BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Yanti Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 12 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam meneliti kepuasan berwirausaha single mother, teori ini juga yang akan membantu peneliti dalam meriset fenomena yang terjadi pada single mother terhadap kepuasan berwirausahanya. Hal-hal yang akan dibahas pada bab ini adalah kepuasan berwirausaha yang diawali dengan penjelasan kepuasan kerja, apa itu kewirausahaan dan alasan memutuskan menjadi wirausaha, dan wirausaha wanita. Kemudian single mother, masalah yang dihadapi single mother dan resiliensi yang terjadi, dan kepuasan berwirausaha single mother Kepuasan Berwirausaha Pengertian Berwirausaha Wijono (dalam Syaiin, 2007) mengemukakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang setelah membandingkan hasil yang didapat dari usahanya dengan harapan yang dimilikinya. Sedangkan Hariandja (dalam Susanto, 2010) mendefinisikan kepuasan kerja hingga sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam pekerjaannya. Menurut Robbins (2003) kepuasan kerja (job satisfaction) merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja nampak dalam sikap positif pegawai terhadap pekerjaanya dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Dole and Schroeder (dalam Teman. K 2005) 12
2 13 mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan dan reaksi atau sikap individu terhadap lingkungan pekerjaannya. Reaksi atau sikap para pegawai terhadap pekerjaan dan lingkungan kerjanya pasti juga dirasakan oleh wirausaha atau wirausahawan. Lingkungan kerja para wirausaha bukan berarti hanya di kantor, tetapi pada setiap tempat yang terdapat peluang bisnis di dalamnya karena wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan sehingga dapat mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat guna agar mencapai kesuksesan (Meredith et al dalam Noersasongko, 2005). Kepuasan wirausaha adalah tingkat dimana wirausaha menyukai kegiatan wirausahanya sebagai mana yang diungkapkan (Suyatini, 2004) berdasarkan hasil penelitian dalam menyelesaikan tesisnya. Begitu pula kepuasan berwirausaha yang diungkapkan oleh (Carree dan Verheul, 2011) dapat dijelaskan atau dapat diukur dengan melihat berbagai aspek yaitu pendapatan, psychological well-being, dan waktu luang sehingga harus dijelaskan atau diukur dengan keseluruhan aspek tersebut. Jadi dari beberapa definisi diatas, maka peneliti berpendapat bahwa kepuasan berwirausaha adalah tingkat dimana wirausaha merasakan kesenangan setelah mencapai harapan yang dimilikinya setelah melakukan usahanya dengan segala pengorbanannya yang ditinjau dari pendapatan yang didapatkan, kesejahteraan psikologis,dan waktu luang yang dimiliki.
3 Aspek Kepuasan Berwirausaha Kepuasan berwirausaha terdiri dari tiga aspek kepuasan yaitu kepuasan terhadap pendapatan, kesejahteraan psikologis, dan waktu luang (Carree dan Verheul, 2011). 1. Pendapatan Wirausaha mengharap hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang mereka investasikan, tetapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Imbalan yang didapatkan wirausaha diharapkan dapat mengganti kerugian waktu (ekuivalen dengan upah) dan dana (ekivalen dengan tingkat bunga) yang telah dikeluarkan dalam usaha mendapat laba (Longenecker et al, 2001). 2. Psychological Well-Being Wirausaha sering kali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Beberapa wirausahawan menyatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan suatu kesenangan tersendiri. Psychological Well-Being adalah dukungan dari dalam dan dari luar. Dukungan dari dalam dapat diperoleh dari kecerdasan emosional pada diri tiap pengusaha, dan dukungan dari luar dapat diperoleh dari dukungan sosial dari orang di sekitar pengusaha. Psychological Well-Being yang mereka dapatkan berasal dari kebebasan mereka, kebebasan untuk menjalankan secara bebas usahanya merupakan imbalan lain bagi seorang wirausaha. Psychological Well-Being tersebut merefleksikan pemenuhan kerja secara pribadi. Keinginan yang kuat untuk membuat keputusan
