BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Surya Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perceraian di Indonesia semakin meningkat di sepanjang tahun. Berdasarkan data dari Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung RI tahun 2010, angka perceraian di Indonesia pada tahun rata-rata satu dari sepuluh pasangan menikah berakhir dengan perceraian. Pada tahun 2010 sebanyak pasangan dari dua juta pasangan menikah memilih bercerai (Sihombing, 2014). Tingginya angka perceraian menempatkan Indonesia sebagai negara dengan angka perceraian tertinggi di Asia Pasifik (Nawawi, 2013). Kemudian kasus perceraian pada tahun meningkat 52 persen, dimana dari sekitar 2 juta pasangan menikah, 15 persen di antaranya bercerai. Pada tahun 2014 angka perceraian yang diputus pengadilan tinggi agama seluruh Indonesia mencapai , besaran kenaikan sekitar kasus dibandingkan dengan pada 2010 (Anna, 2015). Perceraian senantiasa membawa dampak bagi keseluruhan anggota keluarga, ibu, ayah, dan juga anak. Kasus perceraian menimbulkan stres, tekanan, bahkan menimbulkan perubahan fisik dan juga mental (Sulaeman, 1995). Terlebih pada anak, perceraian cenderung menyisakan masalah perasaan yang berat, dimana mampu menempatkan remaja pada konflik. Kebanyakan anak maupun remaja mengalami stress yang cukup besar ketika orang tua bercerai, dan resiko masalah perilaku semakin besar (Santrock, 2003). 1
2 2 Perceraian orang tua dapat menjadi peristiwa yang penuh dengan stres, bahkan stres hampir selalu menjadi bagian dari sebuah perceraian (Emery, Beam, & Rowen, 2011). Hal ini sejalan dengan Pálmarsdóttir (2015) yang menemukan bahwa perceraian orang tua dan konflik yang ada di keluarga mempengaruhi depresi dan kecemasan pada remaja. Remaja yang orang tuanya bercerai memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan remaja lain. Menurut Fagan & Churchill (2011) dampak perceraian pada anak dan remaja tidak hanya pada tingkat individual saja, namun dampak tersebut muncul dalam berbagai hal. Hal yang pertama berkaitan dengan praktek dalam beragama, perceraian dapat mengurangi frekuensi ibadah dan doa kepada Tuhan. Dampak kedua adalah yang berhubungan dengan pendidikan anak, perceraian dapat mengurangi kapasitas anak dalam belajar dan prestasi anak. Selain itu dengan adanya perceraian, pendapatan untuk keperluan rumah tangga akan berkurang dan sekaligus akan mengurangi kemampuan individu untuk memperoleh penghasilan. Perceraian juga terbukti meningkatkan kejahatan, pelecehan dan pengabaian, penggunaan obat-obatan terlarang, dan biaya yang dikeluarkan untuk kompensasi dalam pelanggaran layanan pemerintah. Dampak lainnya yaitu berkaitan dengan kesehatan dan kebahagiaan anak, perceraian berdampak pada kesehatan anak bahkan usia anak (Fagan & Churcill, 2011). Remaja sedang dalam masa transisi atau masa peralihan dari masa anakanak menuju masa dewasa. Remaja mengalami berbagai perubahan-perubahan, diantaranya perubahan fisik maupun psikis. Remaja ditandai dengan masa yang penuh goncangan karena konflik dan perubahan suasana hati (Santrock, 2003).
