BOLEHKAH MENGGUNAKAN KONTRAK HARGA SATUAN UNTUK PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBUAHAN PEKERJAAN DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI

PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang)

PENTINGNYA MEMAHAMI JENIS KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA

NEGOSIASI DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH Oleh Abu Sopian Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang

PEMBAYARAN ATAS HASIL PEKERJAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEDUDUKAN PENYEDIA BARANG/JASA MENURUT PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015

KLARIFIKASI DAN PEMBUKTIAN DOKUMEN DALAM PROSES LELANG Oleh Abu Sopian Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

HPS MELEBIHI PAGU ANGGARAN DAPAT TERJADI DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

BEBERAPA CATATAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015

LARANGAN PENYAMPAIAN DOKUMEN PENAWARAN DENGAN CARA DUA TAHAP DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

Kata Kunci : kontes, memperlombakan, harga pasar, tim juri, Pokja ULP.

PASAL-PASAL KONTROVERSIAL DALAM PERPRES NOMOR 70 TAHUN 2012

MITIGASI RISIKO PELAKSANAN KONTRAK Oleh : Abu Sopian, S.H., M.M.

LARANGAN NEGOSIASI DALAM PROSES LELANG Oleh Abu Sopian Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya 1. Sistem Gugur 2. Sistem Nilai 3. Biaya Selama Umum Ekonomis

1 JDIH Kementerian PUPR

PENGADAAN LANGSUNG YANG BERTANGGUNG JAWAB. (Abu Sopian/Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

2 Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64); 2. Peraturan Pemerintah Nomor

PERMASALAHAN KONTRAK KONSTRUKSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar.

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

SWAKELOLA DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

1. Keterbatasan Jumlah Petugas.

MASALAH SURAT JAMINAN PENAWARAN DALAM PROSES PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA. Oleh : Abu Sopian Balai Diklat Keuangan Palembang

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

Pasal 87 Perpres No. 54 Tahun 2010 DASAR PERATURAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SPESIFIKASI, HPS DAN KONTRAK

ANTARA PPK, PPTK, dan PPK-SKPD Abu Sopian, Balai Diklat Keuangan Palembang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG

E-PURCHASING DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN CARA PENGADAAN LANGSUNG oleh: Abu Sopian, S.H., M.M. Balai Diklat Keuangan Pelembang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MODUL 4 : TEKNIK DAN PENYUSUNAN Surat Perjanjian

LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 4 Tahun 2008 TANGGAL : 4 Pebruari 2008 BAB I PENGORGANISASIAN KEGIATAN

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

POKJA VIII ULP KABUPATEN BALANGAN 2013

TATA CARA PEMBUKAAN DOKUMEN PENAWARAN DALAM PEMILIHAN PENYEDIA PENGADAAN BARANG DAN JASA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/PRT/M/2013 TENTANG

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK

DASAR PERATURAN. Pasal 87 Perpres No. 54 Tahun 2010

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (BAPP) Nomor : 03/POKJA.K3/ULP-PROV/ APBD/IV/2012

PENGADAAN LANGSUNG BOLEH DILAKSANAKAN OLEH PENYEDIA YANG TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN oleh: Abu Sopian, S.H., M.M. Balai Diklat Keuangan Pelembang

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG

14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL

Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa MUDJISANTOSA

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (BAPP) Nomor : 03/POKJA.K1/ULP.PROV/PU/APBD/IV/2012 : PEMBANGUNAN PERKANTORAN KWARDA PRAMUKA PROVINSI

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (BAPP) Nomor : 03.4/POKJA.KT2-ULP/APBD/III/2012

P E M E R I N T A H K O T A C I M A H I UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) Komplek Perkantoran Pemerintah Kota Cimahi Jl. Rd Demang Hardjakusumah

Lembar Data Pengadaan (LDP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MODUL 2: KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK (Perpres 54/2010 jo Perpres 04/2015)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

PENJELASAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN

KEMENTERIAN AGAMA PANITIA PENGADAAN BARANG/ JAS MADRASAH ALIYAH NEGERI GENTEN Jl. KH Wakhid Hasyim No. 06 Genteng ( ) BANYUWANGI

