II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Wirausaha 2.2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Agribisnis

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI LEONARDUS DWI SATYA H

IV METODE PENELITIAN

2.2. Karakteristik Kewirausahaan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian wirausahawan (entrepreneur) secara sederhana adalah orang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

banyak Rp 1 miliar per tahun.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. wirausaha pada awalnya mungkin membangun sebuah usaha hanya untuk

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting yang menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Kedua, potensinya yang besar dalam

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Cara Untuk Memasuki Dunia Usaha

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. jika disebut bahasa pengambil keputusan (Jusup, 2009:4). Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah. perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

1. PENDAHULUAN. 1 Bungaran Saragih Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DALAM DIRI MAHASISWA

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

MAKALAH HUKUM KEWIRAUSAHAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di negara ini yang tidak di

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. distribusi responden berdasarkan karakteristik tersebut di atas.

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. juga cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses. produksi atau pemberian jasa. (PSAK No.

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya lapangan pekerjaan sekarang membuat setiap orang harus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan industri saat ini mendapat tantangan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara-negaara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27. perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh

PENDAHULUAN Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN (UNTUK PEMILIK) Kepada yang terhormat Bapak/Ibu dimohon kesediaannya untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Wirausaha Wirausahawan atau entrepreneur adalah suatu sikap mental individu yang berani menanggung risiko, berpikiran maju, berani berdiri di atas kaki sendiri. Sikap mental inilah yang akan membawa seorang pengusaha untuk dapat berkembang secara terus-menerus dalam jangka panjang. Sikap mental ini perlu ditanamkan serta ditumbuhkembangkan dalam diri angkatan muda Indonesia, agar dapat mengejar ketertinggalan dengan bangsa-bangsa lain di dunia (Sutanto 2002). Riyanti (2003) menjelaskan bahwa kata wirausaha dalam bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa Prancis yaitu entreprendre. Dalam bahasa Indonesia, kata wirausaha merupakan gabungan kata wira, yang artinya gagah berani atau perkasa, dan usaha. Jadi, wirausaha berarti orang yang gagah berani atau perkasa dalam usaha. Arti wirausaha adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausaha dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Risiko kerugian merupakan hal yang biasa karena mereka berperinsip bahwa faktor kerugian pasti ada. Bahkan, semakin besar risiko keuangan yang bakal dihadapi, semakin besar pula keuntungan yang dapat diraih. Tidak ada istilah rugi selama seseorang melakukan usaha dengan penuh keberanian dan penuh perhitungan, dalam Kasmir (2006). 2.2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Agribisnis Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah, yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi usaha mikro. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha 7

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar. Kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah menurut undang-undang no. 20 tahun 2008 tentang UMKM Pasal 6 adalah sebagai berikut: 1). usaha mikro memiliki kekayaan bersih (asset) kurang dari Rp. 50.000.000 diluar tanah dan bangunan, omzet tahunan paling banyak Rp. 300.000.000. 2). usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3). usaha menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah). Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi kegiatan dalam bidang pertanian. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Secara luas, agribisnis berarti "bisnis berbasis sumber daya alam". Obyek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya. Fungsi agribisnis terdiri dari kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan secara ekonomi, yaitu sektor pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input), produksi primer (on farm), pengolahan (agroindustri), dan pengemasan. Fungsifungsi tersebut kemudian disusun menjadi suatu sistem, dimana masing-masing sektor di atas menjadi subsistem dari sistem agribisnis dengan dukungan dari lembaga penunjang salah satunya adalah lembaga keuangan. Semua subsistem ini 8

