalam beberapa menit) denyut nadi pekerja yang melebihi 18 bpm (beat per minute) dikurangi umur pekerja dibandingkan denyut nadi normal, atau b. Suhu tubuh melebihi 38,5 C (11,3 F) untuk pekerja yang sudah mengalami aklimatisasi dan berbadan sehat, atau di atas 38 C (1,4 F) untuk sembarangan pekerja dan tanpa aklimatisasi, atau c. Pengembalian denyut nadi dalam satu menit setelah melakukan aktifitas lebih besar daripada 11 bpm, atau d. Terdapat beberapa tanda (symptom) seperti fatigue yang parah secara tiba-tiba mual, pusing, atau sakit kepala ringan. Seorang pekerja yang terpajan akan mempunyai risiko yang lebih besar jika : a. Banyak mengeluarkan keringat yang terjadi berjam-jam, atau b. Kehilangan berat badan setelah bekerja melebihi 1,5% dari berat badan normal, atau c. Kadar sodium dalam eksresi urin selama 24 jam kurang dari 5 mmol. Jika pekerja yang terpajan dengan panas mengalami disorientasi atau bingung, cepat marah tanpa alasan yang jelas, rasa tidak enak badan, dan gejala flu, sebaiknya pekerja harus dipindahkan ke tempat istirahat yang suhunya lebih dingin dan tetap

31 15 dimonitor. Jika keringat berhenti dan kulit menjadi panas dan kering, maka sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit Respon Tubuh Terhadap Tekanan Panas Reaksi setiap orang terhadap panas berbeda-beda walaupun terpapar dalam lingkungan panas yang sama. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi fisiologis setiap orang, antara lain sebagai berikut : 15 a. Umur Pada orang berusia lanjut akan lebih sensitif terhadap cuaca panas bila dibandingkan dengan orang yang berusia muda. hal ini disebabkan karena pada orang yang berusia lanjut, kemampuan berkeringat lebih lambat dibandingkan dengan yang berusia muda dan kemampuan tubuh untuk orang berusia lanjut dalam mengembalikan suhu tubuh menjadi normal lebih lambat dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda. 15 b. Jenis Kelamin Pada iklim panas, kemampuan berkeringat pada laki-laki dan perempuan hampir sama. Tetapi kemampuan beraklimatisasi wanita tidak sebaik laki-laki. Wanita lebih tahan terhadap suhu dingin daripada terhadap suhu panas, hal tersebut mungkin disebabkan oleh kapasitas kardiovasa pada wanita relative lebih kecil. 15 c. Masa Kerja Masa kerja berpengaruh terhadap kejadian kristal urin. Ini dapat dimengerti seperti halnya dengan lingkungan kerja yang

32 16 panas, makin lama seseorang bekerja di lingkungan panas, makin mungkin terbentuk kristal urin karena pajanan panas yang diterima semakin banyak. 16 d. Aklimatisasi Aklimatisasi adalah adapatasi fisiologis secara gradual untuk meningkatkan kemampuan individu mentoleransi tekanan panas. Aklimatisasi memerlukan aktifitas fisik pada kondisi tekanan panas yang sama dengan yg telah diantisipasi untuk kerja. Dengan riwayat terakhir dari kondisi-kondisi keterpajanan tekanan panas paling tidak dalam 2 jam berkesinambungan (mis. 5 dari 7 hari hingga 1 dari 14 hari), seorang pekerja dianggap teraklimatisasi agar dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dalam NAB. Berkurangnya aklimatisasi dimulai ketika aktifitas dalam kondisi tekanan panas tersebut dihentikan, dan kekurangan yg tercatat terjadi setelah 4 hari dan akan hilang secara keseluruhan dalam 3-4 minggu. 12 Dalam kegiatan industri, mengenakan pakaian kerja yang lebih dari sekedar pakaian biasa sangat diperlukan untuk melindungi kulit dari tergores atau tersayat, iritasi, atau dari bahanbahan yang berbahaya. Kontak yang rapat atau dekat antara pakaian dan kulit dapat sangat mempengaruhi perpindahan panas. Efek dari pakaian sulit untuk dikaji sejak terjadinya penurunan kehilangan panas melalui evaporasi begitu juga dengan perpindahan panas melalui radiasi dan konveksi. Terjadinya penurunan tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara

33 17 lain ketebalan bahan pakaian, warna, dan apakah pakaian tersebut longgar atau tidak. 14 Secara umum untuk lingkungan kerja yang panas dengan tingkat panas radiasi rendah, sebaiknya cukup menggunakan pakaian yang tipis dan sedikit. Sedangkan untuk lingkungan kerja yang tingkat panas radiasinya tinggi sebaiknya gunakan pakaian yang menutup seluruh tubuh (cover all), namun sebaiknya dipilih yang longgar dan terbuat dari bahan yang ringan Pengukuran Tekanan Panas Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas di tempat kerja menyebabkan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur suhu inti tubuh pekerja yang bersangkutan. Normal suhu inti tubuh adalah 37 o C, mungkin mudah dilampaui dengan akumulasi panas dari konveksi, konduksi, radiasi dan panas metabolisme. Apabila rerata suhu inti tubuh pekerja >38 o C, diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harus dilakukan pengukuran suhu lingkungan kerja. Salah satu parameter pengukuran suhu lingkungan panas adalah dengan menilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang terdiri dari parameter suhu udara kering, suhu udara basah dan suhu panas radiasi, selain itu pengukuran juga dapat dilakukan dengan thermometer ruang Parameter Tekanan Panas Lingkungan kerja yang panas diukur dengan beberapa pengukuran seperti suhu kering, suhu basah, suhu bola, kecepatan

34 18 angin dan kelembaban udara. Gabungan dari pengukuran suhu basah, suhu kering, suhu bola, kelembaban udara dan kecepatan angin disebut iklim kerja. 18 Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 5 berbunyi: iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola. Definisi yang terdapat dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja KepMen/Kep-51.Men/1999 (Pasal 1) adalah sebagai berikut : 19 a. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. b. Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 4 jam seminggu. c. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola.

35 19 d. Suhu udara kering : suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu kering. e. Suhu Basah Alami : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah alami. f. Suhu Bola : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola. Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan Pengaturan waktu ISBB ( o C) kerja setiap jam Beban Kerja Waktu kerja Waktu Ringan Sedang Berat Istirahat Bekerja terus menerus - 3, 26,7 25, (8 jam/hari) 75% kerja 25% istirahat 3,6 28, 25,9 5% kerja 5% istirahat 31,4 29,4 27,9 25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 3, Sumber: Departemen Tenaga Kerja RI Keterangan: Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi (ISBB):,7 suhu basah alami +,2 suhu bola +,1 suhu kering Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi (ISBB):,7 suhu basah alami +,3 suhu bola. 19 Untuk menentukan kriteria beban kerja dapat dilihat dari jumlah nadi kerja dalam satu menit, yang tersaji dalam tabel 2.2: 2 Tabel 2.2 Kriteria Beban Kerja Beban Kerja Denyut Nadi per Menit Ringan 75 1 Sedang Berat Sumber: Tarwaka dkk, 24

36 2 8. Keadaan Akibat Gangguan Pajanan Tekanan Panas Terhadap paparan cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek yang membahayakan. Gangguan Kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas dapat dijelaskan sebagai berikut: 13,21 a. Heat Syncope Kurangnya kemampuan untuk aklimatisasi terhadap suhu panas sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah di bagian bawah kulit. Gejalanya merasa pusing jika berdiri tegak lurus dan tidak berpindah-pindah di lingkungan panas. 21 b. Heat Cramps Dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari dalam tubuh, sehingga bisa menyebabkan kejang pada otot yang digunakan bekerja, lemah dan pingsan. 21 c. Heat Exhaustion Biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka yang belum beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal, tekanan darah menurun, denyut nadi lebih cepat, lelah, mual, sakit kepala, pusing, volume urin sedikit. 21 d. Heat Stroke Terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga suhu badan naik, kulit kering dan panas sehingga memerah. 21

37 21 e. Heat Rash Terjadi karena paparan suhu panas terus-menerus sehingga kulit basah dengan keringat tidak dapat berevaporasi sehingga tersumbatnya saluran kelenjar keringat dengan retensi keringat dan reaksi inflamatori. Timbulnya biang keringat merah yang sangat kecil dan semakin banyak pada bagian yang terpajan, merasa seperti tertusuk selama terpajan panas. 21 f. Anhidrotic Heat Exhaustion Banyak bagian kulit yang tidak bisa berkeringat saat terpajan panas, tapi menimbulkan buluroma berdiri, diperparah oleh kapasitas kerja yang tidak baik di tempat panas. 21 g. Heat Fatigue Transient Pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas menyebabkan terjadinya kelelahan kerja yang ditandai dengan gangguan kemampuan sensorik, mental atau kehatihatian bekerja di lingkungan sehingga susah dalam berfikir dan daya ingat menurun. 21 h. Heat Fatigue Cronic Pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas kerja, penurunan standar perilaku secara sosial dan tidak bisa berkonsentrasi. 21 i. Gangguan perilaku dan performansi kerja, seperti terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian dan lain-lain. 13

38 22 j. Dehidrasi, yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh pergantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh <1,5% gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering. 13 Di samping itu, pekerja di lingkungan panas juga dapat beraklimatisasi untuk mengurangi reaksi tubuh terhadap panas (heat strain). Pada proses aklimatisasi menyebabkan denyut jantung lebih rendah dan laju pengeluaran keringat meningkat. Khusus untuk pekerja yang baru di lingkungan panas diperlukan waktu aklimatisasi selama 1-2 minggu. Jadi, aklimatisasi terhadap lingkungan panas sangat diperlukan pada seseorang yang belum terbiasa dengan kondisi tersebut. Aklimatisasi tubuh terhadap panas memerlukan sedikit liquid tetapi lebih sering minum. Tablet garam juga diperlukan dalam proses aklimatisasi. Seseorang tenaga kerja dalam proses aklimatisasi hanya boleh terpapar 5% waktu kerja terhadap tahap awal, kemudian dapat ditingkatkan 1% setiap hari (OSHA Technical Manual) Pengendalian Tekanan Panas di Tempat Kerja a. Pengendalian terhadap tenaga kerja 15 1) Pemeriksaan medis Pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah bekerja perlu diselenggarakan untuk seleksi calon tenaga kerja yang tepat dan sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dimulai.

39 23 Pemeriksaan berkala dilakukan untuk menilai sejauh mana karyawan telah terpengaruh oleh tekanan panas. 2) Pendidikan dan pelatihan Informasi yang perlu diberikan dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, antara lain: a) Aklimatisasi terhadap suhu tinggi b) Banyaknya air yang diperlukan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang melalui penguapan keringat c) Konsumsi garam dapur d) Pengenalan gejala-gejala penyakit akibat terpapar suhu tinggi 3) Aklimatisasi Suatu keadaan penyesuaian fisioligik yang terjadi pada seorang yang biasanya hidup di tempat dingin kemudian di tempat panas. 4) Pemberian air Pemberian air diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat berkeringat dan pengeluaran urine. Pada keadaan banyak keringat setiap orang memerlukan,5 liter atau lebih tiap jam. 5) Pemberian garam dapur (NaCl) Penambahan garam dapat diberikan melalui makanan atau minuman dengan konsentrasi,1 %. Kebutuhan rata-rata tiap orang adalah 1-2 gr/hr (dalam keadaan biasa sudah cukup dipenuhi dari makanan sehari-hari)

40 24 6) Istirahat Istirahat diperlukan untuk menghindari terjadinya efek kelelahan, sedangkan istirahat tidur sekitar 7 jam sehari untuk menghindari efek kelalhan kumulatif. 7) Pakaian Pakaian selain melindungi permukaan tubuh terhadap radiasi sinar matahari tetapi juga merupakan pengahambat terjadinya konveksi antara kulit dengan aliran udara. b. Pengendalian secara teknis 15 1) Isolasi sumber panas Membatasi pemaparan seorang terhadap panas yang sulit dikendalikan dengan cara lainnya atau cara yang dianjurkan bila di tempat terdapat sumber yang tinggi. 2) Insulation Mengurangi pertukaran panas radiasi dan mengurangi panas konveksi antara permukaan yang panas dengan udara sekitarnya. 3) Radiation shielding Mengurangi panas radiasi yang jatuh pada permukaan. 4) Local exhaust ventilation Mengendalikan panas konveksi dengan menghisap udara yang panas melalui canopy hood yang dipasang di atas sumber panas dengan bantuan alat mekanis atau secara alami.