4 15 sendiri, mengambil risiko, dan mendapatkan imbalan untuk diri sendiri dapat tercapai ketika seorang wirausaha memiliki kebebasan sehingga dapat mengatur kehidupan pribadinya (Longenecker et al, 2001). 3. Waktu luang Seseorang dapat mengatur waktunya sendiri untuk memulai membuka usahanya sendiri, bahkan jika usahnya mengambil tempat di rumah, maka seseorang tidak perlu meninggalkan rumah. Beberapa orang memulai usaha dengan memiliki jam kerja yang lebih fleksibel untuk menggabungkan jam kerja dirumah tangga dan tanggung jawab pekerjaan, mereka tidak terikat dengan jam kerja untuk mengatur usaha yang mereka jalani. Wirausaha menggunakan kebebasan untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja pribadinya secara fleksibel. (Longenecker et al, 2001) Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Wirausaha Faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan kewirausahaan yaitu adanya pengaruh dari karakteristik usaha, motif untuk start-up dan karakteristik pribadi (Cooper dan Artz dalam Carree dan Verheul, 2011). 1. Karakteristik usaha Pengaruh karakteristik usaha berpengaruh terhadap tingkat kepuasan kewirausahaan. Pada beberapa penelitian membedakan antara tiga karakteristik utama pada usaha yaitu : a) Ukuran Usaha baru yang ukurannya lebih besar biasanya datang dengan tanggung jawab yang lebih tinggi dan harapan dan dapat mengakibatkan lebih banyak stres.
5 16 Memulai dan menjalankan bisnis di luar rumah mungkin menjadi indikator kehatihatian dari pihak pengusaha, dan dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan waktu luang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan Pengertian dan kriteria ukuran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah : 1) Usaha Mikro Usaha Mikro adalah Peluang Usaha Produktif milik orang perorangan atau badan Usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Contoh usaha mikro adalah pedagang kaki lima. 2) Usaha kecil Usaha Kecil adalah Peluang Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh seseorang atau badan usaha yang bukan cabang perusahaan atau anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian dari Usaha menengah atau Usaha besar baik langsung maupun tidak langsung yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Contoh usaha kecil adalah pedagang grosiran di pasar. 3) Usaha menengah Usaha Menengah adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh seseorang atau badan Usaha yang bukan cabang perusahaan atau anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian Usaha Kecil
6 17 atau Usaha besar baik langsung maupun tidak langsung dengan. Contoh usaha menengah adalah industri makanan dan minuman. b) Kompleksitas Kompleksitas lingkungan yang lebih besar dapat menyebabkan ketidakpuasan pada pengusaha, karena adanya sumber-sumber tak terduga yang dapat menurunkan kepuasan. Ukuran yang digunakan dalam kompleksitas yaitu: apakah start-up dalam high-sektor teknologi, dan apakah pengusaha percaya bahwa ia mampu bersaing dengan semua perkembangan yang akan terjadi. c) Keterlibatan Keterlibatan setiap wirausaha dalam menjalankan tugas kewirausahaan mungkin bervariasi di setiap start-up. Pengusaha yang dihadapkan dengan tekanan waktu yang cukup besar mungkin merasakan kepuasan yang rendah. Hal ini sejalan dengan efek negatif dari jam kerja terhadap kepuasan kerja. 2. Motif memulai usaha (Start-up motivation) Motif memulai usaha sangat mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang dalam berwirausaha. Individu yang memulai usahanya dengan dorongan yang negatif atau terpaksa biasanya mereka akan lebih tidak puas daripada individu yang memulai usaha dengan dorongan yang positif atau keinginan sendiri (Longenecker et, al, 2001). Motivasi yang berbeda dalam memulai usaha mempunyai pengaruh yang penting dalam tingkat kepuasan individu dan perubahan motivasi memulai usaha dari motivasi ektrinsik menjadi motivasi intrinsik dapat memicu kepuasan yang lebih besar.