penting dan bagaimana investasi diarahkan ke setiap subsistem menjadi pertimbangan strategis. Subsistem input (hulu) Subsistem on-farm Subsistem Pengolahan (hilir) Subsistem Pemasaran Subsistem Penunjang (Pertanian, Keuangan, Penelitian, dll) Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Subsistem Penunjangnya Sumber: Saragih (2003) Dalam arti luas agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan saja. Seiring perkembangan teknologi, pemanfaatan produk pertanian berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi. Cakupan obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan. 2.3. Permasalahan UMKM Menurut Arif dan Wibowo (2004) dalam Handoyo (2009), permasalahan yang dihadapi UKM meliputi masalah pemasaran produk, teknologi, pengelolaan keuangan, kualitas sumberdaya manusia dan permodalan. Sedangkan menurut Sumardjo (2001) dalam Handoyo (2009), permasalahan yang dihadapi oleh UKM disebabkan oleh : 1. posisi dalam persaingan rendah karena lemahnya informasi tentang kondisi lingkungan yang menyangkut pemasok, peraturan/kebijakan pemerintah, kecenderungan perubahan pasar/teknologi baru sehingga memiliki daya saing rendah. 2. usaha kecil sering tidak memiliki catatan mengenai usahanya secara teratur dan sistematis karena sering tercampur antara modal usaha dengan uang untuk rumah tangga, sehingga kesulitan untuk memperoleh dana dari bank. 9

3. kekurangmampuan pengusaha kecil untuk mengakses ke bank karena tidak adanya agunan untuk memenuhi tuntunan audit akuntansi dari bank. 4. keluar masuknya karyawan usaha kecil dengan intensitas yang tinggi yang disebabkan oleh rendahnya upah, ketidakjelasan masa depan, tidak adanya jaminan sosial dan kepastian usaha, sehingga sering ditinggalkan karyawan yang terampil. Iwantono (2006) dalam Handoyo (2009) juga mengemukakan tentang permasalahan UKM di Indonesia yang sangat bervariasi. Permasalahan tersebut meliputi : 1. Akses pasar, umumnya UKM tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai pasar. Mereka tidak memahami dan tidak memiliki informasi tentang pasar potensial atas barang dan jasa yang dihasilkan. Selain itu, pelaku UKM juga tidak memahami sifat dan perilaku konsumen pembeli hasil produksinya dan juga sering gagal bertransaksi dalam kegiatan ekspor karena tidak terbiasa dengan praktek-praktek bisnis internasional. 2. Kelemahan dalam pendanaan dan akses pada sumber pembiayaan. Hal ini dikarenakan oleh adanya keterbatasan UKM dalam penyediaan dukungan keuangan yang bersumber dari internal usaha. Ketersediaan dana melalui berbagai kredit masih terbatas, prosedur perolehan yang rumit dan persyaratan yang cukup membebani seperti persyaratan administratif dan penjaminan 3. Kelemahan dalam organisasi dan manajemen. Dalam hal ini, sumberdaya manusia yang dimiliki UKM sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan rendah, tidak memiliki keterampilan manajemen dan bisnis yang memadai. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku UKM akan mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan bersaing dengan pelaku bisnis lainnya yang memiliki keterampilan manajemen moderen. 4. Kelemahan dalam kapasitas dan penguasaan teknologi. Para pelaku UKM mengalami kesulitan dalam menghasilkan produk yang selalu dapat mengikuti perubahan permintaan pasar, sehingga barang-barang yang dihasilkan umumnya konvensional, kurang mengikuti perubahan model, desain baru, pengembangan produk dan tidak menyadari pentingnya mempertahankan hak paten. 10

5. Kelemahan dalam jaringan usaha. Jaringan bisnis merupakan unsur dalam penetrasi pasar dan keunggulan bersaing. Kualitas SDM yang masih rendah dalam penguasaan teknologi informasi, mengakibatkan UKM pada umumnya belum mampu membangun jaringan bisnis. Cara-cara pemasaran maupun pengadaan bahan baku masih terbatas pada cara-cara konvensional sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi pasar melalui pengembangan jaringan usaha. 2.4. Karakteristik Wirausaha Kamus Internasional Cambridge, Inggris (Cambridge International Dictionary of English), mendefinisikan karakteristik sebagai kombinasi dari sifatsifat istimewa seseorang atau tempat, yang membuat mereka berbeda dari yang lain dalam (www.dictionary.cambridge.org/define). Karakteristik juga dapat didefinisikan sebagai ciri khas atau bentuk-bentuk watak atau karakter yang dimiliki setiap individu, corak tingkah laku, tanda khusus yang melekat pada diri setiap wirausaha. Karakter sendiri berarti watak, tabiat, pembawaan, kebiasaan menurut kamus ilmiah populer. Karakteristik wirausaha menurut Longenecker et al. (2001) sebagai berikut: 1) Keinginan untuk mengambil risiko Risiko yang diambil para wirausahawan didalam memulai dan waktu menjalankan bisnisnya berbeda-beda. Misalnya dengan menginvestasikan uang miliknya, mereka mendapat risiko keuangan. Dan jika mereka meninggalkan pekerjaannya, mereka mempertaruhkan kariernya. Tekanan dan waktu yang dibutuhkan untuk memulai dan menjalankan bisnisnya juga mendatangkan risiko bagi keluarganya. 2) Percaya diri J. B Rotter seorang psikolog, mengemukakan bahwa kesuksesan wirausaha tergantung pada usaha mereka sendiri yang mempunyai pengendalian yang disebut Internal Locus of Control. Sebaliknya wirausaha yang merasa bahwa hidupnya dikendalikan oleh besarnya keberuntungan atau nasib mempunyai pengendalian yang disebut sebagai Eksternal Locus of Control. Oleh karena itu wirausaha yang sukses adalah orang yang percaya pada diri sendiri, 11

