Resiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng

dokumen-dokumen yang mirip
RESILIENSI NARAPIDANA DEWASA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SRAGEN NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kalangan pakar pakar ilmu pengetahuan, ilmu hukum, dan juga ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambaran dari tujuh keterampilan yang ada dalam teori yaitu: emotion regulation,

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup individu. Salah satu jenis

BAB III METODE PENELITIAN

RESILIENSI PENGUNGSI KONFLIK SAMPANG

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN RESILIENSI PADA PENGHUNI LAPAS DI KELAS II A SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

STUDI MENGENAI RESILIENSI REMAJA DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL. Disusun Oleh. Dian Sartika Sari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI KEDINASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khulaimata Zalfa, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

GAMBARAN KETANGGUHAN DIRI (RESILIENSI) PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. elektronik setiap tahunnya. Sepanjang tahun 2012 terjadi kejahatan setiap 91

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal, yaitu dan tahun (Monks, dkk.,

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

"#% tahun untuk membuka diri dan melakukan pemulihan bagi kesehatannya, subjek AA sudah 5 tahun hidup sebagai ODHA dan masih berusaha untuk memaafkan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN RESILIENSI ISTRI YANG MENGALAMI INVOLUNTARY CHILDLESS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ribu orang di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2015 jumlah narapidana

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dasar hukum dari Pembebasan bersyarat adalah pasal 15 KUHP yang

menempati posisi paling tinggi dalam kehidupan seorang narapidana (Tanti, 2007). Lapas lebih dikenal sebagai penjara. Istilah tersebut sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

JURNAL PEMENUHAN HAK NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tolak ukur segala hal mengenai harapan dan tujuan dari bangsa

RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X

BAB I PENDAHULUAN. I.1. JUDUL LEMBAGA PEMASYARAKATAN Yang Berorientasi Kepada Pembentukan Suasana Pendukung Proses Rehabilitasi Narapidana

RESILIENSI REMAJA KORBAN PERCERAIAN ORANGTUA ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

Profil Resiliensi Kepala Keluarga yang Menjadi Korban Banjir di Desa Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Dyah Titi S; Detri Sefianmi; Angeria Mentari

Penerimaan Diri pada Narapidana Wanita

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA PERTENGAHAN PASCA PUTUS CINTA DI SMAN 20 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana di Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi. Sedangkan Hildayani (2005) menyatakan resiliensi atau ketangguhan adalah suatu

Dian Ayu Kusumawardani, Tri Puji Astuti* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Bab I Pendahuluan. adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Penyesuaian..., Nice Fajriani, FPSI UI, 2008

Menurut Benard (1991), resiliensi memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

PENGARUH HARAPAN TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVIS PADA NARAPIDANA DI LAPAS KLAS I MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan memberikan banyak pembelajaran bagi manusia. Pembelajaran

Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Indie (Kitab Undang Undang Hukum pidana untuk orang orang. berlaku sejak 1 januari 1873 dan ditetapkan dengan ordonasi pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut

2005). Hasil 62 survei di 12 negara dan mencakup narapidana menemukan tiap 6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara hukum tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UUD

BAB I PENDAHULUAN. dialami manusia dari waktu ke waktu, bahkan sejak adam dan hawa

FUNGSI SISTEM PEMASYARAKATAN DALAM MEREHABILITASI DAN MEREINTEGRASI SOSIAL WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Sri Wulandari

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA WANITA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROFIL RESILIENSI PENDIDIK BERDASARKAN RESILIENCE QUETIENT TEST. Prihastuti

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melanggar peraturan hukum dan perundangan berdasarkan perspektif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak merupakan salah satu bagian dari tujuan mencerdaskan

BAB III HAMBATAN PROSES PEMBINAAN DAN UPAYA MENGATASI HAMBATAN OLEH PETUGAS LAPAS KELAS IIA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

BAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEBAHAGIAAN PADA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan. Ini berarti, bahwa pembinaan dan bimbingan yang. diberikan mencakup bidang mental dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

Transkripsi:

Resiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng Muhammad Riza Ike Herdiana Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. This study is useful to look at the dynamics of resilience in male inmates. Resilience is considered important in the context of prisoners, as prisoners are not resilient, once released will tend to repeat the same mistake of not being able to adapt and rise from the ground. Theme resilience male inmates selected because of the lack of resilience theme that uses subject prisoners in Indonesia. The lack of resilience topics male prisoners in Indonesia due to the concept of resilience is more widely used in the context of natural disasters. This study uses interviews and Life History Quesionaire given to 6 inmates. As a result, individuals who have a high resilience due to the support person nearby, spirituality, and age. While the length of sentences has no effect on the ability of prisoners resilience capability. Keywords : resilience, male inmates Abstrak. Penelitian ini berguna untuk melihat dinamika resiliensi pada narapidana laki-laki. Resiliensi dinilai penting dalam konteks narapidana, karena narapidana yang tidak resilien, setelah dibebaskan akan cenderung mengulangi kesalahan serupa karena tidak mampu beradaptasi dan bangkit dari keterpurukannya. Tema resiliensi pada narapidana laki-laki dipilih karena minimnya tema resiliensi yang menggunakan subjek narapidana di Indonesia. Minimnya topik resiliensi pada narapidana laki-laki di Indonesia dikarenakan konsep resiliensi lebih banyak dipakai pada konteks bencana alam. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan Life History Quesionaire yang diberikan kepada 6 orang narapidana. Hasilnya, individu yang memiliki resiliensi yang tinggi karena adanya support orang terdekat, spiritualitas, dan usia. Sedangkan lamanya hukuman tidak berpengaruh terhadap kemampuan kemampuan resiliensi pada narapidana. Kata kunci: Resiliensi, narapidana laki-laki Sebagai salah satu negara hukum, pemerintah Indonesia akan menindak tegas semua warganya yang melakukan pelanggaran. Salah satu bentuk hukumannya adalah pemenjaraan. Para pelaku kejahatan yang ditahan di dalam rumah tahanan maupun lembaga pemasyarakatan biasa disebut narapidana. Menurut surat Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. 2- pk.04.10/tahun 1990 (dalam Angkasa, 2010) tentang pola pembinaan narapidana/tahanan, lapas dalam sistem pemasyarakatan selain sebagai tempat pelaksanaan pidana penjara (kurungan) juga m e m p u n y a i b e b e r a p a s a s a r a n d a l a m Korespondensi: Endah Mastuti, Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, 5014460, Faks (031) 5025910, E-mail: ikeherdiana@yahoo.com atau muhammadriza90@gmail.com 1 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial

Muhammad Riza, Ike Herdiana pembangunan nasional. dengan kapasitas hunian 70.241 orang (Zakaria, Adanya Lapas berfungsi untuk menjadikan 2008). Pada Tahun 2008 sendiri jumlah tahanan di manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, seluruh Indonesia mencapai 130.832 dari kapasitas kemauan untuk memperbaiki dirinya, tidak 81.384, sehingga terjadi overcapacity hampir 45% mengulangi kesalahannya untuk menjadi warga (Wedhaswary, 2008). negara yang baik dan bertanggung jawab sehingga Perubahan pola hidup bagi para narapidana mampu merubah dirinya menjadi manusia yang ini berdampak serius. Apalagi didukung dengan berguna bagi masyarakat dan berperan aktif dalam karakter individu yang lemah. Salah satu pembangunan. Narapidana yang sedang kemampuan yang harus dimiliki individu dalam menjalani pidana di Lapas diberikan pembinaan menghadapi kondisi seperti ini adalah resiliensi. berdasarkan sistem kelembagaan dan cara Menurut Reivich dan Shatte (2002), resiliensi pembinaan yang merupakan bagian akhir dari adalah kemampuan untuk mengatasi dan sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana. beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau Narapidana yang masuk penjara (saat ini masalah yang terjadi dalam kehidupan. Mengatasi disebut lapas) tentunya mendapat kendala. dan beradaptasi maksudnya bertahan dalam Menurut Williams (2007), dalam artikel Prison keadaan tertekan, bahkan berhadapan dengan Health and the Health of the Public, situasi ketika kesengsaraan (adversity) atau trauma yang awal masuk penjara adalah keadaan yang paling dialami dalam kehidupannya. mempengaruhi psikologis narapidana. Kegiatan Penelitian yang dilakukan student yang bisa dilakukan sesuka hati seorang individu menggambarkan bagaimana individu yang diluar dapat berubah drastis dalam penjara. memiliki resiliensi yang tinggi dan tidak Kegiatan yang terjadwal, peraturan-peraturan ( Resilience and Strength ). Subjek yang memiliki ketat, serta pembatasan waktu untuk bertemu resiliensi yang tinggi digambarkan memiliki orang yang dicintai adalah peraturan yang harus rencana yang akan dilakukan setelah keluar dari dijalani di dalam penjara. Belum lagi adanya penjara. Rencana tersebut tentunya bagaimana overcapacity dari lapas yang dihuni para narapidana tersebut akan memulai hidup baru. narapidana. Hidup untuk membahagiakan keluarga yang Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh selalu mendukungnya walaupun dirinya ada di Siswati & Aburrohim (2009), stressor tertinggi penjara. Dalam penjara narapidana tersebut yang dialami narapidana adalah dari jumlah mampu menjalani segala aktifitasnya tanpa hukuman yang diterima. Narapidana dengan masa terbebani dengan segala kegiatan. hukuman yang lebih lama cenderung memiliki Berbeda dengan narapidana yang memiliki tingkat stress yang tinggi. Perasaan tidak terima tingkat resiliensi rendah, mereka cenderung stress serta batasan bertemu dengan pihak keluarga dan depresi dengan segala kegiatan yang merupakan masalah utama yang dialami oleh berlangsung dalam penjara. Ketika narapidana narapidana. Keadaan-keadaan seperti ini jika merasa tidak bertanggung jawab terhadap masa tidak segera ditangani akan menimbulkan tingkat lalu yang menyebabkan narapidana dipenjara, stress yang tinggi dan berujung pada bunuh diri. maka narapidana tersebut akan cenderung Berdasarkan data dari Departemen Hukum mengarah ke depresi bahkan sampai berujung ke dan HAM RI jumlah penghuni rumah tahanan dan bunuh diri. Selain itu, ketidakmampuan dalam lembaga pemasyarakatan dari tahun ke tahun beradaptasi dengan lingkungan merupakan sebab mengalami lonjakan yang signifikan. Misalnya, lainnya. tahun 2003 jumlah tahanan dan narapidana 71.587 Narapidana yang masuk penjara pasti orang dengan kapasitas hunian 64.345 orang, memimpikan untuk segera keluar nanti. Salah satu tahun 2004 jumlah tahanan dan narapidana cara agar dapat keluar dengan cepat adalah ada 86.450 orang dengan kapasitas 66.891 orang, pembebasan bersyarat. Pada hakekatnya tahun 2005 jumlah tahanan dan narapidana 97.671 pembebasan bersyarat hanyalah merupakan orang dengan kapasitas hunian 68.141 orang, hadiah atau remisi dari negara bagi narapidana tahun 2006 jumlah tahanan dan narapidana di untuk bebas lebih awal dari masa hukuman yang seluruh Indonesia berjumlah 116.668 orang sebenarnya. Pembebasan bersyarat bisa Jurnal Psikologi Kepriba dan Sosial 2

Resiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng menambah permasalahan jika memang narapidana tersebut belum siap untuk turun ke masyarakat. Apalagi jika tidak didukung oleh keterampilan ataupun kesiapan yang dimiliki narapidana. Alih-alih ingin menikmati kebebasan, narapidana tersebut bisa menjadi pengangguran diluar dan memicu tindak kriminal lainnya. Resiliensi sangat penting bagi narapidana sebelum dia turun ke masyarakat. Berdasarkan pemaparan diatas penelitian ini ditujukan untuk menarasikan secara sistematik bagaimana dinamika resiliensi pada narapidana laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng. Selain itu penelitian ini juga membantu bagi semua narapidana yang memiliki resiliensi rendah dan akan bangkit memperbaiki kehidupan dan tidak terlalu meratapi kesalahan di masa lalunya. Optimism Optimism adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita cemerlang (Reivich & Shatte, 2002). Optimism yang dimiliki oleh seorang individu menandakan bahwa individu tersebut percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan Causal Analysi Causal analysis merujuk pada kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi. Individu yang tidak mampu mengidentifikasikan penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi secara tepat, akan terus menerus berbuat kesalahan yang sama Resiliensi Empathy Menurut Reivich dan Shatte (2002), Empati sangat erat kaitannya dengan resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi kemampuan individu untuk membaca tandadan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan (Reivich & Shatte, 2002). Seseorang yang memiliki dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan kemampuan berempati cenderung memiliki dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma yang hubungan sosial yang positif dialami dalam kehidupannya. Reivich dan Shatte (2002) juga mamaparkan tujuh kemampuan yang Self Efficacy membentuk resiliensi, yaitu sebagai berikut: Self efficacy merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan Emotion Regulation masalah yang kita alami dan mencapai Emotion regulation adalah kemampuan kesuksesan. Kepercayaan akan kompetensi untuk tetap tenang di bawah kondisi yang membantu individu untuk tetap berusaha, dalam menekan (Reivich & Shatte, 2002). Hasil situasi yang penuh tantangan dan mempengaruhi penelitian menunjukkan bahwa orang yang kemampuan untuk mempertahankan harapan. kurang memiliki kemampuan untuk mengatur emosi mengalami kesulitan dalam membangun Reaching Out dan menjaga hubungan dengan orang lain Reaching out merupakan kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan Impulse Control setelah kemalangan yang menimpa (Reivich & Impulse control adalah kemampuan individu Shatte, 2002). untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam Metode Penelitian diri (Reivich & Shatte, 2002). Individu yang Penelitian ini menggunakan penelitian memiliki kemampuan Impulse control yang kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode rendah, cepat mengalami perubahan emosi yang ini dipilih karena untuk melihat kedalaman pada akhirnya mengendalikan pikiran dan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Subjek perilaku mereka penelitian ini sendiri terdiri dari 6 orang narapidana laki-laki yang sudah mengalami setengah masa pidana dan baru pertama kali 3 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial

