HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASIWA KAB. DHAMASRAYA DI YOGYAKARTA Rianton Fakultas Psikologi, Universitas Ahmad Dahlan Jl. Kapas 9 Semaki Yogyakarta rian.pdg_88@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dengan gaya hidup hedonis. Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa yang tergabung dalam Jaringan Intelektual Mahasiswa Dhamasraya Yogyakarta (JIMDY) berjumblah 55 orang. Pengumpulan data yang digunakan dengan metode skala, yaitu skala konformitas kelompok teman sebaya dan skala gaya hidup hedonis. Kedua skala yang digunakan telah diuji validitas dan reliabelitasnya, dimana pada skala konformitas kelompok teman sebaya didapatkan 29 aiten yang valid denga reliabelitas sebesar 0,815, sedangkan pada skala gaya hidup hedonis didapatkan 29 aitem yang valaid dengan reliabelitasnya sebesar 0,859. Data yang diperoleh selanjudnya dibuat tabulasi kemudian dianalisis dengan mengunakan teknik korelasi korelasi product moment dari pearson dengan bantuan komputasi statistik program SPSS 15 for Windows. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang sangad signifikan antara konformitas kelompok teman sebaya dengan gaya hidup hedonis. Hubungan tersebut ditunjukan oleh koefisien korelasi (r) = 0,483, koefisien determinan (r²) = 0,233 dengan kesalahan p = 0,00 (p<0,01). Hasil ini menginformasikan bahwa bahwa semakin tinggi konformitas kelompok teman sebaya, maka semakin tinggi gaya hidup hedonis, sebaliknya semakin rendah konformitas kelompok teman sebaya, maka semakin rendah gaya hidup hedonis. Konformitas kelompok teman sebaya memberikan sumbangan efektif terhadap gaya hidup hedonis sebesar 23% Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa gaya hidup hedonis tidak hanya dipengaruhi oleh konformitas kelompok teman sebaya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar konformitas kelompok teman sebaya yaitu sebesar 77%. Kata kunci: Konformitas kelompok teman sebaya, gaya hidup hedonis
Abstrak This study aimed to determine the relationship between peer group conformity with the hedonistic lifestyle. The subjects were students who joined the Student Intellectual Network Dhamasraya Yogyakarta (JIMDY) berjumblah 55 people. The data collection methods used by the scale, the scale peer group conformity and hedonistic lifestyle scale. Both scales used have been tested and reliabelitasnya validity, which in conformity scale peer group obtained 29 valid Aiten reliabelitas premises of 0.815, while the scale of hedonistic lifestyle that earned 29 aitem valaid with reliabelitasnya of 0.859. The data obtained is tabulated selanjudnya then analyzed using the correlation technique of Pearson product moment correlation statistical computing with the help of SPSS 15 for Windows. The results showed that there is a significant positive relationship between conformity sangad peer group with a hedonistic lifestyle. The relationship is shown by the correlation coefficient (r) = 0.483, coefficient determinant (r ²) = 0.233 with an error p = 0.00 (p <0.01). These results informed that that the higher conformity to the peer group, the higher the hedonistic lifestyle, conversely the lower the peer group conformity, the lower the hedonistic lifestyle. Conformity to peer groups contribute effectively to the hedonic lifestyle by 23% results of these studies indicate that the hedonist lifestyle is not only influenced by peer group conformity, but also influenced by other factors outside the peer group conformity that is equal to 77%. Keywords: peer group conformity, hedonistic lifestyle PENDAHULUAN Perkembangan teknologi begitu pesat terutama di bidang informasi sehingga untuk mengetahui informasi dari luar bisa diakses dengan cepat, dengan hanya duduk saja di rumah kita sudah dapat mengetahui informasi yang hangat diberitakan. Kita sama-sama mengetahui bahwa tidak semua informasi yang diberitakan itu baik seperti budaya barat yang belum tentu bisa diterima dilingkungan kita, Arifin (2011) menyatakan perkembangan media informasi tentunya ada nilai baik dan buruknya bagi masyarakat kita. Terutama mahasiswa, pengaruh pergaulan budaya barat yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan gaya hudup anak zaman sekarang yang mengarah pada kesenangan supaya dikatakan gaul agar mudah bersosialisasi dilingkunganya. Arifin (2011) menambahkan bahwa terdapat keanekaragaman