41 25 5) Suplai udara segar Merancanakan sistem ventilasi umum yang dilengkapi dengan alat pendingin udara sebelum udara tersebut didistribusikan ke seluruh ruang kerja.

42 26 B. Kerangka Teori Pengaruh dari iklim kerja digambarkan pada bagan sebagai berikut (Suma mur, 1996): Hilang panas dengan konveksi dan radiasi Pemindahan panas dari dalam ke poripori Hilang panas oleh penguapan Tekanan Panas Suhu kulit naik Dilatasi pembuluh darah Dilatasi pembuluh darah lebih lanjut dan keluar keringat Jenis Kelamin Umur Masa Kerja Aklimatisasi Ketidak mantapan peredaran darah dan vasomotor Kehilangan garam Kehilangan cairan Menurunkan kemampuan berkeringat Syncope oleh karena panas Oedema Kejang panas Kehilangan panas oleh hilangnya garam Kelelahan panas oleh karena hilangnya cairan Keringat berkurang Berhenti berkeringat Suhu dalam naik Kelelahan panas Pukulan panas Heat Syncope Pusing saat berdiri Heat Cramps - Pegal-pegal - Kejang otot - Lemah - Pingsan Heat Stroke - Kulit kering, panas dan memerah - Keringat berlebih - Mudah haus - Hilang konsentrasi Ketidaknyamanan Heat Fatigue Transient - Gangguan sensorik - Gangguan mental - Kecemasan Heat Exhaustion - Tekanan darah menurun - Denyut nadi meningkat - Lelah - Mual - Sakit kepala - Pusing - Kulit lembab, basah dan pucat - Volume urin sedikit Heat Rash Biang Keringat Anhidrotic Heat Exhaustion Buluroma berdiri Gambar 2.1 Kerangka Teori 13,21 Heat Fatigue Cronic Kapasitas kerja menurun

43 27 Berdasarkan Gambar 2.1 menjelaskan bahwa tubuh manusia bila terpajan tekanan panas ada dua reaksi yang ditimbulkan yaitu tubuh akan menghilangkan panas dengan konveksi dan radiasi, reaksi lainnya akan terjadi kenaikan suhu pada kulit. Apabila tubuh mampu menghilangkan panas maka panas akan berpindah dari dalam keluar pori-pori kemudian panas tersebut akan hilang oleh karena penguapan. Namun apabila tubuh tidak sanggup menghilangkan panas tubuhnya, akan terjadi peningkatan suhu pada kulit. Peningkatan suhu pada kulit akan mengakibatkan dilatasi pembuluh darah. Akibat dari dilatasi pembuluh darah akan terjadi ketidakmantapan peredaran darah dan vasomotor, sehingga terjadi syncope oleh karena panas dan oedema. Bila dilatasi pembuluh darah terus berlanjut dan keluar keringat akan menyebabkan kehilangan garam, kehilangan cairan tubuh dan menurunkan kemampuan berkeringat. Kehilangan garam di tubuh akan mengakibatkan kejang panas dan kehilangan panas tubuh. Apabila terjadi kehilangan cairan tubuh akan mengakibatkan kelelahan dan keringat akan berkurang. Namun bila terjadi penurunan kemampuan berkeringat akan mengakibatkan keringat berkurang sehingga menimbulkan kelelahan, dan keringat yang berhenti akan menimbulkan pukulan panas, dengan kenaikan suhu didalam tubuh akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja.

44 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas 1. Tekanan Panas (Heat Stress) 2. Jenis Kelamin 3. Umur 4. Masa Kerja 5. Aklimatisasi Variabel Terikat Keluhan Subyektif Kulit kering dan panas Keringat berlebih Mudah haus Hilang konsentrasi Pusing jika berdiri Lemah, letih dan lesu Terasa mual Sakit kepala Kulit lembab, basah dan pucat Pegal-pegal Nyeri kejang otot Biang keringat Kecemasan Kapasitas kerja menurun Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Ada hubungan antara tekanan panas (heat stress) dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. 2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. 28

45 29 3. Ada hubungan antara umur dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. 4. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. 5. Ada hubungan antara aklimatisasi dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. C. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah Explanatory Research yang menjelaskan hubungan antar variabel penelitian. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode Cross Sectional yaitu data yang menunjukan titik waktu tertentu atau pengumpulannya dilakukan dalam waktu bersamaan. 22 D. Variabel Penelitian Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang memungkinkan dapat mempengaruhi keluhan subyektif pada pekerja pengasapan ikan yaitu tekanan panas (Heat Stress) ruang pengasapan ikan, jenis kelamin, umur, masa kerja dan aklimatisasi pekerja.

46 3 2. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang berubah karena variabel bebas, yaitu keluhan subyektif. E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Skala Variabel Definisi Operasional Skala Variabel Bebas 1. Tekanan Panas (Heat Stress) 2. Jenis Kelamin 3. Umur 4. Masa Kerja 5. Aklimatisasi Pengukuran tekanan panas (heat stress) di ruang pengasapan ikan menggunakan alat Questemp. Jenis kelamin pekerja pengasapan ikan berdasarkan jawaban kuesioner responden. Kategori: = pria 1 = wanita Umur pekerja pengasapan ikan saat pengambilan data berdasarkan kartu tanda penduduk (KTP) pekerja dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir dengan satuan tahun. Lamanya pekerja bekerja di pengasapan ikan terhitung sejak awal mulai bekerja sampai dilakukan penelitian dalam satuan tahun. Cara penyesuaian diri pekerja terhadap kondisi temperature lingkungan kerja yang meliputi: a. Tidak mengenakan baju/melepas baju atau menggunakan kaos yang tipis dan longgar b. Mengkonsumsi mineral garam c. Minum 1 gelas setiap 2 menit Rasio Nominal Rasio Rasio Rasio

47 31 Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Skala Variabel Definisi Operasional Skala Variabel Terikat Keluhan Subyektif Gangguan kesehatan yang dirasakan oleh pekerja akibat dari lingkungan kerja yang panas atau saat terpajan panas berdasarkan jawaban kuesioner meliputi: 1. Kulit kering dan panas 2. Keringat berlebih 3. Mudah haus 4. Hilang konsentrasi 5. Pusing jika berdiri 6. Lelah, letih dan lesu 7. Terasa mual 8. Sakit kepala 9. Kulit lembab, basah dan pucat 1. Pegal-pegal 11. Nyeri kejang otot 12. Biang keringat 13. Buluroma berdiri 14. Kecemasan 15. Kapasitas kerja menurun Dengan skor: Sering = 2 Kadang-kadang = 1 Tidak pernah = Interval F. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah penduduk yang bekerja sebagai pengasap ikan yang berlokasi di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal dengan jumlah keseluruhan 28 orang pekerja.. 2. Sampel Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Ketapang yaitu sebanyak 28 orang pekerja.

48 32 Karakteristik sampel yang dapat dimasukan atau yang layak diteliti memiliki kriteria inklusi dan eksklusi. Karateristik inklusi dalam penelitian ini adalah pekerja bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan sampel yang memenuhi kriteria tidak diikutsertakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya adalah: a. Tidak termasuk pekerja tetap di pengasapan ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. b. Pekerja yang tidak bersedia menjadi responden. Pengambilan sampel tekanan panas (heat stress) dari 6 ruang pengasapan ikan tempat responden bekerja. 3. Teknik Sampling Teknik sampling merupakan teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling. Total sampling berarti menentukan terlebih dahulu jumlah subyek penelitian yang dipergunakan. Dalam penelitian ini peneliti menentukan subyek penelitian sebanyak 28 orang. G. Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu berupa hasil pengukuran ISBB tekanan panas (heat stress) di ruang pengasapan ikan. Indikator yang diukur adalah suhu

49 33 kering, suhu bola basah, suhu radian/global dan kelembaban. Pengukuran dilakukan pada saat dilakukan perlakuan pada pekerja. Langkah-langkah pengukuran adalah sebagai berikut: 1. Persiapan alat ±1 menit 2. Persiapan alat pada titik sampling yang terletak di depan tungku pengasapan ikan di mana pekerja melakukan aktifitasnya 3. Proses penyesuaian alat selama ±1 menit 4. Proses pengukuran setiap titik selama ±15 menit pada 1 titik di 6 rumah industri pengasapan ikan 5. Pencatatan hasil pengukuran dalam form pengukuran Hasil pengukuran temperatur lingkungan kerja dihitung dengan menggunakan rumus tekanan panas pada lingkungan indoor (dalam ruangan). Hal ini karena area pengasapan ikan tidak terpajan sinar matahari langsung. Rumus yang digunakan adalah: ISBB indoor =,7 WB +,3 GT Keterangan: ISBB WB GT = Indeks Suhu Bola Basah = Suhu Bola Basah = Suhu Radian Selain itu digunakan pula kuesioner kepada subyek penelitian/pekerja pengasapan ikan yang bertujuan untuk menggali dan mengetahui data penelitian yang diperlukan tentang faktor-faktor yang terkait dengan keluhan subyektif pekerja terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan.

50 34 Kuesioner ini terdiri dari 4 bagian: a. Bagian 1, persetujuan menjadi responden Berisi data pribadi serta tanda tangan kesediaan pekerja pengasapan ikan untuk menjadi responden. b. Bagian 2, karakteristik responden Meliputi nama, jenis kelamin, umur dan masa kerja menjadi pekerja pengasapan ikan. c. Bagian 3, untuk mengetahui aklimatisasi responden terhadap pajanan tekanan panas (heat stress). d. Bagian 4, untuk mengetahui keluhan subyektif yang dialami responden terhadap pajanan tekanan panas (heat stress). Kuesioner sebelumnya akan diuji cobakan dahulu untuk mencegah terjadi bias dalam hal menginterpretasikan pertanyaan. Setelah itu kuesioner siap untuk dibagikan. 2. Metode Pengumpulan Data a. Data Primer Metode pengumpulan data primer dari pengukuran ruang pengasapan ikan, hasil isian kuesioner dan wawancara pada pekerja. b. Data sekunder Data sekunder berupa gambaran industri rumah tangga pengasapan ikan dan data pekerja yang diperoleh dari Data Pengrajin Makanan Olahan Kelurahan Ketapang di kantor Kelurahan Ketapang dan Ketua Kelompok Usaha Pengasapan Ikan di Kelurahan Ketapang.

51 35 3. Instrumen Penelitian Alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah lembar kuesioner faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas dan alat pengukuran yaitu questemp merk quest tipe 34. Hasil uji validitas reliabilitas menunjukan bahwa ada dua pertanyaan kuesioner yang tidak valid yaitu pada pertanyaan mudah lelah, letih dan lesu dan nyeri kejang pada otot yang digunakan selama bekerja. H. Pengolahan Data Data penelitian yang telah terkumpul kemudian diolah secara deskriptif dengan langkah sebagai berikut: a. Editing data Mengkoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemukan, dengan cara melakukan pengecekan kelengkapan data-data yang ada, jika ditemukan data yang salah pengisiannya maka data tidak dipergunakan. b. Coding/Scoring Memberikan tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka untuk memudahkan pengolahan data. c. Tabulating Pengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan ke dalam tabel-tabel yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah ditentukan skornya.