karena orang yang mempunyai keyakinan pada dirinya sendiri merasa dapat menjawab tantangan yang ada di depan mereka. 3) Kebutuhan akan keberhasilan Psikologi mengakui bahwa tiap orang berbeda dalam tingkat kebutuhan akan keberhasilannya. Orang yang mempunyai tingkat kebutuhan keberhasilan menurun, terlihat puas dengan status yang dimiliki pada saat ini, sedangkan orang dengan tingkat kebutuhan keberhasilan meningkat senang bersaing dengan standar keunggulan dan memilih untuk bertanggung jawab secara pribadi atas tugas yang dibebankan kepadanya, dalam David Mc Cleland (1961) dalam Longenecker et al. (2001). 4) Kepemimpinan. Memiliki watak mampu memimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik. 5) Keorisinilan. Memiliki watak inovatif, kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa, dan memiliki banyak pengetahuan. Menurut Ibnoe Soedjono (2006) kemampuan kewirausahaan merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang. Faktor internal wirausaha seperti kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja seorang wirausaha. 2.5. Tujuan Berwirausaha Widodo (2005) dalam bukunya berjudul jendela cakrawala kewirausahaan mengemukakan sembilan faktor utama motivasi yang dapat dijadikan tujuan bagi seseorang menjalankan bisnis dan ingin sukses. Faktor-faktor ini meliputi: 1) keinginan memperoleh pendapatan tambahan (extra income) 2) ingin memiliki usaha (bisnis) sendiri (Business Owner) 3) ingin memperluas relasi 4) ingin mencapai pengembangan diri 5) ingin membantu orang lain 6) ingin memiliki waktu luang 7) ingin mencapai kondisi bebas finansial 8) ingin memasuki masa pensiun dengan tenang 9) ingin meninggalkan warisan 12

Bagaimana urutan prioritas dari tujuan yang ingin dicapai dengan menjalankan bisnis bergantung kepada masing-masing orang. Maksudnya faktor penggerak atau motivasi utama mana yang paling kuat sehingga dia ingin mengembangkan dirinya. Terkait dengan kewirausahaan, faktor mana yang paling kuat dan menjadi tujuan sehingga membuatnya melaksanakan suatu bisnis wirausaha. Kedudukan atau kekuatan faktor penggerak itu sangat personal sifatnya setiap orang bisa berbeda tujuannya dalam berbisnis. 2.6. Kesuksesan Usaha Menurut Syahrial (1998), sukses adalah kemampuan mengenal potensi diri dan megoptimalkan potensi tersebut. Pribadi yang sukses adalah pribadi yang mendayagunakan potensinya sehingga bermanfaat bagi orang banyak. Dimensi kesuksesan menurut Syahrial, di antaranya : 1) Mengenal potensi diri dan mengoptimalkannya. 2) Tidak diukur secara materi, kekuasaan, atau status sosial. 3) Diukur dari nilai manfaatnya bagi orang lain. 4) Tetap dikenang secara luas meski sudah meninggal. Sedangkan faktor-faktor kondusif untuk sukses, antara lain : 1) Keluarga yang harmonis dan demokratis. 2) Pendidikan formal dan non formal. 3) Pergaulan dengan teman-teman yang sukses. 4) Lingkungan masyarakat yang kondusif. Faktor-faktor penghambat untuk meraih sukses berupa : 1) Adanya sikap tidak percaya diri. 2) Mental yang cepat puas, santai, dan feodal. 3) Sistem pendidikan nasional yang kurang memperhatikan sikap kritis, keberanian, dan kreativitas siswa. 4) Sistem politik yang cenderung represif. Menurut Riyanti (2003), keberhasilan usaha diukur dari tingkat kemajuan yang dicapai perusahaan dalam hal akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perbaikan sarana fisik, perluasan usaha, dan kepuasan kerja karyawan. Keberhasilan seorang wirausaha tidak semata-mata diukur dalam bentuk uang, tetapi juga melihat kemajuan dalam proses bisnis internal perusahaan dan 13