7 18 3. Karakteristik pribadi Karakteristik merupakan ciri atau sifat yang berkemampuan untuk memperbaiki kualitas hidup, sedangkan karakteristik pribadi adalah ciri khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar menghadapi tugas-tugas hingga selesai atau memecahkan masalah atau dapat menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu. Karakteristik pribadi dapat dipengaruhi oleh faktor sosial-demografi seperti : a. Umur Grafik U terbentuk dari hubungan umur dengan kepuasan kerja karyawan maupun pada wirausaha sendiri (Van den Heuvel dan Wooden dalam Suyatini, 2004). Adanya hubungan positif antara kepuasan kerja dengan lamanya orang bekerja. Semakin tinggi kepuasan kerja semakin lama juga dia bekerja disana karena adanya keuntungan menjadi senior, ekspetasi kerja yang rendah. b. Pasangan hidup Pasangan hidup berguna untuk mengurangi stres yang didapat dari pekerjaan dengan berbagi masalah dan juga dapat membantu keuangan dari wirausaha itu sendiri. Clark, Oswald, & Warr (dalam Carree dan Verheul, 2011) menemukan bahwa pekerja yang menikah memiliki kepuasan kerja yang tinggi, terutama kepuasan pada pendapatan. Penelitian dari Blanchflower dan Oswald (dalam Carree dan Verheul, 2011) menunjukkan bahwa adanya efek positif antara pernikahan dengan kebahagiaan pekerja, baik itu pekerja yang digaji maupun wirausaha. Selain itu, mereka juga mendapatkan efek negatif terdapat pada
8 19 pekerja tanpa pasangan hidup seperti pada janda, orang yang bercerai, dan individu yang telah berpisah. c. Risk tolerance Wirausaha biasanya memiliki toleransi resiko yang tinggi daripada karyawan yang bekerja. Risk tolerance dimana ketika ada masalah wirausaha lebih suka menganggapnya sebagai sebuah hal yang positif atau sebagai tantangan bagi dirinya dan ketika masalah dapat diselesaikan akan merasakan kepuasan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara risk tolerance dan mendapatkan kepuasan. d. Gender Beberapa peneltian menemukan bahwa wanita memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada yang dimiliki pria (Van den Heuvel dan Wooden dalam Suyatini, 2004). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul (2011) ditemukan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka daripada pria, meskipun mereka memiliki pendapatan rata-rata yang lebih rendah. Hal ini didukung oleh penelitian dari Cooper dan Artz (dalam Carree dan Verheul, 2011) yang menyatakan bahwa wirausaha wanita lebih puas dalam menjalankan bisnisnya daripada wirausaha pria yang memiliki kepercayaan diri berlebih dalam menjalankan bisnisnya dan biasanya memiliki ketergantungan kerja yang tinggi pada usahanya karena karakter maskulin yang memiliki jiwa kewirausahaan.