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami :

BERITA ACARA PENJELASAN Nomor : KN.01.01/I.02/1214/2016

BAB I PENDAHULUAN. negara yaitu terciptanya masyarakat adil dan makmur. Wujud nyata dari

TATA CARA PENGADAAN LANGSUNG DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

CONTOH SOAL UJIAN SERTIFIKASI AHLI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TINGKAT DASAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RISALAH PENJELASAN PEKERJAAN ( AANWIJZING )

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik

Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

H. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

Republik Indonesia A D D E N D U M. Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi. dengan Pascakualifikasi

ADDENDUM DOKUMEN LELANG Nomor : 03/ADD/PPBJ-Distamben/VII/2012/B.2

DAFTAR ISI BAB I. UMUM... 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI KEPADA PESERTA (IKP)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HARGA SATUAN TIMPANG, APA DAN BAGAIMANA PERLAKUANNYA? Oleh : Fatimah Widyaiswara Muda BDK Malang

PENJELASAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA INSTANSI PEMERINTAH

I. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

PERSYARATAN KUALIFIKASI PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH Oleh : Abu Sopian, S.H., M.M. Widyaiswara Madya Balai Diklat Keuangan Palembang

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH ABSTRAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Paket Pengadaan Barang Paket Pengadaan Peralatan Pendukung Pengembangan ICT Bawaslu Tahun 2014

C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

PANITIA PENGADAAN BARANG JASA MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI ( MIN ) SUMBERKEPUH KABUPATEN NGANJUK APBN TAHUN ANGGARAN 2012 RAHABILITASI RUANG KELAS

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (BAPP)

MODUL PENGANTAR MODUL 1 ADMINISTRASI KONTRAK PENGANTAR MODUL 1 KONTRAK

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN / AANWIJZING Nomor : 05.04/ULP-PK.08-36/2014

Standar Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi (Badan Usaha) Prakualifikasi Metode Dua Sampul dan Evaluasi Kualitas dan Biaya Kontrak Harga Satuan

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BOLEHKAH MENGGUNAKAN KONTRAK HARGA SATUAN UNTUK PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak Dalam hal pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan kontrak, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus menetapkan jenis kontrak yang digunakan. PPK dapat memilih salah satu di antara 3 (tiga) jenis kontrak yaitu: kontrsk lump sum; kontrak harga satuan; kontrak gabungan (sebagian lump sum dan sebagian harga satuan). Kontrak lump sum diperuntukkan untuk pekerjaan yang volumenya sudah pasti, kontrak harga satuan diperuntukkan untuk pekerjaan yang volumenya masih bersifat perkiraan, kontrak gabungan diperuntukkan untuk pekerjaan yang volumenya sebagian sudah pasti dan sebagian masih bersifat perkiraan. Dalam hal terdapat perbedaan kondisi di lapangan pada saat penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan perubahan kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut: - kontrak lump sum tidak dibolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang. - kontrak harga satuan dibolehkan pekerjaan tambahan maksimal 10% dari nilai kontrak awal. - kontrak gabungan, porsi lump sum tidak dibolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang sedangkan porsi harga satuan dibolehkan maksimal 10% dari nilai kontrak awal. Untuk membuka kemungkinan dilakukannya penambahan/pengurangan pekerjaan pada pekerjaan konstruksi, PPK lebih memilih menggunakan jenis kontrak harga satuan. Permasalahannya adalah, apakah dibolehkan menggunakan kontrak harga satuan pada pekerjaan konstruksi. Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Kata Kunci : Pekerjaan konstruksi, disain perencanaan, kontrak lump sum, kontrak harga satuan, pekerjaan tambah/kurang. A. Perencanaan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Pengadaan pekerjaan konstruksi dilaksanakan dengan lebih dahulu menyusun rencana yang dituangkan dalam gambar detail disain bangunan. Gambar detail disain bangunan gedung/rumah dinas pemerintah yang akan dikerjakan/dibangun disusun oleh konsultan perencanaan sebelum proses pemilihan penyedia pekerjaan. Dalam proses pemilihan penyedia pekerjaan yang dilakukan dengan cara lelang, gambar detail disain bangunan tersebut telah dijadikan bahan rujukan utama bagi para peserta lelang dalam memperhitungkan harga penawarannya. Setiap komponen pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh penyedia sebagai pemenang lelang telah diperhitungkan dalam surat penawarannya. Pengurangan maupun penambahan pekerjaan akan berdampak pada pengurangan/penambahan biaya. Dalam kenyataannya menyusun disain rencana detail bangunan yang benar-benar sempurna bukanlah suatu hal yang mudah. Sebagai manusia konsultan perencana tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Sekecil apapun kemungkinannya, tetap saja bisa terdapat