52 36 d. Entry data Memasukan data yang diperoleh kedalam tabel kerja program SPSS untuk selanjutnya data tersebut diolah. I. Analisis Data Dalam penelitian ini untuk melakukan analisa data dengan menggunakan bantuan program computer SPSS. 1. Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Jika data distribusi normal dapat dilakukan pengujian Pearson Correlation. Sebaliknya jika data berdistribusi tidak normal dapat dilakukan pengujian Rank Spearman. Untuk menguji apakah distribusi data tersebut normal atau tidak maka perlu dilakukan uji statistik dengan bantuan SPSS yaitu Kolmogorof Smirnov. 23 Tabel 3.2 Hasil Uji Normalitas Data Variabel -value Distribusi Data Tekanan Panas Jenis Kelamin Umur Masa Kerja Aklimatisasi Normal Tidak normal Normal Normal Tidak normal

53 37 Tabel 3.3 Uji Statistik Hipotesis Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Uji Statistik Tekanan Panas Jenis Kelamin Umur Masa Kerja Aklimatisasi Keluhan Subyektif Keluhan Subyektif Keluhan Subyektif Keluhan Subyektif Keluhan Subyektif Pearson Correlation Rank Spearman Pearson Correlation Pearson Correlation Rank Spearman

54 38 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga pengasapan ikan di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Berikut ini peta tempat penelitian dilaksanakan. Kelurahan Ketapang Gambar 4.1 Peta Daerah Penelitian Kabupaten Kendal terletak antara 19 o o 18 1 BT dan 6 o o 24 LS. Adapun batas administrasi Kabupaten Kendal meliputi : Sebelah Barat : Kabupaten Batang Sebelah Timur : Kota Semarang Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Temanggung Sebelah Utara : Laut Jawa 38

55 39 Wilayah Kabupaten Kendal terbagi menjadi 2 (dua) daerah dataran, dataran rendah dan dataran tinggi sehingga memiliki 2 kondisi iklim. Wilayah Kabupaten Kendal bagian utara yang didominasi oleh dataran rendah dan berdekatan dengan Laut Jawa, maka kondisi iklim di daerah tersebut cenderung lebih panas dengan suhu rata-rata 27 o C. Sedangkan wilayah Kabupaten Kendal bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan dan dataran tinggi, kondisi iklim cenderung lebih sejuk dengan suhu rata-rata 25 o C. Lokasi penelitian berada pada Kabupaten Kendal bagian utara di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal di industri rumah tangga pengasapan ikan. Karena letaknya di dataran rendah dan berdekatan dengan laut jawa, pengrajin industri rumah tangga pengasapan ikan dapat dengan mudah memperoleh bahan baku utama yaitu ikan untuk diolah menjadi ikan asap. Pengasapan ikan merupakan industri rumah tangga yang dikelola oleh keluarga secara turun temurun. Dalam satu tempat pengasapan ikan terdiri dari 3 hingga 5 pekerja, dalam pengerjaannya dibutuhkan waktu rata-rata kurang lebih 4 jam sampai 8 jam tergantung pada permintaan konsumen. Tempat pengasapan ikan rata-rata kurang lebih luasnya 6 meter x 6 meter dengan tungku pengasapan ikan yang terbuat dari beberapa jenis material seperti beton, seng atau batubata dengan rata-rata kurang lebih panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi cerobong 7 meter. Ruang pengasapan ikan pada umumnya beralaskan tanah dan beratap genting. Alat yang digunakan dalam proses produksi ikan asap adalah tungku pengasapan ikan, panggangan/rak-rak ikan dari anyaman kawat dan bahan bakar menggunakan tempurung kelapa..

56 4 B. Pola Kerja dan Alur Proses Pengasapan Ikan Berdasarkan observasi, proses pengasapan ikan sebagai berikut: ikan yang diasap biasanya ikan segar tetapi ada juga ikan yang telah dibekukan. Pertama yang dilakukan adalah membersihkan ikan dari sisik dan memisahkan organ dalam yang tidak dibutuhkan dari badan ikan kemudian ikan dicuci dengan air yang tidak mengalir. Tanpa penirisan serta penggaraman, ikan dipisahkan antara kepala dan badan kemudian bahan ikan dipotong-potong dengan ukuran sama besar dengan jumlah sesuai besar kecilnya ikan. Potongan-potongan daging ikan tersebut ditusuk menggunakan lidi dengan tujuan agar daging ikan tidak hancur saat pengasapan dan penghitungan/pemilihan oleh konsumen saat penjualan, kemudian daging ikan disusun di rak-rak pengasapan kemudian diasap sampai warna daging ikan berubah menjadi agak coklat kekuning-kuningan (5-7 menit). Setelah selesai diasap, ikan asap disusun dalam keranjang anyaman dan siap dipasarkan. Alur proses pengasapan ikan di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal, adalah sebagai berikut: Ikan mentah Membersihkan ikan Pemisahan kepala, badan, bagian dalam Penusukan lidi Badan ikan dipotong ukuran kecil Badan ikan dipotong ukuran besar Disusun di rak-rak Ikan diasapi Ikan asap Gambar 4.2 Diagram Alur Proses Pengasapan Ikan

57 41 Berikut ini adalah gambaran pola kerja dari masing-masing lokasi penelitian yaitu sebagai berikut. 1. Lokasi I Berdasarkan wawancara dengan responden di lokasi I yang memiliki 5 pekerja, 2 laki-laki dan 3 perempuan dengan pembagian tugas 2 pekerja laki-laki bertugas sebagai pengasap ikan dan 3 pekerja wanita bertugas mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Kapasitas produksi pada hari-hari biasa pengasapan ikan lokasi I ratarata berkisar antara 2kg - 4kg per hari atau tergantung pada pemesanan dan akan meningkat pada hari-hari libur seperti sabtu dan minggu yaitu berkisar 5kg - 6kg. Pekerjaannya dimulai dari pukul WIB. 2. Lokasi II Berdasarkan wawancara dengan responden di lokasi II yang memiliki 4 pekerja, 2 laki-laki dan 2 perempuan dengan pembagian tugas 2 pekerja laki-laki bertugas sebagai pengasap ikan dan 2 pekerja wanita bertugas mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Kapasitas produksi pengasapan ikan lokasi II perharinya rata-rata berkisar antara 1kg - 4kg atau tergantung pada pemesanan dan jumlah ikan yang di dapatkan dari pemasok ikan. Pekerjaannya dimulai dari pukul WIB. 3. Lokasi III Berdasarkan wawancara dengan responden di lokasi III yang memiliki 5 pekerja, 3 laki-laki dan 2 perempuan dengan pembagian tugas 3 pekerja laki-laki bertugas sebagai pengasap ikan dan 2 pekerja

58 42 wanita bertugas mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Kapasitas produksi pada hari-hari biasa pengasapan ikan lokasi I ratarata berkisar antara 2kg - 45kg per hari atau tergantung pada pemesanan dan akan meningkat pada hari libur seperti sabtu dan minggu yaitu berkisar 5kg. Pekerjaannya dimulai dari pukul 14. hingga selesai tanpa batas waktu yang tidak ditentukan. 4. Lokasi IV Berdasarkan wawancara dengan responden di lokasi IV yang memiliki 5 pekerja, 3 laki-laki dan 2 perempuan dengan pembagian tugas 3 pekerja laki-laki bertugas bergantian mengasapi ikan dan 2 pekerja wanita bertugas mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Kapasitas produksi pada hari-hari biasa pengasapan ikan lokasi IV rata-rata berkisar antara 2kg - 5kg per hari atau tergantung pada pemesanan.. Pekerjaannya dimulai dari pukul WIB. 5. Lokasi V Berdasarkan wawancara denga responden di lokasi V yang memiliki 5 pekerja, 3 laki-laki dan 2 perempuan dengan pembagian tugas 2 pekerja laki-laki bertugas sebagai pengasap ikan yang lainnya membantu 2 pekerja wanita mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Kapasitas produksi pada hari-hari biasa pengasapan ikan lokasi I rata-rata berkisar antara 25 kg per hari atau tergantung pada pemesanan. Pekerjaannya dimulai dari pukul WIB. 6. Lokasi VI Berdasarkan wawancara pada responden, di lokasi VI yang memiliki 4 pekerja, 2 laki-laki dan 2 perempuan dengan pembagian

59 43 tugas 2 pekerja laki-laki bertugas sebagai pengasap ikan dan 2 pekerja wanita bertugas mencuci, memotong dan menusuk lidi pada ikan. Namun terkadang pekerja wanita ikut bergantian membantu mengasapi ikan. Kapasitas produksi pada hari-hari biasa pengasapan ikan lokasi I rata-rata berkisar antara 2kg - 4kg per hari. Pekerjaannya dimulai dari pukul WIB. C. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 6 (enam) lokasi pengasapan ikan yang berada di kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. Berdasarkan observasi dan wawancara, ruang pengasapan memiliki perbedaan satu dengan yang lain sebagai berikut. 1. Lokasi I Ruang pengasapan di lokasi I, memiliki luas ruang 6x6 meter dengan ukuran tungku panjang 3 meter, lebar 2 meter dan tinggi cerobong 7.5 meter. Kontruksi bangunannya sebagian berdinding batu bata dan sebagian lagi anyaman bambu, beralas tanah dan beratap genteng. Sedangkan untuk tungku pengasapan berdinding setengah batu bata dan dinding atasnya seng. Ruang pengasapan ikan di lokasi I memiliki 2 pintu, pintu kearah rumah dan di belakang kearah luar, memiliki satu jendela ukuran 5x75 cm di dekat tempat pencucian ikan. Lokasi I berdekatan dengan dapur pemilik industri pengasapan ikan sehingga pekerja dapat dengan mudah menjangkau air minum saat bekerja. Pekerja pada lokasi I berjumlah 5 orang, 2 laki-laki dan 3 perempuan. Pekerja di lokasi ini selalu menggunakan sarung tangan

60 44 dari kain tebal sebagai alat pelindung diri saat mengangkat rak-rak anyaman yang sedang diasapi. 2. Lokasi II Ruang pengasapan di lokasi II, memiliki luas ruang 4x6 meter dengan tungku berukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi cerobong 7 meter. Kontruksi bangunannya sebagian berdinding batu bata dan sebagian lagi anyaman bambu, beralas tanah dan beratap genteng. Sedangkan untuk tungku pengasapannya terbuat dari beton. Memiliki 1 pintu berjarak 1 meter dari tungku pengasapan. Letak ruang pengasapan ikan di belakang rumah pemilik industri dan jauh dari jangkauan air minum. Pekerja di lokasi II berjumlah 4 orang, 2 laki-laki dan 2 perempuan. Pekerja di lokasi ini dalam tugasnya tidak terlihat menggunakan alat pelindung diri. 3. Lokasi III Ruang pengapasan di lokasi III, memiliki luas ruang 5x5 meter. Letak ruang pengasapan berada di belakang rumah pemilik industri. Memiliki 2 pintu, pintu kearah rumah dan keluar. Ruang pengasapan lokasi III tidak memiliki ventilasi ataupun jendela. Kontruksi bangunan berupa batu bata, beralaskan tanah dan beratap genteng. Sedangkan untuk kontruksi tungku dari batu bata dengan ukuran panjang 2,5 meter, lebar 1 meter dan tinggi cerobong 7 meter. Di sekitar ruang pengasapan ikan tidak terlihat pemilik industri menyediakan air minum untuk pekerjanya. Pekerja di lokasi III berjumlah 5 orang, 3 laki-laki dan 2 perempuan. Pekerja di lokasi ini sudah menggunakan alat pelindung diri

61 45 berupa sarung tangan dari kain tebal saat mengangkat rak-rak ikan yang diasapi. 4. Lokasi IV Ruang pengasapan di lokasi IV, memiliki luas 4x4 meter. Kontruksi bangunan ruang pengasapan dari batu bata, beralas cor-coran semen dan beratap genteng. Memiliki pintu keluar berjarak 1 meter dari tungku pengasapan ikan. Tungku pengasapan ikan di lokasi IV terbuat dari beton dengan ukurang panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi cerobong 6.5 meter. Lokasi ruang pengasapan IV berdekatan dengan dapur tetapi pemilik industri tidak terlihat menyediakan minum untuk pekerjanya. Pekerja di lokasi IV terdiri dari 5 orang pekerja, 3 laki-laki dan 2 perempuan. Pekerja di lokasi ini dalam tugasnya sudah menggunakan sarung tangan kain yang tebal saat mengangkat rak-rak ikan yang sedang diasapi. 5. Lokasi V Ruang pengasapan di lokasi V, memiliki luas 6x6 meter. Kontruksi bangunan ruang pengasapan berdinding batu bata, beralaskan corcoran semen dan beratap genteng. Memiliki tiga pintu, pintu kearah rumah, pintu keluar dari samping dan pintu keluar ke belakang. Pintu keluar kearah belakang berdekatan dengan tungku pengasapan ikan kurang lebih berjarak 1.5 meter dari tungku pengasapan ikan. Tungku pengasapan berukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi cerobong 7 meter. Tempat pengasapan ini bergabung dengan dapur pemilik industri dan terlihat pemilik industri sudah menyediakan air minum didapur sehingga air minum mudah dijangkau pekerjanya.