9 Wirausaha Wanita Dalam dekade ini, jumlah wirausaha wanita sangat drastis seperti yang telah dicatat oleh Badan Pusat Statistik. Biasanya wanita memulai bisnisnya dari awal dan tidak banyak yang memulai bisnis hanya dari bisnis yang telah mereka lakukan sebelumnya, mereka membuka bisnis baru karena adanya ambisius akan perencanaan pertumbuhan usaha dan laba yang akan dijalankannya. Wanita cukup mudah dalam memulai wirausaha dari unit kecil yang mudah didirikan tanpa membutuhkan modal yang besar (karena tidak memerlukan ruangan yang besar atau ruangan khusus seperti pabrik) dan kesiapan organisasi dan manajemen dan wanita dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar (Tulus, 2012). Wirausaha wanita secara nyata menghadapi persoalan yang umum bagi semua wirausaha (Longenecker et al, 2001). Mereka mengalami kesulitan yang berhubungan dengan peran mereka yang baru, kurangnya akses untuk mendapatkan kredit merupakan permasalahan yang sering muncul bagi wanita yang memasuki suatu bisnis. Wanita sering mendapatkan diskriminasi sehingga menjadi hambatan untuk memulai bisnis (Longenecker et al, 2001). Wanita sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha karena wanita pengusaha lebih bertanggung jawab dan lebih dapat dipercaya dalam masalah pengelolaan keuangan usaha dan wanita cenderung lebih peka terhadap kebutuhan pasar sehingga membuka peluang usaha. Wanita pengusaha cenderung memperlakukan orang lain lebih secara bebas dan cenderung lebih berpandangan ke masa depan ketika membuat suatu keputusan. Dan wanita pengusaha
10 21 cenderung mengutamakan keamanan keluarga dan kontrol diri mereka (Septianingsih, 2011). Dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Septianingsih (2011) disimpulkan bahwa wirausaha wanita tergolong sangat mandiri baik dalam hal siap memulai usaha dan mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap usahanya walaupun dengan modal secukupnya yang dimiliki. Wirausaha wanita memiliki sifat risk-taking yang besar dan lebih berani mengambil resiko dibandingkan pria dan wirausaha wanita juga memiliki toleransi yang tinggi pada usaha yang dijalankannya dibandingkan pria yang berarti dapat menjalankan berbagai tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan tetap berwirausaha. Dan berikut ini karakteristik wirausaha wanita oleh Thomas, Z dan Scarborough, M. N. (2002): Karakteristik Motivasi Titik Awal Sumber pembiayaan Karakteristik pribadi Latar Belakang Tipe dari Usaha awal Wirausaha Wanita - Prestasi pencapaian tujuan - Kebebasan melakukan segalanya sendiri - Frustasi di tempat kerja - Minat - Perubahan keadaan pribadi - Tabungan dan asset pribadi - Hutang pribadi - Fleksibel dan toleran - Orientasi tujuan - Kreatif dan realistis - Kepercayaan diri yang sedang - Antusias dan energik - Memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan sosial dan ekonomi - Usia saat memulai usaha sekitar tahun - Ayah seorang wirausaha - Kuliah jurusan seni - Anak pertama - Ada kaitannya dengan usaha jasa pendidikan, konsultan atau kehumasan
11 22 Dan berdasarkan kepuasan dalam berwirausaha, dalam penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul (2011) ditemukan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka daripada pria, meskipun mereka memiliki pendapatan rata-rata yang lebih rendah Single mother Pengertian Single mother Menurut Perlmutter & Hall (dalam Ayu, D, 2012) ada beberapa sebab mengapa seseorang sampai menjadi single mother, yaitu karena kematiaan suami atau, perceraian atau perpisahan, mempunyai anak tanpa nikah. Exter (dalam Tizar, 2010) mengatakan bahwa menjadi single mother merupakan pilihan hidup yang dijalani oleh individu yang berkomitmen untuk tidak menikah atau menjalin hubungan intim dengan orang lain. Anderson dkk (dalam Tizar, 2010) mengartikan single mother sebagai wanita