kepuasan kerja karyawan. Ukuran dari kesuksesan seorang wirausaha antara lain adalah : 1) Kelangsungan hidup usaha. 2) Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. 3) Meningkatkan kesejahteraan keluarga. 4) Meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk. 2.7. Penelitian Terdahulu Penelitian Maybelle (2009) yang berjudul Analisis Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Intensi Perilaku Dalam Pembelian Jasa Produk Percetakan di Wilayah Industri Percetakan Jakarta Barat Dengan Studi Kasus di Jalan Muwardi bertujuan untuk menganalisis pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi perilaku pembelian jasa produk percetakan dengan obyek penelitian adalah kartu undangan. Pengambilan sampel dengan metode survei dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden yang merupakan pelanggan jasa percetakan. Alat analisis yang digunakan adalah korelasi dan determinasi, analisis regresi berganda, pengujian hipotesis dengan uji T dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pembeli jasa percetakan sebagian besar adalah laki-laki (79%), berusia diatas 30 tahun (44%), pendidikan terakhir SLTA (43%), sudah menikah (60%), bekerja sebagai karyawan swasta (34%), dan pengeluaran belanja dalam sebulan sebesar Rp 1,5 juta sampai 3 juta (37%). Sikap seseorang dalam mempertimbangkan dalam pembelian produk percetakan berupa kartu undangan dilihat melalui (1) harga yang kompetitif, (2) kualitas cetakan, (3) desain produk, (4) ketepatan waktu, (5) kecakapan pegawai dan (6) sistem pembayaran. Faktor sikap yang paling mempengaruhi dalam pembelian jasa produk percetakan adalah harga yang kompetitif. Norma Subyektif yang berlaku di lingkungan masyarakat yang mempengaruhi pembelian kartu undangan yaitu (1) perlunya memberikan informasi kepada kerabat dekat melalui kartu undangan, (2) motivasi untuk selalu berinteraksi dengan kerabat dekat melalui kartu undangan, dan (3) keharusan memberi kartu undangan bila dilakukan sebuah acara keluarga. Norma subyektif yang paling mempengaruhi pembelian jasa produk percetakan adalah keharusan memberi kartu undangan bila dilakukan sebuah acara keluarga. 14

Pada analisis korelasi didapatkan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,706 maka interpretasi korelasi tersebut bermakna kuat. Nilai koefisien determinasi atau R square sebesar 0,498, nilai ini memberikan makna bahwa kedua variabel bebas yaitu sikap dan norma subyektif memberikan kontribusi sebesar 49,8 persen terhadap peningkatan atau penurunan intensi berperilaku, sedangkan sisanya yaitu sebesar 50,2 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel bebas seperti lokasi tempat usaha percetakan yang berdekatan dengan responden atau lainnya. Pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi berperilaku dalam pembelian jasa produk percetakan dapat diwakilkan oleh model regresi yaitu: Yintensi berperilaku = 1,174+0,040Xsikap+0,585Xnorma subyektif sehingga variabel norma subyektif merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap intensi berperilaku daripada variabel sikap, hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai koefisien regresi norma subyektif 0,585 lebih besar dari nilai koefisien regresi sikap 0,040. Hubungan antara Y dengan Xsikap dan Xnorma subyektif bergerak secara linier, jika Xsikap mengalami peningkatan maka Yintensi berperilaku juga akan mengalami peningkatan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji T dan uji F. Ada tiga hipotesis yang diuji dalam penelitian ini dan ketiga pengujian hasilnya sama yaitu tolak H 0. Hipotesis pertama didapatkan bahwa sikap berperilaku untuk membeli produk percetakan kartu undangan berpengaruh signifikan terhadap intensi berperilaku. Hipotesis kedua didapatkan bahwa norma subyektif dalam memberikan informasi dan bersilaturahmi melalui kartu undangan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap intensi berperilaku. Hipotesis ketiga didapatkan bahwa sikap dan norma subyektif secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap intensi berperilaku. Rochmania (2009) meneliti tentang pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi penggunaan mobile messenger XL. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna mobile messenger XL adalah perempuan yang berkuliah di Atma Jaya Jakarta, angkatan 2006, berasal dari fakultas ekonomi, pengeluaran pulsa per bulan antara Rp 50.001-Rp 100.000, hanya memiliki satu buah HP, memiliki HP berbasis GSM. Variabel bebas terdiri dari sikap dan norma subyektif. 15