62 46 Pekerja di lokasi pengasapan ikan ini berjumlah 5 orang, 3 laki-laki dan 2 perempuan. Pekerja di lokasi ini dalam tugasnya tidak terlihat menggunakan alat pelindung diri. 6. Lokasi VI Ruang pengasapan di lokasi VI, memiliki luas 4x5 meter. Kontruksi bangunannya terbuat dari batu bata beralaskan tanah dan beratap genteng. Memiliki 3 pintu, pintu kearah rumah dan 2 pintu keluar rumah kesamping yang berhadapan. Tungku pengasapan terbuat dari batu bata yang berukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi cerobong 7 meter. Di lokasi pengasapan ini pemilik industri sudah menyediakan air minum yg diletakkan di dalam ruang pengasapan sehingga mudah dijangkau pekerjanya. Pekerja di lokasi ini berjumlah 4 orang, 2 laki-laki dan 2 perempuan. Pekerja di lokasi ini dalam tugasnya tidak terlihat menggunakan alat pelindung diri. penelitian: Berikut ini hasil pengukuran tekanan panas dari keenam lokasi Tabel 4.1 Hasil pengukuran iklim kerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kec Kendal No Lokasi Hasil Pengukuran ISBB ( o C) NAB ( o C) Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV Lokasi V Lokasi VI Keterangan: NAB sesuai Permenaker Nomor Per-13/MEN/X/211 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja, untuk

63 47 ISBB iklim kerja dengan kategori sedang dengan pengaturan waktu kerja 75%-1% adalah 28 o C Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa ISBB tertinggi ada pada lokasi I dan ISBB terendah ada pada lokasi VI. D. Analisis Univariat 1. Tekanan Panas (Heat Stress) Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tekanan panas di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kec Kendal ISBB ( o C) Mean Minimum Maximum Std. Deviation Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ISBB tertinggi adalah 3.5 o C, ISBB terendah adalah 28.5 o C dan ISBB rata-rata dari keenam lokasi adalah 29.7 o C. Dari hasil pengukuran tekanan panas di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kabupaten Kendal menunjukan bahwa tekanan panas di Pengasapan Ikan tersebut melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diatur dalam Permenaker Nomor Per- 13/MEN/X/211 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja. 2. Jenis Kelamin Responden Tabel 4.3 Distribusi frekuensi jenis kelamin pekerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kec Kendal No Jenis Kelamin f % 1 Laki-laki Perempuan Jumlah 28 1.

64 48 Dari Tabel 4.3 menunjukkan, bahwa jenis kelamin laki-laki lebih besar (53.6 %) dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan (46.4 %). 3. Umur Responden Tabel 4.4 Distribusi frekuensi umur responden pekerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kec Kendal Umur (tahun) Mean Median Minimum Maximum Std. Deviation Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan, bahwa rata-rata umur responden adalah 41 tahun, umur terendah responden adalah 15 tahun dan umur tertinggi responden adalah 62 tahun. 4. Masa Kerja Responden Tabel 4.5 Distribusi frekuensi masa kerja pekerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kec Kendal Masa Kerja (tahun) Mean Minimum Maximum Std. Deviation Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan, bahwa rata-rata masa kerja responden 16 tahun, masa kerja terendah responden adalah 1 tahun dan masa kerja tertinggi responden adalah 33 tahun. 5. Aklimatisasi Responden Tabel. 4.6 Distribusi frekuensi pengaruh lingkungan panas yang dirasakan pekerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kec Kendal No Rasa Panas f % 1 Ya Tidak Jumlah 28 1.

65 49 Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 28 pekerja, sebagian besar menyatakan rasa panas di lingkungan kerja (92.9 %). Tabel 4.7 Distribusi frekuensi keadaan panas yang mengganggu di lingkungan kerja No Terganggu f % 1 Ya Tidak Jumlah Dari Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 28 pekerja, sebagian besar menyatakan tidak merasa terganggu dengan keadaan lingkungan yang panas (75. %). Tabel 4.8 Distribusi frekuensi cara pekerja dalam mengatasi keadaan panas di lingkungan kerja No Cara Mengatasi f % 1 Melepas baju atau mengenakan kaos tipis 2 Mengkonsumsi mineral garam Minum 1 gelas setiap 2 menit Jumlah Data Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 28 pekerja sebagian besar mengenakan/melepas baju atau menggunakan kaos tipis dan longgar (75. %) sebagai cara mengatasi keadaan panas di lingkungan kerja.

66 5 6. Keluhan Subyektif Tabel 4.9 Distribusi frekuensi keluhan subyektif pekerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal Keluhan Subyektif Sering Kadangkadang Tidak pernah I. Heat Stroke and Heat Hyperpyrexia 1. Kulit terasa kering dan panas serta berwarna merah. 2. Mengeluarkan cairan keringat berlebih. 3. Mudah haus. 4. Bingung dan hilang konsentrasi. 11 (39.3%) 23 (82.1%) 18 (64.3%) 14 (5.%) 5 (17.9%) 6 (21.4%) 13 (46.4%) 3 (1.7%) 4 (14.3%) 15 (53.6%) II. Heat Syncope Merasa pusing jika berdiri. 15 (53.6%) 13 (46.4%) III. Heat Exhaustion 1. Mudah lelah, letih dan lesu. 2. Terasa mual. 3. Sakit kepala, sering pusing dan pening. 4. Kulit lembab, basah dan pucat. 2 (71.4%) 1 (3.6%) 3 (1.7%) 1 (3.6%) 8 (28.6%) 9 (32.1%) 16 (57.1%) 8 (28.6%) 18 (64.3%) 9 (32.1%) 19 (67.9%) IV. Heat Cramps 1. Pegal-pegal di bagian lengan dan kaki. 2. Nyeri kejang pada otot yang digunakan selama bekerja. 19 (67.9%) 16 (57.1%) 5 (17.9%) 8 (28.6%) 4 (14.3%) 4 (14.3%) V. Heat Rash (Miliaria Rubra) Timbul bintik-bintik merah yang sangat kecil pada kulit yang berjumlah banyak (biang keringat). 3 (1.7%) 6 (21.4%) 19 (67.9%) VI. Anhidrotic Heat Exhaustion (Miliaria Profunda) Buluroma berdiri saat terpajan tekanan panas. 1 (3.6%) 11 (39.3%) 16 (57.1%) VII. Heat Fatigue Transient Tidak tenang dalam bekerja. 1 (35.7%) 18 (64.3%) VIII. Heat Fatigue Chronic Menurunnya kapasitas kinerja. 1 (35.7%) 18 (64.3%)

67 51 Data Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 28 responden akibat dari tekanan panas terjadi dilatasi pembuluh darah yang menyebabkan kulit terasa kering dan panas serta berwarna merah (89.3%), sehingga menyebabkan keluarnya cairan keringat berlebih (1%), karena mengeluarkan banyak cairan, responden menjadi cepat haus (85.7%). Keluhan lain juga terjadi seperti merasa pusing jika berdiri (53.6%), mudah lelah, letih dan lesu (1%), mual (35.7%), serta sakit kepala, sering pusing dan pening (67.8%). Akibat dari dilatasi pembuluh darah juga mengakibatkan kehilangan garam sehingga terjadi kejang panas yang menyebabkan keluhan subyektif seperti pegal-pegal dibagian lengan dan kaki (85.8%) dan nyeri kejang pada otot (85.7%). Akibat terjadinya pajanan panas terusmenerus dapat menyebabkan kulit basah (32.2%) dengan keringat yang tidak dapat berevaporasi sehingga tersumbatnya kelenjar keringat yang mengakibatkan biang keringat (32.1%), bagian kulit yang tidak dapat berkeringat terlihat dari buluroma yang berdiri saat terpajan panas (42.9%). Adapun keluhan subyektif yang sebagian kecil dirasakan responden akibat dari kurang nyamannya lingkungan kerja karena pajanan panas seperti bingung dan hilang konsentrasi (46.4%), tidak tenang dalam bekerja (35.7%), dan menurunnya kapasitas kerja (35.7%).

68 52 52 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi keluhan subyektif pada pekerja di pengasapan ikan dari tiap lokasi penelitian Keluhan Subyektif Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV Lokasi V Lokasi VI I. Heat Stroke and Heat Hyperpyrexia 1. Kulit terasa kering dan panas serta berwarna merah. 2. Mengeluarkan cairan keringat berlebih. 3. Mudah haus. 4. Bingung dan hilang konsentrasi. 8% 6% 6% 2% 4% 4% 2% 2% 6% 5% 75% 75% 5% 25% 25% 5% 5% 2% 6% 6% 4% 4% 4% 6% 4% 4% 4% 1% 4% 6% 2% 2% 4% 8% 4% 6% 6% 6% 4% 4% 6% 4% 1% 1% 1% 5% 5% II. Heat Syncope Merasa pusing jika berdiri. 2% 8% 5% 5% 6% 4% 6% 4% 8% 2% 1% III. Heat Exhaustion 1. Mudah lelah, letih dan lesu. 2. Terasa mual. 3. Sakit kepala, sering pusing dan pening. 4. Kulit lembab, basah dan pucat. 4% 2% 4% 2% 1% 1% 8% 75% 25% 25% 25% 25% 25% 75% 25% 5% 5% 6% 2% 4% 4% 4% 6% 8% 4% 4% 1% 5% 6% 4% 5% 4% 6% 6% 2% 2% 8% 6% 6% 2% 2% 2% 4% 1% 1% 1% 1% IV. Heat Cramps 1. Pegal-pegal di bagian lengan dan kaki. 2. Nyeri kejang pada otot yang digunakan selama bekerja. 4% 8% 2% 2% 4% 75% 75% 25% 25% 6% 4% 4% 2% 4% 6% 6% 4% 4% 8% 8% 2% 2% 1% 1% V. Heat Rash (Miliaria Rubra) Timbul bintik-bintik merah yang sangat kecil pada kulit yang berjumlah banyak (biang keringat). 1% 25% 75% 2% 8% 2% 8% 6% 4% 5% 5%

69 53 53 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi keluhan subyektif pada pekerja di pengasapan ikan dari tiap lokasi penelitian Keluhan Subyektif Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV Lokasi V Lokasi VI VI. Anhidrotic Heat Exhaustion (Miliaria Profunda) Buluroma berdiri saat terpajan tekanan panas. 1% 25% 25% 5% 6% 4% 2% 8% 8% 2% 5% 5% VII. Heat Fatigue Transient Tidak tenang dalam bekerja. 1% 5% 5% 6% 4% 2% 8% 8% 2% 1% VIII. Heat Fatigue Chronic Menurunnya kapasitas kinerja. 1% 25% 25% 5% 2% 4% 4% 1% 6% 4% 1% Keterangan : 3 = Sering 2 = Kadang-kadang 1 = Tidak Pernah = Gangguan Kesehatan Terbanyak