dewasa yang memilih untuk hidup sendiri tanpa pendamping dikarenakan perpisahan atau perceraian. Single mother dapat pula diartikan sebagai sosok yang menjadi tulang punggung keluarga, baik karena bercerai, kematian atau karena pernikahan yang tidak harmonis (Anderson dkk dalam Tizar, 2010). Menurut Papalia, dkk (2002) single mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan hidupnya baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan untuk tidak menikah melainkan membesarkan anakanaknya seorang diri. Jadi dari beberapa definisi diatas, maka peneliti berpendapat bahwa single mother adalah wanita yang ditinggalkan pasangan hidupnya karena kematian,
12 23 perceraian atau perpisahan dan adanya hubungan tanpa ada ikatan pernikahan yang berperan sebagai tulang punggung keluarga dimana tanggung jawab atas finansial, emosional maupun masa depan keluarga dipegang sepenuhnya oleh wanita tersebut. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu, D (2012), single mother memiliki karakteristik setelah hidup tanpa pasangan. Single mother terbiasa bekerja keras dan selalu mau berusaha, sanggup menghadapi tantangan, dan berani menghadapi resiko, dan terbiasa pula untuk memainkan peran ganda yang membesarkan anak dan mencari nafkah Gambaran Kepuasan Berwirausaha pada Wanita Single mother Single mother yang harus melanjutkan kehidupan keluarga bersama anakanaknya dapat memilih berwirausaha sebagai jalan keluar agar mendapatkan penghasilan dan membantu perekonomian keluarga. Single mother seperti halnya wanita pada umumnya terutama di UKM, wanita mendapat kemudahan untuk memulai usaha yang dapat didirikan tanpa membutuhkan modal yang besar, tidak memerlukan ruangan yang besar atau ruangan khusus seperti pabrik, bahkan dapat dijalan dirumah dan tanpa harus memiliki kemampuan manajemen atau keahlian khusus dan wanita dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar (Tulus, 2012). Dalam berwirausaha, ketika wirausaha mampu menjalani usaha yang diinginkannya dan berhasil sesuai harapannya, ia akan merasakan kepuasan berwirausaha (Suyatini, 2004). Kepuasan berwirausaha yang dikemukakan Carree dan Verheul (2011) dapat dilihat dari pendapatan/ penghasilan, kesejahteraan
13 24 psikologis, dan waktu luang. Kepuasan berwirausaha didorong banyak faktor, karakteristik usaha, motif memulai usaha, dan karakteristik peribadi. Faktor-faktor tersebut yang juga mempengaruhi kepuasan single mother dalam berwirausaha. Karakteristik pribadi single mother yang pekerja keras dan selalu mau berusaha, berani menghadapi resiko, dan sanggup menghadapi tantangan (Ayu, D, 2012) mempengaruhi kepuasan mereka dalam berwirausaha. Single mother memiliki karakteristik sebagai pekerja keras dan selalu mau berusaha, single mother berusaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga dengan berwirausaha. Single mother seperti kebanyakan dari wanita-wanita pengusaha lainnya memilih usaha pada industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi sesuai dengan hal yang disenanginya atau sesuai keahliannya (Tulus, 2012). Ketika single mother merasakan kesenangan karena usaha yang dijalaninya, ia akan merasakan kepuasan pada kesejahteraan psikologisnya karena memiliki kebebasan merefleksikan kesenangannya atau mengembangkan keahliannya pada bisnis yang dijalankannya.. Sifat single mother yang pekerja keras dan selalu mau berusaha mendorongnya untuk selalu bekerja keras agar dapat menghasilkan pendapatan, terlepas dari waktu yang harus dihabiskannya dalam menjalani usaha dan tanggung jawabnya mengurus rumah tangga. Namun jika usahanya menghasilkan pendapatan sesuai dengan harapan, usahanya dalam mengatur waktu dan kerugian waktu yang dirasakannya dapat tergantikan. Dengan demikian single mother akan merasakan kepuasan terhadap pendapatannya tersebut (Longenecker et, al, 2001).