sosial dan budaya untuk bersosialisasi dan mampu beradaptasi agar dapat menyesuaikan diri di lingkungannya fenomena ini biasanya banyak terjadi di kampus. Ada paradigma yang berkembang di kalangan remaja, yang menganggab bahwa semua yang datang dari barat itu unggul dan lebih baik, padahal belum tentu semuanya bisa di terima masyarakat Indonesia. Yang pertama Sifat individualisme, yaitu sifat yang mementingkan diri sendiri. Hal ini sangat bertentangan dengan budaya indonesia yang lebih mengutamakan kebersamaan. Sifat individualisme mengikari kodrat manusia sebagai makluk sosial. Yang kedua Hedonisme, yaitu gemar hura-hura. Kehidupan hanya di gambarkan sebagai kesenangan belaka dan tidak ada kerja keras. Ketiga Sekularisme, yaitu sikap yang memisahkan antara agama dan urusan dunia. Agama hanya di pandang dengan sebagai proses ritual yang kadang-kadang bertentangan sebagai proses ritual yang kadang-kadang bertentangan dengan kesenangan dunia. Dan yang ke empat Konsumerisme, yaitu sifat menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak perlu. Barang lebih di tentukan oleh gaya bukan fungsinya (Sutardi, 2007). Banyak zaman modren sekarang mahasiswa yang termasuk remaja meniru kebudayaan barat, karena mereka mengangap kebudayaan barat itu Funky dan gaul salah satunya remaja sekarang banyak meniru gaya hidup hedonis. Hidayat (2007) menyatakan kebiasaan meniru kebudayaan barat tersebut, terjadi karena remaja merupakan masa yang penuh kebingungan, pada tahap ini anak termasuk tahap pencarian identitas diri sehingga mereka pun mudah terpengaruh lingkungan sekitarnya. Remaja merupakan individu yang paling mudah terpengaruh oleh perubahan serta berada pada tahap pencarian jati diri dan memiliki keinginan untuk men coba-coba hal baru. Mahasiswa yang masih tergolong remaja menurut peneliti emosinya masih labil, sehingga banyak dari kalangan mahasiswa yang terpengaruh dan mengadopsi budaya barat. Menurut Kotler & Amstrong (1997), gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk dalam proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Semua orang sebenarnya memiliki gaya hidup hedonis yang membedakannya adalah tingkatanya, hedonis sedang dan hedonis berat yang sudah menganggap bahwa kesenangan adalah tujuan hidupnya. Masalah inilah yang banyak meracuni remaja sekarang ini, gaya hidup hedonis yang menganggap kepuasan meteri menjadi tujuan utamanya. Banyak dari mahasiswa yang masih bergantung kepada orang tua, tentunya ketika ada keinginan yang tidak terpenuhi akan merasa terancam dengan tuntutan dan perubahan gaya hidup yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, merasa takut gagal, gelisah, dan tertekan takut akan di cap orang yang ketinggalan zaman apabila
tidak mengikuti tren masa kini apabila terus-menerus dibiarkan dapat menyebabkan stres. Sekarang banyak kegiatan yang mengarah pada gaya hidup hedonis, namun tidak menyadari itu adalah gaya hidup hedonis contoh jalan-jalan ke mall hanya sekedar ngeceng atau pergi shoping di sana untuk mencari kesenangan, banyak yang suka mampir di bioskop mencari movie terbaru kesukaannya, mampir di diskotik, pesta mode, dan kegiatan hiburan lainya semua itu adalah perilaku hedonis (Kanisius, 2011). Kalau perilaku ini berkelanjutan tentunya akan berdampak negatif, terutama pada mahasiswa yang seharusnya fokus kepada kegiatan kuliahnya tugas-tugas rumah yang diberikan dosenya di kampus akan dilupakan secara sengaja atau tidak sengaja karena sibuk mencari kesenangan. Lebih lanjud Yusnia (Unyu, 2008), mengambarkan bahwa gaya hidup hedonis memerlukan biaya yang tinggi, karena kebahagiaan hidup diukur dari kesuksesan material, sehingga uang, harta, kekayaan, dan kemewahan hidup adalah norma mereka. Sikap manusia yang selalu tidak puas dengan apa yang telah dihasilkanya, kepuasan yang bersifat sementara. Jika suatu kebutuhan terpuaskan akan muncul kebutuhan lain dan menuntut pemuasan yang natinya hanya akan menjadi kepuasan sementara. Menurut Maslow (Feist dkk, 2008) kebutuhan manusia merupakan bawaan dan tersusun menurut tingkatan. Lima kebutuhan tersebut adalah 1) kebutuhan dasar fisiologis 2) kebutuhan akan rasa aman 3) kebutuhan akan cinta yang di miliki 4) kebutuhan akan rasa harga diri 5) kebutuhan akan aktualisasi diri. Tarakanita (Ristianti, 2008), menyatakan dukungan sosial yang bersumber dari kelompok teman sebaya dapat membuat remaja memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai hal yang belum pernah mereka lakukan serta belajar mengambil peran yang baru dalam kehidupannya. Kedekatan kelompok teman sebaya yang memberikan pengaruh langsung adalah dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu. Ristianti (2008) mengatakan kelompok teman sebaya merupakan dunia nyata remaja yang menyiapkan tempat remaja menguji dirinya sendiri dan orang lain. Ketika lebih banyak menghabiskan waktu di luar dari pada di dalam rumah dan sebagian besar waktu diluar rumah digunakan untuk bergaul dengan teman sebayanya dan sebagai konsekuensi adalah pengaruh kelompok teman sebaya lebih besar dari pada pengaruh dari dalam rumah. Ketika lebih banyak memiliki kelompok teman sebaya dan sering berinteraksi dengan teman sebaya akan sangat kuat merasakan kehadiran kelompoknya, sehingga tingkah laku kelompok teman sebaya akan berarti bagi dirinya. Lebih lanjut menurut Hurlock (1993) kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya karena lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman
sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa ketika lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, waktu lebih banyak dihabiskan untuk bergaul dengan kelompok teman sebayanya, tentunya perilaku seseorang akan cenderung mengikuti perilaku kelompoknya a. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Menurut Wells dan Tiger (Engel dkk, 1993), gaya hidup atau life style adalah pola hidup, penggunaan uang dan waktu yang dimiliki seseorang. Lebih lanjut menurut Kotler dan Amstrong (1997), gaya hidup adalah pola hidup seorang dalam dunia kehidupan yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat (opini) yang bersangkutan. Gaya hidup antara individu dengan yang lainya akan berbeda, hal ini karena gaya hidup individu akan bergerak secara dinamis. Menurut Suwindo (2001), karakter semua individu yang memiliki gaya hidup hedonis adalah cenderung impulsif, lebih irasional, cenderung follower dan mudah dibujuk. Lebih lanjut menurut Susianto (1993) menambahkan bahwa gaya hidup yang mengikuti gaya hidup hedonis mempunyai karakteristik cenderung impulsif, senang menjadi pusat perhatian, cenderung ikut-ikutan dan peka terhadap inovasi baru. Menurut Levan`s & Linda (2003) gaya hidup hedonis adalah pola perilaku yang dapat diketahui dari aktifitas, minat maupun pendapat yang selalu menekankan pada kesenangan hidup. Lebih lanjut Susianto (1993) menjelaskan bahwa gaya hidup hedonis adalah pola hidup yang mengarahkan aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup dan aktivitas tersebut berupa mengabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang yang kurang diperlukan dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Aspek- aspek Gaya Hidup Hedonis Menurut Well dan Tigert (Engel, 1993), aspek-aspek gaya hidup hedonis adalah: a. Minat
Minat diartikan sebagai apa yang menarik dari suatu lingkungan individu tersebut memperhatikannya. Minat dapat muncul terhadap suatu objek, peristiwa, atau topik yang menekan pada unsur kesenangan hidup. Antara lain adalah fashion, makanan, benda-benda mewah, tempat berkumpul, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. b. Aktivitas Aktivitas yang dimaksud adalah cara individu menggunakan waktunya yang berwujud tindakan nyata yang dapat dilihat. Misalnya lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak membeli barang-barang yang kurang diperlukan, pergi ke pusat pembelanjaan dan kafe. c. Opini Opini adalah pendapat seseorang yang diberikan dalam merespon situasi ketika muncul pernyataan-pernyataan atau tentang isu-isu sosial dan produkproduk yang berkaitan dengan hidup. Menurut Plumer (Kasali, 1998) aspek-aspek gaya hidup hedonis yaitu: a. Activities (kegiatan) Tindakan nyata seperti, banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak membeli barang-barang yang kurang diperlukan, pergi ke pusat pembelanjaan dan kafe. Walaupun tindakan ini dapat dipahami, tetapi kegiatan ini tidak dapat diukur secara langsung. b. Interest (minat) Semacam objek, peristiwa, atau topik adalah untuk kegiatan yang menyertai perhatian khusus dan monoton. Seperti hal dalam fashion, makanan, benda-benda mewah, tempat kumpul, dan selalu ingin jadi pusat perhatian. c. Opinion (Opini) Adalah jawaban lisan atau tertulis yang diberiakan sebagi respon terhadap situasi stimulis dimana semacam pertanyaan diajukan. Opini digunakan untuk mendeskripsikan pemikiran, harapan dan evaluasi dalam perilaku. Martha dkk (2008) menambahkan aspek gaya hidup hedonis yaitu terdiri dari tiga aspek yaitu aktivitas, minat dan pendapat, kemudian aspeknya diwujudkan dalam bentuk suka mencari perhatian, boros, memilih-milih teman, dan waktu luang dihabiskan dengan bersenang-senang.
Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barangbarang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Menurut Loudon dan Bitta (Martha dkk, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah budaya, nilai, demografik, kelas sosial, kelompok rujukan atau kelompok acuan, keluarga, kepribadian, motivasi dan emosi. Lebih lanjut Kotler (1997) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). a. Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dengan penjelasannya sebagai berikut: 1) Sikap. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya. 2) Pengalaman dan pengamatan. Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya di masa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek. 3) Kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu. 4) Konsep diri. Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku. 5) Motif.
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis. 6) Persepsi. Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia. b. Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Kotler (1997) sebagai berikut: 1) Kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu. 2) Keluarga. Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya. 3) Kelas sosial. Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. 4) Kebudayaan. Kebudayaan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak. Pengertian Konformitas Kelompok Teman Sebaya Konformitas adalah bentuk interaksi yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat di mana ia tinggal, konformitas berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mentaati norma dan nilai-nilai masyarakat (Maryati & suryawati, 2008). Feldman (2003) mendefinisikan konformitas sebagai kemampuan mempersepsi tekanan kelompok dengan jalan meniru perilaku atau standar kelompok. Sedangkan Baron dan Byrne (1994) mendefinisikan konformitas sebagai penyesuaian perilaku individu untuk menganut pada norma kelompok, menerima ide atau aturan yang menunjukkan bagaimana individu berperilaku. Fuhrman (1990) berpendapat bahwa konformitas adalah kecenderungan untuk menerima dan melakukan standar norma yang dimiliki kelompok. Lebih lanjut Sarwono (1995) mendefinisikan konformitas sebagai usaha dari individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok. Menurut Santrock (2003) kelompok teman sebaya merupakan komunitas belajar dimana peran-peran sosial dan standar yang berkaitan dangan kerja dan prestasi dibentuk. Lebih lanjut Yusuf (2001) menambahkan, kelompok teman sebaya adalah sekelompok anak yang mempunyai kesamaan dalam minat, nilainilai, sifat-sifat kepribadian dan pendapat. Kesamaan inilah yang menjadi faktor utama pada anak dalam menentukan daya tarik hubungan interpersonal dengan teman seusianya Aspek-aspek Konformitas Kelompok Teman Sebaya Menurut Sears, dkk (2002), aspek konformitas yaitu: a. Peniruan. Peniruan yaitu keinginan individu untuk sama dengan orang lain baik secara terbuka ataupun karena ada tekanan (nyata atau dibayangkan) b. Penyesuaian. Penyesuaian yaitu keinginan individu untuk diterima orang lain. Individu biasanya melakukan penyesuaian pada norma yang ada pada kelompok.
c. Kepercayaan. Semakin besar keyakinan individu pada konformitas yang benar dari orang lain, semakin meningkat ketetapan informasi yang dimiliki. Menurut hasil penelitian dari Asch (Sears, 2002), jika individu dihadapkan pada pendapat yang telah disampaikan oleh anggota-anggota lainya, tekanan yang dihasilkan oleh pihak mayoritas akan mampu menimbulkan konformitas. Berdasarkan hasil penelitian Asch (Sears, 2002) aspek-aspek konformitas adalah sebagai berikut: a. Persepsi. Persepsi yaitu proses yang didahulukan dengan pengindraan. Proses diterimanya stimulus oleh individu melalui reseptor. b. Keyakinan. Keyakinan yaitu kepercayaan yang sungguh-sungguh sehingga menjadi keyakinan kelompok. c. Perilaku Individu Perilaku individu yaitu tindakan untuk mementingkan tuntutan kelompok dari pada keinginan individu itu sendiri. METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kuantitatf, data dalam penelitian ini akan diungkap dengan menggunakan skala konformitas kelompok teman sebya dan gaya hidup hedonis merupakan atribut tunggal, berupa aspek-aspek bepribadian yang tidak dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu, untuk mengetahui konformitas kelompok teman sebaya dan gaya hidup hedonis diungkap melalui indikator perilaku menggunakan skala. Penggunaan metode skala menurut Hadi (2004) didasarkan pada anggapan bahwa : 1. Subjek adalah orang yang paling mengerti tentang dirinya 2. Pernyataan subjek pada penelitian adalah benar dan dapat dipercaya 3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan adalah sama, dengan yang dimaksud oleh peneliti.
