STRES DAN KONFLIK DALAM ORGANISASI. Mada Sutapa *) Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF DI SEKOLAH

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK

MEMENAJEMENI KONFLIK DALAM SUATU ORGANISASI

KEPUASAN KERJA. Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi. DISUSUN OLEH : 1. Ulfa Qorrirotun Nafis ( ) 2. Dede Hidayat ( )

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-6 (UAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pada individu akibat menanggung peran ganda, baik dalam pekerjaan (work)

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr.

Nama : Burhanudin Indra NIM : Kelas : SI/22

Nama: Anton Rahmat Riyadi NIM :

KONFLIK DAN NEGOSIASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus

RENCANA PROGRAM & KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

Variabel Semangat Kerja dan Indikator Pengukurannya

BAB II URAIAN TEORETIS

ORIENTASI KONSEP PO YUDHA PRAKASA, S.AB, M.AB L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan:

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam perilaku. Peran ganda dapat didefenisikan dimana seseorang memiliki

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 GAYA PENANGANAN KONFLIK PADA CREDIT UNION KELING KUMANG KANTOR SENTRAL DI SINTANG

MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PEGAWAI

STRES KERJA. Sumber: Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 4 th. Ed., Prentice-Hall of India Private Limited New Delhi ,1990

SEPUTAR MANAJEMEN KONFLIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Globalisasi mengakibatkan adanya perubahan dengan tuntutan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., hlm. 176

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sutiadi (2003:6) dalam Ida Ayu dan Suprayetno (2008) mendefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teori Organisasi Umum 1 KONFLIK ORGANISASI. Konflik Organisasi 1/13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

FAKTOR PENYEBAB KONFLIK SECARA UMUM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan harus mampu berproduksi secara efektif dan efisien untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. keefektifan dan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kepuasaan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IKLIM ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB ORIENTASI KONSEP PPO

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan gaya kepemimpinan..., Eka Prasetiawati, FISIP 1 UI, 2009 Universitas Indonesia

PERILAKU KEORGANISASIAN IT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan

STRES KERJA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KARYAWAN BERDASARKAN GENDER (STUDI PADA KARYAWAN PT. BANK DANAMON, TBK MANADO)

Suatu proses dimana satu pihak menganggap pihak lain secara negatif, merugikan dan perlu dihindari. Pandangan mengenai konflik:

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adalah cara individu merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DENGAN KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja ( job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama dari sekian banyak

TERMOTIVASI UNTUK MENGELUARKAN IDE-IDENYA DAN MENGUJINYA SERTA MENULARKAN DAN MENGEMBANGKAN POTENSI DIRINYA SECARA MAKSIMAL.

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN

EMOSI DAN SUASANA HATI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR S T E P H E N P. R O B B I N S

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif

BAB II LANDASAN TEORI

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang dapat memenuhi kebutuhannya ia akan mempunyai kepuasan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor utama yang menentukan berhasil

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian saat ini menunjukkan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadatnya, alamnya yang indah, atraksi wisata serta mempunyai keaneka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

HUBUNGAN KONFLIK DENGAN KINERJA PEGAWAI BIRO BINA SOsSIAL SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

STRES DAN KONFLIK DALAM ORGANISASI Mada Sutapa *) Abstract Stress and conflict can not separated, because of severe and prolonged stress will lead to conflict within the individual as well as between indvidu within the organization. Conflicts may occur in the relationship between the leaders (managers) and subordinates because of the character of hierarchical relationships. The conflict in the lower level can be considered as part of management that is expected to have significant changes. But if the conflict is so severe and profound emotion had played a major role, it shows the weakness of the organization and placed in the position of disadvantage. In this context, the figure of the leader (manager), the organization plays an important role in handling the conflict. Key words: stress, conflict, organizational performance A. Pendahuluan Menarik untuk mengkaji stres dan konflik dalam organisasi. Stres dan konflik merupakan sebuah cerminan perilaku individu dan kelompok yang dapat mempengaruhi perilaku organisasi secara keseluruhan. Perilaku organisasi mendasarkan diri terhadap apa yang dilakukan orang-orang dalam organisasi dan bagaimana perilaku tersebut mempengaruhi kinerja dari organisasi, dan menyangkut pula mengenai aspek-aspek tingkah laku anggota dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Organisasi dapat memberikan pengaruh pada anggota dalam organisasi, sebaliknya mereka bisa mempengaruhi organisasi. *) Dosen pada Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY 1