Sikap diukur melalui keyakinan dari dalam diri terhadap suatu hal dan juga dengan keinginan untuk mewujudkan apa yang diyakininya tersebut. Inti pertanyaan dari kuesioner untuk variabel sikap meliputi (1) Mobile Messenger XL dapat memudahkan dalam berkomunikasi, (2) Mobile Messenger XL dapat memudahkan dalam networking, (3) Mobile Messenger XL dapat digunakan dimana saja, (4) Mobile Messenger XL memiliki harga yang murah. Norma subyektif diukur melalui keyakinan lingkungan sosial disekitarnya dan motivasi untuk mengikuti saran dari orang lain. Inti dari pertanyaan kuesioner untuk variabel norma subyektif meliputi (1) saran dari teman untuk menggunakan Mobile Messenger XL karena kemudahan berkomunikasi, (2) saran dari teman untuk menggunakan Mobile Messenger XL karena kemudahan networking, (3) saran dari teman untuk menggunakan Mobile Messenger XL karena dapat digunakan dimana saja, (4) saran dari teman untuk menggunakan Mobile Messenger XL karena harganya yang murah. Berdasarkan hasil korelasi Pearson didapatkan angka korelasi 0,500 untuk variabel sikap dan 0,650 untuk variabel norma subyektif dalam hubungannya dengan intensi. Hasil korelasi Spearman didapatkan angka korelasi 0,491 untuk variabel sikap dan 0,556 untuk variabel norma subyektif sehingga norma subyektif memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap intensi dibandingkan dengan sikap. Pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi penggunaan Mobile Messenger XL dapat diwakili dengan analisis regresi berganda, didapatkan persamaan: Yintensi = -0,503 + 0,058Xsikap+0,090Xnorma subyektif. Kemudahan berkomunikasi merupakan faktor sikap yang membuat responden yakin untuk menggunakan Mobile Messenger XL, faktor norma subyektif yang paling membuat responden menggunakan Mobile Messenger XL adalah saran dari teman karena harganya yang murah. Sikap dan norma subyektif secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap intensi dibuktikan melalui uji F dengan hasil tolak H 0. Penelitian yang akan dilakukan ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Maybelle (2009) dan Rochmania (2009). Perbedaan dengan penelitian Maybelle (2009) dan Rochmania (2009) adalah dari sisi obyek yang diteliti. Obyek yang diteliti pada penelitian Maybelle (2009) adalah pembeli jasa produk percetakan 16

kartu undangan dan obyek penelitian Rochmania (2009) adalah mahasiswa Atma Jaya Jakarta yang menggunakan Mobile Messenger XL, sedangkan pada penelitian ini obyek yang diteliti adalah wirausaha UMKM di Kecamatan Ciampea, Bogor. Inti pertanyaan kuesioner untuk variabel sikap dan norma subyektif dalam penelitian ini menggunakan sembilan faktor motivasi utama bagi seseorang dalam menjalankan bisnis yang dikemukakan oleh Widodo (2005) dalam bukunya yang berjudul jendela cakrawala kewirausahaan. Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan pada satu hipotesis saja karena sudah cukup mewakili hubungan sikap, norma subyektif dan intensi. Penelitian ini menggunakan teori tindakan beralasan yang dihubungkan dengan segi ekonomi atau bisnis dan sering diistilahkan dengan psikologi bisnis. 17