Metode yang akan digunakan untuk menganalisis data adalah metode statistik. Tekhnik analisis yang akan digunakan adalah tekhnik korelasi product moment untuk mencari hubungan antara variabel bebas (konformitas kelompok teman sebaya) dengan variabel tergantung (Gaya hidup hedonis). Keseluruhan komputasi data dilsakukan dengan menggunakan fasilitas komputer SPSS 15. for Windows. Analisis data digunakan untuk menguji hipotesis, sebelum dilakukan uji hipotesis didahului dengan uji asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas kelompok teman sebaya dengan gaya hidup hedonis. Berdasarkan hasil tersebut hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima, hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi r ) sebesar = 0,483 dan peluang kesalahan p sebesar 0,000 (p < 0,01). Nilai (r) yang positif menunjukkan bahwa kenaikan nilai variabel yang satu yaitu variabel bebas (x) yang berupa konformitas kelompok teman sebaya akan diikuti dengan naiknya variabel yang lain, dalam hal ini variabel tergantung (y) yaitu gaya hidup hedonis, artinya semakin tinggi konformitas kelompok teman sebaya pada mahasiswa Dhamasraya maka semakin tinggi pula gaya hidup hedonis, sebaliknya jika semakin rendah konformitas kelompok teman sebaya maka semakin rendah pula gaya hidup hedonis pada mahasiswa Dhamasraya. Sumbangan efektif konformitas kelompok teman sebaya terhadap gaya hidup hedonis dapat dilihat dari koefisien determinan atau koefisien korelasi yang dikuadratkan (r²) = 0,483 hal ini berarti sumbangan atau pengaruh konformitas kelompok teman sebaya terhadap gay hidup hedonis sebesar 23% sisanya sebesar 77% gaya hidup hedonis dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. Berdasarkan kategori konformitas kelompok teman sebaya, pada mahasiswa Dhamasraya (JIMDY) memiliki konformitas kelompok teman sebaya pada kategori sedang yaitu ditunjukan sebanyak 81,8%, sedangkan pada kategori rendah ditunjukan sebanyak 22,2%. Jadi mayoritas konformitas kelompok teman sebaya pada mahasiswa Dhamasraya (JIMDY) berada pada kategori sedang. Selanjutnya tingkat gaya hidup hedonis pada mahasiswa Dhamasraya (JIMDY) memiliki gaya hidup hedonis pada tingkatan sedang, yaitu ditunjukan sebanyak 94,5 %, sedangkan pada tingkatan rendah ditunjukan sebanyak 3,6%. Jadi mayoritas gaya hidup hedonis pada mahasiswa Dhamasraya (JIMDY) berada pada kategori sedang. ( xy
Tujuan dari penelitian ini antara konformitas kelompok teman sebaya dengan gaya hidup hedonis. Semakin rendah konformitas kelompok teman sebaya maka semakin rendah menganut gaya hidup hedonis. sebaliknya semakin tinggi konformitas kelompok teman sebaya makan semakin tinggi gaya hidup hedonis. Dari Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu: 1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas kelompok teman sebya dengan gaya hidup hedonis. Pada mahasiswa JMDY semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi gaya hidup hedonis. Sebaliknya semakin rendah konformitas maka maka semakin rendah gaya hidup hedonis pada mahasiswa Dhamasraya (JIMDY) yang mengambil pendidikan S1 di Jogjakarta. 2. Sumbangan efektif variabel konformitas kelompok teman sebaya terhadap gaya hidup hedonis sebesar 23%. Dan sisanya sebesar 77% gaya hidup hedonis dipengaruhi oleh faktor lain. 3. Mayoritas mahasiswa Dhamasraya (JIMDY) memiliki tingkat konformitas yang sedang yaitu sebanyak 81,8% dan gaya hidup hedonis pada kategori sedang yaitu sebanyak 94,5% Daftar Pustaka Arifin, M.C. 2011. Pengaruh Kebudayaan Asing Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Ilmu Budaya Dasar. Azwar, S. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Badudu, J.S. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara. Baron, R.A., & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial Jilid 2 Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga. Engel, J. F. Balckwel, R. D. & Miniard, P. W. 1993. Perilaku Konsumen. Jilid I. Alih Bahasa: F. X. Budiyanto, Jakarta: Bina Seni Rupa Aksara. Fatah. 2010. Hendonis. http://bleruangke.multiply.com/journal/item/ 466/Hedon...Hedon...Hedon. 28 September 2012.