Perilaku organisasi menekankan pada kemampuan memahami persoalan yang muncul dan menjelaskan secara nyata tindakan-tindakan pemecahan masalah. Fokus utama dari perilaku organisasi adalah pada perilaku atau tingkah laku organisasi dan bagaimana perilaku dari anggota-anggota organisasi mempengaruhi organisasi. B. Stres Dan Perilaku Individu Stres pada hakekatnya merupakan ketegangan emosional dalam interaksi antar seorang dengan lingkungannya yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang. Stres bisa menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk yang bersifat : 1. Fisiologis, seperti perubahan yang terjadi dalam metabolisme seseorang, gangguan pada cara bekerja jantung, pusing, dan gangguan pernafasan 2. Psikologis, seperti ketegangan, mudah tersinggung, bersikap menunda pekerjaan, kebosanan, dan ketidakpuasan dengan pekerjaannya 3. Keperilakuan, seperti menurunnya produktivitas, tingkat kemangkiran yang tinggi, mencari pelarian dengan merokok lebih banyak dari biasanya, dan keinginan pindah kerja. Sebagai sebuah perilaku individu, stressor dalam kehidupan seseorang dapat berasal dari faktor lingkungan, organisasional, dan dari dalam individu, seperti penjelasan berikut. 1. Ketidakpastian lingkungan, baik internal maupun eksternal organisasi merupakan salah satu faktor yang menimbulkan stres. Ketidakpastian lingkungan bisa menyangkut bidang ekonomi, politik dan kekuasaan, dan faktor dampak perkembangan teknologi 2. Faktor organisasional yang menjadi penyebab munculnya stres sangatlah beragam yaitu faktor tuntutan tugas atau pekerjaan, peranan, hubungan interpersonal, struktur organisasi, serta kepemimpinan dan siklus kehidupan organisasi 2

3. Faktor dalam diri individu bisa berasal dari faktor masalah keluarga, masalah ekonomi, dan perbedaan-perbedaan individu seperti persepsi seseorang terhadap sesuatu, pengalaman, ada tidaknya dukungan sosial, tipologi manusia, dan tipologi perilaku manusia. Menurut Sondang P Siagian (2000,147-148) terdapat dua tipologi manusia dan dua tipologi perilaku yang menyangkut lokus kendali hidupnya (locus of control). Sebagian orang berpendapat bahwa merekalah tuan hidupnya dan nasib mereka berada di tangan sendiri, yang dikenal dengan tipologi lokus kendali hidupnya bersifat internal. Orang dengan tipologi seperti ini secara umum lebih tegar menghadapi stres dan lebih mampu mengatasinya. Tipologi kedua adalah orang yang menganggap bahwa hidup mereka hanya pemain dan ada sutradara yang mengatur peranan apa yang mereka mainkan dan dalam lakon hidup yang bagaimana. Tipologi orang seperti in dikenal dengan kategori manusia yang lokus kendali hidupnya bersifat eksternal atau terletak pada pihak lain. Orang dengan tipologi ini akan cenderung menderita stres berat dibandingkan dengan orang yang lokus kendali hidupnya bersifat internal. Sedangkan tipologi perilaku manusia dikatakan merupakan gaya seseorang dalam menghadapi kehidupan, yang dikenal dengan tipe perilaku A dan tipe perilaku B. Manusia dengan perilaku tipe A menunjukkan keterlibatan yang agresif dalam pergumulan memperoleh lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat, bila perlu berhadapan dengan kekuatan penentang atau orang lain. Ciri-ciri tipe A antara lain selalu bergerak, berjalan dan makan dengan cepat; merasa peristiwa yang terjadi berlangsung lambat; berupaya memikirkan atau berbuat dua hal atau lebih sekaligus; tidak senang apabila memiliki banyak waktu senggang; dan obsesinya adalah pada angka-angka terutama yang menggambarkan berbagai hal yang telah berhasil dikumpulkan. Tipologi perilaku kategori A cenderung lebih mudah dihinggapi stres ketimbang orang dengan perilaku B. Sebaliknya tipologi perilaku B jarang terdorong oleh keinginan untuk memperoleh lebih banyak hal atau berpartisipasi dalam banyak kegiatan dalam waktu yang semakin pendek. Ciri-ciri tipe B antara lain tidak pernah merasa dikejar 3