70 54 Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada lokasi I keluhan subyektif yang banyak dialami pekerja antara lain kulit terasa kering dan panas serta berwarna merah, mengeluarkan cairan keringat berlebih, mudah haus, dan nyeri kejang pada otot yang digunakan selama bekerja. Sedangkan untuk lokasi II keluhan subyektif yang dialami pekerja lebih banyak daripada lokasi I, dari tabel tersebut juga menunjukkan bahwa pada lokasi II terjadi gangguan kesehatan heat cramps dan terjadi keluhan subyektif lainnya yang banyak dialami pekerja yaitu kulit terasa kering dan panas serta berwarna merah, mengeluarkan cairan keringat berlebih, mudah haus, mudah lelah, letih dan lesu. Sedangkan pada lokasi III keluhan subyektif yang banyak dialami pekerja antara lain mengeluarkan cairan keringat berlebih, mudah haus, mudah lelah, letih dan lesu, serta pegal-pegal di bagian lengan dan kaki. Pada lokasi IV menunjukkan bahwa terjadi gangguan kesehatan heat cramps dengan gangguan kesehatan lainnya yang banyak dialami pekerja adalah mengeluarkan cairan keringat berlebih, mudah lelah, letih, lesu dan terasa mual. Pada lokasi V juga menunjukkan adanya gangguan kesehatan heat cramps dengan keluhan subyektif yang banyak dialami lainnya yaitu mengeluarkan cairan keringat berlebih, mudah haus, mudah lelah, letih dan lesu. Sedangkan pada lokasi VI menunjukkan bahwa keluhan subyektif yang banyak dialami pekerja adalah mengeluarkan cairan keringat berlebih, mudah haus, mudah lelah, letih, lesu dan pegal-pegal di bagian lengan dan kaki serta terjadi gangguan kesehatan heat rash dan heat fatigue cronic yang ditandai dengan menurunya kapasitas kerja.

71 55 D. Analisis Bivariat 1. Tekanan Panas Tabel 4.11 Hubungan Antara Tekanan Panas (Heat Stress) Dengan Keluhan Subyektif Pada Pekerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kec Kendal Variabel Bebas Tekanan Panas Variabel Terikat Nilai - Koefisien value korelasi Keterangan Keluhan Tidak ada hubungan Subyektif Dari hasil uji normalitas data, diketahui semua keluhan subyektif datanya normal, maka menggunakan uji Pearson Correlation terhadap 28 pekerja pengasapan ikan dari hasil uji pada Tabel 4.11 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. 2. Jenis Kelamin Responden Tabel 4.12 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Keluhan Subyektif Pada Pekerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kec Kendal Variabel Bebas Jenis Kelamin Variabel Terikat Nilai - Koefisien value korelasi Keterangan Keluhan Tidak ada hubungan Subyektif Dari hasil uji normalitas data, diketahui semua keluhan subyektif datanya tidak normal, maka menggunakan uji Rank Spearman terhadap 28 pekerja pengasapan ikan dari hasil uji pada Tabel 4.12 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan.

72 56 3. Umur Responden Tabel 4.13 Hubungan Antara Umur Dengan Keluhan Subyektif Pada Pekerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kec Kendal Variabel Bebas Umur Variabel Terikat Nilai - Koefisien value korelasi Keterangan Keluhan Tidak ada hubungan Subyektif Dari hasil uji normalitas data, diketahui semua keluhan subyektif datanya normal, maka menggunakan uji Pearson Correlation terhadap 28 pekerja pengasapan ikan dari hasil uji pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. 4. Masa Kerja Responden Tabel 4.14 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Keluhan Subyektif Pada Pekerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kec Kendal Variabel Bebas Masa Kerja Variabel Terikat Nilai - Koefisien value korelasi Keterangan Keluhan Tidak ada hubungan Subyektif Dari hasil uji normalitas data, diketahui semua keluhan subyektif datanya normal, maka menggunakan uji Pearson Correlation terhadap 28 pekerja pengasapan ikan dari hasil uji pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan.

73 57 5. Aklimatisasi Responden Tabel 4.15 Aklimatisasi No Cara Mengatasi Persentase (%)_ Ya Tidak 1 Melepas baju atau mengenakan kaos tipis 2 Mengkonsumsi mineral garam Minum 1 gelas setiap 2 menit Data Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 28 pekerja sebagian besar memilih mengenakan/melepas baju atau menggunakan kaos tipis dan longgar (75. %) sebagai cara mengatasi keadaan panas di lingkungan kerja. Tabel 4.16 Hubungan Antara Aklimatisasi Dengan Keluhan Subyektif Pada Pekerja di Pengasapan Ikan Kelurahan Ketapang Kec Kendal Variabel Bebas Aklimatisasi Variabel Terikat Nilai - Koefisien value korelasi Keterangan Keluhan Ada hubungan Subyektif Dari hasil uji normalitas data, diketahui semua keluhan subyektif datanya tidak normal, maka menggunakan uji Rank Spearman terhadap 28 pekerja pengasapan ikan dari hasil uji pada Tabel 4.16 menunjukkan bahwa ada hubungan antara aklimatisasi dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan.

74 58 BAB V PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian 1. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas sebelum melakukan penelitian diketahui ada dua pertanyaan kuesioner yang tidak valid yaitu mudah lelah dan nyeri kejang pada otot, untuk itu peneliti memberikan pertanyaan lain dengan menanyakan keluhan lain yang dialami pekerja. 2. Dapat terjadi bias informasi, tidak memperoleh pengukuran variabel secara akurat pada pengukuran dengan metode kuesioner dan wawancara, mengingat kemungkinan responden cenderung menjawab hal-hal yang baik saja. 3. Pengukuran keluhan subyektif hanya berdasarkan kuesioner bukan pemeriksaan klinis tenaga medis. 4. Adanya perbedaan dari kontruksi bangunan ruang pengasapan ikan, sikap kerja, perilaku kerja, kapasitas kerja, pola kerja, waktu kerja dan beban kerja. 5. Dasar pengkategorian Nilai Ambang Batas (NAB) iklim kerja, dalam kategori beban kerja sedang ditentukan oleh asumsi peneliti berdasarkan cara kerja. 58

75 59 B. Pengukuran Tekanan Panas Menurut Heru dan Haryono (28), tekanan panas disebabkan karena adanya sumber panas yang terjadi. 24 Seperti di pengasapan ikan, yaitu dari proses mengasapi ikan karena proses kerja yang menggunakan api. Hasil pengukuran tekanan panas di enam lokasi pengasapan ikan ratarata sebesar 29.7 o C. Hasil pengukuran tekanan panas ini melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan dengan kategori beban kerja sedang dengan pengaturan waktu kerja 75%-1%. ISBB tertinggi 3.5 o C berada pada lokasi I yang memiliki tungku yang terbuat dari setengah berdinding batu bata sedangkan dibagian atasnya berdinding seng memiliki ukuran ukuran tungku panjang 3 meter, lebar 2 meter dan tinggi cerobong 7.5 meter. Memiliki ventilasi berupa jendela berukuran 5x75 cm dan pintu yang mengarah keluar. Sedangkan ISBB terendah 28.5 o C berada pada lokasi VI, di lokasi pengasapan ini memiliki ukuran tungku yang lebih kecil dari lokasi I yaitu berukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi cerobong 7 meter. Tungku pengasapan ikan di lokasi VI berdinding batu bata. Dari hasil pengamatan dapat kita lihat bahwa kontruksi bahan bangunan dan ukuran tungku dapat berpengaruh terhadap perbedaan tekanan panas di lokasi penelitian, pada tungku dengan ukuran yang sama memiliki hasil pengukuran tekanan panas yang cenderung sama. Menurut Pulat (24), reaksi fisiologis akibat peningkatan temperatur udara adalah vasodilatasi, denyut jantung meningkat, temperatur kulit meningkat, suhu inti tubuh pada awalnya menurun kemudian meningkat. Selanjutnya apabila paparan panas tersebut meningkat maka beresiko terjadinya gangguan kesehatan juga akan meningkat. Gangguan

76 6 kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebih dapat berupa gangguan perilaku dan performansi kerja seperti terjadinya kecelakaan, dehidrasi, heat rash, heat cramp, heat syncope atau fainting dan heat exhaustion. 2 Mengingat pengaruhnya yang sangat merugikan, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk menghilangkan pengaruh tersebut. Untuk mengatasi lingkungan kerja yang panas di ruang pengasapan ikan sebaiknya pemilik industri agar menambah ventilasi di ruang pengasapan ikan sebagai tempat pertukaran udara segar. 15 C. Uji Hubungan Tekanan Panas (Heat Stress) dengan Keluhan Subyektif Pekerja Pengasapan Ikan Hasil analisa pengukuran tekanan panas di enam lokasi pengasapan ikan diperoleh tekanan panas minimum 28.5 o C ISBB, tekanan maksimum 3.5 o C ISBB dan tekanan rata-rata adalah 29.7 o C ISBB. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan panas di pengasapan ikan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 28. o C pada ISBB iklim kerja dengan kategori sedang dengan pengaturan waktu kerja 75%-1%. Dari hasil uji statistik hubungan antara tekanan panas dengan keluhan subyektif pekerja yang menggunakan Pearson Correlation tidak diperoleh hasil yang signifikan. Sebab -value menunjukan lebih dari.5 (H a ) diterima. Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan keluhan subyektif pada pekerja di pengasapan ikan industri rumah tangga kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal.

77 61 Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa akibat suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan meningkat (tubuh mendapatkan panas yang berlebih), sejumlah besar keringat disekresi ke permukaan kulit oleh kelenjar keringat ekrin. Keringat mengandung macam-macam elektrolit terutama ion natrium dan klorida. Keluarnya ion natrium dan klorida akan menyebabkan penurunan kekuatan. Hal itu menyebabkan penurunan kontraksi otot sehingga tubuh mengalami kelelahan, karena untuk kontraksi otot dibutuhkan glukosa sebagai sumber energi. 25 Dari hasil penelitian menunjukkan hubungan yang tidak signifikan hal ini dikarenakan adanya perilaku kerja yang tidak sama dari tiap pekerja di lokasi pengasapan ikan, kontruksi bangunan ruang pengasapan ikan yang berbeda-beda, waktu kerja dan kapasitas kerja yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan pemesanan konsumen serta kondisi lingkungan kerja yang berbeda dengan tekanan panas riil yang berbeda-beda di tiap lokasi pengasapan ikan. Hal lain yang dapat mempengaruhi juga pada kemampuan mengelola panas tubuh dari setiap pekerja yang berbeda-beda. Tekanan panas merupakan beban kerja tambahan yang harus diperhatikan berupa panas lingkungan yang dapat menyebabkan beban fisiologis, misalnya kerja jantung meningkat, menurunya prestasi kerja disamping itu suhu panas juga dapat memperpanjang waktu reaksi akan menimbulkan kelelahan yang dapat disebabkan hilangnya cairan garamgaram mineral atau penguapan keringat. 15 Hasil pengujian yang dilakukan Suma mur (1978) pada 6 perusahaan dengan pemeriksaan 48 tenaga kerja tentang kelelahan dan rasa panas,