3 3 Masa remaja awal (11/12 tahun sampai 14 tahun) adalah masa transisi keluar dari masa anak-anak, yaitu tantangan untuk berkembang dalam dimensi fisik, kompetensi kognitif maupun sosial, otonomi, harga diri, dan intimasi, yaitu periode yang amat beresiko, karena sebagian anak muda kesulitan menangani begitu banyak perubahan (Papalia, Olds, & Feldsman, 2008). Menurut Erikson (Santrock, 2003) perkembangan identitas terjadi di masa kelima perkembangan atau sesuai dengan masa remaja. Perkembangan identitas mencakup komitmen terhadap pilihan, pendirian ideologi dan orientasi seksual, dimana remaja dihadapkan pada keputusan-keputusan yang harus di ambil, termasuk keputusan untuk pacaran dengan siapa, menggunakan obat-obatan atau tidak, atau jurusan apa yang dipilih (Santrock, 2003). Remaja muda atau remaja yang menginjak awal sekolah menegah atas cenderung memiliki identitas yang menyebar, yang dimaksud dengan remaja yang belum mengambil pilihan atau membuat komitmen (Marcia, dalam Santrock, 2003). Remaja yang tidak berhasil menjajaki suatu peran dan akan mengalami kebingungan identitas maka dapat berakhir dengan jalur yang negatif dalam kehidupan (Santrock, 2007). Pengalaman ketidakharmonisan keluarga yang terjadi pada anak yang berusia lebih muda (anak-anak sampai remaja awal, kurang dari 16 tahun) memungkinkan bertambahnya hubungan dengan lawan jenis yang intens seperti pacaran, membentuk hubungan bersama seperti suami istri, bahkan melakukan hubungan seksual di usia dini (Emery, Beam, & Rowen, 2011). Perceraian yang terjadi disaat anak berusia remaja lebih cenderung memberikan ingatan mengenai konflik dan ketegangan yang terjadi dalam suasana rumah, dampak yang dialami
4 4 lebih besar karena pada masa ini anak sudah mampu berpikir lebih kongkrit (Santrock, 2003). Sebuah studi yang dilakukan oleh Needle dan Donherry (Santrock, 2003) menemukan bahwa perceraian orang tua yang terjadi saat anak berusia remaja menunjukkan bahwa remaja lebih cenderung mempunyai masalah obat-obatan dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam keluarga yang tidak bercerai atau dengan remaja yang orang tuanya bercerai saat masih berusia anakanak. Hasil wawancara peneliti dengan Y yang orang tuanya bercerai ketika berusia remaja juga mempunyai dampak yang sama, Y terlibat dengan pergaulan yang salah dan terjerumus pada obat-obatan terlarang hingga masuk penjara. Perceraian orang tua menjadi sebuah sumber stres bagi remaja, sehingga mempengaruhi berbagai aspek dalam hidup remaja. Sumber stres tersebut jika tidak diatasi akan mendorong remaja kepada perilaku yang merugikan diri sendiri seperti penyalahgunaan obat-obatan, kegagalan dalam pendidikan sekolah, perilaku seksual yang tidak sehat, dan kekerasan (Mashego & Taruvinga, 2014). Penelitian Dise-Lewis (Fagan & Churchill, 2011) menunjukkan bahwa perceraian orang tua menempati urutan ketiga dalam peristiwa hidup yang penuh dengan stres. Hasil survey awal peneliti dengan A dan B juga menunjukkan hal serupa. A mengungkapkan bahwa sebelum perceraian orang tua terlibat pertengkaran sehingga membuat stres dan A menjadi tidak betah di rumah, bahkan setelah perceraian muncul berbagai permasalahan terutama dalam prestasi akademik yang menunjukkan A tidak naik kelas. B mengungkapkan hal yang sama bahwa sebelum perceraian terjadi pertengkaran orang tua yang membuat stres sehingga B lebih sering mengunjungi rumah keluarga.
5 5 Berdasarkan wawancara awal menunjukkan bahwa sebelum perceraian pertengkaran orang tua adalah peristiwa yang penuh dengan stres sehingga tinggal di rumah adalah hal yang tidak memberikan kenyamanan. Setelah perceraian pun memberikan pengaruh terhadap keadaan remaja, yaitu prestasi akademik yang menurun drastis bahkan harus tinggal kelas. Akan ada masa transisi yaitu masa untuk beradaptasi dengan keadaan baru setelah terjadinya perceraian orang tua. Pada masa transisi ini berbagai masalah mulai muncul sehingga berdampak pada prestasi akademik. Fakta menunjukkan bahwa 25% anak-anak yang berasal dari keluarga bercerai mempunyai masalah emosi yang serius dibandingkan dengan 10% remaja yang berasal dari orang tua utuh, sedangkan 75% remaja yang orang tuanya bercerai tidak terdapat masalah emosi (Hetherington, dalam Karina, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa dampak perceraian tidak selalu negatif, bahkan mayoritas remaja mampu mengatasi dampak perceraian tersebut. Emery, Beam, & Rowen (2011) memaparkan bahwa perceraian dapat membawa dampak pada remaja, yaitu stres, perilaku beresiko, dan resiliensi. Sebagian besar anak-anak maupun remaja justru menjadi individu yang resilien meskipun dalam keadaan orang tua yang bercerai (Emery, Beam, & Rowen, 2011). Hal ini didasarkan pada fakta bahwa hasil dari sebagian besar pengukuran psikologis menujukkan tidak ada beda antara anak dari keluarga bercerai atau bukan. Meskipun perceraian dapat menjadi sumber stres, namun anak-anak tersebut tidak mengalami permasalahan psikologis. Ini mengindikasikan anak-anak tersebut mampu bangkit dari stres setelah perceraian.