kesalahan/kekurangan dalam perencanaan baik yang disebabkan oleh adanya sesuatu yang luput dari perhitungan konsultan perencana seperti kesalahan dalam menilai jenis tanah di lokasi bangunan maupun yang disebabkan oleh kondisi lain yang terjadi pada saat pelaksanaan pekerjaan. Contoh kesalahan konsultan perencana adalah tidak memperhitungkan perlunya pemasangan cerucup untuk menahan agar tanah tidak longsor. Pada saat pengerjaan bangunan diketahui bahwa diperlukan pemasangan cerucup untuk menghindari terjadinya tanah longsor yang dapat membahayakan bangunan. Contoh kondisi yang terjadi diluar kesalahan konsultan perencanaan adalah pengurangan sebagian pekerjaan yang sudah direncanakan disebabkan oleh kegagalan pembebasan lahan. Pada saat akan dilaksanakan sebagian pekerjaan tidak dapat dilaksanakan karena ditentang oleh masyarakat pemilik lahan. Kesalahan perencanaan tersebut tidak mungkin diabaikan begitu saja dengan tetap melaksanakan pekerjaan menurut disain yang keliru. Pemasangan cerucup dalam contoh di atas jika tidak dilakukan dapat menyebabkan robohnya bangunan yang ada. Sedangkan pembangunan di atas tanah yang masih diklaim oleh masyarakat dalam contoh di atas tidak mungkin dilanjutkan karena ditentang oleh masyarakat/pemilik lahan. B. Peraturan Tentang Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Peraturan tentang kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah diatur dalam pasal 50 Perpres nomor 70 tahun 2012 dan pasal 51 Perpres nomor 54 tahun 2010. Pasal 50 Perpres nomor 70 tahun 2012 berbunyi PPK menetapkan jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dalam rancangan kontrak. Pasal 51 ayat (1) Perpres nomor 54 tahun 2010 berbunyi: Kontrak Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut: a. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga; b. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa; c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak; d. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based); e. total harga penawaran bersifat mengikat; dan f. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang. Pasal 51 ayat (2) Perpres nomor 54 tahun 2010 berbunyi: Kontrak harga satuan merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu; b. Volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat kontrak ditandatangani; c. Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa; dan d. Dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan Pasal 51 ayat (3) Perpres nomor 54 tahun 2010 berbunyi:

Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan adalah Kontrak yang merupakan gabungan Lump Sum dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan. Berdasarkan ketentuan tersebut diatas dipahami bahwa: kontrak lump sum digunakan untuk penyelesaian pekerjaan yang volumenya sudah dapat dipastikan, kontrak harga satuan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan yang volumenya masih berupa perkiraan atau belum dapat dipastikan, kontrak gabungan adalah kontrak untuk pekerjaan yang volumenya sebagian sudah pasti dan sebagian masih bersifat perkiraan. Contoh pekerjaan yang volumenya sudah pasti adalah pembangunan gedung kantor. Contoh pekerjaan yang volumenya masih perkiraan adalah pengadaan bahan makan untuk narapidana. Contoh pekerjaan yang volumenya sebagian masih bersifat perkiraan adalah pembangunan gedung kantor dengan pondasi tiang pancang pada lahan tanah yang labil. Volume untuk pekerjaan fisik gedung sudah pasti sedangkan volume untuk tiang pancang masih bersifat perkiraan. Berdasarkan uraian di atas jenis kontrak yang tepat untuk pekerjaan konstruksi adalah kontrak lump sum. Dalam hal bangunan tersebut dibangun di atas tanah yang labil dan pondasi yang digunakan adalah tiang pancang yang belum dapat dipastikan volumenya maka dapat digunakan kontrak gabungan. Kontrak harga satuan tidak boleh digunakan untuk pekerjaan konstruksi karena volume pekerjaan konstruksi sudah dapat dipastikan. Pembayaran atas pekerjaan konstruksi seperti pembangunan gedung tidak mungkin dihitung berdasarkan unit price. Kalaupun jumlah gedung yang dibangun lebih dari satu unit maka harga gedung yang satu tentu berbeda dengan harga gedung yang lainnya. C. Masalahan Kontrak Pekerjaan Konstruksi Masalah yang paling sering muncul dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah tidak dibolehkannya penambahan/pengurangan pekerjaan. Padahal di satu sisi kesalahan/kekurangan perencanaan merupakan hal yang sering ditemukan, dan di sisi lain setiap kesalahan/kekurangan perencanaan harus diatasi dengan penambahan dan/atau pengurangan pekerjaan. PPK dan penyedia sebagai pihak yang terikat dalam kontrak tidak mungkin melanjutkan penyelesaian pekerjaan menurut rencana yang didalamnya terdapat kesalahan tanpa melakukan penambahan/pengurangan pekerjaan, apalagi akibat jika pelaksanaan kontrak tersebut dapat menimbulkan kerugian negara. Jika para pihak berkeras untuk tidak menambah/mengurangi pekerjaan maka yang pasti terjadi adalah: a. penyedia memilih untuk tidak meneruskan kontrak dan menerima risiko blacklist. b. pekerjaan dilanjutkan sesuai rencana dan hasilnya tidak sempurna karena ada pekerjaan yang seharusnya ditambahkan tidak dilakukan, atau terdapat pemborosan karena ada pekerjaan yang seharusnya dikurangi tidak tetapi tetap dikerjakan. Masalah tersebut disebabkan karena adanya ketentuan pasal 51 ayat (1) huruf f Perpres nomor 54 tahun 2010 yang tidak membolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang. Pasal 51 ayat (1) huruf f Perpres nomor 54 tahun 2010 tersebut dimaksudkan untuk: 1. Mengharuskan para konsultan perencana menyusun disain perencanaan bangunan secara lengkap dengan memasukkan seluruh komponen pekerjaan yang perlu dikerjakan ke dalam gambar disain bangunan, sehingga pengerjaan fisik bangunan dapat dilakukan sesuai dengan disain perencanaan. 2. Melarang penggunaan dana anggaran untuk membiayai pekerjaan tambahan diluar yang telah direncanakan. Penambahan/pengurangan pekerjaan dalam pekerjaan konstruksi tersebut di atas menjadi masalah manakala kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum. Karena itu cara