78 62 6% dari pekerja yang berada pada tekanan panas ISBB o C menyatakan perasaan panas dan seluruh tenaga kerja pada ISBB 3.2 o C menyatakan perasaan panas tidak tertahankan. Pengujian dilakukan suma mur pada 9 perusahaan dengan rata-rata ISBB 3.45 o C menyatakan bahwa 73 tenaga kerja sebanyak 26 orang (96.3%) tenaga kerja merasakan adanya tekanan panas, 13 orang (48.2%) tenaga kerja merasa lelah sesudah bekerja dan 25 orang (92.6%) tenaga kerja mengeluarkan keringat terlalu banyak serta 9 (33.3%) tenaga kerja berkeringat berlebih dari 5 liter dalam waktu 4 jam. Kebanyakan keluhan subyektif adalah sakit perut, kejang usus, demam, dan perasaan tidak enak. 26 D. Uji Hubungan Jenis Kelamin dengan Keluhan Subyektif Pekerja Pengasapan Ikan Dari hasil univariat untuk jenis kelamin pekerja pengasapan ikan didapatkan hasil yaitu jenis kelamin laki-laki lebih besar (53.6 %) dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan (46.4 %). Dari hasil uji statistik hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif pekerja yang menggunakan Rank Spearman Corelation tidak diperoleh hasil yang signifikan. Sebab -value menunjukkan lebih dari.5 (H a ) diterima. Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja di pengasapan ikan industri rumah tangga kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pada iklim panas, kemampuan berkeringat pada laki-laki dan perempuan hampir sama. Tetapi kemampuan beraklimatisasi wanita tidak

79 63 sebaik laki-laki. Wanita lebih tahan terhadap suhu dingin daripada terhadap suhu panas, hal tersebut mungkin disebabkan oleh kapasitas kardiovasa pada wanita relative lebih kecil. 15 Dari hasil penelitian di pengasapan ikan cenderung lebih besar pekerja laki-laki daripada pekerja wanita. Sehingga tidak nampak hubungan yang signifikan antara jenis kelamin pekerja di pengasapan ikan dengan keluhan subyektif terhadap tekanan panas di lingkungan kerjanya. E. Uji Hubungan Umur dengan Keluhan Subyektif Pekerja Pengasapan Ikan Dari hasil univariat untuk umur pada pekerja pengasapan ikan didapatkan hasil yaitu umur tertinggi 62 tahun, umur terendah 15 tahun, umur rata-rata pekerja 41 tahun dan frekuensi umur terbanyak adalah 38 tahun yang tergolong dalam usia produktif. Dari hasil uji statistik hubungan antara umur dengan keluhan subyektif pekerja yang menggunakan Pearson Correlation tidak diperoleh hasil yang signifikan. Sebab -value menunjukan lebih dari.5 (H a ) diterima. Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja di pengasapan ikan industri rumah tangga kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. Hal ini didukung oleh teori yang menyebutkan bahwa pada pekerja di usia lanjut akan lebih sensitif terhadap cuaca panas bila dibandingkan dengan pekerja usia muda. 27 Sedangkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja dalam usia produktif. Sehingga hasil penelitian menunjukan hubungan yang tidak signifikan.

80 64 Pada pekerja yang berusia lanjut, kemampuan berkeringat lebih lambat dibandingkan yang berusia muda dan kemampuan tubuh untuk yang berusia lanjut dalam mengembalikan suhu tubuh menjadi normal lebih lambat dibandingkan dengan yang berusia muda. 27 Pada usia meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi organ sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun maka akan menyebabkan pekerja semakin mudah mengalami kelelahan. 28 F. Uji Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Subyektif Pekerja Pengasapan Ikan Dari hasil univariat untuk masa kerja pada pekerja pengasapan ikan didapatkan hasil yaitu masa kerja tertinggi 33 tahun, masa kerja terendah 1 tahun dan masa kerja rata-rata pekerja 16 tahun. Dari hasil uji statistik hubungan antara masa kerja dengan keluhan subyektif pekerja yang menggunakan Pearson Correlation tidak diperoleh hasil yang signifikan. Sebab -value menunjukan lebih dari.5 (H a ) diterima. Ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan subyektif yang dialami pekerja di pengasapan ikan industri rumah tangga kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. Hal ini sesuai teori yang dikemukakan oleh Suma mur (1994), bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan subyektif pekerja, sebab semakin lama masa kerja akan berpengaruh terhadap ketrampilan dan pengalaman pekerja dalam melakukan pekerjaannya, semakin tinggi ketrampilan kerja yang dimiliki semakin efisien bagi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga dapat mengurangi beban kerja yang pada akhirnya

81 65 mengurangi kelelahan yang ditimbulkan. 29 Masa kerja yang lama membuat fisiologis tubuh seseorang sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. G. Uji Hubungan Aklimatisasi dengan Keluhan Subyektif Pekerja Pengasapan Ikan Dari hasil univariat untuk aklimatisasi pada pekerja pengasapan ikan didapatkan hasil yang menunjukan bahwa pekerja lebih memilih untuk mengenakan/melepas baju atau menggunakan kaos tipis dan longgar (75.%) sebagai cara mengatasi keadaan panas di lingkungan kerja. Dari hasil uji statistik hubungan antara aklimatisasi dengan keluhan subyektif pekerja yang menggunakan Rank Spearman Corelation diperoleh hasil yang signifikan pada keluhan subyektif yaitu -value =.18, f = Ini menunjukan bahwa ada hubungan antara aklimatisasi dengan keluhan subyektif karena -value =.7 <.5 (H o ) ditolak. Aklimatisasi merupakan cara adaptasi fisiologis secara gradual untuk meningkatkan kemampuan individu mentoleransi tekanan panas. 12 Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa efek dari pakaian sulit dikaji sejak terjadinya penurunan kehilangan panas melalui evaporasi begitu juga dengan perpindahan panas melalui radiasi dan konveksi. Terjadinya penurunan tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain ketebalan bahan pakaian, warna, dan apakah pakaian tersebut longgar atau tidak. 14 Namun dari hasil penelitian di pengasapan ikan menunjukan bahwa sebagian besar pekerja mengenakan pakaian dengan bahan yang ringan dan tipis atau bahkan tidak mengenakan pakaian atasan sebagai

82 66 cara mereka beraklimatisasi (75. %), akan tetapi dari cara tersebut masih muncul keluhan-keluhan subyektif yang dialami pekerja. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh karena perbedaan dari sikap pekerja, perilaku pekerja, dan kapasitas kerja dari setiap pekerja serta kondisi lingkungan kerja yang juga berbeda-beda dari tiap ruang pengasapan ikan. Pengendalian lain juga perlu dilakukan untuk mengurangi keluhan subyektif yang muncul seperti mengkonsumsi mineral garam dan minum 1 gelas air setiap 2 menit serta pengendalian secara klinis misalnya membuat ventilasi udara untuk pertukaran suplai udara segar di ruang pengasapan ikan.

83 67 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Tekanan panas di pengasapan ikan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 29.7 o C pada ISBB iklim kerja dengan kategori sedang dengan pengaturan waktu kerja 75%-1%. 2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur pekerja pengasapan ikan Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal rata-rata berumur 41 tahun, jenis kelamin pekerja sebagian besar adalah laki-laki (53.6%), masa kerja pekerja rata-rata bekerja selama 16 tahun dan pekerja merasa lebih nyaman bekerja dengan mengenakan/melepas baju atau menggunakan kaos tipis dan longgar (75.%) sebagai cara mereka mengatasi keadaan panas di lingkungan kerjanya. 3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 28 pekerja sebagian pekerja pernah mengalami kulit terasa kering dan panas serta berwarna merah (89.3%), cairan keringat berlebih (1%), cepat haus (85.7%), pusing jika berdiri (53.6%), mudah lelah, letih dan lesu (1%), mual (35.7%), sakit kepala, sering pusing dan pening (67.8%), pegal-pegal dibagian lengan dan kaki (85.8%), nyeri kejang pada otot (85.7%), kulit basah (32.2%), biang keringat (32.1%), serta buluroma berdiri saat terpajan panas (42.9%) dan untuk gejala heat cramps terjadi pada lokasi II, IV dan V. Gejala terbanyak terjadi pada gejala Heat Stroke karena sebagian besar pekerja dari keenam lokasi mengalami gejala 67

84 68 gangguan kesehatan heat stroke yaitu kulit terasa kering dan panas serta berwarna merah, cairan keringat berlebih, dan cepat haus. Sedangkan di lokasi VI terjadi gangguan kesehatan heat rash dan heat fatigue cronic. Namun secara umum gangguan kesehatan terbanyak terjadi heat cramps, heat stroke dan heat exhaustion. 4. Berdasarkan uji hubungan diketahui bahwa: a. Tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (Heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. b. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (Heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. c. Tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (Heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. d. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (Heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. e. Ada hubungan antara aklimatisasi dengan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas (Heat stress) di lingkungan kerja pengasapan ikan. B. Saran 1. Saran untuk pemilik industri rumah tangga pengasapan ikan di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal

85 69 a. Menyediakan minum air putih di dalam ruang pengasapan ikan yang mudah dijangkau pekerja. b. Menyediakan pakaian kerja yang mudah menyerap keringat (bahan ringan/kaos) c. Menyediakan alat pelindung diri berupa sarung tangan kain yang tebal untuk melindungi kulit dari sumber panas saat mengangkat rak-rak pengasapan ikan. d. Memberikan asupan makanan yang mengandung mineral garam misalnya air larutan garam. e. Menambah ruang pengasapan ikan dengan ventilasi untuk suplai udara segar misalnya dengan menambah jendela diruang pengasapan ikan atau membuka pintu saat aktifitas kerja dilaksanakan. f. Melakukan pengecekan kesehatan kepada pekerjanya secara berkala (setidaknya sekali dalam sebulan) dengan mengecek tekanan darah dan mendiagnosa keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja. 2. Saran untuk pekerja di industri rumah tangga pengasapan ikan di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kendal. a. Menggunakan sarung tangan saat mengangkat rak-rak irisan ikan yang sedang diasapi b. Minum segelas air putih setiap 2 menit. c. Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan mudah menyerap keringat (bahan kaos). d. Mengkonsumsi mineral garam misalnya air larutan garam.

86 7 e. Lebih peka terhadap gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan dari tekanan panas yang tinggi. 3. Saran untuk peneliti lain a. Menambah pengetahuan mengenai tekanan panas dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan panas atau menghubungkan tekanan panas dengan gangguan kesehatan tertentu yang disebabkan oleh pajanan tekanan panas. b. Dapat melakukan penelitian dengan mengubungkan faktor lain misalnya kontruksi, sikap, suasana kerja dan lain-lain yang dapat mengakibatkan keluhan subyektif pada pekerja yang terpajan tekanan panas. c. Saat penelitian sebaiknya melibatkan pihak medis untuk menggali adanya riwayat penyakit pada responden dengan pemeriksaan klinis.