14 25 Single mother memiliki karakter yang berani menghadapi resiko, hal ini membuatnya lebih berani menggunakan modal yang cukup besar dan berani membuka usaha yang cukup besar. Usaha baru yang ukurannya lebih besar biasanya mendatangkan tanggung jawab dan harapan yang lebih tinggi (Cooper & Artz, 1995; Carree & Verheul, 2011). Single mother yang menggunakan modal besar harus lebih bertanggung jawab atas usahanya untuk menghindari kegagalan yang mungkin terjadi, sehingga pendapatan dari usahanya tersebut mengganti modal yang telah ia keluarkan. Dan ketika pendapatan dari usahanya tersebut dapat mengganti besarnya modal yang ia gunakan untuk memulai usahanya, ia akan merasakan kepuasan terhadap pendapatannya (Longenecker et, al, 2001). Karakteristik single mother yang berani mengambil resiko membuatnya bisa menerima berbagai resiko yang mungkin terjadi ketika memilih berwirausaha. Pada fase awal memulai wirausaha, single mother harus menghabiskan waktu dalam berwirausaha karena di awal mulainya usaha cukup sulit (Carree & Verheul, 2011). Single mother harus bisa merelakan waktu bersama keluarga dan teman dan fokus menjalani usaha hingga modal awal terganti dan mendapatkan laba yang menunjukkan keberhasilan. Namun, single mother akan merasakan fleksibilitas dalam mengatur waktu untuk menjalani usahanya setelah usahanya berhasil. Dengan demikian, single mother merasakan kepuasan dapat meluangkan waktu bersama keluarga dan teman. Karena single mother terbiasa menghadapi tantangan, membuat mereka memiliki karakter sanggup menghadapi tantangan. Single mother harus bisa
15 26 menghadapi tantangan dalam berwirausaha dengan meluangkan banyak waktu dalam berwirausaha agar menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan keinginan, namun single mother harus mengorbankan urusan rumah tangganya. Oleh karena itu single mother harus dapat mengatur waktu, agar waktu yang diluangkannya dalam berwirausaha cukup untuk menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan keinginannya dan waktunya mengurus rumah tangga juga cukup. Sehingga ketika single mother telah menemukan cara yang tepat untuk mengatur waktu berwirausaha dan mengurus rumah tangga, ia akan merasakan kepuasan karena dapat mengatur waktunya sendiri untuk membuka usahanya dan menggunakan kebebasan untuk mengurus kehidupannya secara fleksibel (Longenecker et al, 2001). Ketika ada masalah dalam berwirausaha, single mother lebih suka menganggapnya sebagai tantangan. Single mother juga telah terbiasa menjalani berbagai tugas di dalam keluarga sendirian. Tetapi, jika ada dukungan dari orang di sekitarnya akan sangat berarti. Single mother akan merasakan kepuasan karena dengan adanya dukungan dari orang di sekitarnya seperti keluarga dan teman, single mother semakin semangat menjalani usaha walaupun dengan adanya masalah. Dan ketika masalah dapat diselesaikan single mother akan merasakan kepuasan terutama pada kesejahteraan psikologisnya (Longenecker et, al, 2001). Keberadaan pasangan yang juga mempengaruhi kepuasan seseorang dalam berwirausaha (Cooper dan Artz dalam Carree dan Verheul, 2011) tidak menjadi penghalang single mother dalam mencapai kepuasannya dalam berwirausaha
16 27 karena single mother juga dapat mencapai kepuasan dalam menjalankan usahanya tanpa suami disisinya. Masih ada dukungan dari orang di sekitarnya seperti anak, saudara, dan teman yang bisa mendukunganya walaupun single mother menghadapi tantangan-tantangan dalam berwirausaha. Walaupun penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul (2011) menunjukkan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka daripada pria, tidak dapat diambil kesimpulan secara langsung bahwa kepuasan berwirausaha yang dirasakan single mother hanya dari pendapatan/ penghasilan yang didapatnya. Perlu diperhatikan aspek lain dari kepuasan berwirausaha yang lain seperti waktu luang dan psychological well-being. Dan seperti yang diungkapkan oleh (Carree dan Verheul, 2011) bahwa kepuasan berwirausaha dapat dijelaskan atau dapat diukur dengan melihat berbagai aspek yaitu pendapatan, psychological well-being, dan waktu luang sehingga harus dijelaskan atau diukur dengan keseluruhan aspek tersebut.
17 28 KERANGKA TEORITIS Faktor yang mempengaruhi kepuasan berwirausaha Karakteristik usaha Motif memulai usaha Karakteristik pribadi Single mother Karakteristik single mother (Ayu, D, 2012): Pekerja keras dan selalu mau berusaha Berani menghadapi resiko Sanggup menghadapi tantangan Kepuasan berwirausaha Aspek-aspek kepuasan berwirausaha (Carree dan Verheul, 2011) Penghasilan Psychological well-being Waktu luang
BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berpikir
9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian ini. Sejumlah teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan kepuasan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. bagian yaitu tinjauan teori mengenai kepuasan berwirausaha, Adversity Quotient.