6 6 Resiliensi sangat penting ketika individu memiliki permasalahan yang sangat berat dan mengguncang, termasuk persoalan dengan perceraian orang tua, resiliensi dapat menjadi solusi untuk menghadapi stres yang ketika mengalami masalah ketidakharmonisan keluarga. Resiliensi merupakan kemampuan untuk menghadapi pernasalahan-permasalahan. Individu yang resilien mampu melakukan hal yang sama seperti individu lain yang tidak menghadapi keterpurukan (Hill dkk., 2007). Anak-anak dan remaja yang resilien mampu mengelola berbagai cara agar dapat memenuhi tugas perkembangan meskipun telah menghadapi banyak kendala untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Individu yang resilien mampu melakukan berbagai tugas dengan baik, bahkan dapat lebih baik dari yang lain (Masten & Reed, 2002). Individu yang resilien ditunjukkan dengan perilaku yang positif seperti kehadiran dalam kemasyarakatan dan keberhasilan akademik, perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai masyarakat, kebahagiaan, dan ketiadaan dari perilaku yang menyimpang (Masten & Reed, 2002). Besar kecil ukuran kemampuan resiliensi individu tergantung dari individu itu sendiri. Kemampuan individu untuk bertahan ini dipengaruhi oleh beberapa macam faktor, faktor internal maupun eksternal, yang berasal dari dalam diri maupun dari dalam diri (Grotberg, 1999). Banne (2014) menuturkan bahwa proses resiliensi remaja yang orang tuanya bercerai dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor individual, faktor keluarga, serta faktor eksternal atau komunitas. Sumber resiliensi para remaja terdiri dari perasaan positif, kemampuan yang dimiliki, serta dukungan dari keluarga dan teman.
7 7 Komitmen utnuk perkembangan tujuan, berusaha mencapai tujuan, memaknai hidup yang sedang ataupun telah dijalani, dan menunjukkan hubungan produktif dengan beberapa aspek dari dunia luar di luar diri sendiri merupakan karakteristik dari sense of purpose (Damon, Menon & Bronk 2003). Purpose in life mampu mendorong individu untuk mengatasi kesulitan hidup (Frankl dalam Bronk dkk., 2009). Jika seseorang peduli dengan tujuan hidup mereka dan hidup secara konsisten dengan tujuan tersebut, mereka cenderung mempersepsi hidup mereka berarti (Damon, Menon & Bronk, 2003). Purpose in life adalah salah satu predictor dari well being, yaitu mendukung individu untuk berfungsi secara positif (Keyes & Lopez, 2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kang & Kim (2011) menunjukkan bahwa purpose in life mempengaruhi tingkat resiliensi pada individu, dengan kata lain purpose in life dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk menemukan perspektif baru mengenai kehidupan dan mampu membuang pemikiran negatif yang lekat dengan korban pemukulan yang tinggal di tempat penampungan. Alimi (2005) juga menemukan bahwa remaja yang berada di pemukiman beresiko mempunyai sense of purpose dan sense of purpose berpengaruh pada resiliensi remaja, dimana tujuan yang dimiliki sangat kuat namun terhalang dengan keadaan pun dapat tetap dapat resilien dengan mereduksi cita-cita, tapi tetap memiliki sasaran hidup yang jelas. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan yang jelas sangat membantu individu untuk dapat meraih kemampuan resiliensi.