Muhammad Riza, Ike Herdiana masuk penjara (bukan residivis). Penelitian ini keluarga membantu seluruh subjek dalam menggunakan wawancara sebagai teknik menjalani kegiatan sehari-hari, walaupun pada penggalian data, selain itu digunakan juga life subjek 2 dan 3 jarang dan tidak mau dikunjungi history questionnaire yang diadaptasi oleh oleh pihak keluarga, namun kegiatan komunikasi Johnson, Sharon L (1997) dalam Therapist's Guide melalu telepon terus dilakukan. Subjek 1 to Clinical Intervention. Pemberian kuesioner ini mendapatkan support terbesar dari kekasihnya bertujuan untuk menambah data mengenai karena keluarganya masih belum memberikan gambaran menyeluruh tentang latar belakang dan respect terhadap kasus yang dialami subjek 1. pengalaman subjek. Penelitian yang dilakukan Student, menggambarkan individu yang memiliki resiliensi Pembahasan yang baik, ditunjang oleh faktor keluarga dan Berdasarkan penelitian diatas, lima dari kepercayaan yang dia yakini. Individu yang enam subjek memiliki kemampuan resiliensi yang mendapatkan support dari keluarga, akan baik, hanya satu subjek yang belum memiliki merancang hidup kedepannya lebih baik untuk resiliensi yang baik. Subjek yang tidak memiliki membahagiakan keluarga, sedangkan faktor resiliensi baik, tidak mampu beradaptasi dengan agama, akan membantu memperkuat iman dalam lingkungan serta tidak mampu mengendalikan menjalani keimanan sehari-hari ( Resilience and emosi yang dialaminya di dalam penjara, selain itu Strength ). subjek tidak mampu mengambil aspek positif dari Faktor berikutnya adalah usia. Pada subjek bencana yang menimpanya. yang lebih muda, pengendalian diri dan Penelitian diatas, juga menjelaskan faktor kemampuan beradaptasi masih kurang yang mendukung terbentuknya resiliensi pada dibandingkan pada narapidana yang lebih tua. narapidana. Faktor tersebut adalah religiusitas. Optimism yang dibangun juga kurang terasa Subjek yang memiliki religiusitas tinggi, karena subjek yang lebih muda terlihat cenderung pasrah dan menyerahkan segala situasi mengungkapkan apa yang diinginkannya secara yang dialaminya selama ini adalah kehendak Allah tidak terperinci, hal tersebut menandakan, dan membawa manfaat di kemudian hari. optimism yang dimiliki oleh subjek kurang Keyakinan ini menjadikan subjek lebih mampu didukung oleh kemauan yang kuat dari diri subjek. meredam emosi, optimis, dan mampu Subjek 1 dan subjek 5 adalah narapidana menyelesaikan masalah dengan tenang. Seluruh paling muda diantara subjek yang lain. Subjek 1 subjek mengaku mengendalikan emosi dengan yang berumur 28 tahun dam subjek 3 yang cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Keyakinan berumur 21 tahun. Pada subjek satu, dia diri terhadap Tuhan membuat subjek ikhlas membutuhkan waktu hampir setahun untuk bisa menjalani hukumannya. beradaptasi dengan lingkungan, sedangkan Seluruh subjek cenderung pergi ke tempat subjek 5 belum bisa beradaptasi dengan ibadah untuk menenangkan diri, terutama subjek lingkungan di dalam penjara. Berbeda dengan 4 dan 6 yang menghabiskan sebagian besar subjek 2, 3, 4, dan 6 yang usianya diatas 30 tahun, waktunya di dalam masjid. Walaupun subjek 5 rata-rata dari mereka membutuhkan waktu 5-6 belum mampu beradaptasi dengan lingkungan, bulan untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan. namun subjek memilih ke masjid untuk berdoa Lama hukuman yang diduga memiliki peran agar pikirannya lebih tenang. Subjek 1, 2, dan 3 juga penting dalam terbentuknya resiliensi pada rutin pergi ke gereja untuk menunaikan ibadah seseorang ternyata tidak terbukti. Walaupun dan berserah diri, walaupun memang subjek 1 dan subjek memiliki masa pidana yang lebih panjang, 2 lebih banyak menghabiskan waktu di Bankum. namun subjek tersebut membutuhkan waktu yang Kehidupan beragama mengajarkan nilai-nilai sama dengan subjek lain yang memiliki pidana positif dalam hidup. lebih cepat untuk dapat berdaptasi dengan Dukungan atau support dari pihak keluarga lingkungannya. Hal ini menggambarkan bahwa atau orang terdekat juga membantu dalam lamanya pidana tidak mempengaruhi resiliensi terbentuknya resiliensi. Adanya dukungan pada seseorang. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosia l 4

Resiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng Simpulan dan Saran Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Dinamika resiliensi pada narapidana dapat didukung oleh beberapa faktor dalam terbentuknya resiliensi yang tinggi, diantaranya dukungan dari orang terdekat, baik dari pihak keluarga, saudara, bahkan dari pacar, kemampuan social skill yang baik, maksudnya interaksi yang terjalin dengan baik dengan narapidana maupun dengan petugas lapas, serta religiusitas yang tinggi berupa intensitas beribadah yang lebih sering. Lamanya hukuman tidak berpengaruh banyak dalam pembentukan resiliensi. Lapas yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan pembangunan tidak berfungsi dengan baik, keterbatasan sarana, tidak adanya kegiatan yang jelas, serta minimnya pengawasan menjadi momok ketidakberfungsian lapas. Lapas seolah-olah hanya menjadi tempat persinggahan sementara tanpa adanya efek jera dan membangun bagi penghuninya. Penelitian ini akan semakin kuat apabila didukung dengan alat ukur yang mampu melihat bagaimana tingkat resiliensi subjek di penjara. Melalui data tersebut akan membantu subjek yakin akan tingkat resiliensi yang diukur dengan angka. Penelitian selanjutnya juga mungkin dapat mengembangkan unit analisis lain yang dapat digali secara umum berkenaan dengan konteks narapidana dan secara khusus mengenai korelasinya dengan penempatan mereka di penjara. 5 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial

Muhammad Riza, Ike Herdiana PUSTAKA ACUAN Angkasa. (2010). Over capacity narapidana di lembaga pemasyarakatan, faktor penyebab, implikasi negatif, serta solusi dalam upaya optimalisasi pembinaan narapidana. Jurnal Dinamika Hukum. 10 (3), 15-21. Johnson, Sharon L. (1997). Therapist's Guide to Clinical Intervention. USA: Academic Press. Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resilience factor. Seven keys to finding your inner stregth and overcoming life's hurdles. New York: Broadway Books. Siswati, T I. & Abdurrohim. (2009). Masa hukuman dan Stress pada Narapidana. Proyeksi, 4 (2), 95-106. Wedhaswary, I. D. (2008). Warung-Warung Gelap di LP, Suburkan Korupsi. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2012 dari http://megapolitan.kompas.com/read/2008/08/20/15263234/.warungwarung.gelap.di.lp.suburkan.korupsi Williams, N. H. (2007). Prison health and the health of the public: Ties that bind. Community Voice Healthcare for the Underserved. Atlanta: National Center for Primary Care. Zakaria, G. (2008). Sistem pemasyarakatan indonesia belum tersentuh semangat reformasi dan k e b a n g k i t a n n a s i o n a l. D i a k s e s p a d a t a n g g a l 1 4 N o v e m b e r 2 0 1 2 d a r i http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=kolomfeature&id=107 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 6