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan sejumlah teori yang menjadi kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah bagian yaitu tinjauan teori mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena single mother terus meningkat dan semakin banyak terjadi saat ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika Serikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan berbagai macam penyebab yang berbeda. Tidak ada ibu rumah tangga yang menginginkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis
Lebih terperinciKEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN:
KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN: Wirausaha adalah seseorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya system ekonomi perusahaaan yang bebas. Karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat, menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebagian orang dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergantung sekali pada sumber daya yang dimilikinya, terutama sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia perbankan yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki keterampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhan, yaitu salah satunya need for achievement (kebutuhan berprestasi). Mc
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori 2.1.1. Need for achievement (kebutuhan berprestasi) David McCelland telah memberikan pemahaman motivasi dengan tiga macam kebutuhan, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di berbagai Negara. Pada tahun 2005 di Inggris terdapat 1,9 juta orangtua tunggal dan 91% dari angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciSUSI RACHMAWATI F
HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang sangat bernilai karena sumber daya manusialah yang mengelola seluruh
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia yang dimiliki sebuah perusahaan merupakan aset yang sangat bernilai karena sumber daya manusialah yang mengelola seluruh sumber daya yang ada di dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara
Lebih terperinciMENGAPA KEWIRAUSAHAAN SANGAT PENTING? Dosen: Hadi Cahyono SE.MM Universitas Narotama
MENGAPA KEWIRAUSAHAAN SANGAT PENTING? Dosen: Hadi Cahyono SE.MM Universitas Narotama Without entrepreneur, economies become poor and weak. The old will not exist; the new can not enter Lester Thurow Pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum keberadan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan UKM terbukti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Subjective Well-Being A. Subjective Well-Being Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang ( pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Dinamika Personal Growth periode anak anak dewasa muda pada individu yang mengalami masa perkembangan
Lebih terperincimenilai kondisi kehidupannya saat ini dengan melihat jarak antara posisi kehidupannya saat ini dengan kehidupan yang diinginkan. Dalam hal ini bisa di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang pasti menginginkan kualitas hidup yang baik dan memiliki standar tersendiri mengenai kualitas hidup, begitu pun dengan wirausahawan. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah dan memiliki anak adalah salah satu fase yang dialami dalam kehidupan dewasa awal. Alasan utama untuk melakukan pernikahan adalah adanya cinta dan komitmen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai
Lebih terperinciPERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA
PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Pada saat ini tidak hanya suami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi banyak istri yang bekerja juga. Wanita yang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Mendirikan Usaha Baru (Start Up) Mendirikan usaha baru adalah memulai usaha dengan mendirikan perusahaan yang baru. Dalam hal ini yang harus dilakukan
Lebih terperinciKewirausahaan dan Memulai Bisnis Kecil
Modul ke: 03 Kewirausahaan dan Memulai Bisnis Kecil Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Fakultas Desain & Seni Kreatif Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id A. Mengapa Orang mengambil Tantangan wirausaha
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hidup di tempat kerja, pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan tujuan utama seseorang dalam meraih aktualisasi diri terhadap potensi yang dimiliki. Dalam perjalanan kerja, sebagian besar orang mulai merasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan untuk membentuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai
Lebih terperinciLAMPIRAN. Df Alpha 5%
LAMPIRAN Tabel r (TWO-TAILED TEST) Df Alpha 5% Df Alpha 5% Df Alpha 5% Df Alpha 5% 1 0.997 26 0.374 51 0.271 76 0.223 2 0.95 27 0.367 52 0.268 77 0.221 3 0.878 28 0.361 53 0.266 78 0.22 4 0.811 29 0.355
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-menerus dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Karakteristik Kewirausahaan 2.1.1.1 Pengertian Kewirausahaan Secara harfiah wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir Sunarto (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan
Lebih terperinciKEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan
MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dalam kesehariannya untuk menjaga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk individu dalam kesehariannya untuk menjaga keberlangsungan dan kebutuhan hidup adalah dengan melakukan usaha atau berbisnis, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi organisasi, dimana pada hakekatnya berfungsi sebagai faktor penggerak bagi setiap kegiatan di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan hidup adalah dengan peningkatan ekonomi. Didalam orang yang sudah berkeluarga tentunya mempunyai berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka kelak. Salah satu bentuk hubungan yang paling kuat tingkat. cinta, kasih sayang, dan saling menghormati (Kertamuda, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain menimbulkan sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Komitmen Perkawinan 1. Pengertian Komitmen Perkawinan Dalam menjalani suatu hubungan, individu tidak lepas dari rasa ketergantungan satu dengan yang lainnya, sehingga akan muncul
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Impian setiap pasangan adalah membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Dalam menjalani rumah tangga setiap pasangan pasti memiliki berbagai keinginan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam memenuhi kewajiban maupun tanggung jawab kepada anak-anaknya. Pengasuhan dan pendidikan pertama
Lebih terperinciMateri Kewirausahaan dan Prakarya Kelas X SMA Semester 1
Materi Kewirausahaan dan Prakarya Kelas X SMA Semester 1 1. Dasar dasar kewirausahaan bidang kerajianan tekstil a. Perbedaan konsep kewirausahaan dengan wirausahawan Kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa,
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
58 BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan; diskusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu
Lebih terperincibanyak Rp 1 miliar per tahun.
10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Industri Kecil Menurut BPS (2013) b,klasifikasi usaha dapat didasarkan pada jumlah tenaga kerja, jika tenaga kerjanya 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting, diantaranya sebagai sumber dukungan sosial bagi individu, dan juga pernikahan dapat memberikan kebahagiaan
Lebih terperinciPEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I
PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: ARTANTO RIDHO LAKSONO F 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menghabiskan sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga interdependent satu sama lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan untuk menghasilkan produktifitas kinerja yang baik dan mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan single parent adalah perempuan yang telah bercerai dengan pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi, membimbing, dan merawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dilakukan disegala bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dilakukan disegala bidang seperti dalam bidang ekonomi yang menjadi pusat perhatian utama dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah hubungan yang menjadi penting bagi individu lanjut usia yang telah kehilangan banyak peran (Indriana, 2013). Para individu lanjut usia atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) sering disebut juga sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi.gerak
Lebih terperinci2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi kedalam kehidupan. Visi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kewirausahaan merupakan kekuatan atau kemampuan seseorang untuk mendirikan, mengelola, mengembangkan usaha dan melembagakan perusahannya sendiri. Selain itu kewirausahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak, dalam keluarga terjadi proses pendidikan orang tua pada anak yang dapat membantu perkembangan anak.
Lebih terperinciModul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI
Modul ke: 01Fakultas FASILKOM KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM Matsani, S.E, M.M Program Studi SISTEM INFORMASI DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN Menurut Thomas W. Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemakmuran suatu negara bisa dinilai dari kemampuan negara tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna dan mendistribusikannya ke seluruh penduduk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepala keluarga memiliki peran sangat penting dalam kehidupan berumah tangga, selain dituntut untuk memberikan nafkah, perlindungan fisik yang efektif dan dukungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu untuk bekerja. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Wirausahawan adalah hasil dari sifat asli manusia itu sendiri serta beberapa faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan didefinisikan sebagai hubungan yang diakui secara sosial antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat hubungan
Lebih terperinciMENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN
MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciA. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA
A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,
Lebih terperinciKonsepsi Dasar Kewirausahaan
Modul ke: Konsepsi Dasar Kewirausahaan 01 Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Fakultas Ilmu Komputer Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari bab ini, para
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Hakim Matondang dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha
Lebih terperinci