8 8 Dukungan sosial menjadi salah satu faktor protektif dalam mencapai resiliensi. Banne (2014) menyebutkan bahwa salah satu sumber resiliensi adalah dukungan keluarga serta teman, atau dapat disebut dengan dukungan sosial. Selanjutnya dukungan sosial juga berpengaruh terhadap individu yang diperkuat dari hasil penelitian Hammack dkk. (Zimmerman & Brenner, 2010) menemukan bahwa dukungan sosial, kedekatan dari ibu, dan waktu yang berkualitas untuk keluarga adalah sumber faktor protektif yang mampu melindungi individu dari keterpurukan. Penelitian Dubow dkk. (Zimmerman & Brenner, 2010) juga menemukan bahwa dukungan sosial dari rekan menolong individu untuk bertahan hidup dari masalah. Remaja yang memiliki dukungan sosial yang tinggi dari rekan hampir tidak ada kecenderungan untuk memakai obat-obatan terlarang dibandingkan remaja yang memiliki dukungan sosial yang rendah dari rekan. Helgeson & Lopez (2010) menyarankan perkembangan individu sebaiknya hidup dalam lingkungan sosial yang akan mendukung perkembangan. Hidup dalam lingkungan sosial akan mendukung individu dalam proses kognitif individu, dimana lingkungan sosial memberikan fasilitas yang cukup lengkap untuk refleksi dan merenung. Refleksi dan perenungan memberikan waktu kepada individu untuk tumbuh dan merencanakan perubahan hidup. Tedeschi dan Calhoun (Helgeson & Lopez, 2010) mendukung pernyataan sebelumnya, yaitu dukungan orang lain mampu memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan dengan memberikan cara baru untuk membuat konsep baru mengenai trauma.
9 9 Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, maka peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara sense of purpose dan dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja yang memiliki orang tua bercerai? B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meneliti adanya hubungan antara sense of purpose dan dukungan sosial dengan resiliensi remaja orang tuanya bercerai. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penulis berharap hasil penelitian ini akan memberikan informasi baru dan memperkaya khazanah di bidang ilmu psikologi. Manfaat selanjutnya adalah sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang serupa agar dapat meneliti lebih luas mengenai hubungan sense of purpose dan dukungan sosial dengan resiliensi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung bagi siapa saja, terutama kepada remaja yang orang tuanya bercerai, bahwa resiliensi merupakan hal penting untuk dimiliki. Kemampuan resiliensi dengan penggunaan sense of purpose dan dukungan sosial membuat seseorang mampu menyesuaikan diri secara positif sehingga mampu mengubah permasalahan menjadi sebuah kesempatan untuk mengembangkan diri, agar dapat menjadi seseorang yang lebih baik.
10 10 D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai resiliensi telah banyak dilakukan pada beberapa tahun terakhir. Penelitian oleh Marhamah (2014) menguji adanya hubungan religiusitas dengan resiliensi, serta melihat perbedaan religiusitas dan resiliensi remaja dari SMA berbasis Islam dan SMA Umum. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah adanya hubungan positif religiusitas dan resiliensi, serta tingkat religiusitas siswa di SMA berbasis Islam lebih tinggi daripada siswa SMA umum. Penelitian oleh Karina (2014) untuk mengetahui tingkat resiliensi remaja yang memiliki orang tua bercerai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum remaja yang memiliki orang tua bercerai mempunyai kemampuan resiliensi rata-rata bawah (30%). Penelitian lain dilakukan oleh Kang & Kim (2011) menguji pengaruh purpose in life (meaning, value) terhadap resiliensi (efikasi diri, efisiensi berkomunikasi, optimis). Subjek dari penelitian ini adalah perempuan yang mengalami pemukulan dan tinggal di tempat perlindungan yang berjumlah 110 subjek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek meaning dan value mempengaruhi aspek efikasi diri dan efisiensi berkomunikasi. Sedangkan aspek meaning tidak mempengaruhi optimis, dan aspek value terbukti mempengaruhi optimis. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, dapat dijabarkan beberapa hal perbandingan sebagai berikut :
11 11 1. Keaslian Topik Penelitian Karina (2014) mengangkat topik resiliensi remaja yang memiliki orang tua bercerai, sedangkan peneliti menggunakan variabel sense of purpose dan dukungan sosial sebagai korelasi dengan variabel resiliensi. Penelitian Marhamah (2014) memiliki topik yang berbeda dengan topik yang diangkat oleh peneliti, yaitu topik dengan variabel religiusitas dengan resiliensi. Kang dan Kim (2011) mengangkat topik yang hampir sama dengan peneliti, yaitu sense of purpose dan resiliensi. Peneliti menggunakan topik tentang hubungan sense of purpose dan dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja dari orang tua bercerai. Topik peneliti mempunyai keaslian topik karena memiliki topik yang berbeda dari penelitian sebelumnya. 2. Keaslian Teori Teori resiliensi yang menjadi acuan peneliti adalah teori dari Yu dan Zhang (2007). Sedangkan teori dukungan sosial yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah teori dari Sarafino (2012). Adapun teori sense of purpose yang menjadi acuan dari peneliti adalah teori dari Garcia-Aladente dkk.(2016). Pada penelitian Marhamah (2014) teori acuan resiliensi berdasarkan teori Reivich dan Shatte (2002), sedangkan penelitian Karina (2014) menggunakan teori resiliensi Connor dan Davidson (2003). Pada penelitian Kang dan Kim (2012) menggunakan teori sense of purpose dari Kim dkk. (2003). dan teori resiliensi yang mengacu dari Yang dan Yoo (2003).