87 71 Daftar Pustaka 1. Wiwik DL. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Tenaga Kerja yang Terpapar Debu di Bagian Pengamplasan CV Rico Gallery Jepara. Skripsi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Workshop ASEAN OSHNET Untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Diakses tanggal 11 Maret Sukma F dan Eko P. Kebisingan dan Tekanan Panas Dengan Perasaan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Drilling Pertamina EP Jambi. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS Firy T. Hubungan Faktor-faktor Heat Stress Dengan Terjadinya Kristalisasi Urin Pada Pekerja Binatu dan Dapur Hotel X, Medan. Thesis Anies, PKK. Penyakit Akibat Kerja. Gramedia. Jakarta Suma mur, PK. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung. Jakarta Heru Triyanda. Ilmu Kelautan-Pengawetan Dengan Pengasapan/Pembuatan Ikan Salai. Diakses pada tanggal 14 Mei Puspaningdyah E, Martini dan Sri Y. Kontaminasi Staphylococcus Aareus Pada Ikan Asap di Tingkat Produsen dan Penjual di Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol. 2. No

88 72 9. Anonim. Dasar-dasar Teknologi Hasil Perikanan. Dasar%2Teknologi%2Hasil%2Perikanan/bab_5.pdf. Diakses pada tanggal 14 Mei Estri A. Hubungan Debu Total Ruang Pengasapan Ikan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pengasapan Ikan Bandarharjo Kota Semarang Tahun 23. Thesis Budiono AM. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Tri Tunggal Tata Fajar. Semarang Gesang L. Hubungan Tekanan Panas dan Beban Kerja Dengan Kelelahan Pekerja (Tinjauan Kepmenaker No. 51/MEN/1999). Skripsi FKM UI Hikmah RS. Upaya Pengendalian Efek Fisiologis Akibat Heat Stress Pada Pekerja Industri Krupuk Tiga Bintang Kecamatan Binjai Utara. Thesis USU e-repository Nurul SV. Gambaran Tekanan Panas Pada Pekerja Dibagian Curing PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk. Skripsi FKM-UI Hety NA. Hubungan Tekanan Panas Dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Bagian Finishing di PT. Sari Warna Asli III Karanganyar. Skripsi FKM UNDIP Karsiti. Perbedaan Tekanan Panas, Usia, Masa Kerja dan Jumlah Konsumsi Air Minum Terhadap Kejadian Kristal Urin Pada Pekerja Pengecoran Besi Baja A.N Putra Di Kelurahan Tegalrejo, Ceper Klaten. Skripsi FKM UNIMUS. 27

89 Darlis, Suharyo W dan Sigit S. Kajian Stressor Operator Ruang Kendali Utama Untai Uji Thermohidrolika Reactor. Seminar Nasional ke 16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir. ISSN: Pulung S, Ika SP. Perbedaan Efek Fisiologis Pada Pekerja Sebelum dan Sesudah Bekerja di Lingkungan Panas (Studi Pada Pengrajin Manikmanik Desa Plumpogambang Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang. Jurnal Kesehatan Lingkungan FKM UNAIR. Vol. 2 No : Departemen Tenaga Kerja RI. Keputusan menteri tenaga kerja RI nomor: Kep 51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja. 2. Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng. Ergonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press U.S Departement Of Health and Human Services. The Industrial Environment Its Evaluation and Control, Public Health Service Center For Disease Control national Institute For Occupational Safety and Health Superintandent Of Document U.S Government Printing Office Washington, DC Handoko Riwidikdo. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: MC Press Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta Anang Kurniawan. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas Di Industri Mebel CV.Gion & Rahayu Kartasura, Sukoharjo Jawa Tengah. Skripsi Guyton, A.C. Buku Teks Fisiologis Kedokteran. Edisi Kelima. Terjemahan CV. EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. 1993

90 Suma mur, P.K. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Cetakan pertama CV. Haji Masagung. Jakarta Budiono, Sugeng dkk. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Badan penerbit Universitas Diponegoro Semarang Basarudin. Hubungan tekanan panas terhadap kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi PT. Hok Tong (Crumb Rubber) kota Pontianak. Skripsi Undip Suma mur PK. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cetakan kesebelas. Haji Masagung. Jakarta. 1994

91 Lembar Persetujuan Lembar Persetujuan Menjadi Responden Dengan ini, saya: Nama : Pekerjaan : Alamat : Setelah diberikan penjelasan tentang pengisian kuesioner dan maksud dari pengisian kuesioner ini oleh peniliti, maka saya tidak berkeberatan dan bersedia menjadi responden untuk mengisi kuesioner dengan sebenar-benarnya tanpa adanya paksaan. Kendal, 213 Saksi Responden ( ) ( )

92 Kuesioner Penelitian FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA YANG TERPAJAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) DI PENGASAPAN IKAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KELURAHAN KETAPANG KECAMATAN KOTA KENDAL A. Karakteristik Responden 1. Nama Responden : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : tahun 4. Masa Kerja : tahun B. Aklimatisasi Petunjuk pengisian: Berilah tanda (x) sesuai dengan jawaban Anda. 1. Apakah lingkungan tempat anda bekerja terasa panas? a. Ya b. Tidak 2. Jika ya, apakah anda merasa terganggu dengan keadaan panas? a. Ya b. Tidak 3. Bagaimana cara anda mengatasi keadaan panas tersebut? a. Tidak mengenakan baju/melepas baju atau menggunakan kaos yang tipis dan longgar b. Mengkonsumsi mineral garam c. Minum 1 gelas setiap 2 menit

93 C. Keluhan subjektif yang dialami responden akibat tekanan panas (heat stress) Petunjuk pengisian: Berilah tanda ( ) pada salah saru kolom jawaban yang sesuai dengan jawaban Anda. Kadang Tidak Keluhan Subyektif Sering kadang pernah I. Heat Stroke and Heat Hyperpyrexia 1. Kulit terasa kering dan panas serta berwarna merah. 2. Mengeluarkan cairan keringat berlebih. 3. Mudah haus. 4. Bingung dan hilang konsentrasi. II. Heat Syncope Merasa pusing jika berdiri. III. Heat Exhaustion 1. Mudah lelah, letih dan lesu. 2. Terasa mual. 3. Sakit kepala, sering pusing dan pening. 4. Kulit lembab, basah dan pucat. IV. Heat Cramps 1. Pegal-pegal di bagian lengan dan kaki. 2. Nyeri kejang pada otot yang digunakan selama bekerja. V. Heat Rash (Miliaria Rubra) Timbul bintik-bintik merah yang sangat kecil

94 pada kulit yang berjumlah banyak (biang keringat). VI. Anhidrotic Heat Exhaustion (Miliaria Profunda) Buluroma berdiri saat terpajan tekanan panas. VII. Heat Fatigue Transient Tidak tenang dalam bekerja. VIII. Heat Fatigue Chronic Menurunnya kapasitas kinerja.

95

96

97

98

99 LAMPIRAN GAMBARAN UMUM RESPONDEN

100 GAMBARAN UMUM RESPONDEN Kode Responden Lokasi I 1. I.A 2. I.B 3. I.C 4. I.D 5. I.E Lokasi II 1. II.A 2. II.B 3. II.C 4. II.D Lokasi III 1. III.A 2. III.B 3. III.C 4. III.D 5. III.E Lokasi IV 1. IV.A 2. IV.B 3. IV.C 4. IV.D 5. IV.E Lokasi V 1. V.A 2. V.B 3. V.C 4. V.D 5. V.E Lokasi VI 1. VI.A 2. VI.B 3. VI.C 4. VI.D Jenis Kelamin Pria Pria Wanita Wanita Wanita Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Pria Wanita Pria Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Wanita Pria Pria Pria Pria Wanita Pria Wanita Umur (tahun) Masa Kerja (tahun) Ukuran tungku (meter) ISBB ( o C) 2x3x x2x x2.5x x2x x2x x2x7 28.5

101 LAMPIRAN TABULASI DATA

102 Responden JK U MK TK A1 A2 A3 KS1 KS2 KS3 KS4 KS5 KS6 KS7 KS8 KS9 KS1 KS11 KS12 KS13 KS14 KS15 J II.B II.C VI.A VI.B VI.C VI.D III.A III.B IV.A IV.B III.C III.D IV.C IV.D IV.E II.A II.D V.D V.E V.A V.B V.C I.A I.B

103 I.C I.D I.E III.E

104 LAMPIRAN UJI NORMALITAS (KOLMOGOROF SMIRNOV)

105 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tekanan Panas di Pengasapan Ikan N 28 Normal Parameters a Mean 29.7 Std. Deviation.826 Most Extreme Differences Absolute.226 Positive.185 Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed).114 a. Test distribution is Normal. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Jenis Kelamin N 28 Normal Parameters a Mean.46 Std. Deviation.58 Most Extreme Differences Absolute.355 Positive.355 Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed).2 a. Test distribution is Normal.

106 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Umur Responden N 28 Normal Parameters a Mean 4.71 Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.117 Positive.117 Negative -.8 Kolmogorov-Smirnov Z.619 Asymp. Sig. (2-tailed).838 a. Test distribution is Normal. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Masa Kerja Responden N 28 Normal Parameters a Mean Std. Deviation 9.96 Most Extreme Differences Absolute.119 Positive.116 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.627 Asymp. Sig. (2-tailed).826 a. Test distribution is Normal.

107 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Cara mengatasi N 28 Normal Parameters a Mean 1.64 Std. Deviation.678 Most Extreme Differences Absolute.451 Positive.299 Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed). a. Test distribution is Normal.

108 LAMPIRAN UJI KORELASI

109 Correlations Tekanan Panas di Pengasapan Ikan Jumlah Total Keluhan Subyektif Tekanan Panas di Pengasapan Ikan Pearson Correlation Sig. (2-tailed).111 N Jumlah Total Keluhan Subyektif Pearson Correlation Sig. (2-tailed).111 N Correlations Umur Responden Jumlah Total Keluhan Subyektif Umur Responden Pearson Correlation Sig. (2-tailed).549 N Jumlah Total Keluhan Subyektif Pearson Correlation Sig. (2-tailed).549 N Correlations Masa Kerja Responden Jumlah Total Keluhan Subyektif Masa Kerja Responden Pearson Correlation Sig. (2-tailed).559 N Jumlah Total Keluhan Subyektif Pearson Correlation Sig. (2-tailed).559 N 28 28

110 Correlations Jenis Kelamin Jumlah Total Keluhan Subyektif Spearman's rho Jenis Kelamin Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)..353 N Jumlah Total Keluhan Subyektif Correlation Coefficient Sig. (2-tailed).353. N Correlations Cara mengatasi Jumlah Total Keluhan Subyektif Spearman's rho Cara mengatasi Correlation Coefficient * Sig. (2-tailed)..18 N Jumlah Total Keluhan Subyektif Correlation Coefficient * 1. Sig. (2-tailed).18. *. Correlation is significant at the.5 level (2-tailed). N 28 28

111 LAMPIRAN FREQUENCY TABLE

112 Statistics Tekanan Panas di Pengasapan Ikan N Valid 28 Missing Mean 29.7 Std. Deviation.826 Minimum 28.5 Maximum 3.5 Tekanan Panas di Pengasapan Ikan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-laki Perempuan Total

113 Statistics Umur Responden N Valid 28 Missing Mean 4.71 Median 38. Minimum 15 Maximum 62 Umur Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

114 Total Statistics Masa Kerja Responden N Valid 28 Missing Mean Std. Deviation 9.96 Minimum 1 Maximum 33 Masa Kerja Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total

115 Rasa Panas Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak ya Total Terganggu Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak ya Total Cara mengatasi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid minun air garam pakaian Total Kulit kering dan panas Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Sering Total

116 Keringat berlebih Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Kadang-kadang sering Total Mudah haus Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Sering Total Hilang konsentrasi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Total Pusing jika berdiri Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Total Mudah lelah, letih dan lesu Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Kadang-kadang

117 Sering Total Mual Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Sering Total Sakit kepala, sering pusing dan pening Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Sering Total Kulit lembab, basah dan pucat Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Sering Total Pegal-pegal Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang

118 Sering Total Nyeri otot Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Sering Total Biang keringat Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Sering Total Merinding Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Sering Total Tidak tenang dalam bekerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang

119 Tidak tenang dalam bekerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Total Menurunnya kapasitas kerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak pernah Kadang-kadang Sering Total

120 LAMPIRAN UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

121 klit kering dan panas keringat berlebih mudah haus hilang konsentrasi pusing jika berdiri lelah, letih, lesu klit kering dan panas keringat berlebih mudah haus hilang konsentrasi pusing jika berdiri Correlations lelah, letih, lesu terasa mual sakit kepala kulit lembab pegalpegal nyeri kejang otot biang keringat buluroma berdiri kecema san kapasitas kerja menurun Pearson Correlation ** ** * **.8 ** Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation * * * * * ** Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation * Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation * * Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation.83 ** **.888 **.96 ** *.798 **.772 **.917 ** Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N terasa mual Pearson Correlation * ** **.881 ** *.97 **.888 ** ** Sig. (2-tailed) N sakit kepala Pearson Correlation ** ** ** *.685 * ** Sig. (2-tailed) N jumlah total

122 kulit lembab Pearson Correlation.88 **.672 * ** **.778 ** **.762 *.881 **.671 *.923 ** Sig. (2-tailed) N pegal-pegal Pearson Correlation * * nyeri kejang otot biang keringat buluroma berdiri Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation.711 * **.562 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation * * **.716 * *.763 * * Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation * **.742 *.762 * * 1.97 ** ** Sig. (2-tailed) N kecemasan Pearson Correlation * ** **.685 *.881 ** *.97 ** ** kapasitas kerja menurun Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation.799 ** ** * ** ** Sig. (2-tailed) N jumlah total Pearson Correlation.8 **.79 **.176 *.698 *.917 ** **.822 **.923 **.684 * *.768 **.836 **.792 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the.1 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the.5 level (2-tailed).