Feist, J. & Gregory, J.F. 2008. Theories Of Personality. Alih Bahasa: Susanto, Y. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Feldman, R. 2003. Social Psychology. USA: McGrawhill. Fuhrmann, B.S. 1990. Adolescence Adolescents. 2 th edition. Glenview, Illinois: Scott, Forresman & Co. Hadi, S.2000. Statistik II. Yogyakarta: Andi Offset. Hapsari D.I. 2003. Hubungan Konsep Diri dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis pada Remaja Gamblong IV Sumbar Rahayu Mayudan Sleman. Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Hidayat, A.A. 2007. Siapa Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Hurlock, E. B. 1993. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Penarjemah: Istiwidianti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Japarianto, M. 2010. Analisa Faktor Type Hedonic Shopping Motivation dan Faktor Pembentuk Kepuasan Tourist Shopper di Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. Jouernal of Applied Psychology. Kanisius. 2011. Kecil Bahagia, Muda Foya-Foya, Tua Kaya-Raya, Mati Maunya Masuk Surga. Yogyakarta : Kanisius (Anggota IKAPI). Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kotler, P & Amstrong, G.1997. Principlis Of Marketing. Edisi 3. Alih Bahasa: Sindoro dan Molan. Jakarta: Prenhalindo Levant`s & Linda. 2003. What Is Metroseksual Eaurosel. New Delhi. Journal of International Martha. Hartati, S., dan Setyawan, M. 2008. Correlation Among Self-Esteem With A Tendency Hedonist Lifestyle Of Students At Diponegoro University. Journal of Psychology. Maryati, K. & Suryawati, J. 2008. Sosiologi. Jakarta: Erlangga. Ristianti, A. 2008. Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Identitas Diri Pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta : A Cross Cultural Study. Jouernal of Applied Psychology.
Santrock, J.W. 2003. Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga Sari, A.W., Zulkaida. 2010. Hubungan Antara Konformitas Kelompok Dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja Akhir : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jakarta. Jouernal of Applied Psychology. Sartika, A. A., Indrawati, E. S. & Sawitri, D. R. 2009. Hubungan Antara Konformitas Terhadap Teman Sebaya Dengan Intensi Merokok Pada Remaja Perempuan Di Sma Kesatrian 1 Semarang. Jouernal of Applied Psychology. Sarwono, S.W. 1995. Psikologi Remaja. Jakarta: Erlangga. Sears, D.O., Free dan, J.L. Peplau, A. 2002. Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas. Penarjemah: Adyanto, M. Jakarta: Erlangga. Sham, F., Ibrahim, S. & Endot, I. 2000. Dakwah dan Perubahan Sosial. Kuala Lumpur : Taman Shamelin Perkasa. Siregar, A.P. Iskandar, Z. & Nelwan, P, R. 2000. Kontibusi persepsi Nilai Individualisme Sebagai Dampak Budaya Barat Terhadap Nasionalisme Mahasiswa Indinesia. Jurnal Psikologi. Vol. 06 No. 02 Hal: 12-24. Susianto. 1993. Studi Gaya Hidup Sebagai Upaya Mengenali Kebutuhan Anak Muda. Jurnal Psikologi dan Masyarakat. 1:55-76 Sutardi, T. 2007. Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung : PT Setia Purna Inves. Suwindo. 2001. Komunikasi Anak Remaja Padang. Padang : PT Padang Panjang. Tatara, B.A & Suprihatin, T. Konformitas Dan Sikap Mahasiswi Terhadap Berbusana Sesuai Budaya Akademik Islami (Budai) : Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Jurnal Psikologi. Unyu. G.G.M. 2008. Gerilya melawan Pendangkalan Makna Hidup. http://jsumardianta.blogspot.com/2008/01/resensi-buku-kompas-sabtu- 20-september.html. 10 juli 2012. Wahyuning, W., Jash, & Rachmadiana, M. 2003. Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Wigunari, Y.I. 2009. Hubungan Antara Persahabatan dengan Gaya Hidup Hedonisme Pada Remaja. Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Wong, D. L. dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Kedokteran EGC Yusuf, Y. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.