12 12 3. Keaslian Alat Ukur Alat ukur resiliensi yang digunakan peneliti adalah Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang dikembangkan oleh Yu dan Zhang (2007), alat ukur sense of purpose menggunakan PIL-10 yang dikembangkan oleh Garcia-Aladente dkk. (2016), adapun pengukuran persepsi dukungan sosial menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) yang dikembangkan oleh Zimet dkk. (1988). Penelitian Karina (2014) menggunakan alat ukur The 14-Item Resilience Scale (RS-14) yang disusun oleh Wagnild &Young (2009). Pada penelitian Marhamah (2014) menggunakan alat ukur resiliensi berdasarkan teori Reivich dan Shatte (2002). Pada penellitian Kang dan Kim (2011) pengukuran sense of purpose menggunakan Purpose in Life (PLI) versi Korea yang dikembangkan oleh Namkung (1980), sedangkan pengukuran resiliensi menggunakan California Personality Inventory (CPI) yang dikembangkan oleh Klohnen (1986). 4. Keaslian Subjek Penelitian Subjek penelitian Karina (2014) adalah remaja dari orang tua bercerai yang berusia tahun. Subjek penelitian Marhamah (2014) adalah remaja yang memiliki orang tua bercerai dari siswa SMA berbasis Islam serta siswa SMA umum. Subjek penelitian Kang dan Kim (2011) adalah perempuan yang tinggal di tempat perlindungan, yaitu perempuan yang melarikan diri dari kekerasan suami. Subjek penelitian ini memiliki keaslian, karena subjek penelitian ini adalah remaja yang orang tua bercerai yang berusia tahun.
BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. : Sense of Purpose dan Dukungan Sosial
BAB III METODE PENELITIAN Variabel Tergantung : Resiliensi A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Variabel Bebas : Sense of Purpose dan Dukungan Sosial B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN SENSE OF PURPOSE DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP RESILIENSI PADA REMAJA DARI ORANG TUA BERCERAI
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN SENSE OF PURPOSE DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP RESILIENSI PADA REMAJA DARI ORANG TUA BERCERAI Oleh: Nina Fadhila Adriani Rina Mulyati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk membantu anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan yang pertama ditemui oleh setiap individu dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia. Keluarga menjadi struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaulah Marhamah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya, setiap pasangan yang menikah menginginkan terciptanya sebuah keluarga sakinah, mawaddah, warahmah, yakni keluarga yang penuh ketentraman, kebahagiaan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang masuk ke Komnas Remaja tahun itu, sebanyak kasus atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia diramaikan dengan kasus kekerasan seksual terhadap remaja. Ibarat fenomena bola es yang semakin lama semakin membesar. Kasus kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
Lebih terperinci2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA PERTENGAHAN PASCA PUTUS CINTA DI SMAN 20 BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari skripsi yang akan membahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah merasakan kesedihan, kekecewaan, kegagalan serta kondisi sulit lainnya. Hal ini sesuai dengan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu para remaja harus memiliki bekal yang baik dalam masa perkembangannya. Proses pencarian identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi ke masa dewasa. Masa ini dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah tempat di mana anak berkembang dan bertumbuh, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit terkecil dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai
Lebih terperinciPengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah
Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah Nama : Gemi Arthati NPM : 13513674 Pembimbing : Mimi Wahyuni. Jurusan Psikologi 2016 Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan, namun ternyata ada beberapa faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada kategori orang dewasa. Masa remaja merupakan tahap perkembangan kehidupan yang dilalui setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan individu dan sudah pasti tidak dapat dipisahkan. Secara umum, keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan manusia, masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dimana seorang individu mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan
Lebih terperinciSM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya kehidupan dewasa ini disemaraki oleh banyaknya kegagalan dalam membina rumah tangga yang utuh. Seringkali banyak keluarga memilih untuk berpisah dari hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Erikson (dalam Lahey, 2009), mengungkapkan individu pada masa remaja akan mengalami konflik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak, dalam keluarga terjadi proses pendidikan orang tua pada anak yang dapat membantu perkembangan anak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, Manusia selalu menginginkan kehidupan yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap individu dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV di Indonesia telah berkembang dari sejumlah kasus kecil HIV dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko tinggi yang memiliki angka