123 Case Processing Summary N % Cases Valid 1 1. Excluded a. Total 1 1. a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.78 16

124 DOKUMENTASI Pekerja Sedang Mengasapi Ikan Pengambilan Data Kuesioner dan Pengukuran Iklim Kerja

125 Pengukuran Iklim Kerja oleh Petugas Hiperkes Pengambilan Data Kuesioner

ABSTRACT. Keyword: subjective complaints, heat stress, fish curing, WBGT

ABSTRACT. Keyword: subjective complaints, heat stress, fish curing, WBGT FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA YANG TERPAJAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) DI PENGASAPAN IKAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KELURAHAN KETAPANG KECAMATAN KENDAL Sylvia Anjani

Lebih terperinci

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) KEPMENAKER NO.51 TAHUN 1999 TENTANG NAB FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA 1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang pekerja. 1 Di dalam lingkungan kerja terdapat faktor-faktor yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat disegala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan, transportasi, dan lainnya.

Lebih terperinci

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja Pengertian Iklim Kerja Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara 36-37 0 C dengan berbagai cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Iklim Kerja 1. Pengertian Iklim kerja Iklim kerja adalah keadaan udara di tempat kerja. 2 Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variabel seperti; temperatur, kelembapan udara,

Lebih terperinci

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Panas 2.1.1 Pengertian Tekanan Panas Tekanan panas adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang diterima pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh akibat

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA Indah Pratiwi* Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya pembangunan industri tentunya akan semakin meningkat pula risiko yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja. Bahaya di

Lebih terperinci

ABSTRACT. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every minutes after drink mineral water.

ABSTRACT. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every minutes after drink mineral water. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA BAGIAN PEMBAKARAN DI PEMBUATAN BATU BATA KELURAHAN PENGGARON KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG 2015 Adityo Totok Endargo* ), Eko Hartini**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah keadaan sekitar baik secara fisik dan non fisik yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi keadaan lingkungan kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Panas 2.1.1 Defenisi Tekanan Panas Menurut Suma mur (2009) cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi

Lebih terperinci

IV-138 DAFTAR ISTILAH

IV-138 DAFTAR ISTILAH IV-138 DAFTAR ISTILAH Evaporasi; (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, terbuka, tertutup, bergerak ataupun tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk

Lebih terperinci

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN E. Hipotesis Ada hubungan antara tekanan panas dengan tingkat kelelahan tenaga kerja pada industri tahu di RW 04 Kelurahan Mijen Kecamatan Candi Mulyo Kabupaten Magelang Tahun 2007. BAB III METODE PENELITIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panas adalah faktor pekerjaan yang dihadapi oleh banyak pekerja hutan di seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di bidang kehutanan

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 11 LINGKUNGAN KERJA FISIK 2 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. Namun dalam penerapan teknologi tinggi tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi : BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB Mufrida Meri 1), Hendra Risda Eka Putra 2) 1) Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO

TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO Retno Astrini W R.0010083 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Panas 1. Tekanan panas Tekanan panas adalah kombinasi atau interaksi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu udara yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 guna mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, terdapat perubahan gaya hidup masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga mempengaruhi jumlah pesanan pada katering (Tristar

Lebih terperinci

DINASTI TUNGGAL DEWI J

DINASTI TUNGGAL DEWI J PERBEDAAN NADI KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN TERPAPAR INTENSITAS KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NILAI AMBANG BATAS (NAB) PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA Skripsi

Lebih terperinci

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Kelelahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV. HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.X GARMEN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja. Iklim kerja panas

Lebih terperinci

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI Sukmal Fahri dan Eko Pasha Politeknik Kesehatan Jambi Abstract Pengaruh kebisingan berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh:

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI, TEKANAN DARAH, DAN GANGGUAN KESEHATAN PADA PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA BAGIAN PRODUKSI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA Skripsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya Bab V Hasil dan Pembahasan Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya V.1 Identifikasi Bahaya Teknik yang digunakan untuk penentuan bahaya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Faktor temperatur pada suatu lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja, bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan 2.1. Tekanan Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Magdalena R.0212027

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya perbedaan antara variabel-variabel melalui pungujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan merugikan manusia

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA

Lebih terperinci

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011 ERGONOMI - TEMPERATUR - Universitas Mercu Buana 2011 Tubuh Manusia dan Temperatur Kroemer & Kroemer,, 2001) Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga

Lebih terperinci

REKAP SAMPLING HEAT STRESS Tgl 23 juni 2008 PT. MULTISTRADA ARAH SARANA. 1 Line A Dekat Mesin BOM A

REKAP SAMPLING HEAT STRESS Tgl 23 juni 2008 PT. MULTISTRADA ARAH SARANA. 1 Line A Dekat Mesin BOM A Heat Stress REKAP SAMPLING HEAT STRESS Tgl 23 juni 2008 PT. MULTISTRADA ARAH SARANA No Location Time Result Wbgt Start End Tw Td Tg in Rh 1 Line A Dekat Mesin BOM A4 10.20 10.45 25.9 37.5 38.1 29.6 40.12%

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Kerja 2.1.1. Definisi Iklim Kerja Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Aulia Ganes Pramudita R0210004 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan. PERBEDAAN KEBUTUHAN AIR MINUM DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANAS DI BAGIAN PENGECORAN LOGAM DAN FINISHING PT ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA KEPUTUSAN T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA Menimbang: a. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, perlu

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016 ANALISA KONDISI TERMAL UNTUK MENDUKUNG KENYAMANAN KERJA OPERATOR DI PT. PABRIK ES SIANTAR TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh Marta Sundari

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Denny Dermawan 1, Mochamad Luqman Ashari 2, Wiediartini 3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT IKLIM KERJA DI DALAM RUANG KERJA PT. KHARISMA RANCANG ABADI KECAMATAN SAMBUTAN. Oleh : KHIKIE PRATIWI NIM.

ANALISIS TINGKAT IKLIM KERJA DI DALAM RUANG KERJA PT. KHARISMA RANCANG ABADI KECAMATAN SAMBUTAN. Oleh : KHIKIE PRATIWI NIM. ANALISIS TINGKAT IKLIM KERJA DI DALAM RUANG KERJA PT. KHARISMA RANCANG ABADI KECAMATAN SAMBUTAN Oleh : KHIKIE PRATIWI NIM. 110 500 130 PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini tentunya berdampak langsung pula pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Renny Nur Chasanah R.0211043

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN PENGUKURAN KONDISI TERMAL TEMPAT KERJA YANG MENDUKUNG KENYAMANAN OPERATOR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DI LANTAI PRODUKSI PT. SINAR SOSRO TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Metode Survai Analitik dengan mengunakan pendekatan cross sectional merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu dari aspek ligkungan fisik seperti suhu,

Lebih terperinci

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja Standar Nasional Indonesia Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja ICS 13.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2 By: Syariffudin Definisi Teori Penyebab Penyakit Teori penyebab penyakit memiliki pengertian sebuah teori yang mempelajari gejala-gejala timbulnya penyakit karena adanya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA Oleh: KARINA WAHYU ANDRIANI UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2016 SKRIPSI HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

PENGARUH IKLIM TENAGA KERJA. Tbk, Disusun Oleh : J PROGRAM FAKULTAS

PENGARUH IKLIM TENAGA KERJA. Tbk, Disusun Oleh : J PROGRAM FAKULTAS PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR Skripsi inii Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas a. Definisi Iklim kerja adalah suatu bentuk kombinasi dari suhu di tempat kerja, kelembaban pada udara, kecepatan gerakan udara, serta suhu radiasi

Lebih terperinci

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C.

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C. Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C. Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit

Lebih terperinci

ANALISIS TEKANAN PANAS DAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT PAJANAN TEKANAN PANAS PADA PEKERJA DI AREA PT UNITED TRACTORS TBK TAHUN 2013

ANALISIS TEKANAN PANAS DAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT PAJANAN TEKANAN PANAS PADA PEKERJA DI AREA PT UNITED TRACTORS TBK TAHUN 2013 ANALISIS TEKANAN PANAS DAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT PAJANAN TEKANAN PANAS PADA PEKERJA DI AREA PT UNITED TRACTORS TBK TAHUN 2013 Tiara Ratnaning Pamungkas 1, Zulkifli Djunaidi 2 1 Mahasiswa Peminatan Keselamatan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI TAHU DESA BANYUPUTIH KOTA SALATIGA TAHUN 2015

ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI TAHU DESA BANYUPUTIH KOTA SALATIGA TAHUN 2015 ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI TAHU DESA BANYUPUTIH KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan pada mereka. Keadaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Panas 2.1.1 Defenisi Tekanan Panas Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi yang kemudian dipadankan

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI

PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG Bella Sovira *), Nurjanah, S.KM, M.Kes **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan mengenai latar belakang dari penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Setiap hari manusia terlibat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel terikat Suhu Udara Kelembaban Udara Keluhan Sick Building Syndrome Angka Total Mikrobiologi Udara Gambar 3.1 Kerangka konsep B. Hipotesis

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN CUTTING PT. DAN LIRIS BANARAN KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN CUTTING PT. DAN LIRIS BANARAN KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN CUTTING PT. DAN LIRIS BANARAN KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA. Oleh : ELVI DINA YUNIATI D

TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA. Oleh : ELVI DINA YUNIATI D TUGAS INDIVIDU HIGIENE LINGKUNGAN KERJA ANALISIS HIGIENE LINGKUNGAN KERJA DI BATIK EL-DYNA Oleh : ELVI DINA YUNIATI D11.2012.01487 FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JUNI 2013 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS.

HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS. HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS Oleh PUTRI RAMADHANI IRSAN 147032135 / IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN DAILY CHECK

KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN DAILY CHECK HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN DAILY CHECK DI PT. KERETA API DAERAH OPERASI VI YOGYAKARTA DIPO KERETA API SOLO BALAPAN Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK MANUAL DAN IKLIM KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA KONSTRUKSI BAGIAN PROJECT RENOVASI WORKSHOP MEKANIK

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK MANUAL DAN IKLIM KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA KONSTRUKSI BAGIAN PROJECT RENOVASI WORKSHOP MEKANIK HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK MANUAL DAN IKLIM KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA KONSTRUKSI BAGIAN PROJECT RENOVASI WORKSHOP MEKANIK Kartika Wulandari*), dr. Baju Widjasena, M.Erg **), Ekawati, S.KM, M.Sc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN NASKAH SOAL HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN INTISARI

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. TROPICA COCOPRIMA DESA LELEMA KECAMATAN TUMPAAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN Pricilia J.M. Mamahit 1), Paul A.T. Kawatu 1),

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN MENYETRIKA UNIT GARMEN PT APAC INTI CORPORA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN MENYETRIKA UNIT GARMEN PT APAC INTI CORPORA SEMARANG HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN MENYETRIKA UNIT GARMEN PT APAC INTI CORPORA SEMARANG Megalestari, Siswi Jayanti, Suroto BagianKeselamatandanKesehatanKerja, FakultasKesehatanMasyarakat

Lebih terperinci