oleh sesuatu karena urgensinya; tidak mengalami ketidaksabaran mengenai peristiwa-peristiwa hidup; tidak senang membicarakan keberhasilannya, kecuali situasi tertentu menuntutnya berbuat demikian; jika bermain, mereka melakukannya dengan santai dan demi kenikmatan hidup bukan untuk menunjukkan kehebatannya kepada orang lain; dan dapat menikmati suasana santai tanpa rasa bersalah. C. Manajemen Stres Dalam Kinerja Organisasi Stres dalam organisasi tidak selamanya membahayakan kehidupan organisasi, sepanjang stres yang muncul hanya akan berada pada tingkat yang rendah atau moderat. Alasannya adalah karena stres pada tingkat tertentu memang diperlukan karena dapat bersifat fungsional yang berperan sebagai pendorong peningkatan kinerja anggota organisasi. Tetapi stres harus segera dikurangi atau dihentikan apabila gejala yang timbul akan berakibat pada stres yang berkepanjangan atau berat yang akan bersifat disfungsional dan menurunkan kinerja yang pada akhirnya akan menimbulkan stres pada tataran organisasional yang akan membahayakan kelangsungan hidup organisasi. Manajemen harus mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah dan intensitas stres dalam rangka peningkatan efektivitas organisasi. Strategi menghadapi stres dapat diklasifikasikan dalam pendekatan individual dan organisasional. Pendekatan individual dengan manajemen waktu, olah raga teratur, pelatihan rileks dan memperluas jaringan dukungan sosial. Sedangkan pendekatan organisasional dengan menggunakan kendali manajemen dalam bentuk perbaikan proses seleksi dan penempatan, penggunaan prinsipprinsip penentuan tujuan secara reliastik, rancang bangun ulang pekerjaan, pengambilan keputusan yang partisipatif, proses komunikasi, dan olah kebugaran(sondang P Siagian, 2000,149-153). Strategi mengatasi stres di atas bukan berarti organisasi bersikap altruistik, artinya pada analisis terakhir demi kepentingan organisasi sendiri, langkahlangkah organisasional diambil sebagai kebijakan. Namun langkah-langkah 4