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angka perceraian di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut data 20 tahun lalu yang dinyatakan oleh Wakil Menteri Agama Prof.Dr. Nazaruddin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian merupakan hal yang sudah umum terjadi di masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, yang terjadi apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa strata satu adalah individu yang memasuki masa dewasa awal. Santrock (2002) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebelum revolusi industri, yang bertanggung jawab mencari uang untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga adalah laki-laki, sedangkan seorang perempuan dewasa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program bantuan biaya pendidikan Bidikmisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapinya. Menurut Reivich dan Shatte (2002), bahwa kapasitas seseorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini perkembangan ilmu psikologi semakin meluas dengan adanya pemikirian baru yang berawal dari perspektif psikologi abnormalitas menuju kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock, 2012). Remaja merupakan usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang berpegang pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau tingkah laku serta keadaan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa yang memasuki lingkungan sekolah baru, memiliki harapan dan tuntutan untuk mencapai kesuksesan akademik serta dapat mengatasi hambatan yang ada. Kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu
Lebih terperinciStudi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung 1 Intan Pratitasari, 2 Muhammad Ilmi Hatta 1,2 Fakultas Psikologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi lansia di dunia mengalami peningkatan pesat. Berdasarkan hasil penelitian Kinsella &Velkof (2001), bahwa sepanjang tahun 2000, populasi lansia dunia tumbuh
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. kasus seperti keluarga yang telah bercerai. Latar belakang keluarga yang bercerai
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Narapidana hukuman mati dapat terlibat dalam kasus karena telah memiliki pengalaman hidup yang negatif. Pengalaman hidup yang negatif sebelum terlibat dalam kasus
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa keempat subyek memiliki karakteristik individu yang memiliki harapan tinggi. Namun, karakteristik yang muncul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tidak terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia merupakan makhluk yang mengalami perubahan dalam setiap tahap kehidupannya, baik itu perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Perubahan tersebut tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah salah satu unsur pokok dalam masyarakat. Keluarga dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan mempunyai tujuan untuk membina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut
Lebih terperinciA. Latar belakang penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Dari tahun ke tahun, jumlah penderita HIV/AIDS semakin meningkat. Berdasarkan data dari Kemenkes RI pada bulan Maret 2013, penderita HIV telah mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I dikemukakan latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode, lokasi dan sampel
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah mengguncang dasar laut yang berjarak sekitar 150 km dari pantai Sumatera pada tanggal 26
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap masalah yang muncul akan selalu memerlukan penyelesaian, baik penyelesaian dengan segera maupun tidak. Penyelesaian masalah merupakan sesuatu yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang dapat membentuk kepribadian seserang. Tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Contoh dan Cara Pengambilan Contoh
35 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor untuk mewakili wilayah perkotaan dan Kabupaten Bogor untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status
Lebih terperinciKesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 1 Hany Fakhitah, 2 Temi Damayanti Djamhoer 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir sampai meninggal, banyak fase perkembangan dan pertumbuhan yang harus dilewati. Dari semua fase perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang
152 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang makna hidup pada pekerja seks komersial (PSK), diperoleh bahwa : a. The Freedom
Lebih terperinci2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam
Lebih terperinciRESILIENSI PADA WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH. Disusun Oleh: Anggi Putri Pratiwi Hidayat
RESILIENSI PADA WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH Disusun Oleh: Anggi Putri Pratiwi Hidayat 10510829 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1
RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyalahguna narkoba saat ini sudah mencapai 3.256.000 jiwa dengan estimasi 1,5 % penduduk Indonesia adalah penyalahguna narkoba. Data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa terjadinya banyak perubahan. Remaja haus akan kebebasan dalam memutuskan dan menentukan pilihan hidupnya secara mandiri. Erikson (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. perkembangan pada masa dewasa akhir. Kehidupan pada fase perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Individu akan menghadapi beberapa tahapan dalam proses perkembangannya, yaitu perkembangan pada masa balita, perkembangan pada masa kanak-kanak, perkembangan pada masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Salah satu jenis kanker yang paling ditakuti oleh para wanita adalah kanker payudara (Rahmah, 2009). Menurut data organisasi kesehatan
Lebih terperinci