mudah mengantisipasi kemungkinan perlunya penambahan/pengurangan pekerjaan konstruksi adalah dengan tidak menggunakan kontrak lump sum. Mengingat permasalahan tersebut terkait dengan adanya pekerjaan tambah/kurang, maka jenis kontrak yang dapat dipilih untuk digunakan adalah jenis kontrak yang dapat dilakukan perubahan dengan penambahan dan/atau pengurangan pekerjaan. Jenis kontrak dimaksud adalah Kontrak Harga Saturan (Unit Price Contract). Menurut pasal 87 Perpres nomor 54 tahun 2010 terhadap kontrak harga satuan dapat dilakukan perubahan sepanjang penambahan pekerjaan tidak melebihi 10% dari nilai kontrak awal. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah penggunaan kontrak harga satuan untuk pekerjaan konstruksi dibenarkan? Menurut hemat penulis penggunaan kontrak harga satuan untuk pekerjaan konstruksi tidak dibolehkan. Hal ini disebabkan volume pekerjaan konstruksi sudah dapat diperhitungkan sejak awal pada saat penandatangan kontrak. Pembayaran atas pekerjaan konstruksi seperti pembangunan gedung tidak mungkin dihitung berdasarkan harga satuan per unit yang dibangun (unit price). Kalaupun jumlah gedung yang dibangun lebih dari satu unit, maka perhitungan harga keseluruhan gedung tidak didasarkan pada harga setiap unit dikalikan jumlah unit yang dibangun (sebagaimana cara menghitung harga pada kontrak harga satuan). Hal ini dikarenakan letak gedung yang satu dengan gedung yang lain berbeda yang menyebabkan harga gedung yang satu berbeda dengan harga gedung yang lainnya. Penggunaan kontrak harga satuan untuk pekerjaan konstruksi tidak dibenarkan. Apalagi jika alasan dipilihnya jenis kontrak harga satuan tersebut hanya untuk menyiasati adanya tambahan dan/atau pengurangan pekerjaan. Larangan pekerjaan tambah/kurang pada kontrak lump sum dimaksudkan agar penyelesaian pekerjaan dikerjakan sesuai dengan rencana semula tanpa ada penambahan/pengurangan mengingat volume pekerjaan sudah dapat dipastikan. Untuk pekerjaan konstruksi kontrak yang tepat adalah kontrak lump sum, karena itu jika terdapat sisa anggaran pekerjaan konstruksi PPK tidak boleh memanfaatkan sisa anggaran tersebut untuk menambah pekerjaan baru. Contohnya jika dalam harga perkiraan sendiri pembangunan gedung ditetapkan Rp2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) setelah ditenderkan dimenangkan oleh pemborong dengan penawaran Rp1.800.000.000,- (satu milyar delapan ratus juta rupiah) maka sisa anggaran Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak boleh digunakan untuk menambah pekerjaan baru pada bangunan gedung tersebut. Jika disain rencana bangunan konstruksi telah dibuat dengan sempurna seharusnya tidak diperlukan lagi adanya pekerjaan tambahan pekerjaan walaupun sisa anggaran masih tersedia. Karena itu tidak tepat jika pada pekerjaan konstruksi digunakan kontrak harga satuan. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara mengantisipasi penambahan/pengurangan pekerjaan yang diakibatkan oleh kesalahan perencanaan? Menurut hemat penulis jika pada tahap pelaksanaan pekerjaan terdapat pekerjaan yang benar-benar harus ditambah/dikurangi yang jika tidak dilakukan dapat menimbulkan kerugian negara yang lebih besar tentu saja penambahan/pengurangan pekerjaan dapat dilakukan setelah dilakukan evaluasi dan kajian secara mendalam, walaupun kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum. D. Kesimpulan 1) Karena volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam pengadaan pekerjaan konstrusi sudah dapat dipastikan pada saat penandatanganan kontrak, maka kontrak yang digunakan dalam pengadaan pekerjaan konstruksi adalah kontrak lump sum. 2) Tidak dibolehkan memilih kontrak harga satuan sebagai siasat untuk membuka kemungkinan melakukan pekerjaan tambah/kurang pada pekerjaan konstruksi.

3) Meskipun menurut pasal 51 ayat (1) Perpres nomor 54 tidak dibolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang dalam kontrak lump sum, jika memang terdapat alasan yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan untuk menghindari kerugian negara, penambahan/pengurangan pekerjaan masih mungkin dilakukan setelah dilakukan evaluasi dan kajian secara mendalam. Daftar Pustaka: Peraturan Perundangan-Undangan: 1. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 2. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 3. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Karya Ilmiah: 1. Sopian Abu, Tata Cara Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi, Yogyakarta, Pustaka Felicha, 2012. 2. Sopian Abu, Dasar-Dasar Pengadaan barang/jasa Pemerintah, Jakarta, In Media, 2014. 3. Sopian Abu, Substansi Peraturan Presiden Tentang Pengadaan barang/jasa Pemerintah, Jakarta, In Media, 2015.