tersebut diambil untuk hasil akhir peningkatan kemampuan organisasi dalam meningkatkan efektivitas kinerjanya. D. Stres Dan Konflik Dalam Organisasi Stres dan konflik tidak bisa dipisahkah, karena stres yang berat dan berkepanjangan akan menimbulkan konflik dalam diri individu maupun antar indvidu dalam organisasi. Konflik bisa terjadi dalam hubungan antara pimpinan (manajer) dan bawahan karena karakter hubungan yang hirarkis. Konflik yang terjadi dalam tataran rendah dapat dipandang sebagai bagian dari manajemen yang diharapkan ada perubahan-perubahan berarti. Tetapi kalau konflik sudah parah dan mendalam sehingga emosi sudah memainkan peranan penting, hal tersebut menunjukkan kelemahan organisasi dan menempatkannya pada posisi merugikan. Konflik yang terjadi dalam organisasi sangat sulit untuk dihilangkan. Persaingan dan konflik mudah timbul dalam hubungan antar kelompok karena berbagai faktor perbedaan sasaran, sistem nilai, upaya, dan kepentingan. Doctoroff (Mada Sutapa, 2002) menyebut konflik sebagai ibu dari segala perubahan (the mother of changes), karena kalau konflik dikelola dengan baik akan mendorong pada perubahan yang berarti. E. Sumber Masalah Penyebab Konflik Pada umumnya konflik dalam organisasi disebabkan oleh sumberdaya yang kurang untuk menyelesaikan pekerjaan yang akan menimbulkan kompetisi. Kompetisi tersebut dapat melahirkan konflik yang berkepanjangan karena memperebutkan sumberdaya. Kelangkaan sumberdaya organisasi tidak akan pernah memberi keluasan bagi setiap orang sehingga tidak akan pernah ditemukan harmonisasi (Berryman-Fink, dalam Mada Sutapa, 2002). Konflik tidak dapat dihindarkan, tetapi tidak jelek, malahan diperlukan karena membangkitkan semangat menantang dan tidak jarang menyenangkan. 5

Secara konseptual, terdapat perspektif yang berbeda mengenai konflik yang dapat dijelaskan berikut. 1. Perspektif tradisional, menekankan bahwa konflik merupakan hal yang tidak baik dan harus dicegah jangan sampai muncul karena dampaknya negatif terhadap kelompok lain dan berdampak pada organisasi secara keseluruhan 2. Perspektif human relations, menekankan bahwa ada perbedaan dalam diri anggota kelompok, yang mana perbedaan pendapat akan tumbuh secara alamiah. Perbedaan tersebut bisa berakibat pada perbedaan persepsi sistem nilai dan cara pendekatan melihat sesuatu. Perbedaan pendapat merupakan hal yang alamiah, maka konflik tidak dapat dikatakan baik atau buruk, tapi merupakan hal yang normal dalam organisasi 3. Perspektif interactionist, menekankan bahwa konflik merupakan hal yang baik, dan mendorong selalu timbul konflik karena diperlukan untuk kinerja organisasi. Sumber-sumber masalah yang dapat menimbulkan konflik dalam kerja organisasi menurut Sondang P Siagian (2000,162) disebabkan oleh karena adanya: 1. tujuan 2. kebutuhan para anggota 3. norma-norma 4. pengambilan keputusan 5. kepemimpinan 6. besaran jumlah anggota. F. Manajemen Konflik Dalam Kinerja Organisasi Dalam penyelesain konflik, yang terpenting dilakukan adalah harus diupayakan agar situasi dalam kelompok bukan dalam bentuk zero-sum game atau dalam pandangan bahwa kerugian bagi kamu merupakan keuntungan bagi saya, karena akan cenderung timbul persaingan yang tidak sehat. Penyelesaian konflik 6

harus bersifat fungsional yang akan mempunyai dampak pada pertumbuhan kreativitas antara anggota yang terlibat, peningkatan kinerja kelompok, dorongan terjadinya persaingan yang sehat, dan kesediaan menerima perbedaan-perbedaan dalam diri anggota kelompok dan organisasi. Faktor-faktor penyebab timbulnya konflik bisa diatasi dengan penanganan melalui (J salusu, 2002,184-185) berbagai faktor berikut. 1. Strategi bersaing, berlangsung dalam suasana persaingan dengan membiarkanseseorang atau kelompok berupaya memuaskan kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan dampaknya pada orang lain 2. Kolaborasi, cara penanganan untuk memuaskan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam konflik dengan kerja sama, dengan tidak ada yang dirugikan 3. Mengelak, sikap seseorang atau kelompok yang mengakui terdapat konflik dalam hubungan interaksinya dengan orang atau kelompok lain, tetapi yang bersangkutan ingih menarik diri atau menekan konflik agar tidak semakin meruncing 4. Bersikap akomodatif, demi terpeliharanya hubungan dan interaksi yang serasi, satu pihak melakukan pengorbanan dengan menempatkan kepentingan pihak lain di atas kepentingan sendiri 5. Kompromi, masing-masing pihak bersedia mengorbankan sesuatu atau berbagai sesuatu dengan pihak lain dengan tidak ada yang menang dan kalah. Komunikasi memegang peranan penting dalam menghadapi konflik yang terjadi. Oleh karena itu, perlu memperhatikan berbagai gaya komunikasi yang bisa digunakan dalam menangani konflik seperti penjelasan berikut (J Salusu, 2002,308-309). 1. Gaya agresif, merupakan ancaman, ultimatum, paksaan, bertahan, jarang menyelesaikan permasalahan secara tuntas 2. Gaya mundur, digunakan untuk menghindar dari konflik yang sedang berlangsung 7

3. Gaya menyerah, tetap membiarkan seseorang terlibat dalam konflik 4. Gaya kompromi, cara yang logis dan rasional menyelesaikan konflik 5. Gaya penyelesaian masalah, mengajak semua untuk secara bersama-sama mencari jalan keluar melalui proses penyelesaian konflik yang rasional 6. Gaya intergarsi, masing-masing pihak yang berkonflik merasa menang karena keinginannya terpenuhi. Semakin fleksibel organisasi, semakin mudah integrasi dicapai. G. Penutup Stress merupakan perilaku individu yang dapat menimpa siapapun dalam organisasi. Stres yang berkepanjangan dan tidak ditangani segera, akan memunculkan konflik antar individu atau kelompok dalam organisasi yang akan menurunkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Dalam konteks tersebut, figur pemimpin (manajer) organisasi sangat substansial dalam menangani konflik yang terjadi. Hubungan pemimpin dengan bawahan untuk bertindak otoriter ataupun persuasif sangat tergantung pada tingkat kematangan (level of maturity) bawahan yang dipimpinnya. Bawahan tidak mungkin diperintah terus menerus atau dibujuk terus menerus, akan tetapi harus bisa membuat seluruh sistem mengarah pada pengharapan manusianya sebagai sumberdaya terpenting. Aktivitas dan keterikatan anggota organisasi mempunyai peranan penting dalam mengemban fungsi dan tugas masing-masing. Keinginan kuat tersebut akan nampak dalam keterlibatan dan peran serta mereka dalam organisasi yang didasarkan pada keinginan mereka untuk tetap menjadi anggota organisasi, keterlibatannya untuk berusaha bekerja sebaik mungkin, dan kepercayaan serta kesediaan untuk menerima nilai-nilai organisasi. Untuk menangani konflik yang terjadi dalam organisasi, perlu dikembangkan sistem penghargaan yang memadai atas prestasi bawahan; menciptakan lingungan kerja yang menjamin rasa aman dan kesejahteraan; menciptakan rasa kesetiakawanan dan rasa bangga (esprit de corps) atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dalam suatu kedisiplinan tugas; pemimpin harus memberi 8

contoh, perhatian dan mendidik bawahan untuk maju; dan jalur komando harus jelas agar aliran informasi (flow of information) tidak sampai terhambat pada semua level. Daftar Pustaka Hersey, Paul dan Blanchard, Kenneth. 1982. Management of Organizational behavior, Utilizing Human Resources. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. J Salusu. 2002. Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Organisasi Nonprofit. Grasindo. Jakarta. Publik dan Luthans, Fred. 1981. Organizational Behavior. McGraw-Hill Book Company New York. Mada Sutapa, 2002, Buku Pegangan Kuliah Organisasi Pendidikan, FIP Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Malayu SP Hasibuan. 2001. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Bumi Aksara. Jakarta. Miftah Thoha. 1990. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Rajawali. Jakarta. Robbins, Stephen P. 1996. Organizational Behavior Concepts, Controversies, Applications. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Sondang P Siagian. 2000. Teori Pengembangan Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta. 9